PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK EFISIENSI MOTOR

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK
SEBAGAI PENGGERAK BLOWER

Oleh :
1.
1.
2.
3.
4.
5.

Iqbal Muhammad F (141734015)
Iqbal Muwahid (141734016)
Ira Pramitha DR (141734017)
M. Anshar J.A (141734018)
Ogi Sutrisna Azizi ((141734019)
Okky Oktaviansyah D (141734020)

D4-KONSERVASI ENERGI
JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2016

EFISIENSI MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK
PADA BLOWER
I.

II.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum mahasiswa diharapkan :
1. Mengukur dan menghitung efisiensi motor induksi sebagai penggerak blower
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja motor induksi
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja blower
DASAR TEORI
A. Penggerak Motor Induksi 3 Fasa
Motor induksi tiga fasa merupakan motor elektrik yang paling banyak
digunakan dalam dunia industri. Salah satu kelemahan motor induksi yaitu memiliki
beberapa karakteristik parameter yang tidak linier, terutama resistansi rotor yang
memiliki nilai yang bervariasi untuk kondisi operasi yang berbeda, sehingga tidak
dapat mempertahankan kecepatannya secara konstan bila terjadi perubahan beban.

Oleh karena itu untuk mendapatkan kecepatan yang konstan dan peformansi sistem
yang lebih baik terhadap perubahan beban dibutuhkan suatu pengontrol. Motor
induksi memiliki beberapa parameter yang bersifat non-linier, terutama resistansi
rotor, yang memiliki nilai bervariasi untuk kondisi operasi yang berbeda. Hal ini
yang menyebabkan pengaturan pada motor induksi lebih rumit dibandingkan dengan
motor DC.
Motor induksi tiga fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya adalah
konstan, mulai dari tidak berbeban sampai mencapai keadaan beban penuh.
Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan demikian
pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan terhadap motor ini.
Walaupun demikian, motor induksi tiga fasa memiliki beberapa keuntungan, yaitu
sederhana, konstruksinya kokoh, harganya relatif murah, mudah dalam melakukan
perawatan, dan dapat diproduksi dengan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan
industri.
a. Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Pada saat terminal tiga fasa stator motor induksi diberi suplai tegangan
tiga fasa seimbang, maka akan mengalir arus pada konduktor di tiap belitan fasa
stator dan akan menghasilkan fluksi bolak-balik . Amplitudo fluksi per fasa yang
dihasilkan berubah secara sinusoidal dan menghasilkan fluks resultan (medan
putar) dengan magnitud yang nilainya konstan yang berputar dengan kecepatan

sinkron :
ns = 120

…………………………………………………………… (2.2)

dimana,
ns = kecepatan sinkron/medan putar (rpm)
f = frekuensi sumber daya (Hz)
P = jumlah kutub motor induksi

Medan putar akan terinduksi melalui celah udara menghasilkan ggl induksi
(ggl lawan) pada belitan fasa stator sebesar :
………………………………………………………… (2.3)

untuk nilai maksimum sin =
1 Jadi

…………………………………………………… (2.4)
dimana,
e1 = ggl induksi sesaat stator/fasa (Volt)

Em1 = ggl induksi maksimum stator/fasa (Volt)
E1 = ggl induksi efektif stator/fasa (Volt)
f1 = frekuensi saluran (Hz)
N1 = jumlah lilitan kumparan stator/fasa
= fluks magnetik maksimum
(Weber)
Medan putar tersebut juga akan memotong konduktor-konduktor belitan rotor
yang diam (perhatikan gambar 2.9). Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
relatif antara kecepatan fluksi yang berputar dengan konduktor rotor yang diam,
yang disebut juga dengan slip (s).

s=

……………………………………………………………. (2.5)

Akibat adanya slip, maka ggl (gaya gerak listrik) akan terinduksi pada konduktorkonduktor rotor sebesar :
………………………………………………………… (2.6)
atau
dimana :


…………………………………………………… (2.7)

e2 = ggl induksi sesaat pada saat rotor diam/fasa (Volt)
E2 = ggl induksi efektif pada saat rotor diam/fasa (Volt)
f2 = frekuensi arus rotor (Hz)

