BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Duren 01 Tengaran Tahun Ajaran 2014/2015

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1

Hasil Belajar IPA

2.1.1 Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2002:155) hasil belajar siswa tampak sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku yang lebih baik pada diri siswa, yang dapat
diamati dan diukur dalam perubahan sikap dan ketrampilan. Perubahaan diartikan
bila terjadi perbedaan (peningkatan/penurunan) dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan atau sebaliknya.
Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:3) dalam media pembelajaran
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan dari suatu interaksi tindak mengajar
dan tindak belajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran materi
mata pelajaran sebagai puncak proses belajar. Jadi hasil belajar adalah suatu
perubahan yang tampak pada siswa setelah menerima tindakan pengajaran dari
guru. Perubahan tersebut bisa diartikan sebagai peningkatan, dan dapat pula tetap
atau dalam arti siswa belum memahami apa yang telah diajarkan guru.
Menurut Benjamin S. Bloom dalam Jihad ( 2010:14 ) tujuan pendidikan

dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut
dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya,
yaitu:
1.

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
ketrampilan berpikir.

2.

Affektif Domain (Ranah Afektif ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
menyesuaikan diri.

3.

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek ketrampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang dan mengoprasikan mesin.


6

7

Untuk mengetahui apakah hasil belajar mengalami peningkatan,
penurunan, atau tetap, maka perlu pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil
belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam
bentuk angka atau nilai. Penilaian hasil belajar adalah cara mengintreprestasikan
angka yang diperoleh dari pengukuran dengan pengubahnya menjadi nilai dengan
prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan.
Menurut Syah Muhibbin (2005:142) pengukuran hasil belajar adalah sebagai
berikut:
1.

Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu dan proses tertentu.

2.


Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok
kelasnya.

3.

Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

4.

Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas
kognitif (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.

5.

Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.
Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang

disebut dengan instrument. Berdasarkan bentuk dan jenisnya, instrument
pengukuran dalam dunia pendidikan di bagi menjadi dua, yaitu tes dan non tes.

Tes dibedakan menjadi tes uraian dan objektif, sedangkan non tes terdiri dari
observasi, wawancara (interview), angket (questioner), atau pemeriksaan
dokumen.

2.1.2

Hakekat IPA
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam

semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan
pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun,
gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004

8

sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam
semesta. Menurut Depdiknas (2008: 147) Ilmu pengetahuan alam merupakan
mata pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu
karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu
yang mempelajari alam semesta, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses
penemuan. Untuk itu proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk menjelajah dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
2.1.2.1 Hakikat Sains atau IPA
Hakikat Sains atau IPA ada 3 antara lain:
1. Konsep hakikat IPA sebagai proses
Proses adalah urutan atau langkah-langkah suatu kegiatan untuk memperoleh
hasil pengumpulan data melalui metode ilmiah.Tahapan dalam proses
penelitian adalah:

a) Observasi
Adalah pengamatan suatu objek berdasarkan ciri-cirinya dengan
menggunakan
b) Klasifikasi
Adalah pengelompokan objek pengamatan berdasarkan perbedaan dan
persamaan sifat yang dimiliki.
c) Interpretasi

9

Adalah menafsirkan data-data yang telah diperoleh dari kegiatan
observasi.
d) Prediksi
Adalah memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan
atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
e) Hipotesis
Adalah suatu pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang
terdapat dialam melalui proses pemikiran.
f) Mengendalikan variable
Adalah mengatur variable sedemikian rupa sehingga perbedaan pada akhir

eksperimen adalah benar-benar karena pengaruh variabel yang diteliti.
Variabel terdiri dari 3 yaitu:
1. Variabel bebas/variabel peubah: faktor yang menjadi penyebab terjadi
perubahan terhadap faktor yang lain.
2. Variabel terikat adalah faktor yang mempengaruhi
3. Variabel control adalah variabel yang dibuat tetap.
g) Merencanakan dan melaksanakan penelitian.
Eksperimen penelitian dapat dipecahkan menjadi beberapa tahap dan
dikembangkan kepada anak didik satu persatu antara lain:
1.

