Tugas1 kajian pncasila dari perspektif f
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu
sarang koruptor paling banyak di dunia. Prilaku tilep-menilep yang bukan haknya
sudah mendarah daging di Negara ini. Seakan sudah menjadi tradisi atau
kebiasaan, kasus korupsi di negeri ini semakin hari kian bertambah. Dari sudut
pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup pelanggaran unsur-unsur hukum
yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, dan prilaku
memperkaya pribadi atau diri sendiri. Berbicara masalah korupsi seakan tidak ada
habisnya untuk dibahas. Bahkan akhir-akhir ini kasus-kasus korupsi di negeri ini
kian memuncak. Selalu ada saja kasus-kasus baru yang terungkap. Kasus korupsi
terbaru saat ini adalah kasus suap yang diterima oleh bupati Madina (Mandailing
Natal), Hidayat Batubara dari pengusaha Surung Panjaitan sebesar 1M terkait
rencana proyek pengerjaan RSUD Panyabungan. Kasus ini telah ditangani, dan
telah diadakan sidang pada tanggal 3 oktober 2013 sehingga telah ditetapkan
Hidayat Batubara sebagai tersangka.
Ironisnya lagi ada banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang belum
terselesaikan hingga menumpuk dan berlarut-larut sampai saat ini. Kasus di atas
merupakan salah satu perilaku penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur pancasila.
Dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa pancasila merupakan kebaggaan
kita semua sebagai dasar Negara Indonesia. Kaelan (dalam Winarno,20012:38)
mengatakan bahwa, Pancasila pada hakekatnya adalah nilai, atau HAS
Natabaya(dalam Winarno,2012:38) mengatakan bahwa Pancasila berupa jalinan
nilai sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV. Jadi, dapat
kita maknai bahwa pancasila merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang positif
sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Diterimanya Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai
pancasila dijadikan sebagai landasan kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila berisi
lima sila yang pada hakekatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilainilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai
1
Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan. Kelima nilai-nilai itu hendaknya
kita terapkan atau amalkan dikehidupan sehari-hari.
Sebagai warga Negara yang baik apalagi menjadi seorang wakil
rakyat hendaknya paham betul akan arti Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia. Namun kenyataannya tidak seperti itu, bahkan pejabat-pejabat
Negara yang seharusnya memberi contoh untuk tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila seperti halnya korupsi, kini justru
mereka lah yang dengan semena-mena mengambil uang rakyat. Nah, itu berarti
mereka tidak menghayati pancasila sebagai suatu sistem filsafat. Sebagai filsafat
negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan
karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa dan ternyata merupakan pedoman
bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari, serta menjadi dasar sekaligus filsafat negara Republik
Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia.
Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah ”Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno.
Jika kita perhatikan dari dulu, Pancasila itu selalu dapat bertahan dari guncangan
krisis politik di negara ini, itu semua disebabkan karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti
dia menentang toleransi. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang
dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan
faham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Selain itu, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari
2
nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia, alasan lainnya adalah karena bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa
yang berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Dengan demikian
bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua diharapkan tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Berdasarkan
uraian diatas, maka kami tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pancasila
melalui sebuah makalah yang berjudul “Kajian Pancasila Menurut Perspektif
Filosofis atau Filsafat”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah pengertian filosofis atau filsafat?
2. Bagaimanakah Pemikiran Pancasila dari Perspektif Filosofis?
3. Bagaimanakah Bentuk penyimpangan terhadap Pancasila secara filosofis
dalam kasus korupsi di tengah masyarakat?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian filosofis atau filsafat.
2. Untuk mengetahui pemikiran Pancasila dari Perspektif filosofis
3. Untuk mengetahui kronologi penyimpangan terhadap Pancasila dalam
kasus korupsi di tengah masyarakat.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Manfaat yang didapat oleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah
dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengertian Pancasila
dari perspektif filosofis, serta mengetahui kasus-kasus yang terjadi terjadi
di tengah masyarakat. Dan secara tidak langsung dengan adanya penulisan
makalah ini penulis akan sadar bahwa betapa pentingnya Pancasila untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
2. Bagi Pembaca
3
Para pembaca akan mendapat informasi lebih mendalam mengenai
pengertian Pancasila dari persfektip Filosofis dan menyadari bahwa masih
banyak masyarakat yang mengabaikan Pancasila sebagai ideology
bangsanya sehingga mereka memiliki keinginan untuk bersama- sama
mencari sebuah solusi untuk menanggulangi penyimpangan terhadap
Ideologi Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Kajian Pustaka
Pengertian Filosofis atau Filsafat
Secara etimologi, kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
Philosophia, artinya cinta kearifan, Bertens dan Gie (dalam Rindjin, Ketut,
2011:251 ) pada awalnya memang filsafat adalah kecintaan atau pencarian akan
kearifan. Pythagoras merupakan orang pertama yang menyebut dirinya sebagai
Philosophos. Bagi Kaum Pythagorean, berfilsafat bukan semata-mata karena
alasan ilmiah, tetapi mereka mempraktikkan filsafat sebagai pegangan hidup (way
of life), yaitu sebagai pandangan hidup mengenai cara bagaimana manusia
mencapai kesempurnaan sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus.
4
Banyak pemikiran- pemikiran mengenai definisi filsafat hingga saat
ini.dan banyak diantara definisi-definisi berikut yang relevan terhadap konteks
filsafat. Berikut beberapa definisi filsafat yang dapat kami himpun.
“Filsafat merupakan suatu bentuk perbincangan kritis dan demikian pula halnya
dengan ilmu, keistimewaan filsafat terletak pada kedudukannya sebagai suatu
bentuk perbincangan kritis.” (Passmore)
“Filsafat adalah suatu komentar kritis mengenai eksistensi dan tuntutan- tuntutan
bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Filsafat dianggap membantu
apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya.” (Nagel)
“Filsafat merupakan usaha yang kukuh dari orang biasa maupun cerdik- pandai
untuk membuat hidup sedapat mungkin bias dipahami dan mengandung makna.”
(Brameld)
“ Filsafat adalah suatu tulang pikiran buat mencari suatu totalitas dan keserasian
dari pengertian yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna dari semua segi
pokok kenyataan.” (Leighton)
“Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu.” (Bacon)
“Filsafat adalah usaha-usaha untuk mengerti fakta-fakta paling mendasar
mengenai dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta
itu.” (Wild)
“Filsafat ialah suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari
kenyataan.” (Plato)
Dari berbagai pendapat diatas mengenai definisi dari Filsafat, maka dapat
disimpulan bahwa Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun
reflektif yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat
berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku sasarannya. Filsafat
bukanlah aktivitas berpikir dalam kesan abstrak seperti disangka orang banyak,
yang melayang-layang, melainkan merupakan “this mean that phylosophic
thinking tries to organize the materials of human experience into some reasonably
coherent arrangement” (Sutrisno, 2005:17).
2.1.2 Pemikiran Pancasila dari Perspektif Filosofis
5
Bagaimanakah pengertian atau tafsir atas sila-sila Pancasila sehingga
dapat diketemukan nilai dan normanya? Isi Pancasila dapat dijelaskan melalui
berbagai ragam penafsiran dan pemikiran. Ada tafsiran filosofis, tafsir historis,
tafsir sosiologis, tafsir ideologis politis, dan tafsir yuridis. Pemikiran filosofis
terhadap Pancasila adalah suatu renungan reflektif dan sistematis,mengenai
Pancasila yang sifatnya personal (pranarka, 1985). Slamet Sutrisno (2006) juga
mengatakan pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang
Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan mendalam
dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran filisofis tersebut termasuk
pemikiran intelektual karena dilakukan secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan
sistematis. Orang bias memikirkan sesuatu namun tidak semua orang bias berpikir
filosofis terhadap suatu hal.
Dalam sejarah pemikiran filosofis Pancasila, sudah cukup banyak ahli
yang menjelaskan ini Pancasila secara filosofis. Beberapa ahli tersebut antara lain:
Notonagoro, Soediman Kartohadiprajo, N Driyakarya, Abdul Kadir Besar,
Kuntowijoyo, Soerjanto Poepowardojo, Mohammad Noer Syam, Sunarjo
Wreksosuhardjo dan Hardono
Hadi. Bahkan pemikiran presiden RI ke-1 Ir.
Soekarno dalam pidatonya mengenaiPancasila diberbagai kesempatan dan
presiden ke-2 dalam buku Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila dapat
dikatakan sebagai bentuk pemikiran filosofisnya mengenai Pancasila.
Berikut ini isi pancasila menurut pemikiran filosofis menurut beberapa
tokoh. Menurut Notonagoro (1982), isi dari sila-sila pancasila sebagai dasar
falsafah Negara adalah pengertian yang umum, abstrak dan universal yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagi sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa adalah kesesuaian
sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita
dengan hakekat daripada Tuhan.
2. Bagi sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah
kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam
negara kita dengan hakekat daripada manusia.
3. Bagi sila ketiga Persatuan Indonesia, adalah kesesuaian sifat- sifat
dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan
hakekat daripada satu.
6
4. Bagi sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/
perwakilan
adalah
kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam
negara kita dengan hakekat daripada rakyat.
5. Bagi sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan
didalam negara kita dengan hakekat daripada adil.
Dengan adanya hakikat/substansi dari sila- sila pancasila tersebut,
mempunyai sifat tetap, mutlak, tidak berubah, abstrak, umum, dan universal, serta
karenanya nilai- nilai pada sila- sila pancasila sebagai filsafat yang berlaku umum
dan universal. Namun, dengan terdapatnya aksidensi dibelakang hakikat/
substansi sila- sila yang ada seperti kalimat yang maha esa, yang adil dan beradab,
maka filsafat ini mempunyai lingkup berlaku di Indonesia. Sila Persatuan
Indonesia dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memperjelas
bahwa Filsafat Pancasila khusus diperlakukan di Indonesia.
