PENERAPAN ORNAMEN ARSITEKTUR CINA PADA B
PENERAPAN ORNAMEN ARSITEKTUR CINA PADA BANGUNAN
MAHA VIHARA MAITREYA DI MEDAN1
Zeila Azmi
Ir. Dwi Lindarto, MT
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU, Padang Bulan, Medan
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Arsitektur Cina merupakan salah satu dari berbagai macam gaya arsitektur yang banyak diterapkan di
Indonesia, khususnya di Kota Medan. Hal ini dapat terlihat dari adanya bangunan-bangunan tempat
peribadatan (Vihara), rumah tinggal pada kawasan Pecinan serta berbagai macam bangunan public lainnya,
termasuk salah satunya adalah Maha Vihara Maitreya di Kota Medan. Bangunan-bangunan ini mengadopsi
gaya Arsitektur Cina pada konsep desainnya. Berbagai bangunan dengan gaya Arsitektur Cina menampilkan
sesuatu yang khas dengan nuansa yang memiliki ciri arsitektur tersendiri. Adanya ragam hias (ornament) dalam
bangunan mengandung makna dan maksud tertentu. Ornamen tersebut bisa berada di dinding, pintu, jendela,
atap dan tempat lainnya yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Cina, yang memberi makna dan
arti tersendiri bagi bangunan maupun masyarakat yang ada didalamnya. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara deskriptif jenis,
perletakan, bentuk dan makna ornament. Data yang diperlukan didapatkan melalui observasi dan studi
dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untu mengidentifikasikan penerapan ornament berdasarkan konsep
arsitektur Cina yang ada pada bangunan Vihara dilihat dari penempatan, bentuk serta maknanya. Sedangkan
hasil yang dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana ornament-ornamen tersebut
diterapkan pada bangunan Maha Vihara Maitreya.
Keywords: Vihara, Arsitektur Cina, Ornamen, Maha Vihara Maitreya
ABSTRACT
Chinese architecture is one of a wide range of architectural styles which are widely applied in
Indonesia, especially in the city of Medan. It can be seen from the buildings of places of worship (temple), home
stay in Chinatown and various other public buildings, including one of them is Maha Vihara Maitreya in Medan.
The buildings have adopted a style of Chinese architecture in the design concept. Various buildings in the style
of Chinese architecture displays something typical with shades that have architectural features of its own. Their
decoration (ornament) in buildings containing specific meaning and purpose. The ornaments can be in the walls,
doors, windows, roof and other places which are based on myths and beliefs of the Chinese nation, which gives
meaning and a special meaning for buildings and communities that are inside. The method used is qualitative
research conducted by identifying the descriptive by type, placement, form and meaning of each ornament. The
necessary data obtained through observation and documentation study. The aim of this study is to identify the
application of the ornament by Chinese architectural concepts that exist in the monastery buildings viewed from
the placement, shape and meaning. While the results achieved in this research is to find out how the ornaments
are applied to buildings Maitreya Maha Vihara.
Keywords: Temple, Chinese Architecture, Ornament, Maha Vihara Maitreya
1
Tulisan ini merupakan tugas akhir mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di program
studi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara Tahun 2015
PENDAHULUAN
Indonesia yang terkenal dengan beragam macam
suku dan bangsa membuktikan bahwa Indonesia
menganut paham Bhinneka Tunggal Ika, yang
dimana paham ini mempersatukan kebudayaan
lokal maupun asing menjadi satu. Perkembangan
bangsa Cina sekarang ini menjadi salah satu
pertumbuhan yang sangat di perhitungkan di
Indonesia.
Arsitektur Cina yang dibawa oleh Bangsa Cina
ke Indonesia memperkaya keberagaman bentuk
dan keindahan arsitektur yang ada di Indonesia,
hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
pembangunan tempat – tempat ibadah Bangsa
Cina yang sekarang ini tersebar di kota – kota
besar, salah satunya yaitu bangunan Maha
Vihara Maitreya di Kota Medan.
keharmonisan dalam masyarakat dapat dilihat
dari filosofi Tien-Yuan Ti-Fang, konsep
Keseimbangan dalam kehidupan diatur dalam
dualitas Yin dan Yang, hong Shui atau Feng
Shui.
Ragam Hias Sebagai Simbol Arsitektur
Cina
Menurut Ling Yu (2001) dalam Sriti,dkk (2008)
bahwa peletakan ornamen umumnya pada
dinding, atap, pilar, dan elemen interior lainnya
sesuai dengan sifat dan maknanya. Secara umum
jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara
dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan,
tumbuhan dan manusia. Selain ketiga hal
tersebut, simbol-simbol religi dan meander juga
digunakan.
Vihara yang merupakan salah satu tempat
beribadah yang banyak dikunjungi di Kota
Medan ini menerapkan konsep Arsitektur Cina
dan memiliki ciri khas ragam hias ornamen yang
sangat kental dan diterapkan pada bangunannya.
ORNAMEN PADA ARSITEKTUR CINA
Vihara
Pengertian Vihara seperti yang diuraikan oleh
Suwarno T. (1999) dalam Yoyoh (2008) bahwa
Vihara adalah tempat melakukan segala macam
bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan,
kepercayaan dan tradisi agama Buddha, serta
tempat umat awam melakukan ibadah atau
sembahyang menurut keyakinan, kepercayaan
dan tradisi masing-masing baik secara
perseorangan maupun berkelompok.
Fungsi Vihara seperti yang diuraikan dalam
“Pembangunan Vihara Jakarta Dhammacakka
Jaya”
oleh
Yayasan
Vihara
Jakarta
Dhammacakka Jaya menyatakan bahwa Vihara
adalah sebagai tempat singgah atau tempat
tinggal bagi para bhikku dan sebagai sarana
ibadah umat Buddha.
Arsitektur Cina
G. Lin didalam bukunya yang berjudul “Chinese
Architecture” (1989) menyatakan bahwa Filosofi
arsitektur Cina sangat dipengaruhi oleh filosofi
kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme
dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambanglambang dari bentuk ideal dan keharmonisan
dalam tatanan masyarakat. Bentuk ideal dan
Gambar 1. Ornamen Binatang
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Naga
Naga atau Lung melambangkan kekuatan dan
kebaikan, keberanian dan pendirian teguh,
keberanian dan daya tahan. Makhluk ini
menunjukkan
semangat
perubahan,
mengembalikan kehidupan.Naga melambangkan
kekuatan produktif dari alam. ( Lillian
Too,1995:150).
Singa
Singa melambangkan keadilan dan kejujuran
hati. Simbol ini biasa diletakkan pada sisi kanankiri pintu masuk utama sebuah bangunan dan
dipercaya dapat menjaga bangunan tersebut dari
marabahaya. Simbol singa yang banyak
dijumpai dalam bentuk karya tiga dimensi,
digambarkan dalam posisi duduk sambil
memegang bola (Tatt,1993).
Kelelawar
Binatang kelelawar biasanya digunakan sebagai
elemen dekoratif bangunan. Dekorasi yang menampilkan lima ekor kelelawar melambangkan
usia senja, kekayaan, kesehatan, cinta kebajikan,
dan kematian alami. Semua ini dianggap nasib
baik yang paling diharapkan semua orang
(Williams, 1974:34).
Peony, digunakan untuk melambangkan
perhatian, kasih, kekayaan, dan kehormatan.
Bunga Chrysanthemum digunakan untuk
melambangkan sukacita dan penolakan dari halhal tidak diinginkan. Pohon Bambu, Cemara
digunakan untuk melambangkan umur yang
panjang, kekuatan, dan keuletan dalam
menjalani kehidupan. Pohon Pinus digunakan
untuk melambangkan kekuatan dan tekad.
Kili
Nilai-nilai yang terkandung pada hewan Kili
adalah kebahagiaan yang sempurna, panjang
umur, kemegahan, kebaikan, kelembutan,
kemuliaan, kesuburan dan kebijaksanaan.
Ornamen kili / unicorn sering diterapkan pada
beberapa furniture, seperti meja, lukisan dan
terkadang sebagai arca. (Lillian Too,1995:152).
