ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PPh 21 SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN PADA YAYASAN BALA KESELAMATAN RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Setyo Pramono, Syafi’i, Arief Rahman

  

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PPh 21 SEBAGAI UPAYA

UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMENUHAN KEWAJIBAN

PAJAK PENGHASILAN PADA YAYASAN BALA

KESELAMATAN RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

  

Setyo Pramono, Syafi’i, Arief Rahman

  Prodi Akuntansi, Universitas Bhayangkara Surabaya

  

  ABSTRAK Proses analisis yang dilakukan antara lain menganalisis perhitungan PPh 21 menurut Gross Basic Method dan Gross Up Method. Hasil penelitian yang diperoleh penulis, dapat diketahui bahwa perencanaan pajak yang telah dilakukan oleh Rumah sakit William Booth Surabaya kurang efektif di mana telah menyebabkan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan yang harus dipotong dan pajak badan yang harus disetor tidak efektif. Oleh sebab itu, rumah sakit harus memperbaiki perencanaan pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 21 agar memperoleh laba yang lebih besar.

  Kata kunci: PPh Pasal 21, Gross Basic Method dan Gross Up Method optimalisasi pajak terutang.

  

ABSTRACK

The analysis process is carried out, among others, to analyze the calculation of

income tax 21 Basic Method according to Gross and Gross Up Method. Research

results obtained by the author, it is known that the tax planning that has been done by

William Booth Hospital Surabaya less effective where it has led to Income Tax Article

21, employees should be cut and the corporate tax that must be paid is not effective.

Therefore, hospitals must improve planning tax on income tax under Article 21 in order

to obtain greater profits.

  

Keywords: Income Tax Article 21, Gross Basic Method and Gross Up Method

optimization of tax payable.

   PENDAHULUAN Salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar adalah dari sektor pajak. Bagi negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan kontraprestasi yang dapat ditunjuk secara langsung guna untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dan penyelenggaraan negara. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi kemampuan belanja

  

(spending power) dari sektor private, agar tidak terjadi ganguan yang serius terhadap jalannya kegiatan pelayanan maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik Upaya untuk menekan beban pajak sekecil mungkin adalah dengan menggunakan perencanaan pajak (tax planning). Pada umumnya perencanaan pajak (tax

  

planning) mengacu kepada proses merekayasa usaha atau transaksi wajib pajak agar

hutang pajak berada dalam jumlah minimal, tetapi masih dalam peraturan perpajakan.

  Perencanaan perpajakan selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi terkena pajak, kalau transaksi terkena pajak apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya dan lain sebagainya.

  Perencanaan pajak dimaksudkan untuk membayar atau menanggung PPh pasal 21 karyawan. Pengeluaran tersebut dapat diakui sebagai biaya atau pengurang penghasilan bruto perusahaan untuk menentukan penghasilan kena pajak badan perusahaan. Metode yang dapat digunakan adalah metode tunjangan pajak atau metode

  

Gross Up yaitu dengan menambahkan atau memasukkan tunjangan PPh pasal 21

  tersebut ke dalam pengahasilan bruto karyawan. Bagi perusahaan, tunjangan PPh pasal 21 tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto perusahaan dalam menghitung penghasilan kena pajak akhir tahun.

  Dalam menghitung PPh pasal 21 karyawan, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah berbagai kebijakan terkait dengan jenis pajak penghasilan tersebut. Ini dikarenakan dampak pajak yang ditimbulkan dari setiap kebijakan tersebut berbeda- beda, karena aspek pajaknya berbeda maka beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan akan berbeda pula. Pada perhitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dipergunakan oleh rumah sakit adalah dengan menggunakan Gross Basic Method.