Ir. Soekarno sebagai orang pertama yang memperkenalkan Pancasila
telah menjelaskan isi atau substansi setiap sila Pancasila. Penjelasan tersebut
adalah pada sidang 1 BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Tidak hanya itu saja,
penjelasan Ir. Soekarno perihal sila- sila Pancasila ini dikemukakan kembali pada
khursus presiden tentang Pancasila di tahun 1956 dan pada pidato dimuka sidang
umum PBB tahun 1960. Menurut Ir. Soekarno, muatan yang terkandung dalam
masing- masing sila Pancasila dapat dikemukakan secara sederhana yaitu sebagai
berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bangsa Indonesia adalah bangsa
yang bertuhan. Bukan hanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang
bertuhan, hendaknya masing- masing orang Indonesia bertuhan
menurut Tuhannya sendiri.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab berarti humanity
atau
persaudaraan- persaudaraan bangsa- bangsa.
3. Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan berarti demokrasi.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak ada
kemiskinan dalam Indonesia merdeka (M Silalahi, 2001)
7
Soediman Kartohadirodjo dalam buku “Beberapa Pikiran sekitar
Pantja-Sila” (1970) menyatakan pansila pada awalnya masih berisi singkat hanya
inti dari kelima sila. Pancasila belum “ready made”, karena itu perlu pemikiran
bulat untuk menemukan isi dari pada pancasila itu sendiri. Isi Pancasila haruslah
memenuhi isi jiwa bangsa Indonesia sendiri sehingga tafsiran yang diberikan tidak
bermacam- macam. Selanjutnya, ia menyatakan sebagai berikut, kalau kita
perhatikan, maka filsafat Pantja-sila inti- intinya dibawakan dengan hal- hal yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Pancasila berkaitan dengan manusia oleh
karena sebagai filsafat, ia merupakan hasil karya manusia dalaam mencari hakekat
sesuatu. Hakekat akan sesuatu itu ada dalam alam semesta dan hubungannya
dengan isi lain alam semesta. Alam semesta itu teridri dari berbagai benda, benda
mati dan benda hidup. Benda hidup terdiri atas tumbuhan, hewan dan akhirnya
manusia sebagai bagian kecil saja. Isi filsafat Pancasila tidak mengenai hal – hal
yang bertalian dengan tumbuhan dan hewan, sebab pertama kali dalam lahirnya
sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang kelak akan didirikan.
Negara itu adalah sesuatu yang bertalian dengan manusia, sebagai organisasi
manusi akan dengan sendirinya harus dibawakan dengan soal- soal yang bertalian
dengan manusia. Bahwa pemikiran yang bulat dari isi filsafat tergambar dari isi
masing- masing sila. Arti yang dapat diberikan dari sila pertama adalah bahwa
bangsa Indonesia percaya dengan adanya Tuhan, pencipta alam manusia dan
segala isinya. Manusia diciptakan oleh Tuhan itu, pada dasarnya satu umat.
Demikianlah merupakan arti sila kedua, perikemanusiaan atau internasionalisme.
Namun perlu disadari manusia hidup diberbagai bagian bumi yang satu sama lain
berbeda keadaan tanah, iklim, dan lain- lain. Maka, terdapat perbedaan sifat dari
manusia bagian satu dan lainnya yang menimbulkan adanya bangsa (sila ketiga,
nasionalisme atau kebangsaan). Sila kelima dimagsudkan kebahagiaan bahwa
manusia diciptakan oleh Tuhan untuk berusaha menemukan kebahagiaan dalam
hidupnya. Tetapi kebahagiaan itu, tidaklah dicapai dengan gontok- gontokkan.
Apalagi dengan saling membunuh. Kebahagiaan itu harus dicapai dengan
musyawarah mufakat/ sila keempat.
Driyarkara dalam buku “Driyarkara tentang Negara dan Bangsa” (1980)
membahas Pancasila secara filosofis yang bertolak dari refleksinya tentang
8
manusia. Tulisan ini berasal dari prasaran beliau tentang Pancasila dan Relegi
pada Seminar Pancasila I tahun 1959 di Yogyakarta. Menurutnya, manusia adalah
mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan semua yang lain. Aspek ini,
pertama-tama dalam relasinya dengan alam jasmani yang disebutnya membudaya.
Aspek kedua adalah relasinya dengan persona rohani. Oleh karena itu, menurut
strukturnya adanya kita itu berupa ada bersama. Ada bersama berarti terlibatnya
dalam hubungan cinta kasih, dan yang demikian itu menjadi dasar bagi
perikemanusiaan, demokrasi, semangat cinta akan tanah air, nasionalisme, dan
internasionalisme. Keberadaan kita baik dalam dunia material maupun dalam
interaksi adalah karena diadakan oleh Hyang Maha Ada. Dengan demikian, sila
Ketuhanan itu timbul dari kodrat manusia sendiri.
Perikemanusiaan
berarti menghormati, menjungjung tinggi sesama
manusia. Sebab cinta kasih tanpa hormat, tanpa menjungjung tinggi, itu tidak
mungkin. Hal demikian hanyalah memperalat yang dicintai hanya untutk
kepentingan diri sendiri. Itu tidak cinta yang sebenarnya tetapi egoisme.
Perikemanusiaan berarti menolak pembudakan, menolak penghisapan dan
sebagainya sesama manusia. Apa yang tidak diinginkan untuk dirimu sendiri,
janganlah itu kau lakukan terhadao sesama manusia. Demikianlah rumusan
negatif dari perikemanusiaan. Cintailah sesama manusia seperti dirimu sendiri,
perlakukanlah kepadanya apa yang kau inginkan untuk diri sendiri, demikianlah
rumusan positifnya. Perincian yang jelas dari dalil-dalil ini dapat kita lihat dalam
piagam hak asasi yang disiarkan PBB. Jika manusia taat pada prinsip ini, maka
hidup bersama merupakan persaudaraan. Persaudaraan harus dijalankan baik
dalam lingkungan kecil maupun lingkungan besar pada seluruh bangsa. Bahkan
lingkungan yang meliputi selururh dunia dan segala bangsa. Perikemanusiaan
memuat rumusan yang umum, yakni memuat segala kebajikan yang harus
dilakukan manusia menurut hakikat kodratnya. Disitu belum ditunjuk suatu
lapangan atau pengkhususan. Keadilan Sosial adalah suatu percabangan,
pengkhususan yang muncul bila kita memandang manusia berhadapan dengan
alam jasmani, yang dikerjakan, dibangun, dijadikan perlengkapan dan syarat
hidup. Alam jasmani, hasil perlengkapan, dan syarat hidup itu harus langsung
ditujukan pada semua manusia, tidak untuk segelintir manusia saja. Keadilan
9
sosial adalah perikemanusiaan sepanjang dilaksanakan dalam suatu bidang ialah
bidang ekonomi atau bidang penyelenggaraan perlengkapan dan syarat-syarat
hidup kita sepanjang hidup itu tergantung pada barang materiil.
Untuk memunculkan prinsip demokrasi atau kerakyatan, kita harus
berpikir lebih lanjut. Karena manusia dalam kodratnya ada bersama, maka dengan
sendirinya timbullah masyarakat. Manusia itu bermasyarakat. Memasyarakat
adalah bentuk pelaksanaan dari cinta kasih. Masyarakat adalah bentuk konkrit dari
permasyarakatan. Masyarakat sebagai bentuk permasyarakatan. Masyarakat
sebagai bentuk pelaksanaan dari cinta kasih tidaklah sama. Bentuk keluarga
berbeda dengan bentuk
negara. Permasyarakat yang langsung merupakan
pelaksanaan cinta kasih makin kurang memerlukan demokrasi, misalnya keluarga
tidak memerlukan demokrasi. Seorang ayah tidak menjadi kepala keluarga karena
pemilihan. Cinta kasiihnya sedemikian kuat, sebagai kesatuan yang erat sehingga
bentuk lain tidak diperlukan. Keluarga adalah diatas demokrasi.
Lain halnya dengan negara sebagai kelompok masyarakat yang besar.
Disini memasyarakat menjadi menegara. Disini bahaya kegagalan sedemikian
besar, maka diperlukan prinsip demokrasi. Cinta kasih yang diperlukan dalam
dengan pemasyarakatan berbentuk negara menuntut agar dilakukan suatu cara
yang kita sebut demokrasi. Dalam prinsip demokrasi, para warga harus dipandang
sebagai pribadi menur ketinggianya sebagai persona dengan semua hak-hak
asasinya. Akan tetapi hak-hak itu harus digunakan untuk menegara bersama bukan
untuk bertindak secara liar. Demokrasi adalah prinsip yang menyebabkan para
warga negara saling memandang dan menghormati, menerima dan kerjasama
dalam satu-kesatuan, sehingga masyarakat dapat bertindak satu subjek yang
menyelenggarakan kepentingan bersama.
Kebangsaan adalah suatu cara dari ada bersama. Berada bersama sebagai
satu bangsa belum tentu menegara, misalkan karena dijajah bangsa lain. Jika suatu
bangsa itu merdeka dan menegara maka kebangsaan menjadi dasar penegaraan.
Kebangsaan menjadi prinsip penegaraan. Kebangsaan adalah pelaksanaan
memasyarakat dalam kelompok yang lebih kecil yakni bangsa.
10
Abdulkadir Besar (1994: 35) menawarkan pelaksanaan“strategi dialogi
antar budaya” dalam menghadapi gejala penyeragaman atau globalisasi dewasa
ini..Artinya, membiarkan budaya asing yang mengglobal berdampingan dengan
budaya asli. Melalui interaksi yang terus menerus, masing-masing budaya akan
mendapatkan pelajaran yang berharga. Hasil akhir yang diharapkan dari interaksi
itu adalah terpeliharanya cukup diferensiasi, sekaligus tercegahnya penyeragaman
universal. Ideologi Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak mandeg,
melainkan harus diperbaharui secara terus menerus, sehingga mampu memberikan
pedoman, inspirasi, dan dukungan pada setiap anggota bangsa Indonesia dalam
memperkembangkan dirinya sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan pembaharuan
yang sehat selalu bertitik tolak pada masa lampau dan sekaligus diarahkan bagi
terwujudnya cita-cita di masa depan. Setiap zaman menampakkan corak
kepribadiannya sendiri, namun kepribadian yang terbentuk pada zaman yang
berbeda haruslah mempunyai kesinambungan dari masa lampau. Kesinambungan
tidak berarti hanya penggulangan atau pelestarian secara persis apa yang
dihasilkan di masa lampau untuk diterapkan pada masa kini dan masa mendatang.
