MEDIASI PENAL SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PADA LAHAN BASAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

MEDIASI PENAL SEBAGAI ALTERNATIF
PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA
LINGKUNGAN HIDUP PADA LAHAN BASAH DI
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(Penal Mediation as an Alternative Solution For Environmental Injustice
Case of Wetland in the Province of South Kalimantan)
Nirmala Sari, Diana Haiti, Ifrani
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Jl. Brigjen Hasan Basri Banjarmasin Kalimantan Selatan
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
Thought on a settlement outside court processes in term of TPLH through a penal
mediation, it is relatively new. This cannot be separated from the understanding
that the constitution regulation did not impose of settlement outside the process of
the court regarding TPLH, so it formed a general undertanding that there is no
other choices to resolved TPLH except through the courts. The purpose of
research is that having a mediation penal as an alternative resolution criminal

case of the living environment on wetlands in South Kalimantan which is
substantially in line with the nature of environmental protection. Mediation penal
policy as an alternative for settling disputes in the field of criminal law and
theoretically more efficient (in terms of cost, effort and time) and it has potentially
to become win-win solution agreement. The method used to compile this research
is doctrinal law. Legal research here is not merely examine the law as rules of
constitution, but also examine how to keep the law to be a positive influence in the
society.
Keywords: Penal mediation, doing an injustice and wetland.
Abstrak
Pemikiran mengenai penyelesaian di luar proses pengadilan dalam perkara TPLH
melalui proses mediasi penal, merupakan hal yang relatif baru. Hal ini tidak
terlepas dari pemahaman bahwa, karena peraturan perundang-undangan tidak
mengatur adanya penyelesaian di luar proses pengadilan terhadap TPLH, maka
terbentuklah pemahaman umum bahwa tidak ada pilihan lain, TPLH hanya dapat
diselesaikan melalui pengadilan. Tujuan dari penelitian ini adalah bahwa adanya
model mediasi penal ini yaitu merupakan alternatif penyelesaian perkara tindak
pidana lingkungan hidup pada lahan basah di provinsi Kalimantan Selatan, yang
secara substantial sejalan dengan hakikat perlindungan lingkungan hidup.
Kebijakan mediasi penal sebagai salah satu alternatif penyelesaian perkara di

bidang hukum pidana secara teoritis lebih efisien (dari segi biaya, tenaga dan
waktu) serta memiliki potensi untuk bisa melahirkan kesepakatan yang win-win

Halaman

1

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

solution. Metode yang dilakukan untuk menyusun penelitian ini adalah penelitian
hukum doktrinal. Penelitian hukum disini tidak semata-mata menelaah hukum
sebagai kaidah perundang-undangan, tetapi juga menelaah bagaimana agar hukum
berpengaruh positif dalam kehidupan masyarakat.
Kata Kunci : Mediasi penal, tindak pidana, lahan basah.
diatas, digunakan instrumen hukum

PENDAHULUAN
Lingkungan hidup sebagai


yang memuat ketentuan-ketentuan

subyek hukum, secara mendasar

hukum administrasi, hukum perdata

diatur oleh Undang-undang. Terkait

dan

upaya perlindungan dan pengelolaan

mengancam pelaku tindak pidana

lingkungan hidup di Indonesia terus

lingkungan hidup (TPLH) dengan

terjadi


sanksi pidana.

perkembangan

pengaturannnya,
dengan

di

dalam

juga

hukum

yang

yakni


terakhir

Meskipun di dalam Undang-

tetapkannya

Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2009

undang No.32 Tahun 2009 Tentang

tentang

Perlindungan

Perlindungan

Lingkungan


pidana

dan

Pengelolaan

Hidup

menggantikan

Pengelolaan

(UUPPLH)
terhadap

Tentang

subsidiaritas

Lingkungan


Hidup.

Lingkungan
dilakukan

Undang-undang No.23 Tahun 1997

dan

penekanan
dalam

Hidup

perubahan
pada

asas


penegakan

Disamping Undang-undang No.32

hukum lingkungan melalui hukum

Tahun 2009 Tentang Perlindungan

pidana, namun asas subsidiaritas

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

tersebut tetap melekat. Hal tersebut

sebagai

terlihat pada Penjelasan Umum yang

Undang-undang


induk

dibidang lingkungan hidup diatur

menyatakan

juga

hukum

Undang-undang

lingkungan

hidup

terkait

yang


bersifat

bahwa:

pidana

“Penegakan

lingkungan

memperhatikan

asas

tetap

ultimum

sektoral, diantaranya seperti Undang-


remedium

undang

kehutanan,

penegakan hukum pidana sebagai

pertambangan, sumber daya alam

upaya terakhir setelah penegakan

dan lain-lain.

hukum administrasi dianggap tidak

dibidang

Dalam

mewajibkan

upaya

berhasil. Penerapan asas ultimum

pengelolaan

remedium ini hanya berlaku bagi

lingkungan hidup sebagaimana diatur

tindak pidana formil tertentu, yaitu

perlindungan

konteks

yang

dan

Halaman

2

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

pemidanaan terhadap pelanggaran

penegakan hukum pidana terhadap

baku mutu air limbah, emisi dan

pelaku tindak pidana lainnya, yakni

gangguan”.

mengacu pada Hukum Acara Pidana

Dengan rambu-rambu asas
subsidiaritas,

penegakan

hukum

(KUHAP). Dengan mengacu pada
KUHAP,

maka

tahapan

proses

pidana terhadap pelaku tindak pidana

penyelesaian perkara TPLH melalui

lingkungan hidup, pada umumnya

sistem peradilan pidana meliputi

hanya

‘menunggu’

proses penyelidikan dan penyidikan,

diselesaikannya proses penegakan

penuntutan, proses pemeriksaan di

hukum lingkungan lainnya. Dalam

sidang

hal

hukum.

