INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (16)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS
Dimas Cholis Alharis
Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Islam Negri Sumatera Utara Medan
Email : [email protected]

Pendahuluan
Artikel ini akan mengkaji tentang integrasi tasawuf dalam sains. Tujuan kajian ini adalah
untuk mengetahui tentang integrasi dalam sejarah islam , ranah ontologi, ranah epistemologi, dan
aksiologi itu lebih jelas nya seperti apa. Artikel ini juga dikaji dengan
menggunakan metode analitis de skriptif.

Pembahasan
1.Integrasi dalam sejarah Islam
Dalam sejarah islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli
matematika, dan ahli arsitektur yang mumpuni dalam bidang ilmu - ilmu keislaman seperti
tauhid, fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis dalam bidang
ilmu-ilmu kealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik dan ajian ilmiah
mereka diarahkan epada pencapaian tujuan tujuan religius dan spiritual
contoh para ilmuwan di bidang saintis dengan berpola hidup relegius dan sufistik :
1. Al-Farabi (w. 950) : cabang filsafat, seperti metafisika, etika, logika, matematika,

music
dan politik.
2. Umar Khayyam (w.1131) : matematikawan, astronom, dan sufi
3. Ikhwan al Shafa (abad 10 M ) : kelompok filsuf yang menguasai filsafat,
psikologi, biologi dan fisika.
4. Ibnu Sina ( w.1037 ) :
matematika, fisika, dan puisi.

menguasai

filsafat,

kedokteran,

hukum

islam

5. Fakhr al-Din al-Razi (w. 1209): ahli filsafat, tasawuf, kedokteran, fikih, dan tafsir.


Mereka banyak menguasai disiplin ilmu, dan secara personal mereka berperan sebgai seorang
saintis muslim yang berpola pikir hidup religius dan sufistik. Mereka mereka yakin bahwa
lmu relegius adalah ilmu-ilmu fardh al-‘ainyang wajib dikuasai dan diamalkan setiap
muslim apapun profesi mereka.
Sedangkan
ilmu-ilmu
rasional
dan
empiric
adalah
ilmu fardh
al-kifayahyang diwajibkan kepada sebagian Muslim dan
mengembangkannya atas dasar perintah agama. Dapat disimpulkan bahwa, integrasi ilmu
dalam islam bukan hal yang baru.Sebab, para ilmuwan Muslim telah mengerjakan proyek
keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan Islam. Mereka menginterprestasikan kedua
jenis ilmu tersebut, dan keduanya saling mendukung kegiatan akademik mereka.

2. Integrasi dalam Ranah Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, ontartinya keberadaan, dan logosartinya
teori.Jadi, ontology artinya adalah teori keberadaan sebagaimana keberadaan

tersebut. Tidak hanya memfokuskan kepada masalah kedekatan pada Allah SWT,
tetapi mereka juga membahas dan menyibak hakikat wujud-NYA, tetapi juga wujud
alam dan manusia.Dari aspek ini akan terlihat bahwa ada tititk singgung antara
tasawuf dengan sains. Tasawauf tidak hanya membahas bagaimana mendekatkan diri
kepada Allah Swt melainkan tentang hakikat alam dan manusia.Ibn Sina dari mazhab
Masysya’iyah
menjelaskan
bahwa alam
material
tidak
mandiri, melainkan
disebabkan oleh wujud Allah Swt., dan selalu berada dalam pengawasan dan
pengaturan-NYA. Suhrawari dan Mulla Shadra menegaskan bahwa seluruh elemn dunia
material ( mineral, tumbuhan, hewan dan manusia) adalah akibat dari dunia
spiritual memiliki jiwa (al-nafs) masing-masing,
3. Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, epistemeyang bermakna pengetahuan,
dan logos yg bermakna ilmu atau eksplanasi. Jadi, dapat diartikan bahwa
epistemology adalah cabang ilmu filsafat yang membahas pengetahuan dan
pembenaran,

dan
kajian
pokok epistemology
adalah
makna
pengetahuan.
Kajian
tasawuf
menggunakan
metode ‘irfani. Sebagian sufi memanfaatkan
metode ‘irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai dunia metafisik
dan dunia fisik ( mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia ).
Meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi(observasi dan eksperimen )
dalam
mengembangkan
ilmu-ilmu alam, tetap
perlu
mengambil
metode


tasawuf dalam menentuka ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan
metode tazkiyah al-nafs(penyucian jiwa ) dengan melaksanakan berbagai ritual
ibadah termasuk zikir, serta melakukan praktik riyadhadan mujahadah
.
4. Integrasi dalam Ranah Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axiosbermakna nilai, dan logosyang berarti teori.
Aksiologi bermakna teori, nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari
nilai tersebut. Aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencarian dan
pengembangan ilmu,
kaitan
antara
penggunaan
dan
pengembangan
ilmu
dengan kaidah moral, serta tanggungjawab social ilmuwan. Kajian aksiologi
lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat, dan kegunaan ilmu, dan etika akademik
ilmuwan.Dari aspek etika akademik, nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis
seorang ilmuwan dalam pengembangan sains dan teknologi. Konsep al-maqamat
dan al-ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan

Muslim.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa para ilmuan Muslim klasik tidak hanya mengembangkan
ilmu-ilmu rasional dan empiric seperti fisika, puisi, matematika, musik,,
astronomi, arsitektur, psikologi dan lain sebagainya melainkan jugamempelajari ilmu fikih,
tauhid, teolog dan terlebih juga mereka memperlajari ilmu-ilmu tasawuf. Karena mereka
berpendapat bahwa kedua ilmu itu saling mendukung satu sama lain.