Unsur yang sama dan permanen maupun unsur yang kreatif dan baru, semuanya
harus dirajut dalam satu kesatuan yang integral.
2.2 Kajian Kasus
2.2.1 Bentuk Penyimpangan Terhadap Pancasila Pada Kasus Korupsi
a. Identifikasi masalah
Seperti pada uraian permasalahan yang ada pada bab 1 diatas, disana
telah diuraikan sedikit mengenai sebuah kasus dari sekian banyak kasus korupsi
yang ada di negeri ini. Ya, korupsi merupakan sebuah kata yang akhir-akhir ini
sering kita dengar di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Bahkan bisa dikatakan hampir tiap hari kata tersebut terdengar oleh telinga kita,
menghiasi layar kaca dan memenuhi halaman surat kabar ataupun koran yang kita
baca. Memang benar, sekarang ini permasalahan mengenai kasus korupsi seakan
tidak ada
habisnya untuk dibicarakan. Ada saja masalah-masalah baru yang
bermunculan, padahal masalah yang sudah lama saja belum terselesaikan dengan
11
baik. Sehingga masalah korupsi di negeri ini kian menumpuk dan belarut-larut.
Nah inilah sebenarnya masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat
ini. Problem ini sesungguhnya merupakan ancaman besar bagi bangsa Indonesia,
dan juga merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk
menyelesaikan semua masalah ini dan sekaligus kewajiban kita bersama untuk
tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan negara seperti halnya
melakukan korupsi. Korupsi yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah kasus
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, bahkan pejabat negara sekalipun seperti
halnya anggota DPR. Sejauh ini, sudah lebih dari 40 anggota DPR di hukum atas
kasus korupsi. Daftar panjang pencoleng duit rakyat ini dipastikan terus
bertambah jika melihat sejumlah nama wakil rakyat yang terhormat itu disebut
dalam pengadilan tipikor.
Kata korupsi atau rasuahberasal dari bahasa Latin yaitu corruptio dari
kata
kerja
corrumpere
yang
bermakna
busuk,
rusak,
menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok. Korupsi dapat didefinisikan sebagai tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan. Dari sudut pandang
hukum, tindak pidana korupsi dipandang sebagai perbuatan melawan hukum;
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korporasi; danmerugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Sungguh disayangkan jika pelaku kasus korupsi adalah seorang
pejabat negara yang seharusnya mempunyai tugas menampung aspirasi
masyarakat bahkan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat. Namun ini
justru berbalik, korupsi dalam artian sempit berarti mengambil uang rakyat
dengan begitu dapat dikatakan sebagai pencuri. Sungguh ironis bukan jika
seorang penjabat melakukan tindakan pencurian? Apa jadinya negeri ini jika kasus
12
seperti ini terus berkembang dan tidak segera dicarikan solusi untuk
menghentikannya? Mungkin nantinya jika ini dibiarkan, beberapa tahun ke depan
negeri ini akan dijuluki sebagai negara sarang koruptor.
Salah satu contoh kasus korupsi yang sedang gencar dibicarakan
ditengah masyarakat Indonesia akhir- akhir ini adalah kasus dari Ahmad Fatonah
dan kawan- kawan. Ahmad fatonah adalah seorang pejabat Negara yang
melakukan korupsi berupa suap impor daging sapi. Ia melakukan korupsi
sebanyak 30 Miliar dan ini sangat merugikan Negara. Selain itu, ia juga
melakukan perselingkuhan dengan banyak wanita. Mendustai istrinya yang
sedang hamil. Dan hasil dari korupsi yang dilakukan ia pakai untuk membayar
atau memberikan uang- uangnya tersebut kepada wanita- wanita cantik sebanyak
40 orang. Sungguh keji dan biadab prilaku dari Ahmad fatonah ini. Sudah
berdusta dengan masyarakat, mendustai istrinya pula. Orang seperti ini
sebenarnya sudah sangat perlu diberikan hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya agar tidak sewenang- wenang dalam bertingkah laku yang sangat
merugikan masyarakat umum. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus
berperan penting dalam pemberantasan korupsi dinegara kita.
Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa
betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai
dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup berbangsa,
falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilai-nilai luhur yang patut
untuk diterapkan. Pancasila terdiri atas lima asas moral yang relevan menjadi
dasar negara RI. Dalam kasus korupsi penyimpangan terhadap nilai-nilai
Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Dengan
melakukan tindakan korupsi sudah sangat jelas dikatakan mengingkari sila
pertama ini, karena tindakan korupsi itu berarti mengambil hak orang lain
yang seharusnya dan hal tersebut menurut agama pastinya dilarang.
13
2) Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat
untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan
kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak
asasinya atau bertindak adil dan beradab terhadapnya. Disini sudah jelas
bahwa korupsi itu menyimpang terhadap sila kedua, karena dengan korupsi
berarti seorang pelaku korupsi tidak mengakui dan memperlakukan setiap
manusia memiliki martabat mulia serta tidak mengakui hak-hak orang lain.
Seorang koruptor justru mencuri hak masyarakat.
3) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk
mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal
terhadap sesama warga negara. Dengan adanya perilaku koruptor oleh para
pejabat negara dan yang lainya menunjukka bahwa tidak adanya niat untuk
memperjuangkan kepentingan bangsa, justru dengan perilaku seperti itu
akan menimbulkan citra yang negatif dan menjebolkan nama baik negara
Indonesia di mata dunia. Selain itu tindaka korupsi akan memicu timbulnya
permasalahan yang menyangkut persartuan bangsa seperti adanya aksi
demo, anarkisme, dan ujungnya akan merujuk kepada pepecahan suatu
bangsa.
4) Tindakan korupsi yang banyak terjadi saat ini sangat menyimpang nilai dari
sila keempat Pancasila (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan) yang dimaknai untuk
mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan
politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung
bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan
kedudukan masing-masing. Sudah jelas sekali korupsi itu menyimpang dari
sila ini, yang seharusnya kita ikut serta dalam dunia politik dengan baik
bukan justru mengacaukan dunia politik dengan korupsi.
5) Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak
masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan
dan
kedudukan
masing-masing
kepada
negara
demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
14
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Dengan adanya kasus korupsi ini
sudah jelas dikatakan melanggar sila kelima ini karena bagaimana mungkin
menciptakan sebuah keadilan jika korupsi merajalela di negeri ini.
Itulah sedikit pemaparan mengenai bentuk penyimpangan terhadap pancasila
pada kasus korupsi yang terjadi dimasyarakat saat ini. Telah tergambarkan bahwa
memang sangat menyimpang perilaku korupsi tersebut dari nilai moral Pancasila.
Berikut beberapa contoh kasus lain penyimpangan yang terjadi di
lingkungan masyarakat Indonesia.
1) Demonstrasi mahasiswa
Pada asal mulanya demonstrasi merupakan salah satu cara
penyampaian aspirasi yang dilegalkan. Demonstrasi dapat pula digunakan
sebagai media penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan
pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini
demonstrasi identik dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai
anarkisme masa dan perusakan infrastruktur pemerintah. Orasi disertai
dengan aksi baku hantam antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Hal ini
sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan sila ke empat yang berbunyi
“Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan / perwakilan”. Demonstrasi yang berujung dengan anarki
sering kali merupakan demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini tentunya
sangat disayangkan sekali, mengingat mahasiswa adalah generasi muda
dengan intelektual tinggi sekaligus sebagai pewaris bangsa ini. Bagaimana
Negara ini kedepannya sangat tergantung pada generasi muda saat ini. Diakui
maupun tidak generasi muda kita telah beralih acuan, acuan mereka adalah
acuan yang mengatas namakan sebuah kebebasan dalam liberalisme. Dapat
pula dikatakan kebebasan yang kebablas. Mahasiswa yang notabene masih
tergolong ke dalam usia remaja mengalami masa yang rawan, karena pada
saat itulah mereka mulai mampu berfikir abstrak, dan mencoba menjelaskan
beberapa hal yang kompleks, dengan emosi yang masih labil. Sebetulnya
remaja dapat dikatakan tidak memiliki tempat yang jelas, Mereka sudah tidak
termasuk dalam golongan anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam
15
golongan orang dewasa. Dengan adanya globalisasi dan liberalisme tidak
menutup kemungkinan masa rawan ini akan datang lebih awal. Pada masa ini
pula remaja akan mencoba mencari jati dirinya.
Sebagai manusia yang tergolong kedalam usia labil, mahasiswa,tak
dapat dipungkiri, belum bisa memahami dan menghayati pancasila dengan
sepenuhnya. Harus diakui bahwa sila demokrasi belum bisa berjalan seperti
apa yang diharapkan. Hal tersebut membuktikan bahwa jalannya demokrasi
belum sepenuhnya didasarkan pada pancasila sehingga perlu dibenahi agar
dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tuntutan hakekat pancasila.
2) Kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke Yunani
Beberapa waktu lalu sejumlah anggota Badan Kehormatan DPR
berangkat ke Yunani dengan alasan melakukan studi banding soal kode etik
anggota Dewan. Hal ini menuai berbagai kontroversi dari masyarakat.