N2 = jumlah lilitan pada kumparan rotor/fasa
= fluks magnetik maksimum (Weber)

Gambar 2.9. Proses Induksi Medan Putar Stator pada Kumparan Rotor
Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin
ujung (end ring) ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktorkonduktor rotor. Karena konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus
ditempatkan di dalam daerah medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan
terbentuklah gaya mekanik (gaya lorentz) pada konduktor-konduktor rotor. Hal ini
sesuai dengan hukum gaya lorentz (perhatikan gambar 2.10) yaitu bila suatu
konduktor yang dialiri arus berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka
konduktor tersebut akan mendapat gaya elektromagnetik (gaya lorentz) sebesar :
F = B.i.l.sin θ ………………………………………………………… (2.8)
dimana,
F = gaya yang bekerja pada konduktor (Newton)

2

B = kerapatan fluks magnetik (Wb/m )
i = besar arus pada konduktor (A)
l = panjang konduktor (m)
θ = sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik
Gaya F ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari
bekerjanya suatu motor listrik.
Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah
tangan kanan (right-hand rule). Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari
telunjuk menyatakan arah dari vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari
vektor kerapatan fluks B, maka ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang
bekerja pada konduktor tersebut.
Gaya F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan
menghasilkan torsi (τ). Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar
daripada torsi beban (τ0 > τb), maka rotor akan berputar searah dengan putaran
medan putar stator.

B
l


i

F

Gambar 2.10. Konduktor Berarus Dalam Ruang Medan Magnet
Seperti yang telah disebutkan di atas, motor akan tetap berputar bila
kecepatan medan putar lebih besar dari pada kecepatan putaran rotor (ns > nr).
Apabila ns = nr, maka tidak ada perbedaan relatif antara kecepatan medan putar
(ns) dengan putaran rotor (nr), atau dengan kata lain slip (s) adalah nol. Hal ini
menyebabkan tidak adanya ggl terinduksi pada kumparan rotor sehingga tidak ada
arus yang mengalir, dengan demikian tidak akan dihasilkan gaya yang dapat
menghasilkan kopel untuk memutar rotor.
b. Keterangan Spesifikasi Motor Induksi
Pada motor induksi biasanya dilengkapi dengan nameplat, dimana nameplat tersebut
sebagai identitas motor.

Identitas motor dari nameplat tersut adalah :
 PH 3 = Motor Induksi dihubungkan dengan sumber 3 Phase
 Hz 50 = Frekuensi sumber listrik yang di gunakan 50 Hz

 Rev/MIN 1400 = Batas Putaran rotor 1400 rpm
 kW 0.55 = Daya motor beban nominal 0.55 kW
 V 380Y = Tegangan sumber 380 V dan di hubungkan secara start
(bintang)
 A 1.6 = Arus nominal kerjanya (beban nominal) 1.6 A
 Class F = Jenis isolasi motor tersebut termasuk kelas F

c. Rugi-Rugi Pada Motor Induksi 3 Phasa
Terdapat bannyak rugi- rugi pada motor yang akan mengurangi besar daya
masukan yang akan dikonversikan menjadi daya keluaran (mekanik). Rugi-rugi
(losses) tersebut ialah :
1. Rugi-rugi tetap (fixed
losses) Rugi-rugi ini terdiri
dari :
 Rugi-rugi inti stator (stator core losses)
Pcore =

=

……………………………………………… (2.23)


 Rugi-rugi gesek dan angin (friction and windage losses), (PFW)
2. Rugi-rugi variabel (variable
losses) Rugi-rugi ini terdiri dari :
 Rugi-rugi tembaga stator (stator coper losses)
PSCL =

………………………………………………………. (2.24)

 Rugi-rugi tembaga rotor (rotor coper losses)
PRCL =

………………………………………………………. (2.25)

Gambar 2.17. Diagram Aliran Daya Aktif Motor Induksi Tiga Fasa
dimana :
Pin
= daya aktif masukan ke stator (Watt)
PSCL = rugi-rugi tembaga stator (Watt)
Pcore = rugi-rugi inti stator (Watt)

