APBN APBD Fungsi Tujuannya Serta Tingkat
APBN, APBD, FUNGSI, TUJUANNYA ,
SERTA TINGKAT INFLASI
Kelompok 4
1.Samsul Bahri 13-010
2.Muhammad Iqbal 13-012
3.Wawan Kurniawan 13-029
4.Adrian Bayu P 13-037
5.Tri Wulan Dari 13-022
6.Nursaidah Asna 13-048
Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN,
Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Fungsi APBN :
1. otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara
dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan
pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya,
maka
negara
dapat
membuat
rencana
untuk
medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan
dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil
tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar Bias berjalan.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat
untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk
memelihara
perekonomian.
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
Prinsip penyusunan APBN :
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada
tiga, yaitu:
1. ntensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara
dan penuntutan denda.
Bedasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan
APBN adalah:
1. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program
atau kegiatan.
3. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi
dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau
potensi nasional.
Azas penyusunan APBN :
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
1. Kemandirian,
yaitu
meningkatkan
sumber
penerimaan
dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan.
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang
Negara.
Proporsi Dana Bagi Hasil Untuk Masing-masing Jenis
Pendapatan
No
1.
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Untuk
Jenis Pendapatan
Penerimaan PBB
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
10%, dengan alokasi: 90%, dengan alokasi:
Dibagikan dgn porsi
Provinsi
yang sama besar
=
untuk seluruh
16,2%
Kab./Kota
=
6,5%
Insentif
3,5%
Kab./Kota
=
64,8%
=
By. Pemungutan =
9%
2.
Penerimaan BPHTB
20%, dibagikan dgn porsi
80%, dengan alokasi:
yang sama besar untuk
Provinsi
seluruh Kab./Kota
3.
Penerimaan PPh Pasal 25
dan Pasal 29 WP Orang
Pribadi Dalam Negeri dan
PPh Pasal 21
80%
Kab./Kota
= 16%
= 64%
20%, dengan alokasi:
Provinsi
= 8%
Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan
= 12%
Dengan rincian sbb:
Kab./Kota tempat wajib pajak
terdaftar = 8,4%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
= 3,6%
4.
Penerimaan Iuran Izin
20%
Usaha Pemanfaatan Hutan
Provinsi
(IIUPH)
5.
Penerimaan Provisi Sumber
80%, dengan alokasi:
Kab./Kota
20%
Daya Hutan (PSDH)
= 16%
= 64%
80%, dengan imbangan:
Provinsi
Kab./Kota
= 16%
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
6.
7.
Penerimaan Dana Reboisasi 60% (digunakan untuk
Penerimaan Pertambang-an
Umum (Iuran Tetap) dari
Kabupaten/ Kota
= 32%
40% (digunakan untuk rehabilitasi
rehabilitasi hutan dan lahan
hutan dan lahan di Kab./Kota
secara nasional)
penghasil )
20%
80%, dengan alokasi:
Provinsi
Kab./Kota
= 16%
= 64%
8.
Penerimaan Pertambangan
20%
Umum (Iuran Eksplorasi dan
80%, dengan alokasi:
Provinsi
Eksploitasi) dari
Kab./Kota
Kabupaten/Kota
= 16%
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
9.
Penerimaan Pertambangan
Umum (Iuran Tetap dan Iuran
Eksplorasi dan Eksploitasi)
dari Provinsi
20%
= 32%
80%, dengan alokasi:
Provinsi
= 26%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 54%
No
10.
11.
Jenis
Pendapatan
Penerimaan
Perikanan
(Secara
Nasional)
Penerimaan
Pertambangan
Minyak Bumi
dari
Kabupaten/
Kota
Untuk
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
20%
80%, Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota.
84,5%
15,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 3%
Kab./Kota
= 6%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 6%
Dialokasikan untuk anggaran pendidikan
dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
Kab./Kota
= 0,1%
= 0,2%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 0,2%.
12.
Penerimaan
84,5%
15,5%, dengan alokasi:
Pertambangan
Provinsi
= 5%
Minyak Bumi
Dibagikan dgn porsi yang sama
dari Provinsi
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 10%
Dialokasikan untuk anggaran
pendidikan dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
= 0,17%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 0,33%.
13.
Penerimaan
Pertambangan
Gas Bumi dari
Kabupaten/
Kota
69,5%
30,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 6%
Kab./Kota
= 12%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi
yg bersangkutan = 12%
Dialokasikan untuk anggaran
pendidikan dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
Kab./Kota
= 0,1%
= 0,2%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi
yg bersangkutan = 0,2%.
No Jenis Pendapatan
14. Penerimaan
Pertambangan Gas
Bumi dari Provinsi
Untuk
Pemerintah
Pusat
69,5%
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Pemerintah Daerah
30,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 10%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 20%
Dialokasikan untuk anggaran pendidikan
dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
15. Penerimaan
Pertambangan
Panas Bumi
20%
= 0,17%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 0,33%.