  Metode Gross Basic merupakan salah satu perhitungan pajak di mana pajak terutang ditanggung oleh karyawan itu sendiri, dari penerapan penghitungan PPh 21 karyawan dengan menggunakan metode Gross Basic karyawan merasa kesejahteraanya kurang diperhatikan oleh rumah sakit di mana dalam hal tersebut penghasilan karyawan akan berkurang. Kelemahan dari metode tersebut adalah di mana take home pay karyawan akan berkurang dan PPh yang ditanggung karyawan tidak boleh jadi biaya dalam pengurang penghasilan bruto perusahaan. Dan dari perhitungan dengan menggunakan metode tersebut di sini karyawan merasa kurang diperhatikan oleh rumah sakit sehingga kinerja karyawan kurang termotivasi untuk bekerja lebih aktif lagi. Metode Gross Up merupakan salah satu upaya perencanaan pajak yang legal dalam peraturan perpajakan. Penerapan metode Gross Up akan menyebabkan penghasilan yang diterima pegawai utuh atau dengan kata lain tetap tidak membayar pajak. Implikasi bagi perusahaan, tunjangan pajak dapat menurunkan pajak penghasilan badan dan otomatis laba yang didapatkan akan semakin besar.

  Metode Gross Up di mana perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada pegawai, kelebihan dari metode ini adalah perusahaan dapat membebankan tunjangan pajak sebagai pengurang laba perusahaan dan dapat menurunkan PPh badan. Dampak selanjutnya gaji pegawai akan tetap utuh karena PPh yang dipotong dari gaji akan sama dengan tunjangan dan karyawan merasa kesejahteraannya telah diperhatikan oleh rumah sakit sehingga karyawan termotivasi dalam bekerja. Kelemahan dari metode ini adalah pengeluaran kas pada perusahaan akan meningkat karena perusahaan menambah biaya untuk tunjangan pegawai. Dengan metode ini pegawai akan mendapatkan take home

  

pay yang lebih besar karena gaji yang diperoleh masih ditambah dengan tunjangan

  pajak. Pegawai juga tidak lagi harus membayar PPh pasal 21 yang terutang karena jumlah tunjangan pajak yang diperoleh besarnya sama dengan PPh pasal 21 terutang. Bagi perusahaan pemeberian tunjangan ini akan menghindarkan rumah sakit dari koreksi fiskal positif. Karena tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang merupakan salah satu biaya yang boleh dikurangkan untuk mengetahui penghasilan netto perusahaan. Dengan begitu penghasilan kena pajak rumah sakit akan lebih kecil dan akan mengakibatkan pajak yang harus dibayarkan rumah sakit menjadi lebih kecil.

  Pajak

  Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk publik savingyang merupakan sumber utama untuk membiayai public Investment (Zain 2009:23). Sedangkan definisi pajak menurut undang-undang perpajakan pasal 1 UU No.6 Tahun 1983 yang kemudian direvisi menjadi UU No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan diperbaharui lagi menjadi UU No.16 Tahun 2009 pasal 1, di mana pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.

  Fungsi pajak

  Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan pendapatan masyarakat (Resmi 2008:3-4)

  Jenis – jenis pajak

  Berbagai macam pajak yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, subjek pajak, objek pajak, dan insatansi pemungut (Resmi 2008:7-9).

  Pajak Penghasilan Pasal 21

  Pajak penghasilan 21 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Zain 2003:5). Oleh karena itu pajak pengahasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif, subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan.

  Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

  Sesuai dengan pasal 6 ayat 3 UU PPh No.36 Tahun 2008 kepada orang pribadi wajib pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa PTKP. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015, PTKP pertahun diberikan paling sedikit sebesar:

  TK/O , tidak kawin tanpa tanggungan sebesar Rp 36.000.000

  • K/O, kawin belum ada tanggungan sebesar Rp 39.000.000
  • K/1, kawin dengan 1 orang tanggungan sebesar Rp 42.000.000
  • K/2, kawin dengan 2 orang tanggungan sebesar Rp 45.000.000
  • K/3, kawin dengan 3 orang tanggungan sebesar Rp 48.000.000
  • Perencanaan Pajak

  Pengertian perencanaan pajak yang dikemukakan oleh zain (2003:67) perencanaan pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.

