KEBERADAAN CALO TERHADAP KUNJUNGAN WISAT

Page |1

KEBERADAAN CALO TERHADAP KUNJUNGAN WISATAWAN KE DAERAH
POTENSI PARIWISATA KAWAH DARAJAT KABUPATEN GARUT
1

Sinta Indriani; 2Dr.Siti Nurbayani K, M.Si; 3Mirna Nur Alia A, S.Sos, M.Si
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
3
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPSUniversitas Pendidikan Indonesia

1

e-mail: [email protected]
Abstract: The research of the existence of pander in the Darajat Crater attracts tourists to visit the
location. But the location has not been established as a place of tourism. The goal of pennelitian is to
know how the existence of pander against visits the crater as well as solutions for Darajat these problems
and the development of local community-based tourism. This research was conducted a mixed method
and strategy of triangulation of quantitative data collection triangulated kongkuren and qualitative can

be performed together. The results of this research the presence of touts the effect on a visit to the crater
Darajat because in the absence of them, visitors cannot visit the Darajat Crater. However, the location
and the work of brokers is illegal, so the solution in response to these problems the Government should
direct the touts to have legal jobs such as changing touts Darajat Crater into a tour guide, through
training that provides a license for the sake of legality. So it created a social order and so society is
becoming a nation of Indonesia adhering and enforcing the law
Key Word: Pander, Tourism, and Social Order
Abstrak: Penelitian ini mengenai keberadaan calo di Kawah Darajat yang menarik wisatawan untuk
mengunjungi lokasi tersebut. Padahal lokasi tersebut belum diresmikan sebagai tempat Pariwisata. Tujuan
dari pennelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keberadaan calo terhadap kunjungan Kawah
Darajat serta solusi untuk permasalahan tersebut dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
setempat. Penelitian ini menggunakan metode campuran dan strategi triangulasi kongkuren yaitu
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatifnya bisa dilakukan dengan bersama-sama. Hasil dari penelitian
ini keberadaan calo tersebut berpengaruh terhadap kunjungan ke Kawah Darajat karena tanpa adanya
mereka, para pengunjung tidak dapat mengunjungi Kawah Darajat. Akan tetapi lokasi tersebut dan
pekerjaan calo merupakan ilegal, sehingga solusi dalam menanggapi permasalahan tersebut pemerintah
harus mengarahkan calo agar memiliki pekerjaan yang legal seperti mengubah calo Kawah Darajat
menjadi Pramuwisata, melalui pelatihan yang memberikan lisensi demi legalitas. Sehingga tercipta
keteraturan sosial dan dengan begitu masyarakat menjadi bangsa Indonesia yang mentaati peraturan serta
menegakkan hukum yang berlaku.

Kata Kunci: Calo, Pariwisata, dan Keteraturan Sosial
PENDHULUAN
Ada banyak jenis objek wisata yang dimiliki
oleh Indonesia, karena kekayaan alamnya yang
beragam. Sehingga berbagai macam jenis objek
wisata bisa dikelompokkan berdasarkan alasan
motivasi serta tujuan wisatawan. Objek dan
daya tarik wisata ada beberapa macam, yaitu
objek wisata alam, objek wisata sosial budaya
dan objek wisata minat khusus. Dalam objek
wisata alam misalnya, Indonesia ini memiliki
alam yang sangat indah dan eksotis,. Negara
Indonesia yang dikelilingi oleh pegunungan dan
lautan, misalnya di pulau jawa khususnya jawa
barat, ada suatu daerah kabupaten yaitu Garut.
Kabupaten Garut yang dikelilingi gununggunung ini setiap gunungnya memiliki
keistimewaan masing-masing. Misalnya gunung

