TIKET MASUK DAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

TUJUAN




:
Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida
dan natrium hidroksida
Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab
1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan
basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis,
reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida.
Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat.


2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur
maupun sifatnya !

C17H35-C-K(O)-O

untuk sabun kalium

C17H35-C-Na(O)-O

untuk sabun natrium

Sabun kalium lebih mudah larut dalam air daripadansabun natrium. Sabun kalium bias
digunakan sebagai sabun cair dan pembasuh. Sabun bersifat keras apabila terbuat dari
lemak/minyak padat yang memiliki derajat kejenuhan yang tinggi. Detergen merupakan
garam dari dari asam sulfuric akil rantai panjang atau asam akil benzensulfonat, yang
berbeda dengan asam karboksilat. Fungsinya untuk menghilangkan kotoran dan lemak
dengan jalan mengemulsikan partikel tersebut menjadi suatu lapisan tipis.

3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat. Sabun terutama

mengandung c12 dan c16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.Lemak dan minyak
adalah trigliserida, atau triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak
bersifa sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat
cair.Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupalemak, sedangkan gliserda dalam
tumbuhan cenderung berupa minyak. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu
lemak atau minyak, yang disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon
panjang dan tak bercabang.Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh
atau dapat pula mengandungikatan-ikatan rangkap. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan
menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida denganalkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin. (Markum, 2009)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (misalnya
NaOH). Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh
basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan
alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut
dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl.. Garam
NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun

akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Sukardi, 2010)

2. Sabun Kalium dan Natrium

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan
sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan
sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak
yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan
menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan
minyak biji katun (Markum, 2009).
3. Perbedaan Sabun dengan Detergen

Sabun yang biasa dilabeli untuk kecantikan secara umum diproduksi dari bahan alam dan
membutuhkan energi kecil pada proses pembuatannya. Sabun memiliki pH antara 9,5 –
10 dan bersifat basa sehingga membuat sabun efektif sebagai pembersih dan mengurangi
kebutuhan terhadap antibakteri dan pengawet. Deterjen secara umum terbuat dari minyak
bumi dengan surfaktan, agen penghasil busa dan alkohol sebagai bahan utama. Untuk
menghilangkan bau yang tidak diinginkan dari bahan kimia tersebut, deterjen diberi
pewangi alami atau sintetik yang murah. Selain itu di dalam air sadah, deterjen hanya

bereaksi sedikit dengan mineral dan tidak menimbulkan endapan (Sukardi, 2010).

TINJAUAN BAHAN

1. Lemak
Lipid (dari kata yunani Lipos). Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan
yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut
dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol, dan larut sempurna dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, aseton, serta pelarut non polar lainnya (Fessenden, 2007)
2. KOH 10% dalametanol 95%
Mempunyai perwujudan Kristal putih, higroskopik, deliquescent, menyerap
karbondioksida.Saat dilarutkan dalam air dan alcohol dan larutan asam akan
menghasilkan panas. Mempunyai titik lebur 360°C.Kegunaannya Membentuk garam
kalium dari ester yang larutdalam air.(Fessenden, 2007)
3. Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol
dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812
gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya. Aseton dapat
bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang
baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting

antaranya Kloroform dan Iodoform..(Achmad, 2007)
4. NaCl
Garamdapur (NaCl) adalah bahan berupa padatan putih, memiliki bentuk Kristal
kubus yang transparan. Garam dapur merupakan senyawa yang tersusun dari asam
kuat HCl dan basa kuat NaOH..(Achmad, 2004)
5. Akuades
Aquadesadalah air hasildestilasi / penyulingansamadengan air murniatau H2O, kerena
H2O hamper tidak mengandung mineral.. (Achmad, 2004)
6. CaCl2 0,1%
Kalsiumklorida, CaCl2, merupakan garam ini berwarna putih dan mudah larut dalam
air. Kalsium klorida tidak berbau, tidakberwarna, dan tidak mudah terbakar.(Khopkar,
2004)
7. MgCl2 0,1%

Magnesium Klorida juga digunakan sebagai desinfektan (bahan pembersih
lantai),.(Achmad, 2004)
8. FeCl2 0,1%
Kegunaan FeCl2 dalam praktikum kimia adalah untuk mengetahui kesadahan yang
terkandung dalam air..(Bamedi, 2005)
9. Detergen