METODE PENELITIAN

  Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kualitatif menurut Sugiyono (2013:14) metode kualitatif adalah yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana penulisi adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan tringgulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

  Jenis Data

  Yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data sekunder dan literatur ilmiah.

  1. Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara.

  2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui buku, melalui pihak lain seperti instansi atau lembaga-lembaga yang terkait, serta teori- teori dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

  3. Literatur ilmiah yang berhubungan dengan tax planning dan pajak penghasilan pasal 21. Sumber data pada penelitian ini Sumber data yang diperoleh peneliti berasal dari Yayasan Bala Keselamatan Rumah Sakit William Booth Surabaya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Rumah Sakit akan selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya karena rumah sakit menganggap bahwa karyawan adalah salah satu aset yang harus dijaga dan terus ditingkatkan kesejahteraannya. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kesejahteraan hidup maka rumah sakit akan menerima timbal balik yang besar. Namun untuk dapat merealisasikan peningkatan kesejahteraan karyawan, rumah sakit harus dapat mengelolah keuangan rumah sakit dengan baik agar tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dapat tercapai tanpa mengabaikan kesejahteraan karyawan. Untuk itu salah satu cara yang dapat dilaksanakan yaitu melakukan penghematan pajak penghasilan badan dengan usaha pengurangan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  Upaya yang dapat dilakukan untuk penghematan pajak penghasilan badan adalah perencanaan pajak, salah satunya perencanaan pajak penghasilan pasal 21 yang dimaksudkan untuk menanggung pajak penghasilan pasal 21 agar karyawan menerima penghasilan bersih tanpa dipotong pajak lagi. Gross Up Method adalah menanggung jumlah pajak yang terutang dengan cara memberikan tunjangan pajak. Metode ini menyamakan jumlah pajak yang seharusnya dibayar karyawan dengan jumlah tunjangan pajak yang diberikan Rumah Sakit pada karyawannya.

  Permasalahan yang sering dihadapi oleh Yayasan Bala Keselamatan Rumah Sakit William Booth Surabaya kurang efektif dalam pelaksanaan perpajakan salah satunya mengenai Pajak Penghasilan,diantaranya adalah:

  1. Apakah tax planning yang dilakukan oleh Rumah Sakit sudah tepat, sehingga dapat meminimalkan pembayaran pajak rumah sakit ?

  2. Bagaimana perbandingan jumlah pajak yang harus dibayar karyawan antara metode yang saat ini digunakan dengan metode Gross Up?

  3. Bagaimana dampak antara perhitungan PPh pasal 21 yang ditanggung oleh karyawan dan diberi tunjangan pajak terhadap jumlah pajak yang harus dibayar oleh karyawan dibandingkan dengan metode yang saat ini digunakan rumah sakit sebagai strategi penghematan pembayaran pajak rumah sakit?

   Pelaksanaan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Rumah Sakit William Booth Surabaya.

  Pada saat rumah sakit hendak membayar gaji karyawan untuk memotong pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawannya tersebut. Perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dimulai dengan menghitung penghasilan netto. Penghasilan netto didapat dari jumlah penghasilan bruto yaitu gaji pokok ditambah tunjangan yang dibayar rumah sakit dan ditambah dengan premi asuransi kesehatan dan premi asuransi Kematian yang kemudian dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun, iuran JHT yang dibayar sendiri oleh karyawan yang bersangkutan, setelah penghasilan neto sebulan (penghasilan neto sebulan dikalikan 12 yaitu jumlah bulan dalam setahun). Setelah didapat penghasilan neto setahun, kemudian penghasilan meto tersebut dikurangi PTKP sesuai dengan status karyawan yang bersangkutan. Dari hasil pengurangan tersebut didapat Penghasilan Kena Pajak (PKP). Atas dasar PKP tersebut, kemudian dihitung PPh pasal 21 setahun yang digunakan sebagai acuan untuk memberikan tunjangan pajak pada karyawan.