Guntur yang merupakan gunung merapi aktif
yang bisa dimanfaatkan panas buminya sebagai

objek wisata pemandian air panas, gunung
Cikuray yang merupakan salah satu gunung
tertinggi di Jawa Barat bentuknya yang
sempurna banyak orang menyebutnya seperti
tumpeng (nasi kuning yang dibentuk kerucut),
gunung Papandayan yang meupakan gunung
merapi
yang
sudah
pernah
meletus
menampakkan keindahan hasil dari fenomena
alam yang unik, sehingga dijadikan objek
Taman Wisata Alam dan sangat sering dijadikan
tempat untuk berkemah selain itu bisa didaki
oleh orang-orang pemula. Karena kabupaten
Garut dikelilingi pegunungan, selain gununggunung yang besar dan sudah dikenal
masyarakatnya, ada lagi gunung Darajat yang

Page |2


bersebelahan dengan gunung Papandayan,
apabila pendaki menjelajah gunung Papandayan
mereka bisa pula sampai ke gunung Darajat.
Gunung ini tepatnya berlokasi di Desa
Karyamekar Kecamatan Pasirwangi. Gunung
Darajat memiliki sumberdaya alam panas bumi
yang dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Uap. Selain Gunung Darajat yang
memiliki sumber daya alam panas bumi di
kabupaten Garut, ada pula di daerah Kamojang
yang sudah menjdi Taman Wisata Alam resmi
yang dikenal dengan Kawah Kamojang, salah
satu objek wisata yang menjadi cirri khas
kabupaten Garut. Akan tetapi Gunung Darajat
pun memiliki beberapa kawah yang tidak kalah
indahnya dengan Kawah Kamojang, Keadaan
alamnya yang unik, misalnya cuaca disana yang
sering mendung yang disebabkan dari panas
bumi yang menguap juga kondisi tanahnya yang

mengeluarkan asap dan air belerang. Selain itu,
pemandangan menuju kawasan Kawah Darajat
ini banyak perkebunan dan pertanian
masyarakat sekitar yang berbukit-bukit. Tempat
ini memiliki kekayaan alam yang bisa
dimanfaatkan oleh manusia, sehingga dijadikan
sebagai Objek Vital Nasional. Karena Kawah
Darajat berada di kawasan Desa Karyamekar,
masyarakat sekitar ingin memperkenalkan
keindahan alam yang berada di Desa
Karyamekar kepada para wisatawan yang mulai
berdatangan sejak adanya objek wisata kolam
berendam dan berenang pada tahun 2010.
Masyarakat setempat memanfatkan keberadaan
Kawah Darajat sebagai daya tarik objek wisata,
maka dari itu masyarakat mulai mengajukan
perizinan agar dibukanya kawasan Kawah
Darajat tersebut agar bisa dikunjungi oleh
wisatawan. Bagi masyarakat sekitar dengan
menjadikannya Kawah Darajat sebagai objek

wisata, selain membuka lapangan pekerjaan
baru, hal tersebut merupakan cara menikmati
kekayaan alam yang berada di wilayah sekitar
mereka, jangan hanya dimanfaatkan oleh
perusahaan swasta saja. Tetapi untuk
mewujudkan keinginan masyarakat tersebut
tidaklah mudah, karena kawasan tersebut
dikontrak oleh perusahaan swasta karena
mereka memanfaatkan sumber daya alam dari
kawasan tersebut untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Uap. Walaupun desa Karyamekar bisa
meningkatkan sosial ekonominya melalui
pengembangan potensi pariwisata di daerah
terseut, tetapi masih banyak pertimbangan dari
pemerintah bersangkutan. Mulanya pihak
pengelola memberikan izin diperbolehkannya
pengunjung memasuki Kawah Darajat saat hari
libur nasional. Tetapi pada akhirnya, aktivitas
calo terus berlanjut di Kawah Darajat hingga