PAG = daya celah udara (Watt)
PRCL = rugi-rugi tembaga rotor (Watt)
Pm
= daya yang dikonversikan dari bentuk listrik ke mekanik (Watt)

PFW
Pout

= rugi-rugi gesek dan angin (Watt)
= daya poros/keluaran (Watt)

Daya masukan tiga fasa disuplai ke stator melalui terminal tiga fasa.
Dikarenakan rugi-rugi tembaga stator, maka daya sebesar PSCL didisipasikan
sebagai panas pada belitan. Bagian lainnya Pcore didisipasikan sebagai panas pada
inti stator, yaitu sebagai rugi-rugi inti besi. Daya aktif sisa PAG ditransfer ke rotor
melalui celah udara dengan induksi elektromagnetik. Sehingga daya celah udara
dapat ditentukan sebagai berikut :
PAG = Pin – PSCL – Pcore ……………………………………………… (2.26)
Dengan memperhatikan secara cermat rangkaian ekivalen pada rotor (gambar
2.15(a)), satu-satunya elemen yang dapat mengkonsumsi daya celah-udara PAG

adalah tahanan
. Untuk itu daya celah udara dapat kita
tuliskan dengan
persamaan :
……………………………………………………… (2.27)
2

Dengan adanya rugi-rugi I R pada rotor, maka bagian daya PRCL
didisipasikan sebagai panas, dan sisanya akhirnya terdapat dalam bentuk daya
mekanik Pm. Adapun rugi-rugi tahanan aktual rangkaian rotor (gambar 2.13.)
diberikan oleh persamaan :
…………………………………………………… (2.28)
Karena daya tidak berubah besarnya ketika rangkaian rotor dinyatakan terhadap
sisi stator, dalam bentuk rangkaian ekivalen transformator ideal, maka rugi-rugi
tembaga rotor dapat juga dinyatakan dengan :
…………………………………………………….
(2.29) Setelah rugi-rugi tembaga stator, rugi-rugi inti stator, dan rugi-rugi
tembaga rotor dikurangi dengan daya masukan motor, maka daya yang tertinggal
adalah yang dikonversikan kebentuk mekanik. Daya mekanik yang dibangun ini
diberikan oleh persamaan :

Pm

= PAG – PRCL …………………………………………………… (2.30)
=



Dari persamaan (2.27) dan (2.29) dapat dilihat bahwa rugi-rugi tembaga
rotor PRCL dan daya celah udara PAG memiliki hubungan sebagai berikut :
PRCL = s.PAG ……………………………………………………….(2.32)

Untuk itu, semakin kecil slip motor, semakin kecil juga rugi-rugi pada
rotor. Perhatikan juga, bahwa, jika rotor tidak berputar slip s = 1 dan daya celah
udara seluruhnya dipakai pada rotor. Karena Pm = PAG – PRCL, ini juga
memberikan hubungan yang lainnya diantara daya celah udara dan daya yang
dikonversikan dari bentuk listrik ke mekanik :
Pm = PAG – PRCL ……………………………………………….. (2.33)
Pm = PAG – s.PAG
Pm = (1 – s) PAG …………………………………………………… (2.34)
Sehingga jika rugi-rugi gesekan dan angin PFW dan rugi-rugi lainnya
Pmisc (stray load losses) diketahui, dan dikurangi dengan daya mekanik Pm,
maka akan didapat daya keluaran Pout atau daya yang memutar poros.
Pout = Pm – PFW – Pmisc ………………………………………..… (2.35)
d. Efesiensi Motor Induksi 3 Phasa
Efisiensi motor induksi adalah ukuran keefektifan motor induksi untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang dinyatakan sebagai
perbandingan antara daya keluaran dan daya masukan dan biasanya dinyatakan
dalam persen juga sering dinyatakan dengan perbandingan antara keluaran dengan
keluaran ditambah rugi - rugi, yang dirumuskan dalam persamaan berikut.