bersifat

ini

berarti

bahwa,

setelah

penegakan hukum melalui hukum
administrasi,
maupun

hukum

melalui

perdata,

penyelesaian

pengadilan,

serta

upaya

Sebagai perbandingan, dalam
sengketa lingkungan hidup di bidang
keperdataan,

terbuka

peluang

sengketa lingkungan hidup di luar

‘perdamaian’ antar para pihak yang

pengadilan ternyata tidak efektif,

bersengketa. Melalui proses di luar

barulah dilakukan penegakan hukum

pengadilan yang dikenal dengan

lingkungan

istilah

dengan

menggunakan

sarana hukum pidana.
Proses
penjatuhan

Alternative

Dispute

Resolution (ADR), para pihak yang

penegakan

bersengketa

dapat

memilih

hukum

penyelesaian sengketa yang mereka

administrasi, hukum perdata maupun

hadapi melalui Negosiasi, Mediasi,

penyelesaian sengketa lingkungan

Arbitrase

hidup

Penyelesaian

diluar

sanksi

dan

proses

pengadilan

atau

Konsiliasi.

sengketa

perdata

tentunya memerlukan waktu yang

melalui ADR merupakan proses

panjang dan biaya yang besar.

penyelesaian

Bilamana proses panjang dan mahal

ditawarkan oleh hakim kepada para

itu ternyata tidak efektif, barulah

pihak yang bersengketa sebelum

proses penegakan hukum pidana

memilih

dilakukan.

pengadilan.

Proses

penegakan

hukum

lingkungan

jauh

keperdataan,

dengan

proses

pertama

penyelesaian

Berbeda

pidana terhadap pelaku TPLH tidak
berbeda

yang

dengan

hidup
dalam

di

kali

melalui

perkara
bidang
perkara
Halaman

3

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

lingkungan hidup di bidang pidana

namun

sengketa yang terjadi ‘dianggap’

penyelidikan dan penyidikan saja

sebagai

negara

belum selesai. Kesulitan mencari alat

(pihak yang ‘menguasai’ lingkungan

bukti dan kesulitan mencari saksi

hidup) dan pelaku (pihak yang

ahli yang ‘independen’ merupakan

merugikan negara). Dalam kaitannya

sebagian

dengan

dengan proses penyidikan TPLH

sengketa

antara

perkara

tindak

pidana

sampai

sekarang

alasan,

proses

sebagaimana

lingkungan hidup, maka peraturan

pada

perundang-undangan

tidak

persidangannya juga akan memakan

memberikan

untuk

waktu

peluang

umumnya.

panjang.

Proses

Sementara

itu

dilakukannya ADR. Hal tersebut

kerusakan lingkungan hidup semakin

dinyatakan secara tegas dalamPasal

parah dan korban semakin menderita.

85

ayat

(2)

menyatakan

UUPPLH

Alternatif

yang

penyelesaian

bahwa:“penyelesaian

perkara diluar pengadilan sendiri

sengketa di luar pengadilan tidak

dapat dipahami sebagai penyelesaian

berlaku

perkara alternatif, yakni melalui jalur

bagi

tindak

pidana

lingkungan hidup sebagaimana diatur

non

dalam Undang-undang ini”.

perkara yang bersifat konsensus atau

Ketentuan
substansial
hakikat

tersebut

secara

tidak sejalan dengan

perlindungan

lingkungan

litigasi,

koperatif
solution

yakni

untuk
atau

solution.

penyelesaian

tujuan

mutual

win-win
acceptable

Penyelesaian

perkara

hidup. Proses penegakan hukum

melalui mekanisme konsensus atau

yang

koperatif tersebut berbeda dengan

panjang

dan

mahal,

memungkinkan kerusakan dan/atau

penyelesaian

pencemaran lingkungan hidup terus

pengadilan

berlangsung, menjadi semakin parah,

menggunakan

dan semakin kecil kemungkinan

melalui aparat atau lembaga penegak

‘Lumpur

hukum yang berwenang, dan hasil

pemulihannya.
Lapindo’

Kasus

merupakan

salah

satu

melalui

jalur

(litigasi)

yang

pendekatan

hukum

akhirnya win-lose solution.

contoh, peristiwa semburan lumpur

Pemikiran tentang perlunya

yang menimbulkan pencemaran dan

alternatif penyelesaian perkara tindak

kerusakan lingkungan hidup tersebut

pidana di luar pengadilan sangat

sudah terjadi lebih dari dua tahun,

relevan dalam hal ini, karena perkara
Halaman

4

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

tindak

pidana

sebagian

lingkungan

besar

korporasi/

dilakukan

badan

usaha,

hidup

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

undangan tidak mengatur adanya

oleh

penyelesaian

di

luar

proses

yang

pengadilan terhadap TPLH, maka

mengandung unsur fraud dan white

terbentuklah

collar crime. Hal ini sesuai dengan

bahwa tidak ada pilihan lain, TPLH

perkembangan internasional dimana

hanya dapat diselesaikan melalui

dalam dokumen penunjang Kongres

pengadilan.
Terkait

PBB ke-9/ 1995 yang berkaitan
dengan manajemen peradilan pidana

tersebut

(Dokumen

kebijakan

A/CONF.