Sebenarnya, apabila para anggota DPR hendak studi banding ke Negara
manapun, tidak akan dipersoalkan asalkan dapat diterima nalar publik dalam
mengukur skala prioritas kebutuhan mendasar dan mendesak serta memenuhi
asas kepatutan. Studi banding anggota DPR ke luar negeri pada saat negeri
kita tertimpa bencana, walaupun sudah dijadwalkan, mestinya harus
dipertimbangkan dan ditunda sampai waktu yang tak ditentukan. Hal ini
bertentangan dengan sila ke lima “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Seharusnya dewan kehormatan tersebut berempati terhadap keadaan sebagian
kecil rakyat negeri ini yang berduka. Diberitakan jika Komisi II DPR
membatalkan kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur
pergi ke Italia hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan
Gunung Merapi. Sangat wajar jika
masyarakat
akan merasa sinis dan
kecewa kepada anggota DPR yang nekat melakukan studi banding ke luar
negeri ditengah kedaan Indonesia yang seperti ini. Ibu pertiwi menangis.
Itulah perumpamaan yang dapat diibaratkan dengan realita yang ada. Rasa
kekeluargaan dikalangan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dikembangkan.
Diperlukan sikap saling tolong-menolong, terutama diperuntukkan bagi
kalangan yang kurang beruntung.
16
Studi banding tidak harus keluar negeri. Inti utama dari studi
banding adalah belajar. Belajar bisa dimana saja. Tidak harus menuju ke
negeri orang. Negeri ini terbuka dengan informasi dari mancanegara.
Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk
membangun dan mengembangkan diri sehingga mampu menyejajarkan diri
dengan negara-negara lainnya dalam pergaulan masyarakat internasional.
3) Bangga menggunakan produk Luar Negeri daripada produk Dalam Negeri
Sebagian besar masyarakat Indonesia sesungguhnya masih
memiliki kecintaan dan kebanggaan untuk menggunakan produksi dalam
negeri. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya citra dan penggunaan
batik dan sepatu produksi dalam negeri. Namun sebagian besar lainnya justru
merasa lebih bangga menggunakan produk dari luar negeri. Dengan anggapan
bahwa produk luar memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Hal ini sebenarnya
keliru. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, tentunya harus
menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dalam kegiatan sehari-hari.
Perwujudan rasa bangga terhadap tanah air merupakan salah satu kandungan
dari sila ketiga “ Persatuan Indonesia”. Rasa bangga dapat diaktualisasikan
misalnya saja dengan senantiasa menggunakan produk dalam negeri.
Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barangbarang dari luar negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam
penyimpangan nilai-nilai pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu
terhadap produk impor sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru
luar negeri. Ini sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat
ini umumnya berintelektual tinggi. Sudah sepatutnya rasa nasionalisme
terhadap produksi dalam negeri harus dikampanyekan secara luas dan terus
menerus agar tumbuh rasa bangga terhadap produk-produk karya anak negeri.
Jika kita analogikan, Pancasila itu merupakan jiwanya Indonesia. Antara
manusia Indonesia dan Pancasila bagaikan dua sisi mata uang yang saling
mengikat satu sama lain. Tidak akan ada Pancasila jika tidak ada manusia yang
17
menerapkannya dan begitu pula sebaliknya tidak akan ada manusia Indonesia
dengan ciri khasnya jika tidak adanya Pancasila yang menjiwainya.
b. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
Berdasarkan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat, mulai nampak
berbagai peristiwa yang mencerminkan penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur
pancasila. Ini disebabkan karena telah menurunnya moral masyarakat Indonesia
dan banyaknya orang yang berpendapat bahwa tidak pentingnya filsafat Pancasila
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Berkurangnya pendidikan
Pancasila juga yang ditanamkan sejak dini juga sudah mulai ditinggalkan. Selain
itu, Berkurangnya pemahaman mengenai Pancasila pada masyarakat disebabkan
oleh banyak hal, misalnya menurunnya sosialisasi nilai-nilai Pancasila dalam
masyarakat, pendidikan mengenai pengamalan nilai-nilai pancasila yang kurang
dalam masyarakat, sikap apatisme, serta berkembangnya hedonisme dan
materalisme. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara republik Indonesia idealnya
menjadi acuan tingkah laku warga Negara dalam penyelenggaraan Negara,
kenyataannya terindikasi akan ditinggalkan.
c. Upaya pencegahan Dini Perilaku
Penyimpangan- penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan bertentangan
dengan ajaran yang terkandung di dalam Pancasila. Sebagai ideologi Negara
Pancasila sebenarnya sudah mengatur prinsip-prinsip tata kehidupan masyarakat
Indonesia, berupa nilai-nilai luhur budaya bangsa yang dapat dijadikan pedoman
bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Menilik pada realita yang ada, banyak masyarakat Indonesia yang
kurang paham bahkan mulai melupakan ajaran pancasila hingga mereka tidak
menggunakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan. Pancasila semestinya
senantiasa digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila bukanlah kumpulan kalimat yang harus dihafalkan saja. Tetapi harus
diresapi dan diaktualisasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnya harus direalisasikan, tidak hanya sekedar paham saja. Penanaman
nilai-nilai pancasila perlu dilakukan sejak dini yakni melalui keluarga. Keluarga
sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama
dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran
18
bahwa pancasila sebagai dasar Negara perlu diamalkan dalam kehidupan seharihari. Serta perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila yang perlu dihindari..
Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada hakekatnya merupakan
penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu diberikan sejak anak-anak,
selain itu, masyarakat juga diharafkan agar sadar terhadap betapa pentingnya
filsafat dan ajaran ajaran dari Pancasila itu sendiri untuk mewujudkan lingkungan
yang baik ditengah- tengah masyarakat, dan memberikan berbagai hukumanhukuman yang setimpal terhadap perbuatan yang menyimpang dari ideology
Pancasila seperti korupsi tersebut. Secara khusus perilaku korupsi dapat dicegah
secara dini dengan cara seperti dibawah ini:
1. Penanaman kejujuran sejak dini
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat penting dari pembentukan karakter
seseorang, bila kejujuran ditanamkan secara dini, bukan tidak mungkin
kita akan mendapatkan pejabat-pejabat pemerintahan yang jujur.
2. Kedisiplinan dan taat pada hukum yang berlaku.
Tidak dimungkiri, kedisiplinan merupakan suatu karakter dari seseorang
yang sangat diperlukan dalam hidupnya. Bila seseorang disiplin dan taat
pada hukum yang berlaku, maka perilaku korupsi bisa musnah dengan
sendirinya.
3. Kesadaran mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
Bila seseorang lebih mementingkan kepentingan umum, maka dia tidak
akan egois tentang kepentingan pribadinya. Jika perilaku korupsi bisa
terpinggirkan, maka bukan tidak mungkin kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat pun terjamin
4. Penerapan pajak kekayaan yang tinggi
Perilaku korupsi bisa disebabkan oleh keegoisan seseorang dalam meraih
kekayaan. Guna mencegah kekayaan yang berlimpah, maka pajak
kekayaan yang tinggi akan menjadi solusi yang baik. Dengan begtiu.
seseorang enggan untuk menambah kekayaannya. Langkah ini bisa juga
dimaksudkan untuk penurunan tingkat korupsi berdasarkan keinginan
untukkaya.
5. Hidup sederhana dan bersyukur
Tekanan ekonomi yang tinggi bisa memunculkan suatu ide dan gagasan
seseorang mencari jalan pintas guna meraih kekayaan. Untuk mencegah
hal tersebut, perlu ditananmkan kesederhanaan kepada seseorang sejak
dini dan tak lupa rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang kita miliki.
19
Cara-cara diatas biasanya dilakukan oleh para orang tua kepada anakanaknya sebagai generasi muda. Selain dari pihak keluarga, diperlukan pula
pendidikan pancasila agar terbentuk seorang warga Negara yang memiliki
intelektual tinggi, serta penuh tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang
berlandaskan pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut.
1. Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun reflektif
yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat
berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku
sasarannya (Sutrisno, 2005:17).
2. Pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang
Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan
mendalam dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran
filisofis tersebut termasuk pemikiran intelektual karena dilakukan
secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan sistematis
3. Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa
betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai
dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup
berbangsa, falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilainilai luhur yang patut untuk diterapkan. Namun setidaknya hal tersebut
bisa dicegah agar tidak terjadi lagi kedepannya dengan beberapa
solusi.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Dengan adanya makalah ini hendaknya para pembaca yang merupakan
warga negara Indonesia memahami betul akan makna Pancasila dari
perspektif filosofis karena itu penting sebagai landasan kita dalam
20
menghayati dan menerapkan nilai-nilai pancasila di kehidupan sehari-hari.
Selain itu juga diharapkan kepada para pembaca agar menghindari prilaku
yang namanyua korupsi, karena seperti yang telah diuraikan pada makalah
ini bahwasanya korupsi merupakan tindakan yang mnyimpang dari
Pancasila dan menghianati keberadaan Pancasila dan bangsa ini.
2. Masyarakat sebagai bagian dari NKRI tyentunya diharapkan mampu
meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Penyimapangan yang terjadi terhadap nilai luhur
Pancasila bukanlah kesalahan satu pihak saja namun lembaga yang terkait
dengan penanaman nilai-nilai dasar Pancasila juga turut bertanggung
jawab, maka sangat bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi atau
problematika didalamnya. Dan dari sana dapat di berikan solusi yang
mudah diaplikasikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Rindjin, Ketut. 2011.Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan Dasar Kesatuan
Ryan,
Republik Indonesia. Singaraja: Undiksha.
Ginting.2011. “Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka”.
Dalam
http://gintingryan.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagaiideologi-terbuka.html. Diakses pada 3 Oktober 2013
Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Therudyoffachru.2011.”Bukti
Pancasila
sebagai
Sistem
Filsafat”.
Dalam
http://therudyoffachru.blogspot.com/2011/05/bukti-bahwapancasila-merupakan-sistem .html. Diakses pada 3 Oktober
2013
Winarno. 2012.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Surakarta:Yuma
Pustaka.
