SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KERBAU PERAH DI

Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Perah
“Sejarah dan Perkembangan Kerbau Perah di Indonesia”

Pararel / Kode : 08 / PTK 244
Disusun Oleh : Kelompok 02
o Indah Permata (1310611030)
o Rahmi Seno Ayani (1210612087)
o Ryan Ilham (1310611011)
o Zilfa Yoga (1210613040)

FAKULTAS PETERNAKAN

PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’allamin, segala puji dan syukur Penulis panjatkan
kehadirat Allah yang mahakuasa, karenaberkat rahmat dan karuniaNYA kita bisa
melakukan berbagai macam aktifitas,terutama kepada Penulis sendiri sehingga dapat
menyelesaikan makalah Sejarah dan Perkembangan Kerbau Perah di Indonesia ini

sesuai dengan waktu yang telah diberikan,dan tidak lupa Penulis menyampaikan
salam serta salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk
memanusiakan manusia, hal ini sangat penting untuk kita semua sebagai umatnya,
dan penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen yang memberikan tugas
makalah ini sehingga pengetahuan kami semakin bertambah,dan pihak pihak yang
lain, baik secara langsung maupun tidak ,Penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan
dimata pembaca, oleh karena itu saran dan kritik sangat berpengaruh dalam
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kepada pembaca. Amin.

Padang, 24 Februari 2015

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan.............................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………2
1.3 Tujuan…………................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................... 3
2.1 Peternakan Kerbau di Indonesia..…................................... 3
2.2 Sejarah Ternak Kerbau....................................................... 4
2.3 Populasi dan Penyebaran Kerbau di Indonesia................... 7
2.4 Kerbau Perah...................................................................... 9
2.4.1 Kerbau Jaffarabadi..................................................... 10
2.4.2 Kerbau Murrrah..........................................................10
2.4.3 Kerbau Nili Ravi….................................................... 12
2.4.4 Kerbau Kundi………...........................................

13

2.4.4 Kerbau Surti ..………...........................................

12

2.5. Produksi Susu………………………………………….. 15
2.6. Komposisi Susu Kerbau………………………………...17

Bab III Penutup…….................................................................20
3.1 Kesimpulan………………………………………………..20

Daftar Pustaka.......................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerbau (Bubalus bubalis) adalah ternak ruminansia besar yang mempunyai
potensi tinggi dalam penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak asli daerah panas
dan lembab khususnya daerah belahan utara tropika. Tujuan pemeliharaan ternak
kerbau adalah sebagai tenaga kerja, penghasil daging, dan susu . Selama 8 tahun
terakhir

ini

perkembangan

ternak


kerbau

di

Indonesia

kurang

menggembirakan. Populasi ternak kerbau yang ada di Indonesia saat ini 40% berada
di Pulau Jawa dengan kepemilikan 1-2 ekor per orang peternak .
Salah satu factor yang menyebabkan rendahnya populasi ternak kerbau adalah
keterbatasan bibit unggul, rendahnya mutu pakan ternak, perkawinan silang dan
kurangnya pengetahuan peternak dalam menangani produksi ternak tersebut. Kerbau
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu kerbau rawa dan kerbau sungai, dan yang
berkembang di Indonesia kebanyakan adalah kerbau rawa/lumpur.
Suhubudy (2005) mendeskripsikan beberapa faktor yang menyebabkan
kurangnya populasi kerbau di Indonesia. Adanya program sapinisasi, rendahnya
tingkat reproduksi kerbau, dan teknik serta metode praktek peternakan di Indonesia
yang tidak mendukung pengembangan ternak kerbau merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan populasi ternak kerbau tidak berkembaang dengan baik.

Meskipun demikian, bukan berarti bahwa ternak kerbau sama sekali tidak
memiliki potensi pengembangan. Kerbau dapat dijadikan sebagai salah satu ternak
potong yang dapat menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan daging

masyarakat (Litbangnak, 2006). Oleh karena Ternak kerbau yang ada di Indonesia
perlu dilestarikan dan dikembangkan sesuai denga kondisi wilayah masing-masing
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana Sejarah dan perkembangan kerbau di Indonesia?
2.