169/6)

pemahaman

umum

dengan

uraian

perlu

adanya

diatas
yang

bervisi

pada

diungkapkan pemikiran bahwa ADR

keberpihakan terhadap perlindungan

seyogyanya juga dapat diterapkan

kelestarian fungsi lingkungan hidup

secara luas di bidang hukum pidana,

dalam proses

misalnya

lingkungan.

pidana

untuk
yang

perkara-perkara

mengandung unsur

penegakan hukum
Artinya,

pengkajian

harus lebih jauh melihat sampai

crime.

sejauh mana manfaat yang dapat

apabila

diperoleh dengan melakukan seluruh

terdakwanya adalah korporasi/badan

proses penegakan hukum, sebagai

usaha, maka tujuan utama dari

bagian

pemeriksaan pengadilan seharusnya

terhadap

tidaklah menjatuhkan pidana, tetapi

lingkungan hidup

fraud

dan

Ditegaskan

mencapai

white
pula

collar
bahwa,

suatu

bermanfaat

hasil

bagi

yang

kepentingan

masyarakat secara menyeluruh dan

dari

upaya

perlindungan

kelestarian

fungsi

.
METODE PENELITIAN
Penelitian

yang

dilakukan

mengurangi kemungkinan terjadinya

untuk menyusun penelitian ini adalah

pengulangan (residive).

penelitian

Pemikiran
penyelesaian

di

mengenai
luar

proses

Penelitian
semata-mata

hukum
hukum

doktrinal.
disini

menelaah

tidak
hukum

pengadilan dalam perkara TPLH

sebagai kaidah perundang-undangan,

melalui

penal,

tetapi juga menelaah bagaimana agar

merupakan hal yang relatif baru. Hal

hukum berpengaruh positif dalam

ini tidak terlepas dari pemahaman

kehidupan

bahwa, karena peraturan perundang-

pada pemahaman bahwa hukum

proses

mediasi

masyarakat.

Mengacu

Halaman

5

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

merupakan sarana untuk menata

pragmatisme. Latar belakang ide-ide

perubahan dalam masyarakat (law as

“mediasi penal“ ini antara lain ide

a tool of social engineering), maka

perlindungan

sesungguhnya

harmonisasi, ide restorative justive,

fungsional

terdapat

antara

hubungan

hukum

dan

korban,

ide

ide mengatasi kekakuan/formalitas
dalam sistem yang berlaku, ide

masyarakat.
Hukum sebagai sarana social

menghindari efek negatif dari sistem

engineering, bermakna penggunaan

peradilan

hukum secara sadar untuk mencapai

pemidanaan

tertib

khususnya dalam mencari alternatif

atau

keadaan

sebagaimana

masyarakat

dicita-citakan,

atau

pidana

dan

sistem

yang ada

saat

ini,

lain dari pidana penjara (alternative

untuk melakukan perubahan yang

to

diinginkan, Hukum, tidak lagi dilihat

custody)

sekadar sebagai

belakang pragmatisme antara lain

tatanan penjaga

imprisonment/alternative
dan

sebagainya.

status quo, tetapi juga diyakini

untuk

sebagai sistem pengaturan untuk

penumpukan

perkara,

mencapai

penyederhanaan

proses

tujuan-tujuan

tertentu

secara terencana. Maka penelitian

dsb.

tentang

bahwa

mediasi

penal

sebagai

mengurangi

stagnasi

to
Latar

atau
untuk

peradilan

Adakalanya dapat dikatakan
motivasi

pemanfaatan

alternatif penyelesaian perkara tindak

alternatif

pidana lingkungan hidup merupakan

disebut sebagai prinsip pemecahan

upaya

masalah

yang

diharapkan

dapat

penyelesaian

dengan

sengketa

bekerjasama.

memberikan perbaikan dan kemajuan

Dikatakan pula bahwa alternatif

dalam penegakan hukum lingkungan

penyelesaian

hidup dengan sarana hukum pidana.

mencapai hasil yang lebih baik

sengketa

dapat

daripada sistem pengadilan.
Secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

umum

negosiasi,

pemikiran

arbitrase, mediasi, konsiliasi atau

“mediasi penal“ sebenarnya tidak

cara-cara lain penyelesaian sengketa

hanya

di

Latar

belakang

dikaitkan

dengan

ide-ide

pembaharuan hukum pidana (penal
reform),
dikaitkan

akan

tetapi
dengan

luar

proses

pengadilan

di-

equivalensi-kan dengan pemeriksaan

yang

sengketa oleh orang-orang yang ahli

masalah

mengenai objek yang disengketakan

ada

Halaman

6

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

dengan waktu penyelesaian yang

1. Mediasi penal sesuai dengan

relatif cepat, biaya ringan dan pihak-

adat kebiasaan yang hidup dan

pihak dapat menyelesaikan sengketa

berkembang dalam masyarakat;

tanpa

Metode

publikasi

yang

merugikan

reputasi

sebagainya.

Negosiasi,

dapat

dan

lain

arbitrase,

ADR

tersebut

sebetulnya telah lama digunakan
masyarakat

tradisional

mediasi, konsiliasi atau cara-cara lain

Indonesia

penyelesaian sengketa di luar proses

menyelesaikan

pengadilan

maksud

antara mereka. Mereka lazimnya

untuk menyelesaikan sengketa bukan

menempuh musyawarah untuk

sekedar memutuskan perkara atau

mufakat

perselisihan.

sengketa.

mempunyai

Terkait dengan mediasi penal
sebagai

alternatif

penyelesaian

dalam

di

rangka

sengketa

dalam

di

berbagai

Mereka

menyadari

bahwa

musyawarah

tidak

sebetulnya

untuk

mufakat

perkara tindak pidana lingkungan

adalah embrio dari ADR. ADR

pada

tradisional

lahan

merupakan
terpisahkan
penegakan

basah
bagian

sebenarnya
yang

daripada
hukum

tidak
upaya

lingkungan.

dianggap

sangat

efektif dan merupakan suatu
kesalahan
dibuka

jika

sengketa

ditengah

itu

masyarakat.