22
PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu
sarang koruptor paling banyak di dunia. Prilaku tilep-menilep yang bukan haknya
sudah mendarah daging di Negara ini. Seakan sudah menjadi tradisi atau
kebiasaan, kasus korupsi di negeri ini semakin hari kian bertambah. Dari sudut
pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup pelanggaran unsur-unsur hukum
yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, dan prilaku
memperkaya pribadi atau diri sendiri. Berbicara masalah korupsi seakan tidak ada
habisnya untuk dibahas. Bahkan akhir-akhir ini kasus-kasus korupsi di negeri ini
kian memuncak. Selalu ada saja kasus-kasus baru yang terungkap. Kasus korupsi
terbaru saat ini adalah kasus suap yang diterima oleh bupati Madina (Mandailing
Natal), Hidayat Batubara dari pengusaha Surung Panjaitan sebesar 1M terkait
rencana proyek pengerjaan RSUD Panyabungan. Kasus ini telah ditangani, dan
telah diadakan sidang pada tanggal 3 oktober 2013 sehingga telah ditetapkan
Hidayat Batubara sebagai tersangka.
Ironisnya lagi ada banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang belum
terselesaikan hingga menumpuk dan berlarut-larut sampai saat ini. Kasus di atas
merupakan salah satu perilaku penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur pancasila.
Dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa pancasila merupakan kebaggaan
kita semua sebagai dasar Negara Indonesia. Kaelan (dalam Winarno,20012:38)
mengatakan bahwa, Pancasila pada hakekatnya adalah nilai, atau HAS
Natabaya(dalam Winarno,2012:38) mengatakan bahwa Pancasila berupa jalinan
nilai sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV. Jadi, dapat
kita maknai bahwa pancasila merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang positif
sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Diterimanya Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai
pancasila dijadikan sebagai landasan kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila berisi
lima sila yang pada hakekatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilainilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai
1
Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan. Kelima nilai-nilai itu hendaknya
kita terapkan atau amalkan dikehidupan sehari-hari.
Sebagai warga Negara yang baik apalagi menjadi seorang wakil
rakyat hendaknya paham betul akan arti Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia. Namun kenyataannya tidak seperti itu, bahkan pejabat-pejabat
Negara yang seharusnya memberi contoh untuk tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila seperti halnya korupsi, kini justru
mereka lah yang dengan semena-mena mengambil uang rakyat. Nah, itu berarti
mereka tidak menghayati pancasila sebagai suatu sistem filsafat. Sebagai filsafat
negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan
karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa dan ternyata merupakan pedoman
bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari, serta menjadi dasar sekaligus filsafat negara Republik
Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia.
Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah ”Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno.
Jika kita perhatikan dari dulu, Pancasila itu selalu dapat bertahan dari guncangan
krisis politik di negara ini, itu semua disebabkan karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti
dia menentang toleransi. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang
dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan
faham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Selain itu, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari
2
nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia, alasan lainnya adalah karena bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa
yang berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Dengan demikian
bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua diharapkan tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Berdasarkan
uraian diatas, maka kami tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pancasila
melalui sebuah makalah yang berjudul “Kajian Pancasila Menurut Perspektif
Filosofis atau Filsafat”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah pengertian filosofis atau filsafat?
2. Bagaimanakah Pemikiran Pancasila dari Perspektif Filosofis?
3. Bagaimanakah Bentuk penyimpangan terhadap Pancasila secara filosofis
dalam kasus korupsi di tengah masyarakat?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian filosofis atau filsafat.
2. Untuk mengetahui pemikiran Pancasila dari Perspektif filosofis
3. Untuk mengetahui kronologi penyimpangan terhadap Pancasila dalam
kasus korupsi di tengah masyarakat.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Manfaat yang didapat oleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah
dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengertian Pancasila
dari perspektif filosofis, serta mengetahui kasus-kasus yang terjadi terjadi
di tengah masyarakat. Dan secara tidak langsung dengan adanya penulisan
makalah ini penulis akan sadar bahwa betapa pentingnya Pancasila untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
2. Bagi Pembaca
3
Para pembaca akan mendapat informasi lebih mendalam mengenai
pengertian Pancasila dari persfektip Filosofis dan menyadari bahwa masih
banyak masyarakat yang mengabaikan Pancasila sebagai ideology
bangsanya sehingga mereka memiliki keinginan untuk bersama- sama
mencari sebuah solusi untuk menanggulangi penyimpangan terhadap
Ideologi Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Kajian Pustaka
Pengertian Filosofis atau Filsafat
Secara etimologi, kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
Philosophia, artinya cinta kearifan, Bertens dan Gie (dalam Rindjin, Ketut,
2011:251 ) pada awalnya memang filsafat adalah kecintaan atau pencarian akan
kearifan. Pythagoras merupakan orang pertama yang menyebut dirinya sebagai
Philosophos. Bagi Kaum Pythagorean, berfilsafat bukan semata-mata karena
alasan ilmiah, tetapi mereka mempraktikkan filsafat sebagai pegangan hidup (way
of life), yaitu sebagai pandangan hidup mengenai cara bagaimana manusia
mencapai kesempurnaan sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus.
4
Banyak pemikiran- pemikiran mengenai definisi filsafat hingga saat
ini.dan banyak diantara definisi-definisi berikut yang relevan terhadap konteks
filsafat. Berikut beberapa definisi filsafat yang dapat kami himpun.
“Filsafat merupakan suatu bentuk perbincangan kritis dan demikian pula halnya
dengan ilmu, keistimewaan filsafat terletak pada kedudukannya sebagai suatu
bentuk perbincangan kritis.” (Passmore)
“Filsafat adalah suatu komentar kritis mengenai eksistensi dan tuntutan- tuntutan
bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Filsafat dianggap membantu
apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya.” (Nagel)
“Filsafat merupakan usaha yang kukuh dari orang biasa maupun cerdik- pandai
untuk membuat hidup sedapat mungkin bias dipahami dan mengandung makna.”
(Brameld)
“ Filsafat adalah suatu tulang pikiran buat mencari suatu totalitas dan keserasian
dari pengertian yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna dari semua segi
pokok kenyataan.” (Leighton)
“Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu.” (Bacon)
“Filsafat adalah usaha-usaha untuk mengerti fakta-fakta paling mendasar
mengenai dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta
itu.” (Wild)
“Filsafat ialah suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari
kenyataan.” (Plato)
Dari berbagai pendapat diatas mengenai definisi dari Filsafat, maka dapat
disimpulan bahwa Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun
reflektif yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat
berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku sasarannya. Filsafat
bukanlah aktivitas berpikir dalam kesan abstrak seperti disangka orang banyak,
yang melayang-layang, melainkan merupakan “this mean that phylosophic
thinking tries to organize the materials of human experience into some reasonably
coherent arrangement” (Sutrisno, 2005:17).
2.1.2 Pemikiran Pancasila dari Perspektif Filosofis
5
Bagaimanakah pengertian atau tafsir atas sila-sila Pancasila sehingga
dapat diketemukan nilai dan normanya? Isi Pancasila dapat dijelaskan melalui
berbagai ragam penafsiran dan pemikiran. Ada tafsiran filosofis, tafsir historis,
tafsir sosiologis, tafsir ideologis politis, dan tafsir yuridis. Pemikiran filosofis
terhadap Pancasila adalah suatu renungan reflektif dan sistematis,mengenai
Pancasila yang sifatnya personal (pranarka, 1985). Slamet Sutrisno (2006) juga
mengatakan pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang
Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan mendalam
dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran filisofis tersebut termasuk
pemikiran intelektual karena dilakukan secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan
sistematis. Orang bias memikirkan sesuatu namun tidak semua orang bias berpikir
filosofis terhadap suatu hal.
Dalam sejarah pemikiran filosofis Pancasila, sudah cukup banyak ahli
yang menjelaskan ini Pancasila secara filosofis. Beberapa ahli tersebut antara lain:
Notonagoro, Soediman Kartohadiprajo, N Driyakarya, Abdul Kadir Besar,
Kuntowijoyo, Soerjanto Poepowardojo, Mohammad Noer Syam, Sunarjo
Wreksosuhardjo dan Hardono
Hadi. Bahkan pemikiran presiden RI ke-1 Ir.
Soekarno dalam pidatonya mengenaiPancasila diberbagai kesempatan dan
presiden ke-2 dalam buku Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila dapat
dikatakan sebagai bentuk pemikiran filosofisnya mengenai Pancasila.
Berikut ini isi pancasila menurut pemikiran filosofis menurut beberapa
tokoh. Menurut Notonagoro (1982), isi dari sila-sila pancasila sebagai dasar
falsafah Negara adalah pengertian yang umum, abstrak dan universal yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagi sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa adalah kesesuaian
sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita
dengan hakekat daripada Tuhan.
2. Bagi sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah
kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam
negara kita dengan hakekat daripada manusia.
3. Bagi sila ketiga Persatuan Indonesia, adalah kesesuaian sifat- sifat
dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan
hakekat daripada satu.
6
4. Bagi sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/
perwakilan
adalah
kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam
negara kita dengan hakekat daripada rakyat.
5. Bagi sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan
didalam negara kita dengan hakekat daripada adil.
Dengan adanya hakikat/substansi dari sila- sila pancasila tersebut,
mempunyai sifat tetap, mutlak, tidak berubah, abstrak, umum, dan universal, serta
karenanya nilai- nilai pada sila- sila pancasila sebagai filsafat yang berlaku umum
dan universal. Namun, dengan terdapatnya aksidensi dibelakang hakikat/
substansi sila- sila yang ada seperti kalimat yang maha esa, yang adil dan beradab,
maka filsafat ini mempunyai lingkup berlaku di Indonesia. Sila Persatuan
Indonesia dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memperjelas
bahwa Filsafat Pancasila khusus diperlakukan di Indonesia.