80%, dengan alokasi:
Provinsi
= 16%
Kab./Kota
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
Fungsi APBD :
1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.
2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
4. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
5. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah
harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran,
dan
pemborosan
sumberdaya,
serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.
6. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan
dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi
alat
untuk
memelihara
dan
mengupayakan
fundamental perekonomian daerah.
keseimbangan
Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia
sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan
kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah
pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu
menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak
harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilan
keputusan,
karena
seluluh
dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
keputusan
dan
kebijakan
Desentralisasi
Desentralisasi
adalah
pendelegasian
wewenang
dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level
bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat
sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang
memilih serta menerapkan sistem desentralisasi
karena
dapat
memperbaiki
serta
meningkatkan
efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Perbedaan
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum
adanya otonomi daerah.
Sedangkan
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan
dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level
bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak
perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan
sistem
desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan
produktifitas suatu organisasi.
Tingkat Inflasi Tahun Terakhir
Bulan Tahun
Februari 2015
Januari 2015
Desember 2014
Nopember 2014
Oktober 2014
September 2014
Agustus 2014
Juli 2014
Juni 2014
Mei 2014
Tingkat
Inflasi
6.29 %
6.96 %
8.36 %
6.23 %
4.83 %
4.53 %
3.99 %
4.53 %
6.70 %
7.32 %
April 2014
7.25 %
Maret 2014
7.32 %
Februari 2014
7.75 %
Januari 2014
8.22 %
Desember 2013
8.38 %
Nopember 2013
8.37 %
Oktober 2013
8.32 %
September 2013
8.40 %
Agustus 2013
8.79 %
Juli 2013
8.61 %
Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada
prinsipnya
tidak
semua
inflasi
berdampak
negatif
pada
perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi di bawah
sepuluh persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat
pada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha
bersemangat memperluas produksinya, karena dengan kenaikan harga
yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Selain
itu, peningkatan produksi memberi dampak positif lain, yaitu tersedianya
lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif jika nilainya melebihi
sepuluh persen.
SERTA TINGKAT INFLASI
Kelompok 4
1.Samsul Bahri 13-010
2.Muhammad Iqbal 13-012
3.Wawan Kurniawan 13-029
4.Adrian Bayu P 13-037
5.Tri Wulan Dari 13-022
6.Nursaidah Asna 13-048
Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN,
Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Fungsi APBN :
1. otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara
dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan
pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya,
maka
negara
dapat
membuat
rencana
untuk
medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan
dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil
tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar Bias berjalan.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat
untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk
memelihara
perekonomian.
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
Prinsip penyusunan APBN :
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada
tiga, yaitu:
1. ntensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara
dan penuntutan denda.
Bedasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan
APBN adalah:
1. Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program
atau kegiatan.
3. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi
dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau
potensi nasional.
Azas penyusunan APBN :
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
1. Kemandirian,
yaitu
meningkatkan
sumber
penerimaan
dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan.
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang
Negara.
Proporsi Dana Bagi Hasil Untuk Masing-masing Jenis
Pendapatan
No
1.
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Untuk
Jenis Pendapatan
Penerimaan PBB
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
10%, dengan alokasi: 90%, dengan alokasi:
Dibagikan dgn porsi
Provinsi
yang sama besar
=
untuk seluruh
16,2%
Kab./Kota
=
6,5%
Insentif
3,5%
Kab./Kota
=
64,8%
=
By. Pemungutan =
9%
2.
Penerimaan BPHTB
20%, dibagikan dgn porsi
80%, dengan alokasi:
yang sama besar untuk
Provinsi
seluruh Kab./Kota
3.
Penerimaan PPh Pasal 25
dan Pasal 29 WP Orang
Pribadi Dalam Negeri dan
PPh Pasal 21
80%
Kab./Kota
= 16%
= 64%
20%, dengan alokasi:
Provinsi
= 8%
Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan
= 12%
Dengan rincian sbb:
Kab./Kota tempat wajib pajak
terdaftar = 8,4%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
= 3,6%
4.
Penerimaan Iuran Izin
20%
Usaha Pemanfaatan Hutan
Provinsi
(IIUPH)
5.
Penerimaan Provisi Sumber
80%, dengan alokasi:
Kab./Kota
20%
Daya Hutan (PSDH)
= 16%
= 64%
80%, dengan imbangan:
Provinsi
Kab./Kota
= 16%
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
6.
7.
Penerimaan Dana Reboisasi 60% (digunakan untuk
Penerimaan Pertambang-an
Umum (Iuran Tetap) dari
Kabupaten/ Kota
= 32%
40% (digunakan untuk rehabilitasi
rehabilitasi hutan dan lahan
hutan dan lahan di Kab./Kota
secara nasional)
penghasil )
20%
80%, dengan alokasi:
Provinsi
Kab./Kota
= 16%
= 64%
8.