Penegakan hukum yang sebenarnya

Dalam banyak sengketa, orang

pada hakekatnya adalah merupakan

lebih suka mengusahakan suatu

upaya untuk menerapkan hukum

dialog

dalam situasi yang konkret, baik

biasanya minta pihak ketiga,

dilakukan melalui proses peradilan,

kepala desa atau suku, untuk

maupun di luar peradilan, sehingga

bertindak

dapat ditetapkan tingkat ketaatan

(perantara),

terhadap

Adapun

malahan sebagai arbiter. Metode

berdasarkan hasil dari penelitian ini

ADR tradisional biasanya dapat

maka dasar justifikasi mediasi penal

mencarikan

dapat

alternatif

yang dianggap adil dan dapat

penyelesaian perkara tindak pidana

diterima oleh semua pihak yang

lingkungan pada lahan basah karena :

terlibat dalam sengketa. Metode

hukum.

dijadikan

ADR

(musyawarah),

sebagai

mediator

konsiliator,

suatu

tradisional

dan

atau

keputusan

inilah
Halaman

7

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

sebenarnya

merupakan

cara

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

lingkungan

hidup,

karena

Indonesia

konsep korban akibat tindak

hukum

pidana di bidang lingkungan

merupakan

hidup berkaitan erat dengan

warisan penjajah, yang sering

konsep tentang kerugian dan

disebut dengan hukum adat. Jadi

kerusakan lingkungan, tentunya

patutlah disadari bahwa dalam

mediasi penal sebagai salah satu

rangka pembaharuan hukum saat

alternatif penyelesaian masalah

ini, hukum adat (hukum yang

di bidang hukum pidana secara

hidup

perlu

teoritis lebih efisien (dari segi

dalam

biaya, tenaga dan waktu) serta

pembangunan kerangka hukum

memiliki potensi untuk bisa

nasional.

ini

melahirkan kesepakatan yang

tentunya yang sesuai dengan

win-win solution. Kesepakatan

nilai-nilai Pancasila dan hukum

win-win solution ini menjamin

internasional,

keberlanjutan

berhukum

bangsa

sebelum

masuknya

nasional

yang

di

masyarakat)

diintegrasikan

Hukum

adat

yakni

sebagai

hubungan

baik

dasar acuan dalam bernegara

diantara para pihak (korban dan

dan

Dengan

pelaku), dalam arti pelaku secara

dikatakan

langsung dapat menyadari dan

berbangsa.

demikian,

dapat

bahwa mediasi penal merupakan

menebus

suatu bentuk upaya penyelesaian

melakukan

alternatif non-litigasi terhadap

yang disepakati dengan korban.

sengketa/konflik diranah hukum

Dengan demikian pula korban

pidana, dengan menggunakan

juga

salah satu metode ADR yaitu

terakomodir dengan tindakan-

mediasi.

tindakan pelaku yang sesuai

2. Kepentingan korban dan pelaku

kesalahan

dengan

tindakan-tindakan

merasa

kepentingannya

dengan keinginan korban karena

terakomodir; Konsep mediasi

telah

penal sebagai salah satu bentuk

sesuai

ADR

dimungkinkan

dalam hal ini tentunya sangat

memberikan

erat hubungannya dengan ganti

sebagai

dapat
upaya

menebus

kesalahannya

dengan

kesepakatan

perlindungan terhadap korban

kerugian

tindak

kerusakan lingkungan hidup.

pidana

di

bidang

akibat

dampak

Halaman

8

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

3. Operasional perusahaan dapat

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

meningkatkan

operasional

dilaksanakan kembali; Terkait

perusahaan untuk melaksanakan

operasional

kegiatannya dengan baik.

perusahaan

dapat

dilaksanakan kembali atau tidak

4. Operasional kembali perusahaan

apabila terjadi perkara tindak

sangat berdampak pada lapangan

pidana

hidup

kerja; Melalui kesepakatan yang

tergantung

diperoleh melalui mediasi penal

lingkungan

tentunya

sangat

dengan hasil penyelesaian antara

yang

pihak

kepentingan

perusahaan

dengan

telah

mengakomodir
antara

pihak

masyarakat sebagai korbannya.

perusahaan dengan masyarakat

Melalui mediasi penal seringkali

sebagai korban dampak tindak

penyelesaian

pidana

perkara

tindak

lingkungan

pidana lingkungan hidup dapat

operasional

mengakomodir

melanggar

pihak

kepentingan

masyarakat

sebagai

akibat

perusahaan
ketentuan

yang
hukum

lingkungan, tentunya akan terus

korban dan pihak perusahaan

meningkatkan

sebagai pelaku untuk mencapai

hubungan baik salah satunya

kesepakatan win-win solution.

operasional

Kesepakatan win-win solution

jalan

ini

otomatis

menjamin

keberlanjutan

dan

keberlanjutan

perusahaan

terus

lapangan

kerja

terus

terbuka

hubungan baik diantara para

masyarakat.

pihak. Keberlanjutan ini sangat

tentunya

didukung

oleh

penting,

terjadinya

kesadaran

perusahaan

untuk

resistensi masyarakat terhadap

menyadari

kehadiran usaha/kegiatan akan

keberlanjutan hubungan dengan

mengancam kegiatannya. Hal

masyarakat, yakni dengan cara

inilah

menjalankan

karena

pada

seringkali

kenyataannya
dialami

oleh

Dalam

bagi

hal

ini

pentingnya

kegiatan

perusahaan sesuai aturan hukum

perusahaan dalam menjalankan

lingkungan

agar

tidak

usaha / kegiatannya. Dengan

berdampak

negatif

bagi

keberlanjutan

lingkungan

hubungan

baik

antara pihak perusahaan dengan
masyarakat

tentunya

masyarakat

disekitarnya.

dapat
Halaman

9

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

5. Nilai

ekonomis

daerah;

pemerintah

Kesepakatan

yang

diperoleh melalui mediasi antar

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

dalam memutuskan hukuman. Hasil
akhir mediasi penal menjadi dasar
untuk tidak melanjutkan perkara.