Ir. Soekarno sebagai orang pertama yang memperkenalkan Pancasila
telah menjelaskan isi atau substansi setiap sila Pancasila. Penjelasan tersebut
adalah pada sidang 1 BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Tidak hanya itu saja,
penjelasan Ir. Soekarno perihal sila- sila Pancasila ini dikemukakan kembali pada
khursus presiden tentang Pancasila di tahun 1956 dan pada pidato dimuka sidang
umum PBB tahun 1960. Menurut Ir. Soekarno, muatan yang terkandung dalam
masing- masing sila Pancasila dapat dikemukakan secara sederhana yaitu sebagai
berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bangsa Indonesia adalah bangsa
yang bertuhan. Bukan hanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang
bertuhan, hendaknya masing- masing orang Indonesia bertuhan
menurut Tuhannya sendiri.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab berarti humanity
atau
persaudaraan- persaudaraan bangsa- bangsa.
3. Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan berarti demokrasi.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak ada
kemiskinan dalam Indonesia merdeka (M Silalahi, 2001)
7
Soediman Kartohadirodjo dalam buku “Beberapa Pikiran sekitar
Pantja-Sila” (1970) menyatakan pansila pada awalnya masih berisi singkat hanya
inti dari kelima sila. Pancasila belum “ready made”, karena itu perlu pemikiran
bulat untuk menemukan isi dari pada pancasila itu sendiri. Isi Pancasila haruslah
memenuhi isi jiwa bangsa Indonesia sendiri sehingga tafsiran yang diberikan tidak
bermacam- macam. Selanjutnya, ia menyatakan sebagai berikut, kalau kita
perhatikan, maka filsafat Pantja-sila inti- intinya dibawakan dengan hal- hal yang
berkaitan dengan kehidupan manusia. Pancasila berkaitan dengan manusia oleh
karena sebagai filsafat, ia merupakan hasil karya manusia dalaam mencari hakekat
sesuatu. Hakekat akan sesuatu itu ada dalam alam semesta dan hubungannya
dengan isi lain alam semesta. Alam semesta itu teridri dari berbagai benda, benda
mati dan benda hidup. Benda hidup terdiri atas tumbuhan, hewan dan akhirnya
manusia sebagai bagian kecil saja. Isi filsafat Pancasila tidak mengenai hal – hal
yang bertalian dengan tumbuhan dan hewan, sebab pertama kali dalam lahirnya
sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang kelak akan didirikan.
Negara itu adalah sesuatu yang bertalian dengan manusia, sebagai organisasi
manusi akan dengan sendirinya harus dibawakan dengan soal- soal yang bertalian
dengan manusia. Bahwa pemikiran yang bulat dari isi filsafat tergambar dari isi
masing- masing sila. Arti yang dapat diberikan dari sila pertama adalah bahwa
bangsa Indonesia percaya dengan adanya Tuhan, pencipta alam manusia dan
segala isinya. Manusia diciptakan oleh Tuhan itu, pada dasarnya satu umat.
Demikianlah merupakan arti sila kedua, perikemanusiaan atau internasionalisme.
Namun perlu disadari manusia hidup diberbagai bagian bumi yang satu sama lain
berbeda keadaan tanah, iklim, dan lain- lain. Maka, terdapat perbedaan sifat dari
manusia bagian satu dan lainnya yang menimbulkan adanya bangsa (sila ketiga,
nasionalisme atau kebangsaan). Sila kelima dimagsudkan kebahagiaan bahwa
manusia diciptakan oleh Tuhan untuk berusaha menemukan kebahagiaan dalam
hidupnya. Tetapi kebahagiaan itu, tidaklah dicapai dengan gontok- gontokkan.
Apalagi dengan saling membunuh. Kebahagiaan itu harus dicapai dengan
musyawarah mufakat/ sila keempat.
Driyarkara dalam buku “Driyarkara tentang Negara dan Bangsa” (1980)
membahas Pancasila secara filosofis yang bertolak dari refleksinya tentang
8
manusia. Tulisan ini berasal dari prasaran beliau tentang Pancasila dan Relegi
pada Seminar Pancasila I tahun 1959 di Yogyakarta. Menurutnya, manusia adalah
mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan semua yang lain. Aspek ini,
pertama-tama dalam relasinya dengan alam jasmani yang disebutnya membudaya.
Aspek kedua adalah relasinya dengan persona rohani. Oleh karena itu, menurut
strukturnya adanya kita itu berupa ada bersama. Ada bersama berarti terlibatnya
dalam hubungan cinta kasih, dan yang demikian itu menjadi dasar bagi
perikemanusiaan, demokrasi, semangat cinta akan tanah air, nasionalisme, dan
internasionalisme. Keberadaan kita baik dalam dunia material maupun dalam
interaksi adalah karena diadakan oleh Hyang Maha Ada. Dengan demikian, sila
Ketuhanan itu timbul dari kodrat manusia sendiri.
Perikemanusiaan
berarti menghormati, menjungjung tinggi sesama
manusia. Sebab cinta kasih tanpa hormat, tanpa menjungjung tinggi, itu tidak
mungkin. Hal demikian hanyalah memperalat yang dicintai hanya untutk
kepentingan diri sendiri. Itu tidak cinta yang sebenarnya tetapi egoisme.
Perikemanusiaan berarti menolak pembudakan, menolak penghisapan dan
sebagainya sesama manusia. Apa yang tidak diinginkan untuk dirimu sendiri,
janganlah itu kau lakukan terhadao sesama manusia. Demikianlah rumusan
negatif dari perikemanusiaan. Cintailah sesama manusia seperti dirimu sendiri,
perlakukanlah kepadanya apa yang kau inginkan untuk diri sendiri, demikianlah
rumusan positifnya. Perincian yang jelas dari dalil-dalil ini dapat kita lihat dalam
piagam hak asasi yang disiarkan PBB. Jika manusia taat pada prinsip ini, maka
hidup bersama merupakan persaudaraan. Persaudaraan harus dijalankan baik
dalam lingkungan kecil maupun lingkungan besar pada seluruh bangsa. Bahkan
lingkungan yang meliputi selururh dunia dan segala bangsa. Perikemanusiaan
memuat rumusan yang umum, yakni memuat segala kebajikan yang harus
dilakukan manusia menurut hakikat kodratnya. Disitu belum ditunjuk suatu
lapangan atau pengkhususan. Keadilan Sosial adalah suatu percabangan,
pengkhususan yang muncul bila kita memandang manusia berhadapan dengan
alam jasmani, yang dikerjakan, dibangun, dijadikan perlengkapan dan syarat
hidup. Alam jasmani, hasil perlengkapan, dan syarat hidup itu harus langsung
ditujukan pada semua manusia, tidak untuk segelintir manusia saja. Keadilan
9
sosial adalah perikemanusiaan sepanjang dilaksanakan dalam suatu bidang ialah
bidang ekonomi atau bidang penyelenggaraan perlengkapan dan syarat-syarat
hidup kita sepanjang hidup itu tergantung pada barang materiil.
Untuk memunculkan prinsip demokrasi atau kerakyatan, kita harus
berpikir lebih lanjut. Karena manusia dalam kodratnya ada bersama, maka dengan
sendirinya timbullah masyarakat. Manusia itu bermasyarakat. Memasyarakat
adalah bentuk pelaksanaan dari cinta kasih. Masyarakat adalah bentuk konkrit dari
permasyarakatan. Masyarakat sebagai bentuk permasyarakatan. Masyarakat
sebagai bentuk pelaksanaan dari cinta kasih tidaklah sama. Bentuk keluarga
berbeda dengan bentuk
negara. Permasyarakat yang langsung merupakan
pelaksanaan cinta kasih makin kurang memerlukan demokrasi, misalnya keluarga
tidak memerlukan demokrasi. Seorang ayah tidak menjadi kepala keluarga karena
pemilihan. Cinta kasiihnya sedemikian kuat, sebagai kesatuan yang erat sehingga
bentuk lain tidak diperlukan. Keluarga adalah diatas demokrasi.
Lain halnya dengan negara sebagai kelompok masyarakat yang besar.
Disini memasyarakat menjadi menegara. Disini bahaya kegagalan sedemikian
besar, maka diperlukan prinsip demokrasi. Cinta kasih yang diperlukan dalam
dengan pemasyarakatan berbentuk negara menuntut agar dilakukan suatu cara
yang kita sebut demokrasi. Dalam prinsip demokrasi, para warga harus dipandang
sebagai pribadi menur ketinggianya sebagai persona dengan semua hak-hak
asasinya. Akan tetapi hak-hak itu harus digunakan untuk menegara bersama bukan
untuk bertindak secara liar. Demokrasi adalah prinsip yang menyebabkan para
warga negara saling memandang dan menghormati, menerima dan kerjasama
dalam satu-kesatuan, sehingga masyarakat dapat bertindak satu subjek yang
menyelenggarakan kepentingan bersama.
Kebangsaan adalah suatu cara dari ada bersama. Berada bersama sebagai
satu bangsa belum tentu menegara, misalkan karena dijajah bangsa lain. Jika suatu
bangsa itu merdeka dan menegara maka kebangsaan menjadi dasar penegaraan.
Kebangsaan menjadi prinsip penegaraan. Kebangsaan adalah pelaksanaan
memasyarakat dalam kelompok yang lebih kecil yakni bangsa.
10
Abdulkadir Besar (1994: 35) menawarkan pelaksanaan“strategi dialogi
antar budaya” dalam menghadapi gejala penyeragaman atau globalisasi dewasa
ini..Artinya, membiarkan budaya asing yang mengglobal berdampingan dengan
budaya asli. Melalui interaksi yang terus menerus, masing-masing budaya akan
mendapatkan pelajaran yang berharga. Hasil akhir yang diharapkan dari interaksi
itu adalah terpeliharanya cukup diferensiasi, sekaligus tercegahnya penyeragaman
universal. Ideologi Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak mandeg,
melainkan harus diperbaharui secara terus menerus, sehingga mampu memberikan
pedoman, inspirasi, dan dukungan pada setiap anggota bangsa Indonesia dalam
memperkembangkan dirinya sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan pembaharuan
yang sehat selalu bertitik tolak pada masa lampau dan sekaligus diarahkan bagi
terwujudnya cita-cita di masa depan. Setiap zaman menampakkan corak
kepribadiannya sendiri, namun kepribadian yang terbentuk pada zaman yang
berbeda haruslah mempunyai kesinambungan dari masa lampau. Kesinambungan
tidak berarti hanya penggulangan atau pelestarian secara persis apa yang
dihasilkan di masa lampau untuk diterapkan pada masa kini dan masa mendatang.