Apa saja jenis kerbau perah di Indonesia?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan kerbau perah di Indonesia
2. Jenis kerbau perah di Indonesia

BAB II


PEMBAHASAN
2.1. Peternakan Kerbau di Indonesia
Di Indonesia kerbau telah berkembang sejak dahulu. Dimana telah tersebar di
seluruh Indonesia. Kerbau yang berasal di Indonesia didominasi oleh kerbau lumpur
dengan jumlah populasi sekitar 2 juta ekor dan kerbau perah terdapat 5 ribu ekor.
Kerbau-kerbau tersebut dipelihara oleh peternak kecil. Untuk kerbau lumpur dengan
pemeliharaan secara tradisional dengan jumlah kepemilikan 2-3 ekor induk peternak,
sedangkan kerbau perah dipelihara atau digembalakan secara berkelompok pada areal
sekitar para peternak berdiam.
Walaupun demikian pada beberapa tempat tertentu terdapat kepemilikan
dalam jumlah besar sepeti di pulau Moa (Maluku), Sumba (NTT), dan Sumbawa
(NTB) dimana jumlah kepemilikan kerbau per peternak sapat mencapai 100 ekor per
induk. Dengan majunya otonomi daerah dan adanya permentan tentang penetapan
SDG (sumber daya genetik) ternak lokal maka beberapa daerah mengklaim kerbaukerbau lumpur yang ada di daerahnya untuk ditetapkan sebagai bangsa atau sub
bangsa kebau di Indonesia kerana kemampuan adaptasinya pada lingkungan tertentu
yang cukup berbeda dengan kawasan kerbau lainnya di Indonesia seperti kerbau
Sumbawa (NTB), dan kerbau Moa (Maluku) yang diusulkan oleh daerah masingmasing untuk ditetapkan sebagai rumpun kerbau yang adaptif pada kondisi daerah
spesifik pada iklim mikro masing-masing. (Rusastra, 2011)
Kerbau memiliki beberapa peranan utama secara nasional yaitu sebagai
penghasil daging yang mendukung program pemerintah dalam hal swasembada

daging selain daging sapi, sebagai ternak kerja, penghasil susu dan pupuk.

Ternak kerbau sudah dipelihara petani Indonesia dari dahulu kala untuk
berbagai tujuan, terutama sebagai sumber tenaga untuk pengolahan tanah dan alat

transportasi. Ternak dipelihara dengan cara ekstensif dengan pemberian pakan hijauan
dari rumput dengan cara penggembalaan maupun dengan mencari rumput dan
memberikannya pada ternak.
Data tahun 2001 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi di Indonesia
diperkirakan berjumlah 10,5 juta, dimana jumlahnya tidak pernah meningkat sejak
tahun 1985. Sedangkan populasi ternak kerbau malahan menurun drastis dari 3,3 juta
ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001. Pertumbuhan
ekonomi dan urbanisasi telah mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi
masyarakat dimana konsumsi peternakan baik berupa daging, telor dan susu
meningkat dengan laju yang cukup tinggi, yakni di atas 5% per tahun untuk masa 20
tahun mendatang.
Namun fakta menunjukkan bahwa kemampuan peternakan dalam negeri
belum bisa diandalkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri.
Indonesia yang semula dikenal sebagai pengekspor daging pada era tahun 1970-an,
telah menjadi net impor pada tahun 1980-an.

2.2. Sejarah Ternak Kerbau
Menurut

sejarah

perkembangan domestikasi, moyang dari kerbau

(Bubalus bubalus) adalah kerbau liar di Asia. Ditemukan dua tipe utama kerbau, yaitu
kerbau lumpur dan kerbau sungai atas dasar perbedaan fenotipe, karyotipe dan
mitokondria DNA (Tanaka et al, 1996 dalam FAO, 2007). Kerbau sungai penghasil
utama susu hidup subkontinen India, Timur Tengah dansekitamya, dan Eropa Timur;
sedangkan kerbau lumpur yang berperan penting sebagai tenaga kerja pada budidaya
padi berdiam diChina dan negara-negara di Asia tenggara.
Kedua tipe kerbau ini merupakan hasil hibridisasi di bagian timur laut India.
Kerbau tersebut mungkin didomestikasi terpisah, dengan kemungkinan pusat
domestikasi kerbau sungai terjadi di Lembah Indus dan atau Lembah Efrat dan