saat ini, dengan menawarkan jasa antar dan
menjelajahi Kawah Darajat. Di Indonesia,
menurut Noris (2014, hlm.1) “pekerjaan sebagai
calo seringkali dipandang sebagai pekerjaan
yang illegal dan negatif.Calo bekerja sebagai
pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi
seseorang secara tidak resmi”. Didukung oleh
pernyataan Umar (2012) “pada awalnya
motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan
muncul karena merasakan perlunya untuk
memenuhi kebutuhan. Sehingga motivasi
masyarakat sekitar Kawah Darajat menjadi calo
pun salah satunya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup karena tempat tersebut
dianggap sebagai kesempatan mendapatkan
lapangan kerja, serta adanya rasa memiliki
sebagai orang yang berada di daerah tersebut.
Dalam hal ini memang kegiatannya akan
membantu meningkatkan sosial ekonomi
beberapa orang masyarakat yang menjadi calo,

akan tetapi tanpa adanya pengelolaan dan izin
resmi dari pihak berwenang derah yang
berpotensi
ini
kurang
mensejahterakan
masyarakat sekitar. Disini lah pentingnya
memberdayakan sumber daya manusia dalam
pengembangan pariwisata. Dalam dunia
pariwisata atau kawasan wisata, yang
dibutuhkan adalah adanya Pramuwisata. Seperti
yang diungkapkan oleh Udoyono (2011, hlm.48)
“Pramuwisata atau juga bisa disebut pemandu
wisata (guide) sangat dibutuhkan dan berperan
penting dalam bisnis pariwisata”.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
campuran (Mix method) yaitu dengan strategi
triangulasi kongkuren yang pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatifnya bisa dilakukan

dengan cara bersamaan. Dalam triangulasi ini
peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Pada triangulasi sumber
peneliti
memastikan
keabsahan
dengan
membandingkan data dari informan yaitu calo
dan pemerintahan terkait. Sedangkan dalam
triangulasi
teknik,
peneliti
memeriksa
keabsahan hasil data penelitian dengan
membandingkan data yang diperoleh dengan
berbaagai teknik, seperti pengumpulan data
yang menggunakan angket,, observasi, dan
wawancara.
Dikarenakan
penelitian

ini
membutuhkan data dari pengunjung melalui
angket yang merupakan alat pengumpul data
kuantitatif dan wawancara kepada calo,
pemertintah terkait, juga masyarkat setempat
serta observasi lokasi Kawah Darajat sebagai
alat pengumpul data kuaitatif. Penelitian ini
membahas mengenai keberadaan calo terhadap
kunjungan Kawah Darajat. Pertama yang harus
diketahui adalah gambaran tentang keberadaan

Page |3

calo di Kawah Darajat, lalu yang kedua adalah
gambaran kunjungan ke Kawah Darajat. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Melalui metode deskriptif ini,
peneliti diharapkan mampu mengidentifikasi,
menganalisis bagaimana pengaruh keberadaan
calo terhadap kunjungan Kawah Darajat. Data

yang diperoleh akan diolah dan dianalisis
menggunakan teknik skala persentase, skala
deskriftif, reduksi data (reduction), penyajian
data (data display), dan penarikan kesimpulan
atau
verifikasi
(conclusion
drawing
verification).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pariwisata ada berbagai macam
jenisnya, salah satunya objek wisata alam,
Kawasan Kawah Darajat yang berpotensi
dijadikan objek wisata ini diajukan oleh
masyarakat
di
sekitarnya.
Masyarakat
menginginkan
orang-orang
mengetahui
keindahan alam yang berada di desa
Karyamekar, selain keindahan alamnya yang
unik tempat ini merupakan sumber daya alam
yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat,
terdapat beberapa kawah yang merupakan
letusan dari tanah yang awalnya mengeluarkan
asap kemudian karena keluar air belerang dari
dalamnya membuat tanah tersebut berair dan
melebar sehingga tampak seperti danau kecil
berair biru muda. Akan tetapi keinginan
masyarakat untuk memanfaatkan kawasan
tersebut sebagai Taman Wisata Alam
mendapatkan pro kontra dari berbagai pihak
karena memerlukan beberapa pertimbangan
dikarenakan lokasi tersebut merupakan Objek
Vital Nasional dan merupakan lokasi yang
sudah disewa oleh perusahaan swasta dan sering
dilakukan pengeboran dari pihak perusahaan
swasta tersebut. Masyarakat yang membutuhkan
lapangan pekerjaan terdesak oleh kebutuhan
ekonomi sehingga memilih menjadi calo untuk
menuju Kawah Darajat secara illegal. Untuk
memasuki kawasan Kawah Darajat memerlukan
perizinan melalui badan pemerintah terkait dan
hanya diizinkan untuk orang-orang yang
berkepentingan untuk penelitian atau para
petugas perusahaan yang akan melakukan
pengeboran. Di daerah tersebut berdiri
perusahaan swasta yang memanfaatkan sumber
daya alam panas bumi, yaitu PT.Chevron
Pacific Indonesia juga PT.Indonesia Power.
Kawasan tersebut memiliki potensi yang bagus,
apalagi dimulai pada tahun 2010, di daerah
tersebut mulai dibuat kolam berendam air
belerang oleh masyarakat sekitar yang memiliki
lahan disekitar kawasan perusahaan. Pada
awalnya kolam berendam tersebut dibuat untuk
para pegawai perusahaan ber-relaxasi, akan