Harimau
Harimau merupakan simbol alami dari
keagungan,
kemuliaan,
keberanian
dan
kekuatan. Harimau dilambangkan selalu duduk
di depan pintu, sehingga menentukan letak pintu
depan sebuah bangunan. (Dian, 1999).
Gambar harimau yang diletakkan pada dinding
dan pintu dipercaya mampu mengusir roh jahat.
Terkadang harimau diletakkan sebagai elemen
dekoratif (Tatt, 1993).
Kuda
Kuda merupakan simbol dari kecepatan,
keberanian, kekuatan dan juga
merepresentasikan kalangan menengah keatas. Sering
kali makhluk ini digunakan sebagai elemen
dekorasi (Tatt, 1993).
Burung Bangau
Gambar 2. Ornamen Tumbuhan
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Ornamen Dewa / Manusia
Jenis ornamen manusia yang biasa digunakan
antara lain Men Sin, yaitu sepasang perwira
penjaga pintu masuk bernama Cin Siok
Poo/Perwira Muka Putih di daun pintu kiri, dan
Oei Tie Kiong/Perwira Muka Hitam di daun
pintu kanan; Pat Sian merupakan delapan dewa
dalam kisah Tang Yu (kisah perjalanan ke
Timur) yang dianggap sebagai dewa-dewa
pelindung profesi pekerjaan. Ornamen ini
biasanya dipakai pada meja altar atau lukisan di
dinding.
Burung bangau adalah lambang umum dari
panjang umur dan seringkali digambarkan
dibawah pohon pinus, sebagai simbol
kehidupan. (Williams, 1974:101-102).
Ornamen Tumbuhan
Menurut Lillian Too dalam bukunya “Feng
Shui” bahwa ornamen tumbuhan juga memiliki
jenis yang cukup banyak, antara lain Bunga
Teratai yang biasa dipakai sebagai lambang
kesucian dan kesuburan, karena sesuai dengan
warnanya yaitu putih. Jenis tumbuhan yang lain
adalah Bunga Seruni, Botan, dan Plum, ornamen
ini digunakan untuk melambangkan kekuatan
dan keteguhan hati dalam menghadapi
kehidupan, ornamen ini biasanya digunakan
pada dinding ,partisi dan untuk dekorasi. Bunga
Gambar 3. Ornamen Dewa / Manusia
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Dalam agama Buddha, dikenal beberapa Buddha
dengan julukan Bodhisatva, yaitu Boddhisatva
Maitreya, Boddhisatva Avalokitesvara (Kwan
Im), Boddhisatva Sakyamuni (Shiddarta
Gautama), Boddhisatva Satyakalama (Guan Yu),
dan
Boddhisatva
Ksitigarbha.
Secara
harafiah, Bodhisattwa dapat diartikan sebagai
individu (satta) yang tercerahkan (Wikipedia).
Gerbang
Ornamen Religi / Geometri
Simbol-Simbol Religi dan geometri yang biasa
digunakan adalah Yin dan Yang dan Pakua
(Bagua). Yin dan Yang merupakan simbol yang
dipakai dalam masyarakat Cina karena dianggap
mewakili prinsip-prinsip kekuatan di alam.
Keharmonisan dapat dicapai apabila keduanya
dalam keadaan yang seimbang (Lingyu, 2001).
Dinding
Pintu
Gambar 4. Ornamen Religi / Geometri
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Altar
Jenis, Perletakan dan Makna Ornamen
No
1.
Jenis
Naga
Letak
Ornamen
Atap
Elemen
Dekorasi
Makna
Ornamen
Menjaga
keseimbanga
n
Kekuatan
Kebijaksanaa
n
Keberuntung
an
Keadilan
Kebaikan
Keberanian
Pendirian
teguh
Daya tahan
Kekuatan
produktif dari
alam
Monumen
batu
2.
Singa
Depan pintu
masuk
Tiang pilar
penyangga
Jalan masuk
Keadilan
Kejujuran
Energy
Keberanian
3.
Kelelaw
ar
Ornamen
dekoratif
Keramik
lantai
4.
Kilin /
Unikorn
Dinding
Usia senja
Kekayaan
Kesehatan
Cinta
Kebajikan
Nasib baik
Panjang
umur
Kemakmuran
Kesehatan
Kematian
alami
Furniture
5.
Harimau
Depan pintu
Dinding
Pintu
Kebahagiaa
n
Keberuntun
gan
Berkat
Kemurahan
hati
Nilai – nilai
kebaikan
dan
kelembutan
Panjang
umur
Kemegahan
Kemuliaan
Kesuburan
Kebijaksana
an
Pemimpin
tertinggi
binatang
Keagungan
Kemuliaan
Keberanian
Kekuatan.
Pelindung
Pengusir
roh jahat
6.
Kuda
Dinding
Ornamen
dekoratif
7.
Burung
Bangau
Dinding
Kecepatan
Keberanian
Ketekunan
Kebangsawa
nan
Kekuatan
Merepresenta
sikan
kalangan
menegah atas
Kegoyahan
hidup
Jalan
kehidupan
lama ke
kehidupan
baru
Panjang
umur
Lambang
kehidupan
Pintu
8.
Dewa /
Manusia
Daun pintu
Altar
Elemen
dekoratif
Dinding
Keharmonisa
n
Panjang usia
Pelindung
Kemakmuran
Menggambar
kan kisah
para dewa
Ornamen
dekoratif
9.
Bunga /
Tumbuh
an
Dinding
Partisi
Pintu
10.
Melambangk
an keuletan
Kesucian
Kesuburan
Kekuatan
Keteguhan
hati
Sukacita
Perhatian
Kasih sayang
Kekayaan
Kehormatan
Umur
panjang
Religi
dan
Geometr
i
Dinding
Partisi
Simbol
prinsip
kekuatan
alam
Simbol
tenaga
Kekuatan
Dekorasi
Tabel 1. Jenis, Perletakan dan Makna Ornamen
METODE PENELITIAN
Ornamen
dekorasi
Balok
penyangga
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang menghasilkan data yang bersifat
deskriptif mengenai apa saja jenis-jenis
ornament yang diterapkan pada bangunan yang
berupa data tertulis.
Objek Penelitian
Tepat di perbatasan antara Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, terdapat sebuah
Komplek Perumahan Cemara Asri (terletak di
wilayah administrative Deli Serdang) dengan
luas mencapai 140 hektar.
Pilar
Pinggiran
atap
Gambar 5. Peta Kota Medan
( Sumber : www.wikipedia.com )
PENERAPAN ORNAMEN ARSITEKTUR
CINA PADA MAHA VIHARA MAITREYA
MEDAN
Denah dan Pembagian Ruang Bangunan
Maha Vihara Maitreya
Gambar 6. Peta Maha Vihara Maitreya
( Sumber : www.googleearth.com )
Bangunan Maha Vihara Maitreya merupakan
sebuah bangunan dengan konsep arsitektur
oriental yang kaya akan ornamen hias Cina.
Gambar 7. Maha Vihara Maitreya
( Sumber : www.shipsspares.com )
Pada Komplek Perumahan Cemara Asri inilah
berdiri sebuah bangunan suci bagi penganut
agama Buddha, yang diberi nama Maha Vihara
Maitreya yang sangat representative, megah dan
memiliki ciri ornamen arsitektur oriental Cina
yang khas.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif. Adapun
tahapan tahapan Pengumpulan data yang
dilakukan dengan 2 cara :
a. Pengumpulan data Primer :
Observasi lapangan (survey langsung),
Sketsa atau menggambar ulang
Wawancara (depth interview)
b. Pengumpulan data Sekunder :
Studi literature
Studi penelitian sejenis
Metode Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah semua
data terkumpulkan, lalu tahapan selanjutnya
adalah melakukan pencocokan data dengan cara
melihat penerapan ornamen yang ada pada
bangunan dan membandingkan dengan hasil
yang ada pada objek penelitian, lalu kemudian
dapat ditarik kesimpulan.
Gambar 8. Denah Maha Vihara Maitreya
( Sumber : Analisa Pneliti )
Bagian teras merupakan area yang berada paling
depan pada bangunan Vihara. Setelah memasuki
teras, dapat terlihat sebuah area penyembahan
yang dimana didalamnya terdapat ruang altar
utama. Pada bagian kanan bangunan terdapat
sebuah area bermain dan rekreasi, sedangkan
pada bagian kiri terdapat sebuah kolam.