η = Pout/Pin =

……………….. (2.36)

Pada beban-beban dengan nilai yang kecil, rugi-rugi tetap lebih besar
dibandingkan dengan keluaran, untuk itu efisiensi yang dihasilkan rendah.
Sebagaimana beban bertambah, efisiensi juga bertambah dan menjadi maksimum
ketika rugi inti dan rugi variabel adalah sama. Efisiensi maksimum terjadi sekitir
80 – 95 % dari rating output mesin, dimana nilai yang lebih tinggi terdapat pada
motor-motor yang besar. Jika beban yang diberikan melebihi beban yang
menghasilkan efisiensi maksimum, maka rugi-rugi beban bertambah lebih cepat
daripada output, konsekuensinya efisiensi berkurang.
Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi ini sering dilakukan
dengan beberapa cara seperti:

- Mengukur langsung daya listrik masukan dan daya mekanik keluaran
- Mengukur langsung seluruh rugi-rugi dan daya masukan
- Mengukur setiap komponen rugi-rugi dan daya masukan,
dimana pengukuran daya masukan tetap dibutuhkan pada ketiga cara di atas.

B. Blower
a. Pengertian dan Prinsip Kerja Blower
Blower adalah mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan atau memperbesar
tekanan udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu juga sebagai
pengisapan

atau

pemvakuman

udara

atau

gas

tertentu.

Prinsip

kerja

blower

mengalirkanfluida serta mengubahnya dari tekanan rendah ke tekanan tinggi sebagai akibat
adanyagaya sentrifugal yang dialami oleh fluida tersebut.
Blower memiliki fungsi yang berbeda dengan kompresor sekalipun media kerjanya sama,
dimana blower menghasilkan aliran fluida dengan debit aliran yang besar pada tekanan
rendah, sedangkan kompresor menghasilkan debit aliran yang rendah namun tekanan kerja
yang tinggi. Dengan fungsi yang berbeda dari kompresor tersebut, blower banyak
diaplikasikan seperti untuk kenyamanan ruangan (kipas meja/dinding), sistem pendingin
pada kendaraan atau sistem permesinan, ventilasi, penyedot debu, sistem pengering
(dikombinasikan dengan heater), membuang gas-gas berbahaya, dan juga supply udara
untuk proses pembakaran (seperti pada boiler).
b. Klasifikasi Blower
1. Positive Diplacement Blower
Pada jenis ini udara atau gas dipindahkan volume per volume dalam ruangan yang
disebabkan adanya pergerakan elemen impeler yang berputar karena adanya pertambahan
massa udara atau gas yang dipindahkan. Jenis positive displacement blower yang sering
digunakan adalah rotary blower ( blower rotary ) yaitu : Vane Blower
2. Sentrifugal Blower
Sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeller atau lebih yang dilengkapi dengan
sudut-sudut yang dipasang pada poros yang berputar yang diselubungi oleh sebuah rumah
(asing). Udara memasuki ruang casing secara horizontal akibat perputaran poros maka

ruang pipa masuk menjadi vakum lalu udara dihembuskan keluar. Dari bentuk sudut
( blade ) impeller ada 3 jenis yaitu:




Forward Curved Blade
Backward Curved Blade.
Radial Blade

3. Blower Axial
Sesuai dengan namanya, Axial Fan menghasilkan aliran fluida gas dengan arah yang
searah dengan poros kerja kipas tersebut. Kipas tipe ini adalah yang paling banyak
penggunaannya di kehidupan sekitar kita. Hal tersebut tidak terlepas dari kemudahan desain
serta harga yang lebih ekonomis jika dibandingkan dengan kipas sentrifugal. Karena
desainnya yang tidak terlalu rumit serta dapat menghasilkan flow yang besar, kipas ini
banyak digunakan sebagai alat pendingin pada berbagai keperluan. Dari pendingin CPU
hingga komponen pendingin mesin kendaraan bermotor menggunakan kipas tipe aksial.
Kipas tipe aksial sangat banyak digunakan di dunia industri. Salah satunya digunakan
pada pembangkit listrik tenaga uap sebagai Secondary Air Fan. Kipas ini berfungsi untuk
men-supply udara dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk proses pembakaran
pada furnace boiler.
c. Keterangan spesifikasi blower
Secara garis besar parameter-parameter penting yang menyatakan spesifikasi blower
dimana biasanya tercantum pada nameplat blower diantaranya :