tetapi ternyata tempat tersebut mulai dikenal
oleh masyarakat lokal dari daerah lain. Sehingga
mulai diminati dan dikunjungi wisatawan dari
berbagai daerah bahkan luar kota. Dari tahun ke
tahun, tempat tersebut mulai berkembang
menjadi objek wisata. Orang-orang yang
membuat bisnis kolam berendam semakin
bertambah dan mereka adalah masyarakat asli
penduduk di desa tersebut. Mereka yang
memiliki tanah luas mengubah lahan yang
tadinya merupakan kebun pertanian menjadi
objek wisata kolam berendam atau berenang.
Sehingga masyarakat menjadikan pariwisata
sebagai lapangan pekerjaan baru yang bisa
diandalkan di daerah tersebut. Ramainya
pengunjung ke kolam berenang membuat
masyarakat
berinisiatif
untuk
menarik
pengunjung menuju Kawah Darajat yang
merupakan tempat sumber air belerang yang
dialirkan ke kolam-kolam berendam. Akan
tetapi karena kawasan Kawah Darajat
merupakan tempat pengeboran dari salah satu
perusahaan swasta dan juga Objek Vital
Nasional yang dilindungi, tidak sembarang
orang bisa memasuki kawasn tersebut. Maka
dari itu masyarakat meminta kebijakan pada
pemerintah terkait agar tempat tersebut
diizinkan menjdi Taman Wisata Alam. Hal
tersebut mendapatkan pro dan kontra dari
berbagai pihak. Khususnya pemerintah terkait
mengkhawatirkan karena adanya pipa-pipa dari
perusahaan swasta di kawasan tersebut, apabila
tempat tersebut dikunjung banyak orang akan
membahayakan keselamatan jika mengalami
kebocoran bisa saja terjadi ledakan yang
membahayakan pengunjung.. Akan tetapi
karena dorongan kebutuhan dan rasa memiliki
dari masyarakat setempat yang menganggap
mereka pun berhak memanfaatkan sumber daya
alam yang berada di wilayah mereka, dengan
mengabaikan peraturan dan pada akhirnya
masyarakat yang membutuhkan lapangan
pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup
memilih cara menjadi calo di kawasan Kawah
Darajat tersebut dan menarik pengunjung serta
menawarkan jasa antar menuju Kawah Darajat.
Padahal, alasan mengapa kawasan tersebut
dilarang
dimasuki
oleh
orang-orang
sembarangan karena kondisi alam khususnya
tanahnya itu labil. Sehingga membutuhkan
pengkajian yang mendalam oleh pihak Badan
Konservasi Sumber Daya Alam apabila kawasan
Kawah Darajat ingin dijadikan Taman Wisata
Alam (TWA). Selain itu yang dikhawatirkan
adalah keamanan dan keselamatan bagi
pengunjung apabila mengunjungi kawasan
tersebut. Akan tetapi hal ini bisa diatasi apabila
berbagai pihak saling bekerja sama dalam