Lembah Tigris pada 5000 tahun yang lalu; sedangkan kerbau lumpur didomestikasi di
China sekitar 4000 tahun yang lalu bersamaan dengan munculnya budidaya padi.
Asal kerbau di Indonesia diduga telah lama dibawa ke Jawa, yaitu pada saat

perpindahan nenek moyang kita dari India Belakang ke Jawa pada tahun 1.000 SM
(Hardjosubroto dan Astuti, 1993).
Melihat kemampuan adaptasi kerbau tersebut pengembangan dan penyebaran
kerbau dapat dilakukan di banyak daerah di Indonesia dengan memperhatikan kerbau
dan daya adaptasinya. Sebagian besar kerbau di Indonesia adalah tipe kerbau lumpur,
namun

telah

muncul

berbagai

spesifikasi

mengikuti

agroekosistem

yang


membentuknya (SIREGAR et al, 1997)
Di Indonesia lebih banyak terdapat kerbau Lumpur dan hanya sedikit terdapat
kerbau sungai di Sumatera Utara yaitu kerbau Murrah yang dipelihara oleh
masyarakat keturuan India dan digunakan sebagai penghasil susu. Populasi ternak
kerbau di dunia diperkirakan sebanyak 130−150 juta ekor, sekitar 95% berada di
belahan Asia selatan, khususnya di India, Pakistan, China bagian selatan dan Thailand
(SONI, 1986).
Populasi ternak kerbau di Indonesia hanya sekitar 2% dari populasi dunia.
Hanya sedikit sekali kerbau lumpur yang dimanfaatkan air susunya, karena produksi
susunya sangat rendah yaitu hanya 1−1,5 l/hari, dibandingkan dengan tipe sungai
yang mampu menghasilkan susu sebanyak 6−7 l/hari. Namun demikian, di beberapa
daerah, susu kerbau lumpur telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat.

Di Pulau Sumatera banyak ditemukan ternak kerbau mulai dari dataran rendah
sampai dengan dataran tinggi. Disamping itu ditemukan juga di daerah rawa, namun

masih termasuk dalam bangsa kerbau lumpur. Potensi pakan yang cukup banyak
tersedia menjadikan ternak kerbau sebagai komoditas unggulan di sebagian besar
daerah di Pulau Sumatera.

Usaha ternak kerbau merupakan usaha peternakan rakyat yang dipelihara
sebagai usaha sampingan, menggunakan tenaga kerja keluarga dengan skala usaha
yang kecil karena kekurangan modal. Disamping itu sebagian peternaknya adalah
penggaduh dengan sistem bagi hasil dari anak yang lahir setiap tahunnya.
Pemeliharaan ternak umumnya bergantung pada ketersediaan rumput alam.
Siang hari peternak menggiring ternak ke tempat penggembalaan dan malam
hari dibawa ke dekat pemukiman dan biasanya tanpa kandang, ternak hanya diikat di
belakang rumah petani, dan belum biasa memberikan pakan tambahan.
Selain produksi dagingnya, kerbau juga sebagai penghasil susu yang diolah
dan dijual petani dalam bentuk dadih di Sumatera Barat serta gula puan, sagon puan
dan minyak samin di Sumatera Selatan. Secara umum produktivitas susu masih
rendah yaitu sekitar 1−2 liter/ekor/hari. Dibandingkan dengan ternak sapi, ternak
kerbau agak kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Konsekuensinya,
produktivitas ternak relatif rendah, bahkan populasi ternak kerbau di Sumatera hanya
sedikit meningkat, walaupun masih jauh lebih tinggi dari rataan nasional.

2.3.

Populasi dan Penyebaran Ternak Kerbau di Indonesia
Menurut Susilorini, Sawitri, Muharlien (2008) populasi kerbau

di Indonesia terdiri dari kerbau perah dan kerbau potong. Populasi

kerbau perah (river buffalo) sangat sedikit, hanya sekitar 5% dari
populasi yang ada, sedangkan poulasi kerbau potong dan kerja
(berupa kerbau lumpur/swamp buffalo) mencapai hingga 95%.
Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor.
Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami
penurunan. Selanjutnya dikatakan data selama tahun 1985 - 2001
menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta ekor
pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001
atau mengalami penurunan populasi sebesar 26 %.
demikian,

populasi

ternak

kerbau

di

Pulau

Namun

Sumatera

agak

meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor di tahun yang
sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9 %.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya populasi
ternak kerbau disebabkan oleh keterbatasan bibit unggul, mutu
pakan

ternak

rendah,

perkawinan

silang

dan

kurangnya

pengetahuan peternak dalam menangani produksi dan reproduksi
ternak tersebut.