  Tabel 1 Perhitungan pajak penghasilan karyawan setahun Gross Basic Method Tuan E, TK/0

  Tahun 2015 (Dalam Rupiah)

  Uraian PPh pasal 21 penghasilan bruto Reguler gaji pokok ( 12 x 3.671.300 ) 38.553.624 THR 3.212.802 Iuran yang dibayar pemberi kerja BPJS Tenaga Kerja 3.176.819 BPJS Kesehatan 771.072 Penghasilan bruto/tahun 45.714.317 Pengurang : biaya jabatan ( 5 % x penghasilan bruto) 2.285.716 Iuran yang dibayar pegawai Iuran JHT ( 2% x gaji pokok ) BPJS Tenaga Kerja 1.156.609 BPJS Kesehatan 385.536 Jumlah pengurang 3.827.861 Penghasilan Netto/tahun 41.886.456 PTKP 36.000.000 PKP 5.886.456 5% x Jumlah PKP PPh pasal 21 atas PKP setahun 294.323 PPh pasal 21 atas PKP sebulan 24.527

  Dari contoh diatas terlihat jumlah penghasilan Tuan E selama setahun adalah Rp

  

45.714.317 dan jumlah pajak penghasilannya selama setahun dari hasil perhitungan

294.232

  adalah Rp yang ditanggung oleh karyawan. Jadi gaji Tuan S setelah dipotong pajak adalah sebesar Rp 45.419.994. Komposisi pegawai dan manajemen yang berjenjang tinggi pada rumah sakit lebih banyak jumlah pegawainnya. Alasan penulis menggunakan contoh perhitungan dengan menggunakan nominal gaji pokok antara Rp 2.700.000 sampai dengan Rp 4.850.000 adalah ingin memberikan gambaran bahwa bagian pajak memang banyak menghitung jumlah pajak yang rata-rata bergaji pokok sejumlah diatas. Berikut contoh perhitungan apabila rumah sakit menggunakan Gross Up Method .

  

Tabel 2

Perhitungan pajak penghasilan karyawan setahun

Gross Up Method Tuan E, TK/0 Tahun 2015 (Dalam Rupiah)

  Uraian PPh pasal 21

  penghasilan bruto

  Reguler

  gaji pokok (12 x 3.212.802) 38.553.624 THR

  3.212.802 Tunjangan pajak 309.000

  Iuran yang dibayar pemberi kerja

  BPJS Tenaga Kerja 3.176.819 BPJS Kesehatan 771.072

  

Penghasilan bruto/tahun 46.023.317

  Pengurang : biaya jabatan (5 % x penghasilan bruto) 2.301.166

  Iuran yang dibayar pegawai

  BPJS Tenaga Kerja 1.156.609 BPJS Kesehatan 385.536

  

Jumlah pengurang 3.843.311

Penghasilan Netto/tahun 42.180.006

  PTKP 36.000.000

  PKP 6.180.006

  5% x Jumlah PKP 309.000

  PPh pasal 21 atas PKP setahun

PPh pasal 21 atas PKP sebulan 25.750

  Dari Tabel 2 bila rumah sakit menggunakan Gross Up Method maka jumlah penghasilan Tuan E selama setahun adalah Rp 46.023.317 dan jumlah pajak penghasilan dan tunjangan pajak selama setahun adalah sama yaitu sebesar Rp 309.000 yang akan ditanggung oleh rumah sakit. Jadi, gaji Tuan E selama setahun sebesar Rp 42.180.006, karena tunjangan pajak yang diberikan rumah sakit tidak benar-benar diterima karyawan. Tunjangan pajak tersebut bukan merupakan penambah penghasilan karyawan, tetapi bagi rumah sakit tunjangan tersebut dapat dibebankan. Cara rumah sakit untuk memotivasi karyawanya adalah dengan melakukan perencanaan pajak berupa tunjangan dalam bentuk tunai dan pemberian natura. Berikut penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh rumah sakit baik berupa tunjangan tunai maupun natura.

  INTEPRETASI

  Usulan Pemecahan Masalah perencanaan pajak penghasilan PPh 21 sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemenuhan kewajiban pajak penghasilan pada Yayasan Bala Keselamatan Rumah Sakit William Booth Surabaya 1.