Page |4

merencanakan pengembangan pariwisata di
desa tersebut, karena wilayah tersebut
berpotensi dijadikan tempat pariwisata bahkan
sebagian wilayah di desa Karyamekar sudah
banyak dibangun fasilitas-fasilitas untuk
kebutuhan pariwisata.
Bagi masyarakat desa Karyamekar
tempat tersebut perlu diperkenalkan kepada
orang-orang bahwa daerah tersebut begitu indah
dan merupakan kekayaan alam yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Bagi masyarakat
sekitar dengan menjadikannya Kawah Darajat
sebagai objek wisata, selain membuka lapangan
pekerjaan baru, hal tersebut merupakan cara
menikmati kekayaan alam yang berada di
wilayah sekitar mereka, jangan hanya
dimanfaatkan oleh perusahaan swasta saja yang
bahkan tidak ada karyawan ataupun pegawai
keamanan yang berasal dri masyarakat sekitar.
Hal ini pun disebabkan karena kurangnya
tingkat pendidikan masyarakat setempat,
sedangkan untuk bekerja di perusahaan tersebut
membutuhkan keahlian serta pendidikan yang
tinggi. Menurut data kependudukan di Desa
Karyamekar yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Calo berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Calo
Jumlah
SD
10
SMP
27
SMA
36
Jumlah
63
Sumber: Wawancara Calo Kawah darajat
Dari data di atas dapat terlihat, dari 63
orang calo, kebanyakan yang menjadi calo
adalah lulusan dari SMA, karena tidak mampu
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi hal
ini yang menyebabkan terjadinya pengangguran
di daerah tersebut sehingga mendorong orangorang yang belum memiliki pekerjaan membuka
lapangan pekerjaan dengan menjadi calo. Di
Indonesia, menurut Noris (2014, hlm.1)
pekerjaan sebagai calo seringkali dipandang
sebagai pekerjaan yang illegal dan negatif. Calo
bekerja sebagai pemberi jasa alternatif atau
jalan pintas bagi seseorang secara tidak resmi.
Calo di Kawah Darajat pun mereka menjual jasa
antar menuju Kawah Darajat dengan cara yang
tidak resmi karena tidak melalui perizinan.
Selain itu mereka memungut biaya yang berlipat
ganda apabila dibandingkan dengan tiket masuk
ke Taman Wisata Alam lain seperti Kawah
Kamojang. Orang-orang yang menjadi calo
tidak ingin dirinya disebut calo, tetapi mereka
menyebut pekerjaan mereka seperti tour guide
yang merupakan warga asli penduduk sekitar