Kebijakan

pengembangan

usaha

pembibitan

kerbau

diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan khusus maupun
terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu
wilayah untuk mempermudah pembinaan dan pengawasannya
(Suilorini, Sawitri, dan Muharlien. 2008)

Tabel 1 Populasi Kerbau di Sepuluh Provinsi Indonesia (ekor)
Provinsi
2004
NAD
409,071
Sumbar
322,692
Sumut
263,435
Jabar
149,960
NTH
156,792
NTT
136,966
Banten
139,707
Sulsel
161,504
Jateng
122,482
Sumsel
86,528
Sumber: DITJENNAK (2008)

2005
338,272
201,421
59,672
148,003
154,919
139,592
135,040
124,760
123,815
90,300

Tahun
2006
371,143
211,531
261.794
149,444
155,166
142,257
146,453
129,565
112,963
86,777

2007
390,334
192,148
189,167
149,030
153,822
144,981
144.944
120.003
109,004
90,160

Tabel 1. Populasi Ternak Kerbau di Sumatera Barat.
No. Kab/Kota

Tahun

2008
410,518
197,335
189,167
170,568
169,204
159,479
144,944
120,003
116,014
93,675

2005

2006

2007

Kabupaten
1

Pesisir Selatan

31.031

26.725

25.775

2

Solok

9.521

10.876

11.368

3

Sijunjung

33.898

37.521

37.738

4

Tanah Datar

17.096

18.844

18.483

5

Padang Pariaman 36.053

37.842

38.349

6

Agam

17.472

25.772

26.408

7

50 Kota

24.049

23.759

27.651

8

Pasaman

2.952

2.647

2.251

9

Mentawai

131

129

129

10

Solok Selatan

8.735

8.287

8.320

11

Pasaman Barat

3.574

2.850

3.837

12

Dharmasraya

7.382

7.323

7.414

13

Padang

5.010

3.103

5.361

14

Solok

277

175

246

15

Sawahlunto

2.420

2.392

4.011

16

Padang Panjang 121

144

335

17

Bukittinggi

328

337

647

18

Payakumbuh

855

1.144

1.256

19

Pariaman

516

661

663

JUMLAH

201.421 210.531 220.242

Sumber : Endang, Rusfidra, Indri Juliyarsi, Hendri (2009)

2.4. Kerbau Perah
Negara India merupakan salah satu negara di dunia yang banyak melakukan
penjinakkan kerbau (buffaloes). Negara lain yang memiliki ternak kerbau dalam
jumlah besar adalah China, Thailand, Pakistan dan Philipina.
Uraian kerbau (Bubalus species) telah banyak dijelaskan pada Kerbau sebagai
ternak potong. Sedangkan yang diuraikan pada pokok bahasan ini hanya menyangkut
beberapa kerbau sebagai ternak perah.
2.4.1. Jaffarabadi.
Terdapat di hutan Gir-Kathiawar khususnya mengarah ke Jaffarabad India.
Individu kerbau sebagai penghasil air susu sampai 15 – 18 Kg per hari
dengan lemak susu (butter fat) tinggi.
Ciri Kerbau Jaffarabadi.:
1. Kepala : Besar, lebar, bertanduk tipis menggantung ke leher dengan ujung
melengkung ke atas, dahinya menonjol.
2. Leher : kuat dan berkembang dengan baik.
3. Tubuh : massif, relatif panjang dan tidak begitu kompak, panjang kerbau
jantan mencapai 176,6 cm dan betina 160 cm, BB jantan mencapai 589,6 Kg
dan betina berkisar 450 Kg
4. Kaki : lurus dan kuat
5. Warna : hitam atau kelabu