Ornamen Pada Bangunan Vihara
Ornamen binatang yang diterapkan pada
bangunan Vihara ini hanya terbatas pada Naga,
Singa, Burung Bangau dan juga Unikorn.
Pada bagian dinding eksterior, terdapat sebuah
ukiran ataupun yang biasa disebut dengan mural
naga. Pada ukiran ini, terlihat dua ekor naga
yang saling berhadapan. Jenis naga yang ada
pada ukiran ini adalah naga Tian Lung, yang
dimana pada Vihara ini memiliki makna sebagai
pelindung tempat suci, sehingga para Dewa yang
ada didalam Vihara ini terhindar dari bahaya.
Gambar 9. Ukiran Naga Pada Dinding Eksterior
( Sumber : Peneliti )
Naga pada ukiran pembatas tangga berasal dari
jenis naga Pa-hsia, yang pada umumnya hanya
diterapkan pada monument sebuah batu. Tetapi
pada Vihara ini, jenis naga ini diletakkan pada
pembatas tangga dengan alasan sebagai unsur
dekorasi. Naga ini diharapkan dapat membawa
kemakmuran bagi umat Buddha.
Gambar 10. Ukiran Naga Pada Pembatas Tangga
( Sumber : Peneliti )
Jenis patung naga yang ada pada kolam ini
adalah naga Li, yaitu merupakan jenis naga yang
hidup didalam lautan. Penerapan patung naga
pada Vihara ini sendiri adalah sebagai lambang
menuju rezeki yang berkah, seperti mengikuti
aliran air yang lancar.
Gambar 13. Patung Naga Pada Kolam
( Sumber : Peneliti )
Jenis naga yang ada pada ukiran pintu dan
berfungsi sebagai dekorasi adalah naga Chihwen, yang biasanya diletakkan pada bagian atas
atap sebuah bangunan dan terlihat dua ekor naga
yang selalu berhadapan. Tetapi pada bangunan
Vihara ini, ornamen naga Chih-wen diletakkan
pada bagian atas pintu dan memiliki arti sebagai
naga yang maha melihat.
Ragam hias naga Chi-wen dijumpai pada bagian
tiang pilar penyangga bangunan. Hal ini,
merupakan salah satu aplikasi simbol naga Chihwen, diukir pada balok penyangga jembatan dan
pada atap rumah, untuk menjauhkan bangunan
dari bahaya kebakaran. Naga sebagai simbol
kekuatan yang mampu menjaga dan melindungi
ditempatkan pada bagian pilar sebagai salah satu
struktur penopang.
Gambar 11. Ukiran Naga Sebagai Elemen Dekorasi
( Sumber : Peneliti )
Pada bangunan Vihara ini, ornamen singa
diterapkan dalam bentuk patung yang
ditempatkan pada bagian sisi kanan dan kiri
teras depan bangunan. Patung singa pada
umumnya digambarkan pada posisi duduk
sambil memegang bola pada tangan kanannya.
Penerapan ornamen singa pada bagian depan
pintu masuk Vihara ini memiliki arti penjaga
pintu masuk Vihara, terutama dari setan dan roh
jahat.
Jenis ornamen naga pada landasan patung qilin
ini adalah naga Pa-hsia, dengan bentuk dua ekor
naga yang saling berhadapan. Naga Pa-hsia
adalah naga yang sering diletakkan pada sebuah
monumen batu. Pada bangunan Vihara ini,
ukiran naga Pa-hsia juga difungsikan sebagai
elemen dekorasi.
Gambar 14. Ornamen Patung Singa
( Sumber : Peneliti )
Gambar 12. Ukiran Naga Pada Monumen Patung
( Sumber : Peneliti )
Penerapan ornamen burung bangau pada
umumnya terdapat pada ukiran dinding dan
pintu, dengan posisi berdiri dibawah pohon
pinus. Tetapi pada bangunan Vihara ini
diletakkan sebagai ukiran pembatas tangga dan
posisi burung bangau terlihat seperti berkumpul
mencari makanan. Makna dari ornamen ini yaitu
setiap umat Buddha harus berusaha dalam
mencari rezeki dan kesejahteraan.
Gambar 18. Ornamen Unikorn Pada Tong Seserahan
( Sumber : Peneliti )
Gambar 15. Ornamen Burung Bangau Pada Pembatas
Tangga
( Sumber : Peneliti )
Penerapan ornamen burung bangau pada bagian
landasan pilar ini digambarkan dengan seekor
burung bangau yang sedang berdiri. Makna dari
ornamen ini sendiri bagi Vihara ini adalah
sebagai lambang panjang umur, dikarenakan
burung bangau merupakan salah satu hewan
yang memiliki umur panjang.
Penerapan ornamen unicorn pada tong seserahan
melambangkan keberuntungan dan kemurahan
hati.
Pada bangunan Vihara ini terdapat berbagai
makna ornamen tumbuhan. Pada bagian atap,
terdapat ornament berupa akar tumbuhan yang
melambangkan kekuatan. Pada bagian pintu
terdapat ukiran tumbuhan yang melambangkan
kesucian. Sedangkan pada bagian jembatan dan
pembatas kolam terdapat juga ukiran tumbuhan
yang
berupa
tumbuhan
teratai,
yang
melambangkan keteguhan hati. Bunga teratai ini
juga digunakan sebagai tempat duduk Dewa saat
bertapa dilaut.
Gambar 16. Ornamen Burung Bangau Pada Pilar
( Sumber : Peneliti )
Ukiran ornamen unicorn dapat dijumpai pada
landasan patung singa, sedangkan elemen
dekorasi lainnya dapat dijumpai pada tong
seserahan yang ditempatkan pada bagian depan
teras Vihara.
Gambar 17. Ornamen Unikorn Pada Base Patung Singa
( Sumber : Peneliti )
Ornamen unicorn pada base patung singa
memiliki arti kemuliaan, oleh karena itu
diletakkan pada bagian teras depan Vihara ini,
yang dimana juga menggambarkan kemuliaan
Vihara.
Gambar 19. Ornamen Tumbuhan Pada Bangunan
( Sumber : Peneliti )
Pada bangunan Vihara ini, penerapan ornamen
Geometri diterapkan dalam bentuk yang
beraneka ragam. Pada bagian bawah patung
singa, terdapat landasan (base) yang berbentuk
persegi empat dan memiliki ornamen geometri
yang membentuk suatu pola tertentu. Bentuk
ornamen ini terdiri dari bentukan empat persegi
yang tersusun dan membentuk suatu pola
tertentu. Ornamen ini berfungsi sebagai elemen
dekorasi dan menggambarkan keseimbangan
alam.
Gambar 20. Ornamen Geometri Pada Base Patung
( Sumber : Peneliti )
Ornamen geometri pada pintu berbentuk polapola tertentu yang saling menyatu dan
membentuk sebuah persegi panjang. Ukiranukiran geometri yang ada pada daun pintu
berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara
dan juga sebagai celah pencahayaan. Sedangkan
makna dari pola geometri ini sendiri adalah
melambangkan keseimbangan.
Gambar 22. Ornamen Dewa / Manusia Pada Bangunan
( Sumber : Peneliti )
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa Perubahan Perletakan, Bentuk
dan Makna Ornamen
Pada beberapa jenis ornamen, terdapat
perubahan yang dapat dilihat dari segi
perletakan, bentuk maupun makna.
Gambar 21. Ornamen Geometri Pada Pintu
( Sumber : Peneliti )
Ornamen Dewa pada bangunan ini yaitu berupa
patung Dewa Buddha Sakyamuni, Bodhisatva
Avalokitesvara, dan Bodhisatva Satyakalama.
Ketiga jenis patung ini terletak pada altar utama
Vihara. Selain itu terdapat pula patung Dewi
Kwan Im yang terletak pada area kolam, patung
Pratima Buddha Maitreya yang terletak pada
teras Vihara, dan juga ukiran-ukiran kisah hidup
para Dewa yang diterapkan pada dinding ruang
altar.
