Belajar dari Perjalanan Misi Rasul Paulu

Oleh: Barda Kurniawan Herlambang

Shalom Aleikhem !!!
Di kesempatan pada kali ini wa bil khusus akan dibahas kisah Paulus di Athena,
dimana kita bisa memetik pelajaran dari perjalanan misi dari Rasul Paulus ketika beliau
berada di Athena Yunani, kota dengan
Para Philosophos yang sangat terbiasa
dengan alam berfikir filosofis. Perjalanan misi Paulus ini dicatat oleh Lukas dalam Kisah
Para Rasul 17:16-23.
Matius mencatat Amanat Agung (Arab: Al-Irsaliyyat al-Kubra – Mat. 28:19-20) dari
Al-Masih sebelum Dia mihrab ke Sorga – Al-Masih berkata: ... Kepada-Ku telah diberikan
segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu, pergilah JADIKANLAH SEMUA BANGSA
(Yun: Panta ta Ethne) murid-Ku, dan baptikanlah mereka dalam nama Bapa, dan Putra
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertaimu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
Oleh karena itu dalam konteks
perkabaran kabar baik di Indonesia
kita harus memahami bahwa dakwah
agama apa saja kenyataannya selalu
berhadapan dengan persoalan salingsilang budaya
Cross Cultural

Misison . Hal ini rupanya pernah
dialami oleh Rasul Paulus kala itu. Hal
ini sebagaimana di laporkan oleh
Lukas di dalam Kisah Para Rasul 17:1623, disana dikisahkan kala itu Paulus
► Iconografi DzThe Damascus Visiondz dalam Gereja Ortodoks
sedang berada di Athena, dan Paulus
sangat sedih hatinya karena ia melihat bahwa kota itu penuh dengan patung-patung
berhala – ayat 16. Athena adalah negeri dimana masyarakatnya kala itu sangatlah
politeis, disanalah Paulus menemukan satu cela bagaimana ia harus mewartakan Injil
Kerajaan Allah, dan bagaimana ia harus mengawali dakwahnya.
Dikatakan disana bahwa TIAP HARI dirumah ibadat Paulus bertukar pikiran
dengan orang Yahudi, orang-orang yang takut kepada Allah, bahkan semua orang yang
dijumpainya (ay. 17). Ditengah-tengah pewartaannya itu, ia bertemu dengan para ahli
pikir dari Stoa dan Epikuros. Paulus dicurigai bahkan dianggap sebagai pembual , dan
ia dianggap sebagai pemberita ajaran dewa-dewa yang asing (ay. 18). Disaat itulah
Paulus diperhadapkan di sidang Areopagus, yakni sebuah bukit di Atena, tempat dimana

dewan kota itu bermusyawarah untuk menemukan mufakat keputusan . Orang-orang
Atena ingin tahu ajaran apa yang dibawa oleh Paulus, karena mereka merasa bahwa
ajaran yang dibawanya itu adalah ajaran yang asing (ay. 19-20). Dari sinilah letak

kecerdikan Paulus untuk menemukan peluang dari perkabaran Injil Kerajaan Allah.
Paulus melihat bahwa ketika ia, ... berjalan-jalan di kotamu (Atena, pen) dan melihatlihat barang-barang pujaanmu (orang-orang Atena, pen), aku (Paulus, pen) menjumpai
juga sebuah mezbah dengan tulisan: KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL – ay. 23a.
Disini Paulus menjumpai satu altar tak bertuan – altar tanpa berhala, satu altar
yang bertuliskan AGNOSTO THEO yang berarti Ilah yang tidak dikenal . Dikisahkan
oleh Plato dalam bukunya THE LAWS , bahwa ketika itu Atena sedang dalam wabah
mematikan. Publik Atena menjajar semua patung berhalanya, dan dideretkan di sekitar
Bukit Mars atau Bukit Ares (dewa perang orang Romawi zaman dahulu kala). Namun
apa daya, derita Atena tetaplah melanda mereka. Hal ini dikemudian hari memantik satu
petuah dari seorang Filsuf Yunani bernama Epimenides, ia berkata, Kalau ribuan dewa
ini tidak menjawab doa-doa kita, kesimpulan logis saya pastilah ada satu-satunya DEWA
yang Mahakuasa – yang entahlah kita tidak tahu siapakah nama-Nya. Ya, kita tidak
benar-benar mengenal Dia . Kemudian publik Atena berdoa memohon mu’jizat kepada
dewa yang tidak dikenal itu. Mereka membangun satu altar khusus, tanpa membuat
patung berhala dan hanya menuliskan satu inskripsi dalam batu itu yang bertuliskan
AGNOSTO THEO Kepada Ilah Yang Tidak Dikenal .
Agnosto Theo, Ilah yang tidak dikenal yang dahulu menyelamatkan rakyat
Atena dari wabah mematikan itu tidak lain tidak bukan adalah Allah yang mengatasi
segala ilah-ilah yang ada. Allah, Sang Bapa khalik atas langit dan atas bumi, Allah yang
bersemayam dalam terang tak terhampiri, dan tak seorangpun manusia yang melihat

Dia (1 Tim. 6:16). Namun kendati demikian, Allah bukanlah Pribadi yang apatis. Dia adalah
Allah yang karena kasih-Nya itu, telah menyatakan diri-Nya melalui Firman-Nya sendiri
yang menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus. Oleh karena itu menjawab tuduhan publik
Atena yang beranggapan, jangan-jangan Paulus mengajarkan satu ajaran yang asing
bagi mereka. Tetapi Paulus Sang Rasul pun berkata, Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu ay. 23b.
Dari sini, Paulus yang datang sesudah 6 Abad pasca kisah ini terjadi, kemungkinan
besar sudah mengetahui kisah ini. Hal ini mengingat tentang bagaimana kemampuan
intelektual Paulus yang sangat mumpuni untuk meragikan pesan-pesan semitik dalam
iman Kristen kepada jantung Hellenisme Yunani, kendati pun dapat dicatat bahwa Rasul
Paulus tidak ikut tertawan dalam buaian Hellenis Yunani.

Biara Cinta Kasih, Surabaya Medio Febuari 2016

Barda Kurniawan Herlambang