Deterjen merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membersihkan
dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. (Khopkar, 2004)
10. Air Kran
Air kran digunakan sebagai media dalam proses saponifikasi, jika air berbusa banyak
maka tidak mengandung kesadahan atau sedikit mengandung kesadahan.(Bamedi,
2005)
11. Minyak
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuhu tinggi dengan gliserin .(Ikan, 2009)

DIAGRAM ALIR

Pembuatan sabun kalium
Alat dan bahan
Disiapkan
Lemak 1,5 gram
Ditempatkan pada tabung reaksi, ditambahkan 10 ml

KOH 10 % dalam etanol 95 %

Tabung reaksi

Ditempatkan di beaker glass 250 ml berisi air panas untuk pemanasan sampai mendidih,
ditambahkan etanol 2 ml,dilakukan uji penyabunan dengan meneteskan hasil reaksi
kedalam air, jika sempurna maka ada tetesan lemak
Hasil reaksi
Dituang di gelas beker, dipanaskan sampai allkohol menguap sempurna, ditamabah
aquades 30 ml dan diaduk
Hasil akhir

Pembuatan sabun natrium

Alat dan bahan
Disiapkan
Sampel pembuatan sabun kalium
Diambil separuh dan ditambah HCl jenuh 15 ml, diaduk dengan kuat sampai terbentuk
padatan
Padatan
Dipisah dengan kertas saring dan ditekan supaya bebas dari air
Hasil

Sifat sabun dengan detergen


Alat dan bahan
Disiapkan
Arloji
Diolesi minyak atau lemak pada permukaanya dan digunakn dengan larutan sabun
kalium, digoyangkan gelas arloji dan diamati dan diulangi menggunakan dtergen dari
pelarutan 0,5 g dtergen didalam 50 ml akuades
Hasil

4 tabung reaksi
Masing masing diisi 1 ml sabun kalium, setiap satu buah tabung diisi 1 ml CaCl2, 1 ml
MgCl, 1 ml FeCl dan air kran, diaduk dan diamati. Diulang dengan menggunakan sabun
natrium dan detergen
Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 2007.BukuMateriPokok Kimia OrganikBahanAlam.PenerbitKarunika
Universitas Terbuka. Jakarta.


Bamedi, A. 2005.Carotenoid Esters in Vegetables and Fruits.J. Agric Food Chem. Germany.

Fessenden, R. J. 2007.Kimia Organik, Jilid 1, Edisiketiga .PenerbitErlangga.
Jakarta.
Gembong.2009. Kimia OrganikdanSintesis.GadjahMada University Press.Yogyakarta.

Ikan, R. 2009.Natural Products : A Laboratory Guide.Academic Press, Inc., California. USA.

Khopkar, S. M. 2004.KonsepDasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Markum, S.A. 2009. BiosintesisProdukAlami.YayasanSaranaWana Jaya. Bandung.

Sukardi, dkk. 2010.TumbuhanBerguna Indonesia . ITB. Bandung

DATA HASIL PRAKTIKUM
1. Saponifikasi lemak
Jenis
sampel

Sabun

kalium

Sabun
natriu
m

Berat/
volum
e
sampel
1,5
gram

Setelah 3
menit

Tes
penyabuna
n


Setelah di
panaskan

Berbentu
k cair
berwarna
kuning
orange

Larut
dalam air
(sempurna)

Masih
terdapat
gelembun
g minyak

Aquades
30 ml
kemudian
di bagi 2
Berwarna
kuning
terdapat
gelembun
g di
permukaa
n

15 ml

Jenis sampel
Sabun kalium
Sabun natrium
detergen

warna
Bening
Putih tulang
Keruh transparan

Ditamba
h NaCl

Diaduk
kuat

Terdapat
gumpala
n putih

Padatan
berwarn
a putih

bentuk
Cair
Padat
cair

2. Sifat sabun dengan detergen
Jenis sampel
Sabun kalium
Sabun natrium
detergen

kelarutan
Sedikit larut
Tidak larut
Paling larut

Ditambah lemak/minyak
warna
Kuning
Putih tulang
bening

3. Uji kesadahan
Jenis sampel
1 ml sabun kalium /
20 tetes

1 ml sabun natrium /
secukupnya

1 ml detergen / 20
tetes

Penambahan larutan
1 ml CaCl2 0,1 % /
20 tetes
1 ml larutan MgCl2
0,1 % / 20 tetes
1 ml larutan FeCl2
0,1 % / 20 tetes
20 tetes air keran

pengamat
Putih susu

diaduk
Terdapat endapan

Lebih keruh

1 ml CaCl2 0,1 % /
20 tetes
1 ml larutan MgCl2
0,1 % / 20 tetes
1 ml larutan FeCl2
0,1 % / 20 tetes
20 tetes air keran