tindak

Acuan lain yang juga dapat

pidana lingkungan hidup hingga

digunakan untuk mengatur mediasi

mencapai kesepakatan win-win

penal dalam penyelesaian perkara

pihak

dalam

perkara

sangat

TPLH adalah proses mediasi penal

keberlanjutan

yang berlaku di negara Portugal,

hubungan yang baik. Hubungan

yang tertuang dalam Undang-undang

yang

tentunya

21/2007 tanggal 12 Juni 2007 ( law

berdampak pada nilai ekonomis

21/2007, of 12 june, portugal), yang

bagi pemerintah daerah, karena

berlaku untuk pelaksanaan mediasi

kemajuan

penal dalam penyelesaian perkara

tentunya

solution
mendukung

baik

ini

perusahaan

tergantung

dalam

yang

baik

sangat

hubungan
dengan

tindak pidana.
Berikut

diuraikan

beberapa

Kemajuan

ketentuan

dalam

perusahaan inilah yang dapat

dimaksud

yang

memberikan nilai ekonomis bagi

acuan. Kantor Jaksa Penuntut Umum

kemajuan

menunjuk

masyarakatnya.

dalam

pemerintah

mengelola

daerah

pendapatan

Undang-undang
dapat

dijadikan

seorang

mediator

terdaftar, memberikan

informasi

daerah melalui aktifitas-aktifitas

yang

perusahaan

pelaku dan korban dan deskripsi

yang

terus

dianggap

kepada

meningkat melalui sektor pajak

singkat

perusahaan dan lain-lain. Hal ini

persidangan.

juga memberikan nilai ekonomis

menghubungi terdakwa dan korban

bagi pemerintah daerah untuk

dalam rangka untuk memperoleh

membantu

persetujuan dan untuk partisipasi

terkait

masyarakatnya

pembukaan

lowongan

dalam

dari

penting

bahan

dalam

Mediator

akan

proses

mediasi,

kerja oleh pihak perusahaan

menginformasikan mereka tentang

sehingga tentunya kesejahteraan

hak dan kewajiban mereka dan sifat,

masyarakat dapat tercapai.

tujuan dan aturan yang berlaku untuk

Hasil

mediasi

penal

dapat

menjadi pertimbangan pengadilan

proses mediasi. Juga memeriksa
apakah

mereka

memenuhi
Halaman

10

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

persyaratan

untuk

berpartisipasi

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

diperlukan

untuk

keberhasilan

dalam proses mediasi. Jika dia gagal

penyelesaian sengketa, pihak-pihak

untuk

persetujuan

lain yang bersangkutan, seperti tokoh

mereka atau menemukan bahwa

masyarakat dan pihak-pihak yang

terdakwa

menderita kerugian, dapat dipanggil

mendapatkan

atau

korban

tidak

memenuhi syarat untuk berpartisipasi

untuk

dalam

mediator

mediasi.Isi dari sesi mediasi bersifat

Kantor

rahasia, dan tidak dapat dijadikan

dan

sebagai alat bukti dalam proses

persidangan pidana tetap dilanjutkan.

peradilan. Jika tidak ada kesepakatan

Jika

dari mediasi

mediasi,

memberitahukan
Jaksa

kepada

Penuntut

mediator

Umum

memperoleh

ikut

serta

dalam

proses

antara terdakwa dan

dan

korban, atau jika proses mediasi

korban untuk berpartisipasi dalam

tidak selesai dalam waktu tiga bulan

mediasi, terdakwa dan korban akan

setelah perkara diserahkan untuk

menandatangani

proses

persetujuan

dari

terdakwa

pernyataan

mediasi,

mediator

persetujuan, menetapkan peraturan

memberitahukan

mediasi, dan proses mediasi dimulai.

Jaksa Penuntut Umum dan pidana

Dalam

prosesnya,

mediasi

kepada

Kantor

tetap dilanjutkan. Para mediator

adalah proses informal dan fleksibel,

dapat

yang dilakukan oleh pihak ketiga

kepada

yang tidak memihak, penengah, yang

Umum untuk perpanjangan, hingga

berupaya untuk membawa terdakwa

dua bulan, asalkan ada kemungkinan

dan

yang kuat bahwa persetujuan akan

korban

bersama-sama

dan

membantu mereka secara aktif untuk
mencapai

kesepakatan

mengajukan
Kantor

permohonan

Jaksa

Penuntut

tercapai.
Jika mediasi penal menghasilkan

dimana

kerusakan/ kerugian yang disebabkan

kesepakatan,

oleh perbuatan diperbaiki dan yang

tertulis, dalam suatu dokumen yang

memberikan

ditandatangani

kontribusi

untuk

memulihkan perdamaian sosial.
Terdakwa dan korban dapat

isi

disusun

oleh

secara

pelaku

dan

korban, dan disampaikan kepada
Jaksa

Penuntut

Umum.

setiap saat membatalkan persetujuan

Penandatanganan

mereka untuk berpartisipasi dalam

berati korban menghentikan tuntutan

proses

dan

mediasi

penal.

Bilamana

pelaku

perjanjian

tidak

itu

mengajukan
Halaman

11

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

pembelaan, dan jika perjanjian tidak

mungkin untuk tujuan ini memiliki

dihormati dalam batas waktu yang

jalan lain untuk layanan reintegrasi

ditetapkan,

dapat

sosial, polisi kriminal dan badan-

dalam

badan administratif lainnya. Pelaku

waktu satu bulan, penyelidikan yang

dan korban dapat menghadiri sesi

dibuka kembali.

mediasi penal secara pribadi, dan

korban

memperbaharui

tuntutan

Jaksa Penuntut Umum akan
memeriksa
memenuhi

apakah
ketentuan,

perjanjian
jika

telah

dapat memilih untuk didampingi
pengacara atau pengacara peserta
pelatihan.

memenuhi persyaratan, meratifikasi

mediasi

penghentian penuntutan, dan dalam

negara.