kawasan
Kawah
Darajat
yang
ingin
memperkenalkan Kawah Darajat kepada
pengunjung.
Apabila mengacu pada penjelasan kode
etik untuk seorang guide, dilihat dari kegiatan
yang dilakukan calo, banyak hal yang kurang
memenuhi kriteria dan lebih mementingkan
pendapatan materi melalui kegiatan yang
mereka lakukan yang mengambil jalan pintas
dan cara yang mudah. Walaupun mereka
mengantar dan menemani wisatawan tetapi cara
mereka dari awal yang illegal sudah menyalahi
ketentuan yang berlaku yaitu memasuki
kawasan tersebut tanpa perizinan yang resmi.
Karena calo merupakan masyarakat penduduk
desa tersebut dan merasa sudah mengetahui
keadaan dan kondisi di wilayahnya mereka pun
merasa leluasa keluar masuk kawasan teersebut.
Pihak keamanan yang ada pun tidak ingin ikut
campur pada kegiatan calo tersebut karena
mereka merupakan petugas dari perusahaan
yang harus menjaga sekitar kawasan
perusahaan. Wisatawan yang ingin mengunjungi
Kawah Darajat pun tidak bisa memasuki
kawasan tersebut dan apabila melakukan
perizinan pun tujuannya harus jelas misalnya
untuk melakukan penelitian. Pada hakikatnya
calo yang menjual jasa untuk mengatar ke
kawasan Kawah Darajat lebih mengutamakan
pada penghasilan yang bisa mereka dapatkan
dari para wisatawan yang penasaran dengan
keberadaan Kawah Darajat dan ketika
wisatawan yang ingin mengunjungi lokasi
tersebut sangat banyak para calo berlombalomba
menarik
pengunjung,
sehingga
pengunjung hanya sebatas diantarkan menuju
lokasi Kawah Darajat setelah itu mereka
kembali mencari pengunjung lain yang berminat
mengunjungi Kawah Darajat. Hal ini jelas
bertolak belakang dengan kode etik dari
pramuwisata, walaupun para calo pada awalnya
berinisiatif mengajukkan agar dibukanya
kawasan Kawah Darajat agar lokasi tersebut
dikenal oleh masyarkat lain dan menarik
wisatawan mau kembali lagi. Perbedaan dari
calo dan pramuwisata dilihat dari tujuannya,
calo hanya bekerja menjual jasa demi memenuhi
kebutuhan
sehari-harinya
saja,
tanpa
mempertimbangkan untuk jangka panjang.
Penghasilan yang didapat walaupun mereka
telah melipat gandakan harga tiket masuk
menjadi mahal, karena tidak mampu
mengelolanya dengan baik tetap saja kehidupan
sosial ekonominya tidak meningkat, apalagi
faktor lingkungan mereka yang berpendidikan
rendah perilakunya pun banyak yang
menyimpang, misalnya pendapatannya dipakai
untuk membeli minum-minuman keras atau judi

Page |5

kecil-kecilan. Sedangkan usaha yang dilakukan
guide mereka walaupun memang bekerja untuk
uang tapi mereka pun memikirkan usahanya
tersebut harus bisa bertahan lama dan menjaga
kualitas pelayanannya. Sehingga tujuan dari
memperkenalkan keistimewaan dari tempat
pariwisata tersebut juga mempertahankan citra
dari masyarakat setempat.
SIMPULAN DAN SARAN
Konsekuensi yang muncul jika masalah calo ini
terus dibiarkan adalah, kelompok calo yang
semakin marak akan merasa semakin bebas dan
melanggar tata aturan sehingga mereka akan
menggangu kepentingan perusahaan swasta
apalagi perusahaan swasta tersebut sering
melakukan pekerjaan lapangan di kawasan
tersebut. Lokasi tersebut sudah berkembang
menjadi tempat pariwisata dengan adanya
kolam
renang/kolam
berendam,
maka
masyarakat yang menjadi calo hanya
membutuhkan perizinan untuk memasuki
kawasan Kawah Darajat agar bisa menjadikan
kawasan tersebut sebagai lapangan pekerjaan
baru sebagai alternatif selain dari objek wisata
berendam. Sedangkan masyarakat lainnya
membutuhkan lahan di sekitar kawasan tersebut
yang juga dekat dengan objek kolam
renang/kolam berendam air belerang untuk
berwirausaaha, berjualan kebutuhan bagi para
pengunjung objek wisata. Kustiwan (1997,
hlm.8) mengemukakan bahwa “diluar faktorfaktor yang bersifat alamiah sesungguhnya ada
faktor
kebijaksanaan
pemerintah
yang
berpengaruh besar”. Maka dari itu, pemerintah
perlu
membuat
kebijakan,
memberikan
pengarahan juga pelatihan yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang membuat masyarakat bisa
mengembangkan
serta
meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonominya dengan
memanfaatkan desa yang memiliki potensi
untuk dijadikan objek wisata tersebut. Seperti
menurut Martina (2014, hlm.31) yang
menjelaskan
bahwa
“pelatihan
dan
pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik
terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan
dijabat kedepan”. Sehingga masyarakat yang
menjadi calo tersebut bisa berubah menjadi tour
guide/pramuwisata yang berasal dari daerah
tersebut sebagai penduduk asli yang mengetahui
betul keadaan wilayah tersebut. Agar
masyarakat yang bekerja disana memiliki
legalitas serta aturan yang memenuhi kriteria
juga memberikan pelayanan yang baik serta
memuaskan. Karena sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor utama dalam
meningkatkan
pengembangan
pariwisata.
Seperti yang diungkapkan oleh Nandi (2008)