Kapasitas
Kapasitas menyatakan besarnya laju aliran volumetric udara yang
disebabkan putaran dari blower. Biasanya kapasitas ini dalam satuan CMH
(Cubic Meter Hour) yang artinya laju volume udara (meter kubik) untuk



setiap satu jam.
Pressure
Menyatakan besarnya head yang mampu mengalirkan udara sehingga



menghasilkan laju volumetric tertentu.
Motor
Biasanya menyatakan kapasitas motor yang terpasang pada blower.

d. Rugi-rugi pada blower
Rugi-rugi pada blower dapat diakibatkan karena penggunaannya yang tidak
sesuai dengan beban fluidanya. Desain fan/baling-baling blower biasanya didesain

khusus tergantung pada beban, tekanan, dan putaran yang diinginkan. Maintanance
yang jarang dilakukan dapat meningkatkan rugi-rugi pada blower. Hal ini karena
semakin sering blower digunakan maka resiko menempelnya pengotor pada balingbaling blower semakin tinggi, sehingga bisa menurunkan kinerja dari blower akibat
rugi-rugi tersebut.
e. Efisiensi pada blower
Untuk perhitungan efisiensi pada blower dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
udara/Nporos) x 100% (Ref. Pompa dan Kompresor, Sularso, Haruo Tahara, Hal. 53)
Daya Udara (Nudara) :
Nudara = . g .Q . H
(Ref. Turbin Pompa dan Kompresor, hal 242)
= Massa jenis udara (kg/m3)
g = Percepatan gaya gravitasi (m/s2)
Q = V.A = kapasitas udara (m3/s)
H = Head Blower (m) p/(p.g)
p
= Tekanan udara (N/m2)
g
= Gravitasi (m/s2)
udara = 1.215 kg/m3
(Ref. Turbin Pompa dan Kompresor, hal 340)

III.

IV.

ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Clamp on
2. Multi meter
3. Sarung tangan karet
4. Anemometer
5. Meteran

KESELAMATAN KERJA
1. Sebelum memasang clamp on pastikan rangkaian power supply ke motor bias di
ukur dengan clamp on.
2. Gunakan sarung tangan ketika memasang clamp on pada instalasi power supply
motor
3. Pastikan arah arus clamp on benar

V.

RANGKAIAN PERCOBAAN
1.

Rangkaian blower ruangan

RANGKAIAN KONTROL

RANGKAIAN DAYA

CB

OL 1

2. Rangkaian blower motor bakar dan mesin diesel
RANGKAIAN KONTROL

RANGKAIAN DAYA
N

II.

PROSEDUR PERCOBAAN
a. Blower ruangan
1. Siapkan alat dan kalibrasi
2. Sebelum mengukur gambar rangkaian terlebih dahulu
3. Sebelum mengukur catat spesifikasi pada motor induksi dan blower yang akan
dijadikan objek
4. Sebelum sistem di jalankan pastikan clamp on sudah terpasang pada box panel
5.
6.
7.
8.

blower
ON kan MCB pada panel utama (letaknya pada modul motor bakar bensin)
ON kan MCB pada panel blower
ON kan saklar blower ke arah kanan ( ON) maka blower akan bekerja
Catat arus, tegangan , power factor, daya aktif (KW), daya reaktif (KV), daya

semu (KVA),pada clamp on per fasanya
9. Pengukuran parameter pada blower :
- Ukur kecepatan udara keluaran pada blower menggunakan anemometer
- Ukur diameter penampang blower
- Ukur tekanan udara
10. Ulangi dan amati percobaan ini 5 kali
11. Matikan blower dengan memutar saklar blower ke kiri pada posisi (OFF)
12. Matikan MCB pada panel utama
13. Cabut rangkaian clam on pada box panel
b. Blower colling tower motor bakar
1. Siapkan alat dan kalibrasi
2. Sebelum mengukur gambar rangkaian terlebih dahulu