Tabel 2. Perubahan Perletakan, Bentuk dan Makna
Ornamen
Analisa Ornamen Naga
Pada ornamen naga, terjadi perubahan pada segi
perletakan dan juga makna ornament. Ornamen
naga yang ada pada bangunan Vihara ini
diletakkan pada pembatas tangga dan bagian atas
ukiran pintu. Pada pembatas tangga, terdapat
ukiran jenis Naga Pa-hsia yang seharusnya
hanya diletakkan pada monument sebuah batu.
Namun pada Vihara ini diletakkan sebagai
ukiran pembatas tangga.
yang dimana pilar juga memiliki arti kekuatan
sebagai penahan bangunan.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen naga
Pa-hsia diletakkan pada pembatas tangga
dikarenakan naga Pa-hsia memiliki bentuk yang
berliku-liku sehingga sangat cocok dijadikan
elemen dekorasi.
Perubahan bentuk dan makna dari ornamen
burung bangau dapat terlihat pada ukiran
pembatas tangga. Seharusnya burung bangau
memiliki bentuk dengan posisi berdiri dibawah
pohon, tetapi pada Vihara ini posisi burung
bangau terlihat seperti berkumpul mencari
makan. Alasan adanya perubahan bentuk dan
makna dari ornamen burung bangau ini adalah
dikarenakan pada zaman sekarang, burung
bangau tidak lagi hanya dianggap sebagai hewan
dengan symbol umur panjang, tetapi juga
symbol dari pencapaian rezeki yang makmur dan
kesejahteraan.
Selain pada pembatas tangga, perubahan
perletakan ornamen naga juga dapat terlihat pada
ukiran atas pintu. Jenis naga yang ada pada
ukiran ini adalah naga Chih-Wen, yang
seharusnya diletakkan pada bagian atap.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen naga
Chih-Wen diletakkan pada bagian atas pintu
dikarenakan naga Chih-Wen merupakan naga
yang maha melihat, sehingga lebih baik
diletakkan pada bagian atas pintu sehingga dapat
melihat seluruh umat yang masuk.
Perubahan makna juga terjadi pada ornamen ini,
yaitu naga Chih-Wen yang seharusnya memiliki
makna sebagai pencegah kebakaran, namun pada
Vihara ini berubah menjadi naga yang maha
melihat, oleh karena itu diletakkan diatas pintu.
Analisa Ornamen Burung Bangau
Pada ornamen burung bangau terjadi perubahan
dari segi perletakan, bentuk dan juga makna.
Dari segi perletakan, ornamen burung bangau
seharusnya diletakkan pada ukiran dinding dan
pintu, namun pada Vihara ini diletakkan pada
pembatas tangga dan juga landasan pilar.
Alasan mengapa ornamen ini diletakkan pada
pembatas tangga adalah dikarenakan pada
pembatas tangga bangunan Vihara ini terdapat
berbagai jenis ornamen, yaitu ornamen
tumbuhan, geometri dan juga binatang. Sehingga
sebagai pelengkap ornament binatang, maka
digunakanlah ornamen burung bangau. Hal ini
dikarenakan burung bangau merupakan salah
satu binatang yang paling dikenal dalam budaya
Cina.
Selain pada pembatas tangga, ornamen ini juga
diletakkan pada landasan pilar. Alasan
perubahan dari penempatan ornamen ini adalah
dikarenakan pada zaman sekarang, burung
bangau dianggap sebagai burung yang memiliki
kekuatan karena memiliki umur yang panjang.
Oleh karena itu ditempatkan pada landasan pilar,
Analisa Ornamen Tumbuhan
Pada ornamen tumbuhan, terjadi perubahan dari
segi perletakan. Ornamen tumbuhan seharusnya
diletakkan pada dinding, partisi, pintu, balok
penyangga, pilar, pinggiran atap dan juga
sebagai elemen dekorasi. Namun pada bangunan
Vihara ini diletakkan sebagai ornamen pada
atap.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen
tumbuhan diletakkan pada atap, adalah
dikarenakan bangunan Vihara ini mengadopsi
konsep modern pada desainnya, sehingga tidak
harus meletakkan ornamen naga yang biasanya
selalu menjadi ciri khas pada atap Vihara.
Makna dari ornamen ini adalah bahwa akar
tumbuhan yang diletakkan sebagai dekorasi atap
memiliki makna kekuatan.
Analisa Ornamen Geometri
Pada ornamen geometri, terjadi perubahan dari
segi makna. Ornamen geometri yang biasanya
difungsikan sebagai elemen dekorasi memiliki
makna kekuatan, symbol tenaga dan juga
symbol prinsip kekuatan alam. Tetapi, pada
bangunan Vihara ini, symbol geometri memiliki
makna keseimbangan.
Alasan mengapa terjadinya perubahan makna ini
adalah dikarenakan pada bangunan Vihara ini
symbol geometri dianggap sebagai symbol yang
terdiri dari bentukan yang kaku, simetri dan
saling
berhubungan.
Hal
inilah
yang
menyebabkannya memiliki arti yang berbeda,
yaitu sebagai symbol dari keseimbangan.
Analisa Ornamen Yang Tidak
Diterapkan
Beberapa jenis ornamen yang tidak diterapkan
pada bangunan Maha Vihara Maitreya adalah
ornamen kelelawar, ornamen harimau dan
ornamen kuda. Hal ini dikarenakan ornamenornamen ini memiliki symbol dan makna yang
sama dengan beberapa ornamen yang telah
diterapkan.
Hal ini terjadi pada jenis ornamen kelelawar
yang dianggap memiliki kesamaan makna
dengan ornamen burung bangau, yaitu makna
umur panjang. Ornamen harimau yang memiliki
kesamaan makna dengan ornamen naga dan
singa, yaitu makna kekuatan dan pengusir roh
jahat. Dan juga ornamen kuda yang memiliki
kesamaan makna dengan ornamen unicorn, yaitu
makna kemuliaan bagi umat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bangunan Maha Vihara Maitreya menerapkan
konsep ornamen Arsitektur Cina. Beberapa jenis
ornamen yang diterapkan yaitu ornamen hewan
yang terdiri dari ornamen naga, ornamen singa,
ornamen burung bangau dan ornamen unicorn.
Selain itu terdapat juga ornamen tumbuhan,
ornamen geometri dan juga ornamen Dewa /
manusia.
Beberapa jenis ornamen ini telah mengalami
perubahan yang ditinjau dari segi perletakan,
bentuk maupun maknanya, seperti ornamen
naga, ornamen burung bangau, ornamen
tumbuhan dan ornament geometri.
Selain mengalami beberapa perubahan, terdapat
juga beberapa jenis ornamen yang tidak
diterapkan pada bangunan vihara ini. Jenis
ornamen tersebut antara lain ornament
kelelawar, ornamen harimau dan ornamen kuda.
Tidak diterapkannya jenis-jenis ornamen ini
pada bangunan Maha Vihara Maitreya adalah
dikarenakan ornamen-ornamen ini memiliki
symbol dan makna yang sama dengan beberapa
ornamen yang telah diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalidjo, D, Mulyadi (1982). Pengenalan Ragam
Hias. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Danna Marjono, Suyatno Drs (1975).
Pendidikan Seni Rupa. Jakarta : Pustaka
Antara.
Laurence, G Liu (1989). Chinese Architecture.
London : Academy Editions.
Ling Yu, Feng (2001). A Glimpse Of The
Chinese Culture. Beijing : China
Intercontinental Press.
Masruroh, Yoyoh (2008). Makna Dan Tata Cara
Bhakti-Puja Dalam Ajaran Buddha
Maitreya (Studi Kasus di Vihara
Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta
Barat). Skripsi Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Syahputra, dkk (2001). Keluhuran Sebuah
Vihara. “Cahaya Maitri” no.26 Jakarta :
DPP MAPANBUMI.
Too, Lillian (1995). Feng Shui. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
William, C.A.S. (2006). Chinese Symbolism And
Art Motifs. Singapore : Tuttle
Publishing.