Unsur yang sama dan permanen maupun unsur yang kreatif dan baru, semuanya
harus dirajut dalam satu kesatuan yang integral.
2.2 Kajian Kasus
2.2.1 Bentuk Penyimpangan Terhadap Pancasila Pada Kasus Korupsi
a. Identifikasi masalah
Seperti pada uraian permasalahan yang ada pada bab 1 diatas, disana
telah diuraikan sedikit mengenai sebuah kasus dari sekian banyak kasus korupsi
yang ada di negeri ini. Ya, korupsi merupakan sebuah kata yang akhir-akhir ini
sering kita dengar di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Bahkan bisa dikatakan hampir tiap hari kata tersebut terdengar oleh telinga kita,
menghiasi layar kaca dan memenuhi halaman surat kabar ataupun koran yang kita
baca. Memang benar, sekarang ini permasalahan mengenai kasus korupsi seakan
tidak ada
habisnya untuk dibicarakan. Ada saja masalah-masalah baru yang
bermunculan, padahal masalah yang sudah lama saja belum terselesaikan dengan
11
baik. Sehingga masalah korupsi di negeri ini kian menumpuk dan belarut-larut.
Nah inilah sebenarnya masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat
ini. Problem ini sesungguhnya merupakan ancaman besar bagi bangsa Indonesia,
dan juga merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk
menyelesaikan semua masalah ini dan sekaligus kewajiban kita bersama untuk
tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan negara seperti halnya
melakukan korupsi. Korupsi yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah kasus
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, bahkan pejabat negara sekalipun seperti
halnya anggota DPR. Sejauh ini, sudah lebih dari 40 anggota DPR di hukum atas
kasus korupsi. Daftar panjang pencoleng duit rakyat ini dipastikan terus
bertambah jika melihat sejumlah nama wakil rakyat yang terhormat itu disebut
dalam pengadilan tipikor.
Kata korupsi atau rasuahberasal dari bahasa Latin yaitu corruptio dari
kata
kerja
corrumpere
yang
bermakna
busuk,
rusak,
menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok. Korupsi dapat didefinisikan sebagai tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan. Dari sudut pandang
hukum, tindak pidana korupsi dipandang sebagai perbuatan melawan hukum;
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korporasi; danmerugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Sungguh disayangkan jika pelaku kasus korupsi adalah seorang
pejabat negara yang seharusnya mempunyai tugas menampung aspirasi
masyarakat bahkan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat. Namun ini
justru berbalik, korupsi dalam artian sempit berarti mengambil uang rakyat
dengan begitu dapat dikatakan sebagai pencuri. Sungguh ironis bukan jika
seorang penjabat melakukan tindakan pencurian? Apa jadinya negeri ini jika kasus
12
seperti ini terus berkembang dan tidak segera dicarikan solusi untuk
menghentikannya? Mungkin nantinya jika ini dibiarkan, beberapa tahun ke depan
negeri ini akan dijuluki sebagai negara sarang koruptor.
Salah satu contoh kasus korupsi yang sedang gencar dibicarakan
ditengah masyarakat Indonesia akhir- akhir ini adalah kasus dari Ahmad Fatonah
dan kawan- kawan. Ahmad fatonah adalah seorang pejabat Negara yang
melakukan korupsi berupa suap impor daging sapi. Ia melakukan korupsi
sebanyak 30 Miliar dan ini sangat merugikan Negara. Selain itu, ia juga
melakukan perselingkuhan dengan banyak wanita. Mendustai istrinya yang
sedang hamil. Dan hasil dari korupsi yang dilakukan ia pakai untuk membayar
atau memberikan uang- uangnya tersebut kepada wanita- wanita cantik sebanyak
40 orang. Sungguh keji dan biadab prilaku dari Ahmad fatonah ini. Sudah
berdusta dengan masyarakat, mendustai istrinya pula. Orang seperti ini
sebenarnya sudah sangat perlu diberikan hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya agar tidak sewenang- wenang dalam bertingkah laku yang sangat
merugikan masyarakat umum. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus
berperan penting dalam pemberantasan korupsi dinegara kita.
Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa
betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai
dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup berbangsa,
falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilai-nilai luhur yang patut
untuk diterapkan. Pancasila terdiri atas lima asas moral yang relevan menjadi
dasar negara RI. Dalam kasus korupsi penyimpangan terhadap nilai-nilai
Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Dengan
melakukan tindakan korupsi sudah sangat jelas dikatakan mengingkari sila
pertama ini, karena tindakan korupsi itu berarti mengambil hak orang lain
yang seharusnya dan hal tersebut menurut agama pastinya dilarang.
13
2) Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat
untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan
kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak
asasinya atau bertindak adil dan beradab terhadapnya. Disini sudah jelas
bahwa korupsi itu menyimpang terhadap sila kedua, karena dengan korupsi
berarti seorang pelaku korupsi tidak mengakui dan memperlakukan setiap
manusia memiliki martabat mulia serta tidak mengakui hak-hak orang lain.
Seorang koruptor justru mencuri hak masyarakat.
3) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk
mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal
terhadap sesama warga negara. Dengan adanya perilaku koruptor oleh para
pejabat negara dan yang lainya menunjukka bahwa tidak adanya niat untuk
memperjuangkan kepentingan bangsa, justru dengan perilaku seperti itu
akan menimbulkan citra yang negatif dan menjebolkan nama baik negara
Indonesia di mata dunia. Selain itu tindaka korupsi akan memicu timbulnya
permasalahan yang menyangkut persartuan bangsa seperti adanya aksi
demo, anarkisme, dan ujungnya akan merujuk kepada pepecahan suatu
bangsa.
4) Tindakan korupsi yang banyak terjadi saat ini sangat menyimpang nilai dari
sila keempat Pancasila (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan) yang dimaknai untuk
mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan
politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung
bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan
kedudukan masing-masing. Sudah jelas sekali korupsi itu menyimpang dari
sila ini, yang seharusnya kita ikut serta dalam dunia politik dengan baik
bukan justru mengacaukan dunia politik dengan korupsi.
5) Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak
masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan
dan
kedudukan
masing-masing
kepada
negara
demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
14
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Dengan adanya kasus korupsi ini
sudah jelas dikatakan melanggar sila kelima ini karena bagaimana mungkin
menciptakan sebuah keadilan jika korupsi merajalela di negeri ini.
Itulah sedikit pemaparan mengenai bentuk penyimpangan terhadap pancasila
pada kasus korupsi yang terjadi dimasyarakat saat ini. Telah tergambarkan bahwa
memang sangat menyimpang perilaku korupsi tersebut dari nilai moral Pancasila.
Berikut beberapa contoh kasus lain penyimpangan yang terjadi di
lingkungan masyarakat Indonesia.
1) Demonstrasi mahasiswa
Pada asal mulanya demonstrasi merupakan salah satu cara
penyampaian aspirasi yang dilegalkan. Demonstrasi dapat pula digunakan
sebagai media penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan
pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini
demonstrasi identik dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai
anarkisme masa dan perusakan infrastruktur pemerintah. Orasi disertai
dengan aksi baku hantam antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Hal ini
sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan sila ke empat yang berbunyi
“Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan / perwakilan”. Demonstrasi yang berujung dengan anarki
sering kali merupakan demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini tentunya
sangat disayangkan sekali, mengingat mahasiswa adalah generasi muda
dengan intelektual tinggi sekaligus sebagai pewaris bangsa ini. Bagaimana
Negara ini kedepannya sangat tergantung pada generasi muda saat ini. Diakui
maupun tidak generasi muda kita telah beralih acuan, acuan mereka adalah
acuan yang mengatas namakan sebuah kebebasan dalam liberalisme. Dapat
pula dikatakan kebebasan yang kebablas. Mahasiswa yang notabene masih
tergolong ke dalam usia remaja mengalami masa yang rawan, karena pada
saat itulah mereka mulai mampu berfikir abstrak, dan mencoba menjelaskan
beberapa hal yang kompleks, dengan emosi yang masih labil. Sebetulnya
remaja dapat dikatakan tidak memiliki tempat yang jelas, Mereka sudah tidak
termasuk dalam golongan anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam
15
golongan orang dewasa. Dengan adanya globalisasi dan liberalisme tidak
menutup kemungkinan masa rawan ini akan datang lebih awal. Pada masa ini
pula remaja akan mencoba mencari jati dirinya.
Sebagai manusia yang tergolong kedalam usia labil, mahasiswa,tak
dapat dipungkiri, belum bisa memahami dan menghayati pancasila dengan
sepenuhnya. Harus diakui bahwa sila demokrasi belum bisa berjalan seperti
apa yang diharapkan. Hal tersebut membuktikan bahwa jalannya demokrasi
belum sepenuhnya didasarkan pada pancasila sehingga perlu dibenahi agar
dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tuntutan hakekat pancasila.
2) Kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke Yunani
Beberapa waktu lalu sejumlah anggota Badan Kehormatan DPR
berangkat ke Yunani dengan alasan melakukan studi banding soal kode etik
anggota Dewan. Hal ini menuai berbagai kontroversi dari masyarakat.