3. Sebelum mengukur catat spesifikasi pada motor induksi dan blower yang akan
dijadikan objek
4. Sebelum sistem di jalankan pastikan clamp on sudah terpasang pada box panel
cooling tower
5. ON kan MCB pada panel utama (letaknya pada modul motor bakar bensin)
6. ON kan MCB pada panel cooling tower
7. ON kan push button hijau sebelah kanan maka cooling tower akan bekerja
(coling tower motor bakar)
8. Catat arus, tegangan , power factor, daya aktif (KW), daya reaktif (KV), daya
semu (KVA),pada clamp on per fasanya
9. Pengukuran parameter pada cooling tower :
- Ukur kecepatan udara keluaran pada blower menggunakan anemometer
- Ukur diameter penampang blower
- Ukur tekanan udara
10. Ulangi dan amati percobaan ini 5 kali
11. Matikan cooling tower dengan menekan push button merah di bawah (OFF)
12. Matikan MCB pada panel utama
13. Cabut rangkaian clam on pada box panel
c. Blower colling tower mesin diesel
1. Siapkan alat dan kalibrasi
2. Sebelum mengukur gambar rangkaian terlebih dahulu
3. Sebelum mengukur catat spesifikasi pada motor induksi dan blower yang akan
dijadikan objek
4. Sebelum sistem di jalankan pastikan clamp on sudah terpasang pada box panel
cooling tower
5. ON kan MCB pada panel disel (letaknya di belakang modul mesin diesel )
6. ON kan MCB pada panel cooling tower
7. ON kan push button hijau sebelah kanan maka cooling tower akan bekerja
(cooling tower diesel)
8. Catat arus, tegangan , power factor, daya aktif (KW), daya reaktif (KV), daya
semu (KVA),pada clamp on per fasanya
14. Pengukuran parameter pada cooling tower :
- Ukur kecepatan udara keluaran pada blower menggunakan anemometer
- Ukur diameter penampang blower
- Ukur tekanan udara
9. Ulangi dan amati percobaan ini 5 kali
10. Matikan cooling tower dengan menekan push button merah di bawah (OFF)
11. Matikan MCB pada panel utama
12. Cabut rangkaian clam on pada box panel
Catatan : bila ada yang kurang jelas tanyakan langsung pada instruktur/teknisi
III.

DATA PENGAMATAN

a. Spesifikasi Motor Pada Blower
Blower Ruangan

Cooling Tower Motor
Bakar

Cooling Tower Diesel

Merk
Jenis
Daya (kW)
Tegangan Y/∆ (V)
Arus Y/∆ (A)
Cos ϕ
Putaran (rad/min)
b. Data Pengukuran
1. BLOWER
Kecepatan Angin =
Diameter Dalam Silinder =
Tekanan Udara =

NO.

FASA

1.
2.
3.
4.
5.

R
R
R
R
R

Metode 3 Fasa
V
I
(Volt)
(Ampere)

P
(KW)

2.COOLING TOWER MOTOR BAKAR
Kecepatan Angin =
Diameter Dalam Silinder =
Tekanan Udara =

NO

Metode Per Phasa (L-N)
FASA
V
I

P

1

2

3

(Volt)

(Ampere)

(KW)

V
(Volt)

I
(Ampere)

P
(KW)

R
S
T
R
S
T
R
S
T

3.COOLING TOWER DIESEL
Kecepatan Angin =
Diameter Dalam Silinder =
Tekanan udara =

NO.
1

2

3

IV.

FASA
R
S
T
R
S
T
R
S
T

Tugas

1. Bagaimana spesifikasi dari pada motor induksi dan masing-masing blower (3
blower) ?
2. Buat tabel hasil pengukuran motor listrik dan blower
3. Hitung Efesiensi penggerak atau motor induksi pada masing-masing
pembebanan pada blower ?
4. Berapa load factor motor induksi pada masing-masing pembebanan
tersebut ?
5. Bandingkan efisiensi pengukuran dengan efisiensi berdasarkan manual book
(name plate) ?
6. Berapa pemborosan (kWh dan rupiah) Karena factor pembebanan yang
rendah?

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

EFEK TIMBAL (Pb) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.)

0 47 18