  Manajemen harus lebih teliti dalam memilih suatu kebijakan mengenai perpajakan termasuk dalam PPh 21 demi kesejahteraan karyawannya.

2. Manajemen harus lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya agar karyawan dapat bekerja lebih aktif lagi.

  3. Dalam melakukan perhitungan PPh 21 karyawan pihak manajemen lebih baik menggunakan metode Gross Up dengan begitu karyawan lebih diperhatikan kesejahteraannya oleh Rumah Sakit.

  Cara rumah sakit untuk memotivasi karyawanya adalah dengan melakukan perencanaan pajak berupa tunjangan dalam bentuk tunai dan pemberian natura. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh rumah sakit dalam bentuk tunjangan-tunjangan, baik dalam bentuk tunai atau natura tentu sangat menguntungkan dari sisi para pegawai. perencanaan pajak dalam bentuk tunjangan tunai yang dilakukan rumah sakit mengakibatkan pajak penghasilan 21 untuk pegawai naik, dan membuat pengeluaran rumah sakit lebih untuk membayar 3 tunjangan tunai tersebut. Tetapi pada keseluruhannya memberikan efek pada penurunan PPh terutang badan.

  Dengan adanya penerapan perencanaan pajak menyebabkan beban pajak semakin kecil maka PPh yang terutang semakin kecil juga. Sedangkan perencanaan pajak dengan menggunakan Gross Up Method dan pemeberian makan bersama dikantor dan penyediaan mobil untuk transportasi antar jemput karyawan ternyata memberikan penghematan pajak yang paling baik dibandingkan tanpa perencanaan pajak dan dengan perencanaan pajak dalam bentuk tunjangan tunai.

  Dari hasil perbandingan tabel PPh 21 sebelum dan setelah dilakukan perencanaan pajak, dapat terlihat bahwa setelah perencanaan pajak dilakukan dengan memberikan tunjangan secara tunai, yaitu berupa tunjangan kesehatan, tunjangan makan, dan tunjangan transport maka pengahasilan netto yang diterima karyawan naik, walaupun jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar karyawan ikut naik pula. Penghasilan netto Tuan E dalam setahun naik sebesar Rp13.218.900 atau sekitar 19%. Kenaikan penghasilan netto juga dibarengi dengan kenaikan PPh 21 setahun sebesar Rp

  627.898 atau sebesar 46,80%. Walaupun tunjangan tunai membuat jumlah PPh 21 yang harus dibayarkan karyawan lebih besar, tapi hal itu tertutupi dengan kenaikan pengahasilan karyawan.

  Pemberian tunjangan dalam bentuk tunai tidak hanya berpengaruh pada jumlah PPh 21 untuk gaji saja, tetapi secara menyeluruh berdampak pada pajak pengahasilan terutang rumah sakit. Semua tunjangan yang berbentuk tunai dapat dibebankan sebagai pengurang laba perusahaan, sehingga jumlah pajak terutang yang dibayarkan juga berkurang.

  Dari hasil analisis di atas, perencanaan pajak dalam bentuk tunjangan tunai yang dilakukan rumah sakit mengakibatkan pajak penghasilan 21 untuk pegawai naik, dan membuat pengeluaran rumah sakit lebih untuk membayar 3 tunjangan tunai tersebut. Tetapi pada keseluruhannya memberikan efek pada penurunan PPh terutang badan. Dengan adanya penerapan perencanaan pajak menyebabkan beban pajak semakin kecil maka PPh yang terutang semakin kecil juga. Sedangkan perencanaan pajak alternatif yang dibuat oleh penulis, yaitu dengan menggunakan Gross Up Method dan pemeberian makan bersama dikantor dan penyediaan mobil untuk transportasi antar jemput karyawan ternyata memberikan penghematan pajak yang paling baik dibandingkan tanpa perencanaan pajak dan dengan perencanaan pajak dalam bentuk tunjangan tunai.