MAHA VIHARA MAITREYA DI MEDAN1
Zeila Azmi
Ir. Dwi Lindarto, MT
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU, Padang Bulan, Medan
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Arsitektur Cina merupakan salah satu dari berbagai macam gaya arsitektur yang banyak diterapkan di
Indonesia, khususnya di Kota Medan. Hal ini dapat terlihat dari adanya bangunan-bangunan tempat
peribadatan (Vihara), rumah tinggal pada kawasan Pecinan serta berbagai macam bangunan public lainnya,
termasuk salah satunya adalah Maha Vihara Maitreya di Kota Medan. Bangunan-bangunan ini mengadopsi
gaya Arsitektur Cina pada konsep desainnya. Berbagai bangunan dengan gaya Arsitektur Cina menampilkan
sesuatu yang khas dengan nuansa yang memiliki ciri arsitektur tersendiri. Adanya ragam hias (ornament) dalam
bangunan mengandung makna dan maksud tertentu. Ornamen tersebut bisa berada di dinding, pintu, jendela,
atap dan tempat lainnya yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Cina, yang memberi makna dan
arti tersendiri bagi bangunan maupun masyarakat yang ada didalamnya. Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara deskriptif jenis,
perletakan, bentuk dan makna ornament. Data yang diperlukan didapatkan melalui observasi dan studi
dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untu mengidentifikasikan penerapan ornament berdasarkan konsep
arsitektur Cina yang ada pada bangunan Vihara dilihat dari penempatan, bentuk serta maknanya. Sedangkan
hasil yang dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana ornament-ornamen tersebut
diterapkan pada bangunan Maha Vihara Maitreya.
Keywords: Vihara, Arsitektur Cina, Ornamen, Maha Vihara Maitreya
ABSTRACT
Chinese architecture is one of a wide range of architectural styles which are widely applied in
Indonesia, especially in the city of Medan. It can be seen from the buildings of places of worship (temple), home
stay in Chinatown and various other public buildings, including one of them is Maha Vihara Maitreya in Medan.
The buildings have adopted a style of Chinese architecture in the design concept. Various buildings in the style
of Chinese architecture displays something typical with shades that have architectural features of its own. Their
decoration (ornament) in buildings containing specific meaning and purpose. The ornaments can be in the walls,
doors, windows, roof and other places which are based on myths and beliefs of the Chinese nation, which gives
meaning and a special meaning for buildings and communities that are inside. The method used is qualitative
research conducted by identifying the descriptive by type, placement, form and meaning of each ornament. The
necessary data obtained through observation and documentation study. The aim of this study is to identify the
application of the ornament by Chinese architectural concepts that exist in the monastery buildings viewed from
the placement, shape and meaning. While the results achieved in this research is to find out how the ornaments
are applied to buildings Maitreya Maha Vihara.
Keywords: Temple, Chinese Architecture, Ornament, Maha Vihara Maitreya
1
Tulisan ini merupakan tugas akhir mata kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di program
studi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara Tahun 2015
PENDAHULUAN
Indonesia yang terkenal dengan beragam macam
suku dan bangsa membuktikan bahwa Indonesia
menganut paham Bhinneka Tunggal Ika, yang
dimana paham ini mempersatukan kebudayaan
lokal maupun asing menjadi satu. Perkembangan
bangsa Cina sekarang ini menjadi salah satu
pertumbuhan yang sangat di perhitungkan di
Indonesia.
Arsitektur Cina yang dibawa oleh Bangsa Cina
ke Indonesia memperkaya keberagaman bentuk
dan keindahan arsitektur yang ada di Indonesia,
hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
pembangunan tempat – tempat ibadah Bangsa
Cina yang sekarang ini tersebar di kota – kota
besar, salah satunya yaitu bangunan Maha
Vihara Maitreya di Kota Medan.
keharmonisan dalam masyarakat dapat dilihat
dari filosofi Tien-Yuan Ti-Fang, konsep
Keseimbangan dalam kehidupan diatur dalam
dualitas Yin dan Yang, hong Shui atau Feng
Shui.
Ragam Hias Sebagai Simbol Arsitektur
Cina
Menurut Ling Yu (2001) dalam Sriti,dkk (2008)
bahwa peletakan ornamen umumnya pada
dinding, atap, pilar, dan elemen interior lainnya
sesuai dengan sifat dan maknanya. Secara umum
jenis ornamen yang biasa digunakan di Vihara
dibagi menjadi tiga, yaitu ornamen hewan,
tumbuhan dan manusia. Selain ketiga hal
tersebut, simbol-simbol religi dan meander juga
digunakan.
Vihara yang merupakan salah satu tempat
beribadah yang banyak dikunjungi di Kota
Medan ini menerapkan konsep Arsitektur Cina
dan memiliki ciri khas ragam hias ornamen yang
sangat kental dan diterapkan pada bangunannya.
ORNAMEN PADA ARSITEKTUR CINA
Vihara
Pengertian Vihara seperti yang diuraikan oleh
Suwarno T. (1999) dalam Yoyoh (2008) bahwa
Vihara adalah tempat melakukan segala macam
bentuk upacara keagamaan menurut keyakinan,
kepercayaan dan tradisi agama Buddha, serta
tempat umat awam melakukan ibadah atau
sembahyang menurut keyakinan, kepercayaan
dan tradisi masing-masing baik secara
perseorangan maupun berkelompok.
Fungsi Vihara seperti yang diuraikan dalam
“Pembangunan Vihara Jakarta Dhammacakka
Jaya”
oleh
Yayasan
Vihara
Jakarta
Dhammacakka Jaya menyatakan bahwa Vihara
adalah sebagai tempat singgah atau tempat
tinggal bagi para bhikku dan sebagai sarana
ibadah umat Buddha.
Arsitektur Cina
G. Lin didalam bukunya yang berjudul “Chinese
Architecture” (1989) menyatakan bahwa Filosofi
arsitektur Cina sangat dipengaruhi oleh filosofi
kepercayaan dan ajaran Konfusianisme, Taoisme
dan Budhisme. Terdapat simbol dan lambanglambang dari bentuk ideal dan keharmonisan
dalam tatanan masyarakat. Bentuk ideal dan
Gambar 1. Ornamen Binatang
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Naga
Naga atau Lung melambangkan kekuatan dan
kebaikan, keberanian dan pendirian teguh,
keberanian dan daya tahan. Makhluk ini
menunjukkan
semangat
perubahan,
mengembalikan kehidupan.Naga melambangkan
kekuatan produktif dari alam. ( Lillian
Too,1995:150).
Singa
Singa melambangkan keadilan dan kejujuran
hati. Simbol ini biasa diletakkan pada sisi kanankiri pintu masuk utama sebuah bangunan dan
dipercaya dapat menjaga bangunan tersebut dari
marabahaya. Simbol singa yang banyak
dijumpai dalam bentuk karya tiga dimensi,
digambarkan dalam posisi duduk sambil
memegang bola (Tatt,1993).
Kelelawar
Binatang kelelawar biasanya digunakan sebagai
elemen dekoratif bangunan. Dekorasi yang menampilkan lima ekor kelelawar melambangkan
usia senja, kekayaan, kesehatan, cinta kebajikan,
dan kematian alami. Semua ini dianggap nasib
baik yang paling diharapkan semua orang
(Williams, 1974:34).
Peony, digunakan untuk melambangkan
perhatian, kasih, kekayaan, dan kehormatan.
Bunga Chrysanthemum digunakan untuk
melambangkan sukacita dan penolakan dari halhal tidak diinginkan. Pohon Bambu, Cemara
digunakan untuk melambangkan umur yang
panjang, kekuatan, dan keuletan dalam
menjalani kehidupan. Pohon Pinus digunakan
untuk melambangkan kekuatan dan tekad.
Kili
Nilai-nilai yang terkandung pada hewan Kili
adalah kebahagiaan yang sempurna, panjang
umur, kemegahan, kebaikan, kelembutan,
kemuliaan, kesuburan dan kebijaksanaan.
Ornamen kili / unicorn sering diterapkan pada
beberapa furniture, seperti meja, lukisan dan
terkadang sebagai arca. (Lillian Too,1995:152).