waktu lima hari, kantor sekretaris
segera

dan

korban

penal

biaya

proses

ditanggung

oleh

Uraian di atas dapat memberikan

mediator,

gambaran bagaimana perkara pidana

mengenai

diselesaikan

memberitahu

terdakwa

Seluruh

di

luar

ratifikasi tersebut. Bila Kantor Jaksa

melalui

Penuntut Umum menemukan bahwa

konstruksi

perjanjian

dengan

TPLH melalui mediasi penal dapat

ketentuan yang berlaku, maka akan

dilakukan melalui empat tahapan,

dikembalikan

yaitu:

tidak

terdakwa

sesuai

kepada

dan

mediator,

korban,

untuk

mediasi

pengadilan

penal.

penyelesaian

menciptakan

pengumpulan

dan

Jadi,
perkara

forum,
pembagian

memperbaiki agar sesuai ketentuan

informasi, penyelesaian masalah, dan

yang berlaku dalam waktu 30 hari.

pengambilan keputusan.

Isi

dari

perjanjian

bebas

ditetapkan oleh para pihak yang
terlibat

dalam

Meskipun

proses

isi

mediasi.

perjanjian

bebas,

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Alasan-alasan

pembenar

namun perjanjian tidak boleh berisi

menjadikan mediasi penal sebagai

penahanan

yang

alternatif penyelesaian tindak pidana

martabat

lingkungan hidup (TPLH) di luar

atau

hukuman

melanggar harkat dan

terdakwa. Dalam hal pembaruan
tuntutan, Kantor Jaksa Penuntut
Umum

akan

memeriksa

bahwa

kesepakatan telah dilanggar, dan

pengadilan adalah sebagai berikut.
Mediasi
rekonstruksi

penal

merupakan

terhadap

cara

penyelesaian perkara tindak pidana
Halaman

12

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Mediasi

lingkungan hidup yang telah ada

penal

dapat

selama ini yakni melalui Pengadilan.

memberikan alternatif penghukuman

Konstruksi

terhadap

penyelesaian

perkara

pelaku

TPLH

agar

TPLH melalui pengadilan sangat

penghukuman yang dijatuhkan lebih

rumit, memakan waktu dan biaya

bermanfaat.

besar,

penyelesaian

pengadilan, penghukuman terhadap

perkara TPLH melalui mediasi penal

pelaku TPLH terbatas pada jenis dan

relatif lebih sederhana, cepat dan

besarnya pidana yang ditentukan

berbiaya ringan. Dengan adanya

oleh Undang-undang. Mediasi penal

mediasi

alternatif

memberikan

kemungkinan

untuk

penyelesaian perkara TPLH, maka

menerapkan

penghukuman

yang

penyelesaian perkara tindak pidana

lebih fleksibel dan bermanfaat bagi

lingkungan hidup dapat dilakukan

lingkungan hidup.

sedangkan

melalui

penal

proses

sebagai

pengadilan

satu

Mediasi penal merupakan cara

proses

Mediasi penal merupakan salah

atau

melalui proses mediasi penal.

Melalui

upaya

untuk

memperbaiki

Sistem Peradilan Pidana agar lebih

yang

efektif dan efisien. Dengan adanya

menempatkan korban pada posisi

mediasi penal, tidak semua perkara

yang lebih kuat. Berbeda dengan

TPLH

penyelesaian perkara TPLH melalui

pengadilan dan mediasi penal dapat

pengadilan

berperan

penyelesaian

TPLH

yang

menempatkan

harus

diselesaikan

sebagai

di

kompetitor

korban sebagai obyek dari proses

pengadilan dalam upaya penegakan

penyelesaian perkara, proses mediasi

hukum.

penal menempatkan korban sebagai
subyek yang terlibat langsung dalam

Saran

menentukan prosedur penyelesaian

Rekomendasi berupa tindakan

perkara TPLH. Selain itu, di dalam

konkret dalam rangka mewujudkan

penyelesaian perkara TPLH melalui

mediasi

mediasi penal kepentingan korban

penyelesaian perkara tindak pidana

juga menjadi bagian terpenting untuk

lingkungan hidup di luar pengadilan,

menentukan substansi kesepakatan

yakni:

yang merupakan hasil akhir dari
mediasi penal.

penal

1. Perlu

sebagai

dibangun

alternatif

kesadaran

bagi pengemban profesi di
Halaman

13

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

bidang hukum, baik kalangan
akademisi
maupun

dan

praktisi,

kalangan

penentu

kebijakan tentang perlunya
lembaga
sebagai

mediasi

penal

alternatif

dalam

penyelesaian perkara tindak
pidana
agar

lingkungan
pencapaian

hidup,
tujuan

perlindungan
pengelolaan

dan
lingkungan

hidup menjadi lebih baik.
2. Perlu

dibentuk

Lembaga

Mediasi Penal di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak
Asasi

Manusia

yang

berfungsi sebagai lembaga
penyelenggara mediasi penal.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahrizal, Mediasi dalam
Persektif Hukum Syariah,
Hukum Adat dan
Hukum
Nasional, Kencana, Jakarta,
2009
Ali, Mahrus, Kejahatan Korporasi,
Kajian Relevansi Sanksi
Tindakan
bagi
Penanggulangan Kejahatan
Korporasi, Arti Bumi Intaran,
Yogyakarta, 2008
Asshiddiqie,
Jimly,
Green
Constitution, Nuansa Hijau
Undang
Undang
Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Rajawali Press,
Jakarta, 2009