6. Ambing : bentuk dan ukuran baik, vena jelas, puting susu panjang dan
produksi susu 15-18 Kg ( 30-40 lbs) per hari

2.4.2. Kerbau Murrah
Kerbau Murrah merupakan kerbau yang habitat aslinya berada di Negara bagian
Haryana dan Union territory Delhi di India dan di Propinsi Punjab di Pakistan.
Namun kerbau Murrah merupakan salah satu kerbau perah yang banyak diternakkan
di Indonesia, khususnya daerah sekitar Medan.
Kerbau Murrah selain sebagai kerbau perah yang menghasilkan susu, juga
paling efisien dalam menghasilkan lemak susu. Kerbau Murrah merupakan kerbau
yang paling utama di dunia, karena mampu memproduksi susu rata-rata 3500-4000
lbs ( 1 lbs=0,453 ) setiap laktasi. Ternak dari Kerbau Murrah merupakan hasil seleksi
yang baik hingga menghasilkan susu sebanyak 5000 – 7000 lbs setiap laktasinya.
Kerbau Murrah mampu memproduksi susu 1814 dalam masa laktasi 9-10
bulan. Di Indonesia, seekor kerbau Murrah mampu menghasilkan susu 1,5 – 3
liter/hari. Walaupun kerbau Murrah ini termasuk jenis kerbau yang mampu
menghasilkan banyak susu, namun petani lebih sering menggunakannya sebagai
kerbau pekerja.
Tanda-tanda :

• Bentuk tubuh padat massive, bangun tubuh kuat dengan pungung pendek
dan luas. Leher ringan dengan kepala seimbang ter-hadap bangun tubuh yang padat.
• Pinggul luas serta berhubungan dengan kuartet kelenjar susu. Anggota
badan pendek dan kuat, padat.
• Ekor mempunyai bulu kipas berwarna putih.
• Tanduk melingkar dalam bentuk spiral Warna tubuh pada umumnya
• Tanduk melingkar dalam bentuk spiral Warna tubuh pada umumnya hitam.
• Ambing berkembang baik dengan vena susu tampak menonjol serta 4 puting
susu terpisah satu dengan yang lain cukup jauh.
Kerbau jantan mempunyai berat badan 566,9 kg dengan lingkar dada 220,7
cm, sedangkan yang betina berat badannya 430,9 kg dengan lingkar dada
218,4cm.Kerbau Murrah merupakan kerbau perah yangutama di dunia. Produksi
susunya rata-rata 3 500 - 4.000 Ibs (libs- 0,453 kg) setiap laktasi, bahkan
kerbauMurrah yang terseleksi dapat menghasilkan susu dapat menghasilkan susu
5.000 - 7.000 Ibs per laktasi.Keturunan kerbau Murrah yang terbentuk kerena
perbedaan daerah dan lokasi hidup antara lain Nili, Ravidan Kundi.

2.4.3. Kerbau Nili dan Ravi
Kerbau Nili dan Ravi adalah kerbau keturunan Murrah yang hidup di daerah
lembah sungai Sutley danRavi di Pakistan. Perbedaan pokok kerbau bangsa ini
dengan Murrah adalah menyangkut keadaan muka,dahi dan ukuran. Nili berarti biru

yang mencerminkan warna sungai Sutley, sementara Ravi sering disebutsebagai
bangsa Sundal bar. Daerah Ravi sering disebut sebagai bangsa Sundal bar. Daerah
sebarankerbau Nili dan Ravi ada di antara 29,5 -32,5 °LU dan 71 - 75 °BT.
Tidak terdapat perbedaan pokokdiantara kedua bangsa kerbau ini sehingga
mulai tahun 1960 digabungkan sebagai satu bangsa tersendirikhususnya di Pakistan,
tetapi tidak di India.tanda-tanda :
• Tinggi gumba, panjang badan, dan berat badan yang jantan 132,1 cm; 154,9
cm; dan 680,4 kg, sedang yang betina 127 cm; 149,8 cm; dan 635 kg. Kerbau ini
mempunyai dahi yang datar, wall eyes yaitu iris mataberwarna putih, tanda putih pada
bagian kepala, paha, ambing, dan bulu kipas ekor.
• Produksi susu dapat mencapai 4.000 Ibs dalam masa laktasi 250 hari.

Ukuran umum kerbau Nili : tinggigumba, panjang badan dan berat badan
yangjantan adalah 137,2 cm; 157,4 cm; dan 589,7 kg sedangyang betina 127 cm;
147,3 cm, dan 453,6 kg. Kerbau ini mempunyai tanduk kecil, white eyes yakni
irismata berwarna putih sebagai tanda khas bangsa kerbau perah ini.