Harimau
Harimau merupakan simbol alami dari
keagungan,
kemuliaan,
keberanian
dan
kekuatan. Harimau dilambangkan selalu duduk
di depan pintu, sehingga menentukan letak pintu
depan sebuah bangunan. (Dian, 1999).
Gambar harimau yang diletakkan pada dinding
dan pintu dipercaya mampu mengusir roh jahat.
Terkadang harimau diletakkan sebagai elemen
dekoratif (Tatt, 1993).
Kuda
Kuda merupakan simbol dari kecepatan,
keberanian, kekuatan dan juga
merepresentasikan kalangan menengah keatas. Sering
kali makhluk ini digunakan sebagai elemen
dekorasi (Tatt, 1993).
Burung Bangau
Gambar 2. Ornamen Tumbuhan
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Ornamen Dewa / Manusia
Jenis ornamen manusia yang biasa digunakan
antara lain Men Sin, yaitu sepasang perwira
penjaga pintu masuk bernama Cin Siok
Poo/Perwira Muka Putih di daun pintu kiri, dan
Oei Tie Kiong/Perwira Muka Hitam di daun
pintu kanan; Pat Sian merupakan delapan dewa
dalam kisah Tang Yu (kisah perjalanan ke
Timur) yang dianggap sebagai dewa-dewa
pelindung profesi pekerjaan. Ornamen ini
biasanya dipakai pada meja altar atau lukisan di
dinding.
Burung bangau adalah lambang umum dari
panjang umur dan seringkali digambarkan
dibawah pohon pinus, sebagai simbol
kehidupan. (Williams, 1974:101-102).
Ornamen Tumbuhan
Menurut Lillian Too dalam bukunya “Feng
Shui” bahwa ornamen tumbuhan juga memiliki
jenis yang cukup banyak, antara lain Bunga
Teratai yang biasa dipakai sebagai lambang
kesucian dan kesuburan, karena sesuai dengan
warnanya yaitu putih. Jenis tumbuhan yang lain
adalah Bunga Seruni, Botan, dan Plum, ornamen
ini digunakan untuk melambangkan kekuatan
dan keteguhan hati dalam menghadapi
kehidupan, ornamen ini biasanya digunakan
pada dinding ,partisi dan untuk dekorasi. Bunga
Gambar 3. Ornamen Dewa / Manusia
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Dalam agama Buddha, dikenal beberapa Buddha
dengan julukan Bodhisatva, yaitu Boddhisatva
Maitreya, Boddhisatva Avalokitesvara (Kwan
Im), Boddhisatva Sakyamuni (Shiddarta
Gautama), Boddhisatva Satyakalama (Guan Yu),
dan
Boddhisatva
Ksitigarbha.
Secara
harafiah, Bodhisattwa dapat diartikan sebagai
individu (satta) yang tercerahkan (Wikipedia).
Gerbang
Ornamen Religi / Geometri
Simbol-Simbol Religi dan geometri yang biasa
digunakan adalah Yin dan Yang dan Pakua
(Bagua). Yin dan Yang merupakan simbol yang
dipakai dalam masyarakat Cina karena dianggap
mewakili prinsip-prinsip kekuatan di alam.
Keharmonisan dapat dicapai apabila keduanya
dalam keadaan yang seimbang (Lingyu, 2001).
Dinding
Pintu
Gambar 4. Ornamen Religi / Geometri
( Sumber : Lillian Too, 1995 )
Altar
Jenis, Perletakan dan Makna Ornamen
No
1.
Jenis
Naga
Letak
Ornamen
Atap
Elemen
Dekorasi
Makna
Ornamen
Menjaga
keseimbanga
n
Kekuatan
Kebijaksanaa
n
Keberuntung
an
Keadilan
Kebaikan
Keberanian
Pendirian
teguh
Daya tahan
Kekuatan
produktif dari
alam
Monumen
batu
2.
Singa
Depan pintu
masuk
Tiang pilar
penyangga
Jalan masuk
Keadilan
Kejujuran
Energy
Keberanian
3.
Kelelaw
ar
Ornamen
dekoratif
Keramik
lantai
4.
Kilin /
Unikorn
Dinding
Usia senja
Kekayaan
Kesehatan
Cinta
Kebajikan
Nasib baik
Panjang
umur
Kemakmuran
Kesehatan
Kematian
alami
Furniture
5.
Harimau
Depan pintu
Dinding
Pintu
Kebahagiaa
n
Keberuntun
gan
Berkat
Kemurahan
hati
Nilai – nilai
kebaikan
dan
kelembutan
Panjang
umur
Kemegahan
Kemuliaan
Kesuburan
Kebijaksana
an
Pemimpin
tertinggi
binatang
Keagungan
Kemuliaan
Keberanian
Kekuatan.
Pelindung
Pengusir
roh jahat
6.
Kuda
Dinding
Ornamen
dekoratif
7.
Burung
Bangau
Dinding
Kecepatan
Keberanian
Ketekunan
Kebangsawa
nan
Kekuatan
Merepresenta
sikan
kalangan
menegah atas
Kegoyahan
hidup
Jalan
kehidupan
lama ke
kehidupan
baru
Panjang
umur
Lambang
kehidupan
Pintu
8.
Dewa /
Manusia
Daun pintu
Altar
Elemen
dekoratif
Dinding
Keharmonisa
n
Panjang usia
Pelindung
Kemakmuran
Menggambar
kan kisah
para dewa
Ornamen
dekoratif
9.
Bunga /
Tumbuh
an
Dinding
Partisi
Pintu
10.
Melambangk
an keuletan
Kesucian
Kesuburan
Kekuatan
Keteguhan
hati
Sukacita
Perhatian
Kasih sayang
Kekayaan
Kehormatan
Umur
panjang
Religi
dan
Geometr
i
Dinding
Partisi
Simbol
prinsip
kekuatan
alam
Simbol
tenaga
Kekuatan
Dekorasi
Tabel 1. Jenis, Perletakan dan Makna Ornamen
METODE PENELITIAN
Ornamen
dekorasi
Balok
penyangga
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang menghasilkan data yang bersifat
deskriptif mengenai apa saja jenis-jenis
ornament yang diterapkan pada bangunan yang
berupa data tertulis.
Objek Penelitian
Tepat di perbatasan antara Kota Medan dan
Kabupaten Deli Serdang, terdapat sebuah
Komplek Perumahan Cemara Asri (terletak di
wilayah administrative Deli Serdang) dengan
luas mencapai 140 hektar.
Pilar
Pinggiran
atap
Gambar 5. Peta Kota Medan
( Sumber : www.wikipedia.com )
PENERAPAN ORNAMEN ARSITEKTUR
CINA PADA MAHA VIHARA MAITREYA
MEDAN
Denah dan Pembagian Ruang Bangunan
Maha Vihara Maitreya
Gambar 6. Peta Maha Vihara Maitreya
( Sumber : www.googleearth.com )
Bangunan Maha Vihara Maitreya merupakan
sebuah bangunan dengan konsep arsitektur
oriental yang kaya akan ornamen hias Cina.
Gambar 7. Maha Vihara Maitreya
( Sumber : www.shipsspares.com )
Pada Komplek Perumahan Cemara Asri inilah
berdiri sebuah bangunan suci bagi penganut
agama Buddha, yang diberi nama Maha Vihara
Maitreya yang sangat representative, megah dan
memiliki ciri ornamen arsitektur oriental Cina
yang khas.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif. Adapun
tahapan tahapan Pengumpulan data yang
dilakukan dengan 2 cara :
a. Pengumpulan data Primer :
Observasi lapangan (survey langsung),
Sketsa atau menggambar ulang
Wawancara (depth interview)
b. Pengumpulan data Sekunder :
Studi literature
Studi penelitian sejenis
Metode Analisis Data
Proses analisis data dilakukan setelah semua
data terkumpulkan, lalu tahapan selanjutnya
adalah melakukan pencocokan data dengan cara
melihat penerapan ornamen yang ada pada
bangunan dan membandingkan dengan hasil
yang ada pada objek penelitian, lalu kemudian
dapat ditarik kesimpulan.