Atmasasmita,
Romli,
Sistem
Peradilan Pidana –Perspektif
Eksistensialisme
dan
Abolisionisme-,Bina Cipta,
Bandung, 2001
Attfield, Robin, Etika Lingkungan
Global,
Kreasi
Wacana,
Bantul, 2010
Barlow, Maude & Clarke, Tony,
Blue Gold, Perampasan dan
Komersialisasi Sumber Daya
Sosial dan Budaya, Elsam, Jakarta,
2003
Bintliff, Russel L., White Collar
Crime,
Detection
and
Prevention, Prentice Hall,
Englewood
Cliffs,
New
Jersey, 1993 64
Black, Donald, Sociological Justice,
Oxford University Press,
New York, 1989 Box, Steven,
Power,
Crime
and
Mystification,
Tavistock
Publications, London and
New York, 1983
Brenner, M. Harvey, Pengaruh
Ekonomi terhadap Perilaku
Jahat dan Penyelenggaraan
Peradilan
Pidana.
CV
Rajawali, Jakarta, 1986
Clinard, Marshall B. and Peter C.
Yeager, Corporate Crime,
The Free Press A Division of
Macmillan Publishing Co.,
Inc., New York, Collier
Macmillan
Publishers,
London, 1980
Dietz, Tom, Pengakuan Hak Atas
Sumberdaya Alam ,Insist
Press, Yogyakarta, 1994
Halaman

14

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

Donardono, Donny (Ed), Wacana
Pembaharuan Hukum di
Indonesia,
Perkumpulan
Pembaharuan
Hukum
Berbasis Masyarakat dan
Ekologis, Jakarta, 2007.
Drapkin, Israel and Emilio Viano,
(Ed.), Victimology, Lexington
Books, D. C. Heath and
Company, London, 1975
Elving, Ronald D., Confict and
Compromise –How Congress
Makes the Law-, Simon &
Schuster, Rockefeller Center,
New York, 1995 65
Fajar,

Mukti, Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan
di
Indonesia, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010.

Fajar, Mukti & Achmad Yulianto,
Dualisme Penelitian Hukum,
-Normatif dan Empiris-,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2010
Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori
Pembangunan
dan
Globalisasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2009
Foley, Gerald, Pemanasan Global –
Siapakah
yang
Merasa
Panas?-, Yayasan
Obor
Indonesia, Jakarta, 1993
Friedman, Lawrence M., Sistem
Hukum,
Perspektif
Ilmu
Sosial, Nusamedia, Bandung.
2009
Fukuyama, Francis. The Great
Disruption –Human Nature
and The Reconstruction of
Social Order-, Touchstone,

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Rockefeller
York, 2000.

Center,

New

Gadamer, Hans-Georg, Terj. Ahmad
Sahidah, Kebenaran dan
Metode (Truth and Method),
Pustaka Pelajar Yogyakarta,
2010
Gintings, perdana, Mencegah dan
Mengendalikan Pencemaran
Industri,
Pustaka
Sinar
Harapan, Jakarta, 1995
Greer,

Jed & Bruno, Kenny,
Kamuflase Hijau –Membedah
Ideologi
Lingkungan
Perusahaanperusahaan Transnasional, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 1999
Hadi, Sudharto P, Dimensi Hukum
Pembangunan Berkelanjutan,
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2002
66.
----------------, Dimensi Lingkungan
Perencanaan Pembangunan,
Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 2005.
----------------,
Resolusi
Konflik
Lingkungan, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro,
Semarang, 2006.
Hadisuprapto, Paulus, (Ketua Tim
Peny.),
Kapita
Selekta
Hukum, Menyambut Dies
Natalis Ke 50 Fakultas
Hukum
Universitas
Diponegoro, FH UNDIP,
Semarang, 2007.
Hamzah, Andi, Penegakan Hukum
Lingkungan, Sinar Grafika,
Jakarta, 2005

Halaman

15

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

Hardjasoemantri,
Koesnadi,
Environmental Legislation in
Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta,
1985
Hart, H.L.A., The Concept of Law,
the English Language Book
Society
and
Oxford
University Press, Oxford,
1961
Hazlitt,
Henry,
Dasar-dasar
Moralitas, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003
Hidayat, Arief & FX. Adji Samekto,
Kajian Kritis Penegakan
Hukum Lingkungan di Era
Otonomi Daerah, Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro, Semarang, 2007
Hidayat,
Herman,
Politik
Lingkungan
–Pengelolaan
Hutan Masa Orde Baru dan
Reformasi, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, 2008 67
Hoefnagels, GP., The Other Side of
Criminology,
Kluwer,
Deventer, Holland, 1973
HS, Salim, Hukum Pertambangan di
Indonesia, Rajawali Press,
Jakarta, 2005
Hufschmidt,
Maynard
M.,
Lingkungan, Sistem Alami,
dan Pembangunan –Pedoman
Penilaian Ekonomis-, Cet.
Ke-3,
Gadjah
Mada
University Press, Yogyakarta,
1996.
Irawan, Candra, Aspek Hukum dan
Mekanisme
Penyelesaian
Sengketa Di Luar Pengadilan
(Alternative
Dispute

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Resolution), Mandar Maju,
Bandung, 2010.
Irwan, Zoer‟aini Djamal, Prinsipprinsip Ekologi –Ekosistem,
Lingkungan
dan
Pelestariaannya-,
Bumi
Aksara, Jakarta, 2007
Jaya,

Nyoman Serikat Putra,
Beberapa Pemikiran ke arah
Pengembangan
Hukum
Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2008

Keraf, Ilmu Pengetahuan –Sebuah
Tinjauan Filosofis-, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta, 2001
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan (The World
Commission on Environment
and Development), Hari
Depan Kita Bersama, PT.
Gramedia, Jakarta, 1988
Kusumaatmadja, Mochtar (Ed.),
Konsep-konsep Hukum dalam
Pembangunan, PT. Alumni,
Bandung, 2002 68
Kymlicka, Will, (Terj. Agus
Wahyudi), Pengantar Filsafat
Politik Kontemporer –Kajian
Khusus
atas
Teori-teori
Keadilan-, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2004.
Low,

Nicholas and Gleeson,
Brendan, (Terj. Dariyatno),
Politik
Hijau
–Kritik
terhadap

Politik Konvensional menuju Politik
Berwawasan Lingkungan dan
Keadilan- Penerbit Nusa
Media, Bandung, 2009