Bening

1 ml CaCl2 0,1 % /
20 tetes
1 ml larutan MgCl2
0,1 % / 20 tetes
1 ml larutan FeCl2
0,1 % / 20 tetes
20 tetes air keran

Keruh, tidak
transparan
Bening

Kental, terdapat
gelembung
Terdapat endapan
berwarna orange tua
tidak terdapat
endapan
Keruh, terdapat
endapan
Terdapat endapan,
keruh, tdk transparan
Terdapat endapan
orange
Keruh, tdk
transparan, tdk ada
endapan
Tidak ada endapan

Orange, keruh
Keruh,

Bening
Tetap kuning
Bening

Tidak ada endapan

Sedikit lebih keruh

Tidak ada endapan

bening

Tidak ada endapan,
bergelembung

PEMBAHASAN
1. Analisa prosedur
a. Pembuatan sabun kalium dan natrium
Hal yang pertama dilakukan ialah memperdiapkan alat dan bahan. Alat dan
bahan yang di perlukan yaitu tabung reaksi yang digunakan untuk mereaksikan
sampel. Pipet volume untuk mengambil larutan. Pipet tetes untuk mengambil
sampel. Gelas arloji untuk mengamati sampel, kertas saring untuk menyaring sabun.
Lalu bahan yang digunakan yaitu CaCl2, MgCl2, FeCl2 masing-masing 0,1 % , lalu
minyak, KOH 10% , etanol 95% , NaCL , aquades, dan air kran
Proses selanjutnya yaitu minyak di letakkan dalam gelas beaker kemudian
di ambil dengan pipet tetes sebanyak 30 tetes diletakkan ke gelas beaker yang lebih
kecil. Sekanjutnya di tambahkan dengan KOH 10% 10 ml dalam etanol 95%.
Selanjutnya dipanaskan. Kemudian diamati perubahan yang terjadi dan di tulis di
DHP. Selanjutnya di tambahkan 2 ml etanol, lalu di panaskan lagi dalam penangas
selama 3 menit. Setelah itu didinginkan. Kemudian mengamati perubahan yang
terjadi lagi. Dari bahan yang sudah didinginkan tersebut di ambil sebanyak ujung
spatula lau dilarutkan dalam air keran yang di letakkan di gelas beaker. Diamati
proses perubahan nya, apabila dapat larur, sabun yang dibuat sudah sempurna.
Apabila sempurna sabun yang telah memadat tersebut di tambahkan 30 ml air kran
yang telah di ukur dengan gelas ukur pada tempat terpisah. Kemudian di campurkan
dan diaduk sampai larut. Kemudian apabila sudah larut. Dibagi menjadi 2 dan
diletakkan ke dalam gelas beaker. Apabila sudah, salah satu gelas beaker yang berisi
campuran larutan tersebut ditambahkan 15 ml NaCl kemudian di aduk sampai larut
dengan baik. Setelah itu, kertas saring diambil dan disaring larutan tersebut ke gelas
beaker selanjutnya. Kemudian di peras hingga membentuk padatan.
Fungsi penambahan KOH yaitu untuk bahan dasar yang dapat membentuk
sabun kalium. Sedangkan fungsi penambahan NaOH yaitu sebagai bahan dasar
pembuatan sabun natrium. Penambahan reagen etanol digunakan untuk melarutkan
lemak. Fungsi perlakuan penambahan etanol yaitu untuk menggantikan etanol yang
telah menguap. Sedangkan fungsi pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi.
b. Membuat larutan detergen
Alat dan bahan disiapkan. Alat yang digunakan untuk membuat larutan
detergen ini adalah timbangan analitik yang digunakan untuk menimbang detergen
yang akan dibuat sebagai larutan, kemudian beaker glass kecil untuk mencampurkan
detergen dengan aquades serta pengaduk untuk mengaduk. Bahan yang digunakan
ialah detergen dan aquades.
Hal yang dilakukan selanjutnya yaitu menimbang detergen pada timbangan
analitik sampai 0,5 gram, lalu di campurkan dengan aquades sebanyak 50 ml.
pastikan tidak ada yang tersisa dalam gelas arloji. Kemudian diaduk dengan
pengaduk kaca sampai benar-benar larut. Hasil dapat diamati.
c. Uji kemampuan menghilangkan minyak