Gambar 8. Denah Maha Vihara Maitreya
( Sumber : Analisa Pneliti )
Bagian teras merupakan area yang berada paling
depan pada bangunan Vihara. Setelah memasuki
teras, dapat terlihat sebuah area penyembahan
yang dimana didalamnya terdapat ruang altar
utama. Pada bagian kanan bangunan terdapat
sebuah area bermain dan rekreasi, sedangkan
pada bagian kiri terdapat sebuah kolam.
Ornamen Pada Bangunan Vihara
Ornamen binatang yang diterapkan pada
bangunan Vihara ini hanya terbatas pada Naga,
Singa, Burung Bangau dan juga Unikorn.
Pada bagian dinding eksterior, terdapat sebuah
ukiran ataupun yang biasa disebut dengan mural
naga. Pada ukiran ini, terlihat dua ekor naga
yang saling berhadapan. Jenis naga yang ada
pada ukiran ini adalah naga Tian Lung, yang
dimana pada Vihara ini memiliki makna sebagai
pelindung tempat suci, sehingga para Dewa yang
ada didalam Vihara ini terhindar dari bahaya.
Gambar 9. Ukiran Naga Pada Dinding Eksterior
( Sumber : Peneliti )
Naga pada ukiran pembatas tangga berasal dari
jenis naga Pa-hsia, yang pada umumnya hanya
diterapkan pada monument sebuah batu. Tetapi
pada Vihara ini, jenis naga ini diletakkan pada
pembatas tangga dengan alasan sebagai unsur
dekorasi. Naga ini diharapkan dapat membawa
kemakmuran bagi umat Buddha.
Gambar 10. Ukiran Naga Pada Pembatas Tangga
( Sumber : Peneliti )
Jenis patung naga yang ada pada kolam ini
adalah naga Li, yaitu merupakan jenis naga yang
hidup didalam lautan. Penerapan patung naga
pada Vihara ini sendiri adalah sebagai lambang
menuju rezeki yang berkah, seperti mengikuti
aliran air yang lancar.
Gambar 13. Patung Naga Pada Kolam
( Sumber : Peneliti )
Jenis naga yang ada pada ukiran pintu dan
berfungsi sebagai dekorasi adalah naga Chihwen, yang biasanya diletakkan pada bagian atas
atap sebuah bangunan dan terlihat dua ekor naga
yang selalu berhadapan. Tetapi pada bangunan
Vihara ini, ornamen naga Chih-wen diletakkan
pada bagian atas pintu dan memiliki arti sebagai
naga yang maha melihat.
Ragam hias naga Chi-wen dijumpai pada bagian
tiang pilar penyangga bangunan. Hal ini,
merupakan salah satu aplikasi simbol naga Chihwen, diukir pada balok penyangga jembatan dan
pada atap rumah, untuk menjauhkan bangunan
dari bahaya kebakaran. Naga sebagai simbol
kekuatan yang mampu menjaga dan melindungi
ditempatkan pada bagian pilar sebagai salah satu
struktur penopang.
Gambar 11. Ukiran Naga Sebagai Elemen Dekorasi
( Sumber : Peneliti )
Pada bangunan Vihara ini, ornamen singa
diterapkan dalam bentuk patung yang
ditempatkan pada bagian sisi kanan dan kiri
teras depan bangunan. Patung singa pada
umumnya digambarkan pada posisi duduk
sambil memegang bola pada tangan kanannya.
Penerapan ornamen singa pada bagian depan
pintu masuk Vihara ini memiliki arti penjaga
pintu masuk Vihara, terutama dari setan dan roh
jahat.
Jenis ornamen naga pada landasan patung qilin
ini adalah naga Pa-hsia, dengan bentuk dua ekor
naga yang saling berhadapan. Naga Pa-hsia
adalah naga yang sering diletakkan pada sebuah
monumen batu. Pada bangunan Vihara ini,
ukiran naga Pa-hsia juga difungsikan sebagai
elemen dekorasi.
Gambar 14. Ornamen Patung Singa
( Sumber : Peneliti )
Gambar 12. Ukiran Naga Pada Monumen Patung
( Sumber : Peneliti )
Penerapan ornamen burung bangau pada
umumnya terdapat pada ukiran dinding dan
pintu, dengan posisi berdiri dibawah pohon
pinus. Tetapi pada bangunan Vihara ini
diletakkan sebagai ukiran pembatas tangga dan
posisi burung bangau terlihat seperti berkumpul
mencari makanan. Makna dari ornamen ini yaitu
setiap umat Buddha harus berusaha dalam
mencari rezeki dan kesejahteraan.
Gambar 18. Ornamen Unikorn Pada Tong Seserahan
( Sumber : Peneliti )
Gambar 15. Ornamen Burung Bangau Pada Pembatas
Tangga
( Sumber : Peneliti )
Penerapan ornamen burung bangau pada bagian
landasan pilar ini digambarkan dengan seekor
burung bangau yang sedang berdiri. Makna dari
ornamen ini sendiri bagi Vihara ini adalah
sebagai lambang panjang umur, dikarenakan
burung bangau merupakan salah satu hewan
yang memiliki umur panjang.
Penerapan ornamen unicorn pada tong seserahan
melambangkan keberuntungan dan kemurahan
hati.
Pada bangunan Vihara ini terdapat berbagai
makna ornamen tumbuhan. Pada bagian atap,
terdapat ornament berupa akar tumbuhan yang
melambangkan kekuatan. Pada bagian pintu
terdapat ukiran tumbuhan yang melambangkan
kesucian. Sedangkan pada bagian jembatan dan
pembatas kolam terdapat juga ukiran tumbuhan
yang
berupa
tumbuhan
teratai,
yang
melambangkan keteguhan hati. Bunga teratai ini
juga digunakan sebagai tempat duduk Dewa saat
bertapa dilaut.
Gambar 16. Ornamen Burung Bangau Pada Pilar
( Sumber : Peneliti )
Ukiran ornamen unicorn dapat dijumpai pada
landasan patung singa, sedangkan elemen
dekorasi lainnya dapat dijumpai pada tong
seserahan yang ditempatkan pada bagian depan
teras Vihara.
Gambar 17. Ornamen Unikorn Pada Base Patung Singa
( Sumber : Peneliti )
Ornamen unicorn pada base patung singa
memiliki arti kemuliaan, oleh karena itu
diletakkan pada bagian teras depan Vihara ini,
yang dimana juga menggambarkan kemuliaan
Vihara.
Gambar 19. Ornamen Tumbuhan Pada Bangunan
( Sumber : Peneliti )
Pada bangunan Vihara ini, penerapan ornamen
Geometri diterapkan dalam bentuk yang
beraneka ragam. Pada bagian bawah patung
singa, terdapat landasan (base) yang berbentuk
persegi empat dan memiliki ornamen geometri
yang membentuk suatu pola tertentu. Bentuk
ornamen ini terdiri dari bentukan empat persegi
yang tersusun dan membentuk suatu pola
tertentu. Ornamen ini berfungsi sebagai elemen
dekorasi dan menggambarkan keseimbangan
alam.
Gambar 20. Ornamen Geometri Pada Base Patung
( Sumber : Peneliti )
Ornamen geometri pada pintu berbentuk polapola tertentu yang saling menyatu dan
membentuk sebuah persegi panjang. Ukiranukiran geometri yang ada pada daun pintu
berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara
dan juga sebagai celah pencahayaan. Sedangkan
makna dari pola geometri ini sendiri adalah
melambangkan keseimbangan.
Gambar 22. Ornamen Dewa / Manusia Pada Bangunan
( Sumber : Peneliti )
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa Perubahan Perletakan, Bentuk
dan Makna Ornamen
Pada beberapa jenis ornamen, terdapat
perubahan yang dapat dilihat dari segi
perletakan, bentuk maupun makna.
Gambar 21. Ornamen Geometri Pada Pintu
( Sumber : Peneliti )
Ornamen Dewa pada bangunan ini yaitu berupa
patung Dewa Buddha Sakyamuni, Bodhisatva
Avalokitesvara, dan Bodhisatva Satyakalama.
Ketiga jenis patung ini terletak pada altar utama
Vihara. Selain itu terdapat pula patung Dewi
Kwan Im yang terletak pada area kolam, patung
Pratima Buddha Maitreya yang terletak pada
teras Vihara, dan juga ukiran-ukiran kisah hidup
para Dewa yang diterapkan pada dinding ruang
altar.