Warna putih pada bagian dahi, muka,moncong, paha, dan bulu kipas ekor.
Tidak disukai adanya warna putih pada bagian hock dan knee, ekorhitam, tanduk

tebal luas serta tanda putih di atas leher dan bagian tubuh lainnya. Produksi susu
dapatmencapai 20 - 24 Ibs per hari

2.4.4. Kerbau Kundi
pada mulanya ditemukan didaerah Sind, sehingga dikenal sebagai Sindhi
Murrah. Nama Kundi bermula dari adanya bentuk tanduk yang mirip dengan bentuk
pancing.
Ciri-cirinya:
1. Warna kulit hitam, ada juga coklat terang
2. Dasar tanduk tebal, mengarah kebelakang dan atas, yang melengkung
3. Dahi cukup menonjol, muka cekung, mata kecil bercahaya
4. Bentuk badan lebih kecil dari pada kerbau Nili/Ravi
5. Tubuh bagian belakang berbentuk massive dan mempunyai ambing besar dgn
vena susu menonjol , puting besar
6. Bobot hidup rata-rata 320-450 kg
7. Produksi susu mencapai 2000 lbs setiap laktasi

2.4.5. KERBAU SURTI atau SURATI

Kerbau Surti atau Surati adalah bangsa kerbau perah yang sangat dikenal di
daerah Gujarat, negarabagian Bombay di antara sungai Mahi dan Sabarmati. Kerbau
Surti dikenal sebagai penghasil susudikenal sebagai penghasil susu yang baik,
produksi susu rala-rata 1655,5 kg per laktasi dengan kadarlemak 7,5 %.
Bentuk tubuh kerbau Surti besar dan baik, kaki agak pendek, tanduk termasuk
menengahdan berbentuk bulan sabit, dan kulit berwarna antara hitam atau coklat,
Terdapat warna putih berbentukhuruf V pada tubuhnya, Bulu kipas ekor berwarna
putih.
Warna putih pada dahi, kaki dan bulu kipas ekorpaling disukai. Muka dan
moncongnya bersih dengan lubang hidung yang relatif besar, telinga berukuransedang
dengan warna kemerahan diba-gian sebelah dalamnya. Leher cukup panjang dan
pipih pada yangbetina, tetapi tampak tebal dan masssive pada yang jantan.

Tubuh pada ternak betina bagian de-pansempit, semakin kebelakang semakin
lebar dan besar, punggung lurus dan lebar serta gumba segarisdengan garis
punggungnya. Ambing berkembang baik dengan Warna merah jambu dan puting
berukuransedang dengan jarak yang cukup lebar, dan vena susu kelihatan sedang
dengan jarak yang cukup lebar,dan vena susu kelihatan menonjol. Tinggi gumba,
panjang badan dan berat badan yang jantan 130,8 cm;154,2 cm dan 670 kg, sedang
pada kerbau betina 124,5 cm

2.5. Produksi Susu
Produksi susu yang tinggi pada induk sedang laktasi selama bulan pertama
berpengaruh terhadap bobot tubuh induk dan dapat mengakibatkan penurunan bobot
tubuh selama bulan pertama setelah melahirkan. Penurunan bobot tubuh ini
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya nutrisi induk selama sebelum dan sesudah
beranak, musim beranak dan cara pemeliharaan.
Akan tetapi faktor cekaman laktasi belum jelas. Kehilangan bobot tubuh
selama laktasi sepenuhnya normal sehingga diperlukan energi tersedia yang tinggi
untuk produksi susu tanpa menyebabkan beban berlebihan pada sistem pencernaan.
Perlunya tata laksana pemberian pakan yang baik pada saat bunting dan laktasi agar
tersedia cadangan yang cukup pada waktu beranak dan mencegah kehilangan bobot
tubuh yang berlebihan selama laktasi.
Produksi susu yang tinggi diinginkan untuk anak-anaknya dan kelebihannya
untuk konsumsi manusia. Masa laktasi yang lama dan berkelanjutan setelah anaknya
disapih penting bagi ternak perah. Musim beranak, jumlah laktasi dan umur pertama
kali beranak mempengaruhi produksi susu. Ternak yang beranak dari bulan Januari
sampai Juni menghasilkan susu lebih banyak dari pada yang beranak bulan-bulan
lainnya.