Penerimaan Pertambangan
20%
Umum (Iuran Eksplorasi dan
80%, dengan alokasi:
Provinsi
Eksploitasi) dari
Kab./Kota
Kabupaten/Kota
= 16%
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg
bersangkutan
9.
Penerimaan Pertambangan
Umum (Iuran Tetap dan Iuran
Eksplorasi dan Eksploitasi)
dari Provinsi
20%
= 32%
80%, dengan alokasi:
Provinsi
= 26%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 54%
No
10.
11.
Jenis
Pendapatan
Penerimaan
Perikanan
(Secara
Nasional)
Penerimaan
Pertambangan
Minyak Bumi
dari
Kabupaten/
Kota
Untuk
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah
20%
80%, Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota.
84,5%
15,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 3%
Kab./Kota
= 6%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 6%
Dialokasikan untuk anggaran pendidikan
dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
Kab./Kota
= 0,1%
= 0,2%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 0,2%.
12.
Penerimaan
84,5%
15,5%, dengan alokasi:
Pertambangan
Provinsi
= 5%
Minyak Bumi
Dibagikan dgn porsi yang sama
dari Provinsi
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 10%
Dialokasikan untuk anggaran
pendidikan dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
= 0,17%
Dibagikan dgn porsi yang sama
besar untuk seluruh Kab./Kota
dalam provinsi yg bersangkutan
= 0,33%.
13.
Penerimaan
Pertambangan
Gas Bumi dari
Kabupaten/
Kota
69,5%
30,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 6%
Kab./Kota
= 12%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi
yg bersangkutan = 12%
Dialokasikan untuk anggaran
pendidikan dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
Kab./Kota
= 0,1%
= 0,2%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar
untuk seluruh Kab./Kota dalam provinsi
yg bersangkutan = 0,2%.
No Jenis Pendapatan
14. Penerimaan
Pertambangan Gas
Bumi dari Provinsi
Untuk
Pemerintah
Pusat
69,5%
Proporsi Dana Bagi Hasil
Untuk
Pemerintah Daerah
30,5%, dengan alokasi:
Provinsi
= 10%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 20%
Dialokasikan untuk anggaran pendidikan
dasar
= 0,5%,
dengan rincian sbb:
Provinsi
15. Penerimaan
Pertambangan
Panas Bumi
20%
= 0,17%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
seluruh Kab./Kota dalam provinsi yg
bersangkutan = 0,33%.
80%, dengan alokasi:
Provinsi
= 16%
Kab./Kota
= 32%
Dibagikan dgn porsi yang sama besar untuk
Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai
dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
Fungsi APBD :
1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.
2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
4. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
5. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah
harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran,
dan
pemborosan
sumberdaya,
serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.
6. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan
dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi
alat
untuk
memelihara
dan
mengupayakan
fundamental perekonomian daerah.
keseimbangan
Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia
sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan
kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah
pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu
menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak
harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilan
keputusan,
karena
seluluh
dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
keputusan
dan
kebijakan
Desentralisasi
Desentralisasi
adalah
pendelegasian
wewenang
dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level
bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat
sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang
memilih serta menerapkan sistem desentralisasi
karena
dapat
memperbaiki
serta
meningkatkan
efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Perbedaan
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum
adanya otonomi daerah.
Sedangkan
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan
dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level
bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak
perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan
sistem
desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan
produktifitas suatu organisasi.
Tingkat Inflasi Tahun Terakhir
Bulan Tahun
Februari 2015
Januari 2015
Desember 2014
Nopember 2014
Oktober 2014
September 2014
Agustus 2014
Juli 2014
Juni 2014
Mei 2014
Tingkat
Inflasi
6.29 %
6.96 %
8.36 %
6.23 %
4.83 %
4.53 %
3.99 %
4.53 %
6.70 %
7.32 %
April 2014
7.25 %
Maret 2014
7.32 %
Februari 2014
7.75 %
Januari 2014
8.22 %
Desember 2013
8.38 %
Nopember 2013
8.37 %
Oktober 2013
8.32 %
September 2013
8.40 %
Agustus 2013
8.79 %
Juli 2013
8.61 %
Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pada
prinsipnya
tidak
semua
inflasi
berdampak
negatif
pada
perekonomian. Terutama jika terjadi inflasi ringan yaitu inflasi di bawah
sepuluh persen. Inflasi ringan justru dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat
pada pengusaha, untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha
bersemangat memperluas produksinya, karena dengan kenaikan harga
yang terjadi para pengusaha mendapat lebih banyak keuntungan. Selain
itu, peningkatan produksi memberi dampak positif lain, yaitu tersedianya
lapangan kerja baru. Inflasi akan berdampak negatif jika nilainya melebihi
sepuluh persen.