Tabel 2. Perubahan Perletakan, Bentuk dan Makna
Ornamen
Analisa Ornamen Naga
Pada ornamen naga, terjadi perubahan pada segi
perletakan dan juga makna ornament. Ornamen
naga yang ada pada bangunan Vihara ini
diletakkan pada pembatas tangga dan bagian atas
ukiran pintu. Pada pembatas tangga, terdapat
ukiran jenis Naga Pa-hsia yang seharusnya
hanya diletakkan pada monument sebuah batu.
Namun pada Vihara ini diletakkan sebagai
ukiran pembatas tangga.
yang dimana pilar juga memiliki arti kekuatan
sebagai penahan bangunan.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen naga
Pa-hsia diletakkan pada pembatas tangga
dikarenakan naga Pa-hsia memiliki bentuk yang
berliku-liku sehingga sangat cocok dijadikan
elemen dekorasi.
Perubahan bentuk dan makna dari ornamen
burung bangau dapat terlihat pada ukiran
pembatas tangga. Seharusnya burung bangau
memiliki bentuk dengan posisi berdiri dibawah
pohon, tetapi pada Vihara ini posisi burung
bangau terlihat seperti berkumpul mencari
makan. Alasan adanya perubahan bentuk dan
makna dari ornamen burung bangau ini adalah
dikarenakan pada zaman sekarang, burung
bangau tidak lagi hanya dianggap sebagai hewan
dengan symbol umur panjang, tetapi juga
symbol dari pencapaian rezeki yang makmur dan
kesejahteraan.
Selain pada pembatas tangga, perubahan
perletakan ornamen naga juga dapat terlihat pada
ukiran atas pintu. Jenis naga yang ada pada
ukiran ini adalah naga Chih-Wen, yang
seharusnya diletakkan pada bagian atap.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen naga
Chih-Wen diletakkan pada bagian atas pintu
dikarenakan naga Chih-Wen merupakan naga
yang maha melihat, sehingga lebih baik
diletakkan pada bagian atas pintu sehingga dapat
melihat seluruh umat yang masuk.
Perubahan makna juga terjadi pada ornamen ini,
yaitu naga Chih-Wen yang seharusnya memiliki
makna sebagai pencegah kebakaran, namun pada
Vihara ini berubah menjadi naga yang maha
melihat, oleh karena itu diletakkan diatas pintu.
Analisa Ornamen Burung Bangau
Pada ornamen burung bangau terjadi perubahan
dari segi perletakan, bentuk dan juga makna.
Dari segi perletakan, ornamen burung bangau
seharusnya diletakkan pada ukiran dinding dan
pintu, namun pada Vihara ini diletakkan pada
pembatas tangga dan juga landasan pilar.
Alasan mengapa ornamen ini diletakkan pada
pembatas tangga adalah dikarenakan pada
pembatas tangga bangunan Vihara ini terdapat
berbagai jenis ornamen, yaitu ornamen
tumbuhan, geometri dan juga binatang. Sehingga
sebagai pelengkap ornament binatang, maka
digunakanlah ornamen burung bangau. Hal ini
dikarenakan burung bangau merupakan salah
satu binatang yang paling dikenal dalam budaya
Cina.
Selain pada pembatas tangga, ornamen ini juga
diletakkan pada landasan pilar. Alasan
perubahan dari penempatan ornamen ini adalah
dikarenakan pada zaman sekarang, burung
bangau dianggap sebagai burung yang memiliki
kekuatan karena memiliki umur yang panjang.
Oleh karena itu ditempatkan pada landasan pilar,
Analisa Ornamen Tumbuhan
Pada ornamen tumbuhan, terjadi perubahan dari
segi perletakan. Ornamen tumbuhan seharusnya
diletakkan pada dinding, partisi, pintu, balok
penyangga, pilar, pinggiran atap dan juga
sebagai elemen dekorasi. Namun pada bangunan
Vihara ini diletakkan sebagai ornamen pada
atap.
Alasan mengapa pada Vihara ini ornamen
tumbuhan diletakkan pada atap, adalah
dikarenakan bangunan Vihara ini mengadopsi
konsep modern pada desainnya, sehingga tidak
harus meletakkan ornamen naga yang biasanya
selalu menjadi ciri khas pada atap Vihara.
Makna dari ornamen ini adalah bahwa akar
tumbuhan yang diletakkan sebagai dekorasi atap
memiliki makna kekuatan.
Analisa Ornamen Geometri
Pada ornamen geometri, terjadi perubahan dari
segi makna. Ornamen geometri yang biasanya
difungsikan sebagai elemen dekorasi memiliki
makna kekuatan, symbol tenaga dan juga
symbol prinsip kekuatan alam. Tetapi, pada
bangunan Vihara ini, symbol geometri memiliki
makna keseimbangan.
Alasan mengapa terjadinya perubahan makna ini
adalah dikarenakan pada bangunan Vihara ini
symbol geometri dianggap sebagai symbol yang
terdiri dari bentukan yang kaku, simetri dan
saling
berhubungan.
Hal
inilah
yang
menyebabkannya memiliki arti yang berbeda,
yaitu sebagai symbol dari keseimbangan.
Analisa Ornamen Yang Tidak
Diterapkan
Beberapa jenis ornamen yang tidak diterapkan
pada bangunan Maha Vihara Maitreya adalah
ornamen kelelawar, ornamen harimau dan
ornamen kuda. Hal ini dikarenakan ornamenornamen ini memiliki symbol dan makna yang
sama dengan beberapa ornamen yang telah
diterapkan.
Hal ini terjadi pada jenis ornamen kelelawar
yang dianggap memiliki kesamaan makna
dengan ornamen burung bangau, yaitu makna
umur panjang. Ornamen harimau yang memiliki
kesamaan makna dengan ornamen naga dan
singa, yaitu makna kekuatan dan pengusir roh
jahat. Dan juga ornamen kuda yang memiliki
kesamaan makna dengan ornamen unicorn, yaitu
makna kemuliaan bagi umat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bangunan Maha Vihara Maitreya menerapkan
konsep ornamen Arsitektur Cina. Beberapa jenis
ornamen yang diterapkan yaitu ornamen hewan
yang terdiri dari ornamen naga, ornamen singa,
ornamen burung bangau dan ornamen unicorn.
Selain itu terdapat juga ornamen tumbuhan,
ornamen geometri dan juga ornamen Dewa /
manusia.
Beberapa jenis ornamen ini telah mengalami
perubahan yang ditinjau dari segi perletakan,
bentuk maupun maknanya, seperti ornamen
naga, ornamen burung bangau, ornamen
tumbuhan dan ornament geometri.
Selain mengalami beberapa perubahan, terdapat
juga beberapa jenis ornamen yang tidak
diterapkan pada bangunan vihara ini. Jenis
ornamen tersebut antara lain ornament
kelelawar, ornamen harimau dan ornamen kuda.
Tidak diterapkannya jenis-jenis ornamen ini
pada bangunan Maha Vihara Maitreya adalah
dikarenakan ornamen-ornamen ini memiliki
symbol dan makna yang sama dengan beberapa
ornamen yang telah diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalidjo, D, Mulyadi (1982). Pengenalan Ragam
Hias. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Danna Marjono, Suyatno Drs (1975).
Pendidikan Seni Rupa. Jakarta : Pustaka
Antara.
Laurence, G Liu (1989). Chinese Architecture.
London : Academy Editions.
Ling Yu, Feng (2001). A Glimpse Of The
Chinese Culture. Beijing : China
Intercontinental Press.
Masruroh, Yoyoh (2008). Makna Dan Tata Cara
Bhakti-Puja Dalam Ajaran Buddha
Maitreya (Studi Kasus di Vihara
Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta
Barat). Skripsi Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Syahputra, dkk (2001). Keluhuran Sebuah
Vihara. “Cahaya Maitri” no.26 Jakarta :
DPP MAPANBUMI.
Too, Lillian (1995). Feng Shui. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
William, C.A.S. (2006). Chinese Symbolism And
Art Motifs. Singapore : Tuttle
Publishing.