  SIMPULAN

  Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit William Booth Surabaya dan berdasarkan pembahasan maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

  1. Penerapan perencanaan pajak pada pemotongan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan dengan menggunakan Gross Up Method lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit William Booth Surabaya, karena pajak penghasilan pasal 21 atas gaji karyawan tersebut dapat dibiayakan oleh perusahaan melalui pemberian tunjangan pajak sehingga dapat menjadi unsur pengurang laba bruto fiskal Rumah Sakit William Booth Surabaya.

2. Atas perencanaan pajak penghasilan pasal 21 yang telah dilakukan oleh Rumah

  Sakit William Booth Surabaya di dapat keuntungan-keuntungan bagi karyawan Rumah Sakit. Bagi karyawan dengan adanya pemberian tunjangan pajak maka

  take home pay yang diterima jumlahnya tetap karena tidak perlu dipotong lagi untuk membayar pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya sebagai karyawan sedangkan bagi Rumah Sakit akan dapat menambah unsur biaya dalam pengurang laba fiskal Rumah Sakit sehingga didapat laba fiskal yang kecil dan secara otomatis pajak badan yang dibayar Rumah Sakit juga semakin kecil.

3. Semua perencanaan pajak yang diterapkan oleh Rumah Sakit sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  SARAN

  Secara keseluruhan berdasarkan pengamatan maupun hal-hal yang diinformasikan selama penelitian, saran yang dapat diberikan untuk Rumah Sakit William Booth Surabaya adalah: 1.

  Dalam menentukan metode mana yang akan dipilih, sebaiknya selain memperhatikan jumlah pajak penghasilan badan yang terhutang, Rumah Sakit juga mempertimbangkan jumlah laba setelah pajak agar tidak terjadi kenaikan dalam pembayaran pajak Rumah Sakit, sehingga perencanaan pajak dapat efektif dilaksanakan di dalam Rumah Sakit.

  2. Kebijakan yang diambil harus dapat menjalankan perencanaan pajak agar dapat meminimalisasi PPh terutang. Melalui perencanaan pajak pada pemotongan PPh pasal 21 atas gaji karyawan dengan menggunakan metode Gross Up. Dengan metode tersebut rumah sakit dan karyawan tidak dirugikan, terutama karyawan dapat memperoleh keuntungan karena gajinya tidak dipotong.

  3. Sebaiknya Rumah Sakit mencari strategi penerapan perencanaan pajak yang lain yang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku sehingga penerapan perencanaan pajak Rumah Sakit dapat lebih maksimal. Seperti untuk tahun mendatang Rumah Sakit dapat memulai perencanaan pajaknya dengan tidak hanya memberikan benefit in cash dan natura saja untuk dapat meminimalkan pajak terutang yang harus dibayar Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

  Leonardo, Antonius. 2013. Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan 21 Atas

  Penghasilan Karyawan pada PT. Libra Emas Permata Medan, Mangonting, Yenni. 1994. TaxPlanning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, mei 1994.

  Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Surabaya. Purba, Marisi Andreas, 2005. Akuntansi Pajak Penghasilan Berdasarkan IAS No.12 dan PSAK No.46, edisi pertama, cetakan pertama, penerbit graha ilmu, Yogyakarta.

  Peraturan Menteri Keuangan No.252/PMK.03/2008. Pegawai Tetap. Departemen Keuangan Republik Indonesia. Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat. Jakarta Suandy, Erly. 2009. Perencanaan Pajak. Jakarta.Salemba Empat Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2009.

  Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan . Departemen Keuangan Republik Indonesia.

  Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2008.Pajak

  Penghasilan . Departemen Keuangan Republik Indonesia.

  Undang-undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undang KUP No.28 Tahun 2007. Batas Pembayaran Pajak Terutang.

  Departemen Keuangan Republik Indonesia. Waluyo dan Wirawan B. Illyas, 2000. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Wijaya, Daniar Adi. 2011. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Rangka

  Mengoptimalkan Pajak Penghasilan PPh 21 Karyawan pada PT. Garam Persero .

  Zain, Mohammad, 2003. Manajemen pajak. Salemba Empat. Jakarta.