Sebenarnya, apabila para anggota DPR hendak studi banding ke Negara
manapun, tidak akan dipersoalkan asalkan dapat diterima nalar publik dalam
mengukur skala prioritas kebutuhan mendasar dan mendesak serta memenuhi
asas kepatutan. Studi banding anggota DPR ke luar negeri pada saat negeri
kita tertimpa bencana, walaupun sudah dijadwalkan, mestinya harus
dipertimbangkan dan ditunda sampai waktu yang tak ditentukan. Hal ini
bertentangan dengan sila ke lima “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Seharusnya dewan kehormatan tersebut berempati terhadap keadaan sebagian
kecil rakyat negeri ini yang berduka. Diberitakan jika Komisi II DPR
membatalkan kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur
pergi ke Italia hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan
Gunung Merapi. Sangat wajar jika
masyarakat
akan merasa sinis dan
kecewa kepada anggota DPR yang nekat melakukan studi banding ke luar
negeri ditengah kedaan Indonesia yang seperti ini. Ibu pertiwi menangis.
Itulah perumpamaan yang dapat diibaratkan dengan realita yang ada. Rasa
kekeluargaan dikalangan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dikembangkan.
Diperlukan sikap saling tolong-menolong, terutama diperuntukkan bagi
kalangan yang kurang beruntung.
16
Studi banding tidak harus keluar negeri. Inti utama dari studi
banding adalah belajar. Belajar bisa dimana saja. Tidak harus menuju ke
negeri orang. Negeri ini terbuka dengan informasi dari mancanegara.
Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk
membangun dan mengembangkan diri sehingga mampu menyejajarkan diri
dengan negara-negara lainnya dalam pergaulan masyarakat internasional.
3) Bangga menggunakan produk Luar Negeri daripada produk Dalam Negeri
Sebagian besar masyarakat Indonesia sesungguhnya masih
memiliki kecintaan dan kebanggaan untuk menggunakan produksi dalam
negeri. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya citra dan penggunaan
batik dan sepatu produksi dalam negeri. Namun sebagian besar lainnya justru
merasa lebih bangga menggunakan produk dari luar negeri. Dengan anggapan
bahwa produk luar memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Hal ini sebenarnya
keliru. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, tentunya harus
menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dalam kegiatan sehari-hari.
Perwujudan rasa bangga terhadap tanah air merupakan salah satu kandungan
dari sila ketiga “ Persatuan Indonesia”. Rasa bangga dapat diaktualisasikan
misalnya saja dengan senantiasa menggunakan produk dalam negeri.
Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barangbarang dari luar negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam
penyimpangan nilai-nilai pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu
terhadap produk impor sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru
luar negeri. Ini sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat
ini umumnya berintelektual tinggi. Sudah sepatutnya rasa nasionalisme
terhadap produksi dalam negeri harus dikampanyekan secara luas dan terus
menerus agar tumbuh rasa bangga terhadap produk-produk karya anak negeri.
Jika kita analogikan, Pancasila itu merupakan jiwanya Indonesia. Antara
manusia Indonesia dan Pancasila bagaikan dua sisi mata uang yang saling
mengikat satu sama lain. Tidak akan ada Pancasila jika tidak ada manusia yang
17
menerapkannya dan begitu pula sebaliknya tidak akan ada manusia Indonesia
dengan ciri khasnya jika tidak adanya Pancasila yang menjiwainya.
b. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
Berdasarkan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat, mulai nampak
berbagai peristiwa yang mencerminkan penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur
pancasila. Ini disebabkan karena telah menurunnya moral masyarakat Indonesia
dan banyaknya orang yang berpendapat bahwa tidak pentingnya filsafat Pancasila
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Berkurangnya pendidikan
Pancasila juga yang ditanamkan sejak dini juga sudah mulai ditinggalkan. Selain
itu, Berkurangnya pemahaman mengenai Pancasila pada masyarakat disebabkan
oleh banyak hal, misalnya menurunnya sosialisasi nilai-nilai Pancasila dalam
masyarakat, pendidikan mengenai pengamalan nilai-nilai pancasila yang kurang
dalam masyarakat, sikap apatisme, serta berkembangnya hedonisme dan
materalisme. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara republik Indonesia idealnya
menjadi acuan tingkah laku warga Negara dalam penyelenggaraan Negara,
kenyataannya terindikasi akan ditinggalkan.
c. Upaya pencegahan Dini Perilaku
Penyimpangan- penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan bertentangan
dengan ajaran yang terkandung di dalam Pancasila. Sebagai ideologi Negara
Pancasila sebenarnya sudah mengatur prinsip-prinsip tata kehidupan masyarakat
Indonesia, berupa nilai-nilai luhur budaya bangsa yang dapat dijadikan pedoman
bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Menilik pada realita yang ada, banyak masyarakat Indonesia yang
kurang paham bahkan mulai melupakan ajaran pancasila hingga mereka tidak
menggunakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan. Pancasila semestinya
senantiasa digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila bukanlah kumpulan kalimat yang harus dihafalkan saja. Tetapi harus
diresapi dan diaktualisasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnya harus direalisasikan, tidak hanya sekedar paham saja. Penanaman
nilai-nilai pancasila perlu dilakukan sejak dini yakni melalui keluarga. Keluarga
sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama
dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran
18
bahwa pancasila sebagai dasar Negara perlu diamalkan dalam kehidupan seharihari. Serta perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila yang perlu dihindari..
Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada hakekatnya merupakan
penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu diberikan sejak anak-anak,
selain itu, masyarakat juga diharafkan agar sadar terhadap betapa pentingnya
filsafat dan ajaran ajaran dari Pancasila itu sendiri untuk mewujudkan lingkungan
yang baik ditengah- tengah masyarakat, dan memberikan berbagai hukumanhukuman yang setimpal terhadap perbuatan yang menyimpang dari ideology
Pancasila seperti korupsi tersebut. Secara khusus perilaku korupsi dapat dicegah
secara dini dengan cara seperti dibawah ini:
1. Penanaman kejujuran sejak dini
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat penting dari pembentukan karakter
seseorang, bila kejujuran ditanamkan secara dini, bukan tidak mungkin
kita akan mendapatkan pejabat-pejabat pemerintahan yang jujur.
2. Kedisiplinan dan taat pada hukum yang berlaku.
Tidak dimungkiri, kedisiplinan merupakan suatu karakter dari seseorang
yang sangat diperlukan dalam hidupnya. Bila seseorang disiplin dan taat
pada hukum yang berlaku, maka perilaku korupsi bisa musnah dengan
sendirinya.
3. Kesadaran mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
Bila seseorang lebih mementingkan kepentingan umum, maka dia tidak
akan egois tentang kepentingan pribadinya. Jika perilaku korupsi bisa
terpinggirkan, maka bukan tidak mungkin kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat pun terjamin
4. Penerapan pajak kekayaan yang tinggi
Perilaku korupsi bisa disebabkan oleh keegoisan seseorang dalam meraih
kekayaan. Guna mencegah kekayaan yang berlimpah, maka pajak
kekayaan yang tinggi akan menjadi solusi yang baik. Dengan begtiu.
seseorang enggan untuk menambah kekayaannya. Langkah ini bisa juga
dimaksudkan untuk penurunan tingkat korupsi berdasarkan keinginan
untukkaya.
5. Hidup sederhana dan bersyukur
Tekanan ekonomi yang tinggi bisa memunculkan suatu ide dan gagasan
seseorang mencari jalan pintas guna meraih kekayaan. Untuk mencegah
hal tersebut, perlu ditananmkan kesederhanaan kepada seseorang sejak
dini dan tak lupa rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang kita miliki.
19
Cara-cara diatas biasanya dilakukan oleh para orang tua kepada anakanaknya sebagai generasi muda. Selain dari pihak keluarga, diperlukan pula
pendidikan pancasila agar terbentuk seorang warga Negara yang memiliki
intelektual tinggi, serta penuh tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang
berlandaskan pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut.
1. Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun reflektif
yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat
berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku
sasarannya (Sutrisno, 2005:17).
2. Pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang
Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan
mendalam dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran
filisofis tersebut termasuk pemikiran intelektual karena dilakukan
secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan sistematis
3. Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa
betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai
dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup
berbangsa, falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilainilai luhur yang patut untuk diterapkan. Namun setidaknya hal tersebut
bisa dicegah agar tidak terjadi lagi kedepannya dengan beberapa
solusi.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Dengan adanya makalah ini hendaknya para pembaca yang merupakan
warga negara Indonesia memahami betul akan makna Pancasila dari
perspektif filosofis karena itu penting sebagai landasan kita dalam
20
menghayati dan menerapkan nilai-nilai pancasila di kehidupan sehari-hari.
Selain itu juga diharapkan kepada para pembaca agar menghindari prilaku
yang namanyua korupsi, karena seperti yang telah diuraikan pada makalah
ini bahwasanya korupsi merupakan tindakan yang mnyimpang dari
Pancasila dan menghianati keberadaan Pancasila dan bangsa ini.
2. Masyarakat sebagai bagian dari NKRI tyentunya diharapkan mampu
meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Penyimapangan yang terjadi terhadap nilai luhur
Pancasila bukanlah kesalahan satu pihak saja namun lembaga yang terkait
dengan penanaman nilai-nilai dasar Pancasila juga turut bertanggung
jawab, maka sangat bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi atau
problematika didalamnya. Dan dari sana dapat di berikan solusi yang
mudah diaplikasikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Rindjin, Ketut. 2011.Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan Dasar Kesatuan
Ryan,
Republik Indonesia. Singaraja: Undiksha.
Ginting.2011. “Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka”.
Dalam
http://gintingryan.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagaiideologi-terbuka.html. Diakses pada 3 Oktober 2013
Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Therudyoffachru.2011.”Bukti
Pancasila
sebagai
Sistem
Filsafat”.
Dalam
http://therudyoffachru.blogspot.com/2011/05/bukti-bahwapancasila-merupakan-sistem .html. Diakses pada 3 Oktober
2013
Winarno. 2012.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Surakarta:Yuma
Pustaka.
22