Halaman

16

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

Machmud, Syahrul, Penegakan
Hukum
Lingkungan
Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, 2007
Manan, Bagir, Hukum Positif
Indonesia,
Satu
Kajian
Teoritik, FH UII Press,
Yogyakarta, 2004
Marfai, Muh Aris, Moralitas
Lingkungan, Refleksi Kritis
atas
Krisis
Lingkungan
Berkelanjutan,
Wahana
Hijau, Yogyakarta, 2005
Nawawi Arief, Barda, Mediasi
Penal, Penyelesaian Perkara
di Luar Pengadilan, Pustaka
Nettler, Gwynn, Explainning Crime,
Second Edition, McGraw-Hill
Inc., New York, 1978.
Nonet, Philippe dan Selznick, Philip,
Law and Society in Transition
–Toward Responsive Law-,
Harper Colophon Books,
Harper & Row Publishers,
New York, 1978.
Packer, Herbert L., The Limits of
Criminal Sanction, Stanford
University Press, California,
1968.

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Pruit, Dean G & Rubin, Jeffrey Z,
Teori Konflik Sosial, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2009.
Putra, Ida Bagus Wyasa, Hukum
Lingkungan
Internasional,
Perspektif Bisnis Lingkungan,
Refika Aditama, Bandung,
2003.
Rahardjo,
Satjipto,
Penegakan
Hukum,
suatu
Tinjauan
Sosiologis, Genta Publishing,
Semarang, 2009.
--------------,
Membangun
dan
Merombak Hukum Indonesia,
Genta
Publishing,
Yogyakarta, 2009.
--------------, Pendidikan Hukum
sebagai Pendidikan Manusia,
Genta
Publishing,
Yogyakarta, 2009.
Rahmadi,
Takdir,
Mediasi,
Penyelesaian
Sengketa
Melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Press, Jakarta, 2010.
Rhiti,

Hyronimus,
Hukum
Penyelesaian
Sengketa
Lingkungan Hidup, Penerbit
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta,
Yogyakarta,
2006.

Pizzi, William T., Trials Without
Truth –Why Our System of
Criminal Trials has become
An Expensive Failure and
What We Need to do to
Rebuild It-, New York
University Press, New York
and London, 1999.

Sale, Kirkpatrick, Revolusi Hijau,
Sebuah Tinjauan HistorisKritis Gerakan Lingkungan
Hidup di Amerika Serikat,
Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 1996.

Poerwanto, Hari, Kebudayaan dan
Lingkungan dalam Perspektif
Antropologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2008.

Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan, PT. Mutiara
Sumber Widya, Jakarta,
1995.
Halaman

17

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

Samekto, Adji FX., Kapitalisme,
Modernisasi dan Kerusakan
Lingkungan, Genta Press,
Yogyakarta, 2008.

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,
Alumni, Bandung, 1981.
Susanto, Anthon F, Wajah Peradilan
Kita,
Refika
Aditama,
Bandung, 2004

--------------, Justice Not For All,
Kritik
terhadap
Hukum
Modern danam Perspektif
Studi Hukum Kritis, Genta
Press, Yogyakarta, 2008

Sutiyoso,
Bambang,
Hukum
Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Gama
Media, Yogyakarta, 2008

Saptomo, Ade, Hukum dan Kearifan
Lokal, Revitalisasi Hukum
Adat Nusantara, Grasindo,
Jakarta, 2010.

Syamsuddin,
Amir,
Integritas
Penegak Hukum, Hakim,
Jaksa, Polisi dan Pengacara,
Kompas, Jakarta, 2008

Seno Adji, Indriyanto, Humanisme
dan Pembaruan Penegakan
Hukum, Kompas, Jakarta,
2009.

Tanya, Bernard L., et., al., Teori
Hukum
–Strategi
Tertib
Manusia Lintas Ruang dan
Generasi-,
CV.
Kita,
Surabaya, 2006

Shiva, Vandhana, Water Wars –
Privatisasi, Profit dan Polusi, Insist Press, Jakarta, 2003.
Silalahi, Daud, Hukum Lingkungan
dalam Sistem Penegakan
Hukum
Lingkungan
Indonesia,
Edisi
Revisi
(Kedua),
Cet.
Pertama,
Alumni, Bandung, 1996.
Soemarwoto,
Otto,
Ekologi,
Lingkungan
Hidup
dan
Pembangunan, Cet. Ke-7,
Penerbit Djambatan, Jakarta,
1997
-------------, Atur Diri Sendiri,
Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Gadjah
Mada
University
Press,
Yogyakarta, 2009
Soeriaatmaja,
R.E.,
Ilmu
Lingkungan, Penerbit ITB,
Bandung, 1997.

Warassih, Esmi, Pranata Hukum
Sebuah Telaah Sosiologis,
Suryandaru
Utama,
Semarang, 2005.
Wardhana, Wisnu Arya, Dampak
Pemanasan Global, Penerbit
Andi, Yogyakarta, 2010
Widjaja Gunawan & Yani, Ahmad,
Hukum Arbitrase, Rajawali
Press, Jakarta 2001
Wignjosoebroto, Soetandyo, HukumParadigma, Metode dan
Dinamika
Masalahnya-,
ELSAM dan HUMA, Jakarta,
2002
Wiryawan, I Wayan & Artadi, I
Ketut, Penyelesaian Sengketa
di Luar Pengadilan, Udayana
University Press, Denpasar,
2009 73

Halaman

18

Al’ Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016

ISSN ELEKTRONIK 2477-0124

Wisnubroto, Al., Teknis Persidangan
Pidana, Penerbit Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta, 2009
Zakaria, R. Yando, Hutan dan
Kesejahteraan Masyarakat,
Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI), Jakarta,
1994

Halaman

19