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini disiapkan. Alat yang
digunakan yaitu gelas arloji untuk menempatkan masing-masing sampel. Bahan
yang digunakan yaitu sabun kalium, sabun natrium dan larutan detergen yang dibuat
sebelumnya tadi (Gembong, 2009).
Prosedur selanjutnya yaitu minyak ditetesi pada masing-masing gelas arloji
sebanyak 2 tetes. Selanjutnya pada masing-masing gelas arloji di berikan sampel
yaitu 20 tetes sabun kalium, sabun natrium secukupnya dan 20 tetes larutan
detergen. Selanjutnya yaitu masing-masing sampel pada gelas arloji tersebut
digoyangkan kemudian diamati perubahan yang terjadi (Fessenden, 2006).
d. Uji kesadahan
Alat dan bahan disiapkan yaitu alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi untuk mereaksikan sampel. Rak tabung yang digunakan untuk
meletakkan tabung reaksi. Pipet tetes yang digunakan untuk mengambil sampel.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu CaCl2, MgCl2, FeCl2 masingmasing 0,1 %. Kemudian air keran.
Prosedur yang dilakukan selanjutnya yaitu tabung reaksi disiapkan, masingmasing tabung di beri label reagen agar tidak tertukar. Reagen masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 tetes. Selanjutnya sampel di
masukkan dalam masing-masing tabung reaksi di bermacam reagen. Sabun kalium
dan detergen di masukkan sebanyak 20 tetes. Sedangkan sabun natrium dimasukkan
secukupnya, merata pada seluruh reagen. Kemudian setelah di masukkan , diamati
perubahan yang terjadi. Setelah di amati, dilakukan pengadukan, pengadukan
dilakukan dengan menggoyang-goyangkan tabung sampai tabung dirasa sudah
bercampur. Kemudian mengamati perubahan yang terjadi lagi.Fungsi penambahan
CaCl2, MgCl2, FeCl2 yaitu untuk mengetahui pengaruh kesadahan air terhadap
sabun dan detergen (Hart, 2007).
2. Analisa Hasil
a. Pembuatan sabun kalium dan natrium
Dari data hasil praktikum, larutan yang didapat setelah pemanasan pertama,
yaitu larutan masih dapat di bedakan antara minyak dan larutan KOH, minyak masih
berbentuk gelembung pada dasar gelas beaker. Hal ini menunjukkan bahwa harus
diadakan nya pemanasan lagi. Sebelum pemanasan, ditambahkan dengan 2 ml
etanol lagi yang bertujuan untuk menggantikan etanol yang menguap akibat
pemanasan yang pertama. Selanjutnya hasil setelah pemanasan keduaselama 3
menit. Larutan sudah tidak dapat dibedakan antara KOH, etanol dan minyak.
Larutan sudah tercampur menjadi satu dan berwarna kuning orange. Setelah
didinginkan dalam suhu ruang, beberapa saat larutan tersebut berubah menjadi
padatan. Setelah memadat, hasil dari tes penyabunan, sabun yang terbentuk tersebut
sempurna karena larut dalam air keran apabila dicampurkan. Selanjutnya jika sabun
tersebut sempurna maka sabun tersebut dilarutkan dengan 30 ml air, sabun tersebut
larut dengan sempurna dan membentuk cairan berwarna kuning orange seperti
semula. Larutan inilah yang disebut sabun kalium. Yaitu sabun yang berbentuk cair.