Besarnya produksi susu yang dihasilkan selama masa laktasi dipengaruhi oleh
banyak hal, diantaranya pertumbuhan dan perkembangan sel-sel sekretoris kelenjar
ambing selama kebuntingan, ketersediaan zat-zat makanan sebagai bahan untuk
sintesa susu dan laju penyusutan sel-sel sekretoris selama laktasi. Secara umum dapat
dikatakan bahwa sintesa susu melalui dua jalur yaitu filtrasi dan sintesis. Kecepatan
sintesis dan filtrasi susu tergantung dari konsentrasi precursor di dalam darah yang
merupakan ekspresi dari kuantitas dan kualitas suplai pakan.
Bangsa kerbau perah yang didatangkan dari daerah beriklim sejuk rentan
sekali terhadap cekaman panas. Untuk itu tata laksana pemeliharaan dan pemberian
pakan harus diperhatikan guna menekan sekecil mungkin pengaruh cekaman panas
tersebut. Rendahnya bobot tubuh ternak perah di Indonesia mungkin merupakan hasil
akhir adaptasi terhadap lingkungan yang lembab dan tropis.
Bangsa kerbau dan jumlah laktasi berpengaruh terhadap produksi susu.
Produksi susu maksimum tercapai pada umur 4-5 tahun atau pada laktasi ketiga dan
tidak menurun drastis selama tiga tahun berikutnya dimana dianggap hampir semua
bangsa kambing berbiak sekali dalam setahun. Susu yang dihasilkan setiap hari akan
meningkat sejak induk beranak kemudian produksi akan menurun secara berangsurangsur hingga berakhirnya masa laktasi. Puncak produksi susu akan dicapai pada hari
21-49 setelah beranak. Produksi susu kambing berkisar 1-3 kg per ekor per hari
tergantung bangsa kambing, masa laktasi, suhu lingkungan, pakan, jumlah anak
perkelahiran dan tata laksana pemeliharaan.
Di Indonesia, kerbau sebagai ternak perah sudah cukup lama dikenal oleh
masyarakat Aceh, Tapanuli

Utara,

Palembang,

Sulawesi

dan Timor. Bila

dibandingkan dengan susu sapi, susu kerbau hasil pemerahan, tidak banyak
mengandung air tetapi lebih banyak mengandung bahan padat, lemak, laktosa dan
protein.

Kandungan lemak pada susu kerbau adalah 50%, jadi lebih banyak
dibandingka susu sapi. Begitu juga halnya dengan kandungan protein. Di Indonesia,
umumnya susu kerbau tidak dikonsumsi langsung dalam keadaan segar, tetapi diolah
untuk berbagai keperluan. Di Aceh, susu kerbau dibuat mentega dan minyak samin,
sedangkan d Sumatera Utara dibuat dadih (Murtidjo, 1992).

2.6. Komposisi dalam Susu Kerbau
Susu kerbau memiliki kandungan gizi tidak kalah dibandingkan susu sapi. Susu
kerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan 195 iu kalsium. Susu
kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini karena susu kerbau mengandung
16% bahan padat, sedang susu sapi bahan padatnya 12%. Kandungan lemak susu
kerbau juga lebih banyak, sehingga kandungan energinya lebih tinggi dari susu
sapi.

Ada baiknya bila mengetahui beberapa susunan/komposisi dari jenis masing masing susu. Di bawah ini adalah tabel yang menjelaskan berbagai jenis susu :
Susunan air susu tidak selalu sama dan akan selalu berubah – ubah. Hal ini
dikarenakan berbagai macam faktor .

Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu, potensi dan
kandungan gizinya yang sangat besar,susu kerbau dijuluki sebagai Emas Putih. Jika
dilihat dari komposisi nilai gizi yang terdapat di dalamnya,susu kerbau tidak kalah
dengan susu asal ternak ruminansia lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya
sangat tinggi yaitu 5,5-10,5% dua kali lipat dari susu lain.
Dalam susu terdapat beberapa komponen, salah satunya lemak. Wikantadi
mengatakan lemak susu adalah komponen yang paling beragam. Sebagian besar lema
k susu terdiri dari trigliserida. Bahan utama pembentuk lemak susu adalah glukosa,
asam asetat, asam beta hidroksobutirat, trigliserida dasri kilomikra dan LDL serta
darah. 75 – 90 % dari asam lemak berantai pendek (C 4 – C14) dan 30 % dari asam
palmitat yang disusun dalam kelenjar susu berasal dari asam asetat. Dan sisanya
berasal dari asam lemak. Asetil Co-A yang digunakan oleh kelenjar susu dibentuk
dari asetat yang terdapat dalam sitoplasma.
Pakan ternak pun sangat berperan dalam kualitas susu, sehingga di dalam pakan
ternak harus memenuhi criteria gizi yang baik, yakni terdapat jumlah protein yang
tinggi, energi (yang diperlukan untuk membentuk lemak susu) tinggi, mineral yang
kaya akan Ca dan P (tak lupa Na dan Cl karena cukup penting bagi ternak), vitamin
yang cukup.

Komposisi Susu Kerbau dan Sapi Zebu, %
Ternak
Sapi Zebu
Kerbau Italia
Kerbau China
Carabos Phi
Kerbau

Air
86,6
81,7
76,8
78,6
82,7

Lemak
4,2
7,8
12,6
10,4
7,6

Protein
3,6
4,2
6,0
5,9
4,0

Laktosa
4,9
ND
3,8
4,3
5,0

Abu
0,7
0,7
0,8
0,8
0,7

BPBL1
9,2
10,2
10,6
11,1
9,7

BP
13,4
18,0
23,2
21,5
17,3

Kaukasus
Murrah

81,9

8,0

4,5

4,7

0,9

10,2

18,2

Bulgaria
Murrah India
82,7
7,4
3,6
5,5
0,8
9,8
17,2
1
Sumber : Gangguli (1981) BP:Bahan Padat ; BPBL :Bahan Padat Bukan Lemak
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa susu kerbau memiliki keistimewaan
yakni susu yang dihasilkan mengandung air lebih sedikit dibanding susu dari ternak
lainnya. Yang terkandung cukup banyak didalamnya adalah bahan padat, lemak,
laktosa, dan protein.
Laktosa pada susu kerbau memiliki kandungan yang lebih tinggi daripada
susu sapi dan mendekati nilai laktosa pada ASI. Laktosa adalah karbohidrat yang
hanya terdapat di dalam susu. Laktosa memiliki nilai gizi utama, yakni untuk
pertumbuhan bayi, dan mampu berubah secara metabolik menjadi asam laktat di
dalam usus halus yang mana hal tersebut penting untuk pertumbuhan jasad renik yang
sangat berguna bagi tubuh manusia5.
Apabila seekor kerbau tidak tercukupi kebutuhan proteinnya maka akan
mengakibatkan kualitas susu yang dihasilkan akan menurun, dan jika hal ini
berlangsung terus – menerus jumlah susu yang diproduksi pun akan berkurang 5. Ini
berarti kerbau tersebut sudah tidak mampu memproduksi sejumlah susu sesuai
dengan harapan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Kerbau yang beredar di
Indonesia adalah kerbau Hasil Domestikasi kerbau yang berasal dari India, dan

dengan berjalannya waktu populasi kerbau semakin menurun di Indonesia, dan
beberapa Jenis Kerbau perah yang berada di Indonesia adalah Kerbau Jaffarabadi,
Kerbau Murrah, Kerbau Nili/Ravi, Kerbau Sundi, dan Kerbau Surti.

Daftar Pustaka
Rusdiana.Agus.2011.Proposal.http://agusrusdiana.blogspot.com/2011/04/pro
posal.html. (Diakses Tanggal 21 Februari 2015)
Izza.2011.IBM-2 Susu Kerbau. http://izzulhawa.blogspot.com/2011/12/ibm-2susu-kerbau.html (Diakses Tanggal 21 Februari 2015)
Masnur..2012.

PROBLEMATIKA

PENGEMBANGAN

KERBAU

DI

INDONESIA.http://masnurternak.blogspot.com/2012/05/problematikapengembanga
n-kerbau-di.html. (Diakses Tanggal 21 Februari 2015)
Anonymous.2011.Sejarah
peternakan
kerbau
di
Indonesia
http://peternakanunhas.blogspot.com/2011/04/sejarah-peternakan-kerbauindonesia.html (Diakses Tanggal 21 Februari 2015)