bahwa “pengelolaan dan pembiayaan kawasan
wisata harus mendapat perhatian yang serius
dari pemerintah dengan melibatkan peran
lembaga-lembaga pemerintah, stakeholder yang
terkait serta partisipasi seluruh lapisan
masyarakat dalam berbagai kebijakan dan
program yang akan diambil”. Misalnya dengan
mengubah calo Kawah Darajat menjadi
Pramuwisata.
Seperti yang diungkapkan oleh
Udoyono (dalam Fajar, 2011. Hlm 341)
“Pramuwisata atau juga bisa disebut pemandu
wisata (guide) sangat dibutuhkan dan berperan
penting dalam bisnis pariwisata”. Apabila
pemerintah ingin mengembangkan lokasi
tersebut menjadi Taman Wisata Alam dan
mengubah masyarakat yang menjadi calo lebih
teratur, maka dibutuhkan pelatihan untuk
menjadi pramuwisata, agar pariwisata terebut
memiliki legalitas dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku di daerah. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 52/Tahun 2012 tentang
Standarisasi Kompetensi dan Standarisasi
Profesi, Kartu Tanda Pengenal Lisensi
Pramuwisata adalah tanda ijin operasional yang
dikeluarkan oleh pemerintah setelah mengikuti
pelatihan pramuwisata. Pelatihan tersebut
mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) pramuwisata yaitu
serangkaian pernyataan-pernyataan tentang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap
profesi
pramuwisata.
Sehingga
apabila
pengembangan pariwisata dilakukan sesuai
dengan peraturan dan hukum yang berlaku, akan
terciptalah keteraturans sosial di masyarakat.
Selain itu, masyarakat yang diberikan pelatihan
mampu bersaing dan meningkatkan sosial
ekonomi daerah setempat. Walaupun tidak
mampu mengenyam pendidikan yang lebih
tinggi, tetapi keahlian, pengetahuan, dan
pengalaman yang didapatkan selama pelatihan
bisa menjadi modal untuk menjadi Sumber
Daya Manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar P Anggia. 2011. Pelaksanaan Peraturan
Daerah Provinsi Bali No 5 Tahun 2008
Tentang Pramuwisata Di Kabupaten
Badung.
Universitas
Udayana
Tersedia:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/art
icle/view/17538/11482 (diunduh pada
26 Mei 2016 pukul 09.47)
Kustiwan Iwan.1997.Permasalhan Konversi
Lahan Pertanian dan Implikasinya
Terhadap
Penataan
Ruang
Wilayah.Tersedia:

Page |6

http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wpcontent/uploads/2014/02/VOL-8-NO1-4.pdf (diunduh pada 13 Mei 2016
pukul 18.02)
Martina

Sopa, Syarifuddin Didin. 2014.
Pengaruh
Pelatihan
Dan
Pengembangan Terhadap Motivasi
Dampaknya Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan Di Lokawisata Baturraden.
Bandung. Bina Sarana
Informatika
Tersedia:
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.p
hp/jp/article/viewFile/186/161
(diunduh pada 13 Mei 2016 pada pukul
19.50)
Nandi.2008. Pariwisata Dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia. Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tersedia
:http://ejournal.upi.edu/index.php/ge
a/article/view/1689 (diunduh pada
13 Mei 2016 pada pukul 20.40)
Umar Akmal. 2012. Upah Meningkatkan
Kinerja dan Motivasi Kerja para
Pekerja di Industri Manufaktur di Kota
Makassar. Kopertis Wilayah IX
Sulawesi, Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen
Indonesia
(STIMI).Tersedia:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/08%
20AKMAL
%20UMAR_REVISI(2).pdf (diunduh
pada 17 Mei 2016 pukul 23.57)