Selanjutnya larutan dibagi menjadi 2. Dari larutan sabun kalium ini akan dibuat
sabun natrium yaitu berupa sabun padatan. Setelah ditambahkan dengan NaCl
larutan tersebut berubah menjadi terdapat gumpalan-gumpalan berwarna putih.
Gumpalan ini yang akan disaring dan kemudian jika sudah disaring akan
membentuk padatan yang merupakan sabun natrium (Fessenden, 2007).
b. Membuat larutan detergen
Detergen yang awalnya bubuk setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam aquades, sabun ini dilarutkan dengan diaduk terus menerus. Hasil dari larutan
ini berwarna keruh transparan, dan terdapat gelembung pada permukaan larutan
tersebut.
Detergen merupakan bahan pembersih yang mengandung senyawa surfaktan.
Fungsi surfaktan itu sendiri yaitu sebagai bahan pembasah dan pengemulsi yang
menyebabkan penurunan tegangan permukaan air sehingga air lebih mudah terserap
ke dalam bahan. Contoh surfaktan detergen adalah LAS dan ABS (Hart, 2007).
c. Kemampuan menghilangkan minyak
Kemampuan dalam menghilangkan minyak dapat diujikan dengan
mengamati dalam gelas arloji. Minyak yang telah ditempatkan pada masing-masing
arloji jika diteteskan masing-masing sampel yang akan diujikan. Pada penambahan
sabun kalium, setelah diaduk atau digoyangkan kelarutan nya dalam minyak sedikit
larut kemudian terjadi perubahan warna menjadi lebih kuning dari sebelumnya.
Sedangkan sabun natrium kelaritan nya dalam minyak yaitu tidak dapat larut. Dan
warnanya tetap putih tulang. Hal ini disebabkan, sabun natrium tersebut tidak
mampu menyerap minyak yang terdapat dalam gelas arloji tersebut. Kemudian pada
detergen, minyak dapat larut dengan sempurna, walau masih terlihat adanya
perbedaan dari minyak dan larutan detergen. Hal ini menunjukkan bahwa di antara
ketiga sampel tersebut, urutan kelarutan nya dari yang paling larut hingga tidak larut
yakni mulai dari ddetergen, sabun kalium kemudian sabun natrium (Gembong,
2009).
d. Uji kesadahan
Pada reagen CaCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun kalium larutan menjadi
berwarna putih susu, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut
mengendap. Pada reagen MgCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun kalium larutan
menjadi berwarna lebih keruh, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut
mengental dan terdapat gelembung pada permukaan nya. Pada reagen FeCl2 0,1 %
direaksikan dengan sabun kalium larutan menjadi berwarna orange atau kuning,
namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut mengendap berwarna orange
tua. Sedangkan apabila sabun kalium direaksikan dengan air keran, larutan berwarna
keruh tapi setelah dikocok tetap tidak terdapat endapan (Priyono, 2009).
Pada reagen CaCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun natrium larutan menjadi
berwarna bening, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut berwarna
keruh dan mengendap. Pada reagen MgCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun natrium
larutan menjadi berwarna bening atau transparan, namun setelah dikocok atau di

aduk, larutan tersebut mengendap, berwarna keruh dan tidak transparan. Pada
reagen CaCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun natrium larutan menjadi berwarna
putih susu, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut mengendap. Pada
reagen FeCl2 0,1 % direaksikan dengan sabun natrium larutan menjadi berwarna
kuning, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut mengendap dan
berwarna orange. Pada reagen air keran direaksikan dengan sabun natrium larutan
menjadi berwarna bening, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan tersebut
keruh namun tidak transparan (Hart,2007).
Pada reagen CaCl2 0,1 % direaksikan dengan detergen larutan menjadi
berwarna keruh dan tidak transparan, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan
tersebut tidak mengendap. Pada reagen MgCl2 0,1 % direaksikan dengan detergen
larutan menjadi berwarna bening, namun setelah dikocok atau di aduk, larutan
tersebut tidak mengendap. Pada reagen FeCl2 0,1 % direaksikan dengan detergen
larutan menjadi berwarna lebih keruh dari sebelumnya, namun setelah dikocok atau
di aduk, larutan tersebut tidak mengendap. Pada reagen air keran direaksikan dengan
detergen larutan menjadi berwarna bening transparan, namun setelah dikocok atau
di aduk, larutan tersebut tidak mengendap dan bergelembung (Hart, 2007).
Air sadah merupakan air yang mengandung bahan mineral tinggi, yaitu Ca,
Mg, Fe yang dapat menyebabkan sabun sukar berbuih. Dalam air sadah, sabun tidak
dapat bekerja dengan baik karena terdapat kation bivalen yang membentuk endapan
dengan sabun. Hal ini merupakan alasan mengapa pada sabun natrium dan kalium
apabila di reaksikan dengan reagen akan mengendap. Sedangkan detergen tidak
dapat berpengaruh sehingga tidak dapat terbentuk endapan yang menyebabkan daya
cuci lebih tinggi (Priyono, 2009).

PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat
digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan
larutan KOH?
Penambahan KOH pada proses saponifikasi berfungsi untuk mempercepat terjadinya
proses penyabunan. KOH merupakan basa yang dapat menghirolisis lemak sehingga
menghasilkan gliserol dan sabun kalium. Selain KOH, dapat juga digunakan larutan
basa lain seperti NaOH yang juga dapat menghidrolisis lemak
2. Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
Fungsi NaCl dalam percobaan ini adalah berguna untuk memisahkan antara sabun
dengan gliserol
3. Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa
detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Rantai karbon pada struktur kimia sabun adalah panjang dan bersifat non polar dan tidak
mengikat atau menarik air (hidrofobik), sementara kepalanya terdapat ion logam polar
dan hidrofilik. Kotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya merupakan senyawa
non polar. Di dalam sabun, bagian hidrofobik sabun mengikat kotoran tersebut.
Sementara bagian hidrofilik mengikat molekul air sehingga kotoran dapat larut dalam
air. Sedangkan detergen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna.
Bagian non polar dari ujung hidrokarbon pada detergen mengelilingi tetesan minyak
secara merata, sehingga detergen dapat mengemulsi lemak dan kotoran
Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran dibandingkan dengan sabun karena
mengandung senyawa petrokimia surfaktan aktif sintetis sebagai bahan pembersih
utama pada detergen. Surfaktan aktif tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan
air sehingga detergen tetap dapat bekerja dengan baik pada air sadah dan tidak
membentuk endapan.

4. Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Pada sabun tidak dapat bekerja pada air sadah (air yang mengandung banyak mineral).
Hal ini terjadi karena kation divalen (Mg2+, Ca2+, Fe2+) ini dapat bereaksi dengan sabun
dan membentuk endapan. Berikut adalah reaksinya:
Ca2+ (aq) + 2 ROONa(aq)  Ca(ROO)2 (s) + 2Na+(aq)
Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali setelah semua ion Ca2+
atau Mg2+ yang terdapat dalam air mengendap
Sedangkan detergen mampu bekerja secara efektif pada air sadah. Sifat detergen ini
lebih baik dari pada sabun karena detergen tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.
Sedangkan sabun dipengaruhi oleh kesadahan air
Berikut adalah reaksi antara detergen dengan Ca2+ :

(ROSO3)2Ca + 2Na+  2ROSO3Na + Ca2+
Reaksi detergen dengan Mg2+ :
(ROSO3)2Mg + 2Na+  2ROSO3Na + Mg2+
Reaksi detergen dengan Fe2+ :
(ROSO3)2Fe + 2Na+  2ROSO3Na + Fe2+

KESIMPULAN
Prinsip saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan basa alkali
seperti KOH dan NaOH yang menghasilkan sabun dan gliserin. NaOH digunakan untuk
pembuatan sabun keras dan KOH digunakan untuk sabun lemah. Tujuan praktikum ini yaitu
untuk mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida
dan natrium hidroksida serta mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen.
Sabun natrium berbentuk padat dan sukar larut dalam air. Sedangkan sabun
kalium berbentuk cair dan mudah larut dalam air. Detergen merupakan bahan pembersih yang
mengandung senyawa surfaktan. Dalam air sadah, sabun tidak dapat bekerja dengan baik
karena terdapat kation bivalen yang membentuk endapan dengan sabun. Hal ini merupakan
alasan mengapa pada sabun natrium dan kalium apabila di reaksikan dengan reagen akan
mengendap. Sedangkan detergen tidak dapat berpengaruh sehingga tidak dapat terbentuk
endapan yang menyebabkan daya cuci lebih tinggi.
Perbedaan sabun dan detergen yaitu sabun terbuat dari garam karboksilat dan
tidak terdapat surfaktan. Sedangkan pada detergen terbuat dari asam alkil sulfanat dan
terdapat surfaktan.

SARAN
Pada praktikum ini seharusnya di tentukan berat dari sabun natrium per percobaan agar hasil
yang di tunjukkan akurat pada masing-masing reagen nya. Karena apabila massa dari sabun
per reagen akan menimbukan perbedaan hasil pada praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
(tambahan)
Fessenden & Fessenden. 2006. Organic Chemistry 3rd. Belmont, California 94002
Massachuset, USA: Wadsworth, Inc
Fessenden, R. J. 2007.Kimia Organik, Jilid 1, Edisiketiga .Penerbit Erlangga.
Gembong.2009. Kimia Organik dan Sintesis Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hart, Harold.2007. Organic Chemistry 6rd. Belmont, California 94002 Massachuset, USA:
Wadsworth, Inc
Priyono, Agus.2009.Pembuatan Sabun.Jurusan Teknik Kimia . Riau: Universitas Riau