Menetapkan masalah penelitian: menetapkan suatu masalah yang
dijawab melalui suatu penelitian.

2.

Menetapkan hipotesis penelitian.

3.


Menetapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

4.

Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.

5.

Menetapkan format tabulasi data.

2. Konsep hakikat IPA sebagai produk
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang
disusun secara lengkap dan sistimatis.
IPA sebagai produk ada 4 antara lain:
1. Fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau terjadi.
2. Konsep adalah kumpulan dari beberapa fakta yang saling berhubungan.

10

3. prinsip adalah kumpulan dari beberapa konsep.

4. teori atau hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima.
3. IPA sebagai sikap ilmiah
Beberapa aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada diri anak SD
yakni:
1. Sikap ingin tahu.
2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu.
3. Sikap kerja sama.
4. Sikap tidak putus asa.
5.

Sikap tidak berprasangka.

6.

Sikap mawas diri.

7. Sikap bertanggung jawab.
8. Sikap berpikir bebas.
9.


Sikap kedisiplinan diri.
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dalam standar isi mata

pelajaran SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.

2.2

Contextual Teaching and Learning (CTL)

2.2.1 Pengertian CTL
Elaine B. Johnson (2011:14) menyatakan bahwa CTL merupakan sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka

terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka

11

bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki.
Tom Owens, Changhua Wang, dan Dan Dun ham (dalam Elaine B.
Johnson, 2011:309) CTL menekankan pada berfikir tingkat lebih tinggi, transfer
pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Di samping itu, telah
diidentifikasi enam unsur kunci CTL yaitu Pembelajaran bermakna, Penerapan
pengetahuan, Berfikir tingkat lebih tinggi, Kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar, Responsif terhadap budaya, Penilaian Autentik.
2.2.2. Sistem CTL
1. Membuat keterkaiatan-keterkaitan yang bermakna
2. Melakukan pekerjaan yang berarti
3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4. Bekerja sama
5. Berpikir kritis dan kreatif
6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. Mencapai standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian autentik
2.2.3

Kelebihan & Kelemahan Contextual Teaching and Learning

2.2.3.1 Kelebihan:
1.

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.

2.

Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena Pendekatan

CTL menganut aliran konstruktivisme,

dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

12

Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
2.2.3.2 Kelemahan:
1.

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pendekatan CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing
siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

2.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.

13

2.2.4

Sintaks
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

SINTAK PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING
NO
AKTIVITAS GURU
AKTIVITAS SISWA
Guru mengarahkan siswa agar
Siswa bekerja sendiri dan
mereka bekerja sendiri dan
mengkonstruksi sendiri
1
mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan
pengetahuan dan
kemampuannya
kemampuannya
Guru memotivasi siswa agar
2
mereka menemukan sendiri
Siswa menemukan sendiri
pengetahuan dan
pengetahuan dan
ketrampilannya yang akan
ketrampilannya
dipelajari
Guru memberikan
3
kesempatan kepada siswa
Siswa bertanya kepada guru
untuk bertanya tentang hal-hal tentang hal-hal yang belum
yang belum dipahami oleh
dipahami dalam pembelajaran
siswa dalam pembelajaran.
4
Guru menyuruh siswa untuk
Siswa bergabung untuk
membentuk kelompok belajar
membentuk kelompok
yang anggotanya heterogen
Siswa menunjukan contoh yang
5
Guru menghadirkan model
ada disekitar lingkungan
sebagai media pembelajaran
sekolah
Guru membimbing siswa
Siswa membuat hubungan
6
untuk melakukan refleksi
tentang pelajaran yang telah
terhadap pembelajaran yang
dilakukan dengan kehidupan
telah dilakukan
nyata siswa
Guru melakukan penilaian
7
terhadap hasil belajar siswa
Siswa mengerjakan soal-soal
untuk
mengetahui
hasil
belajar masing-masing siswa
(Wina Sanjaya, 2005 yang telah dimodifikasi).

14

2.2.5

Langkah-langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) :

Kegiatan Awal
1. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran,
2. Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang
akan diajarkan.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari
4. Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.
Kegiatan Inti
1. Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan
guru. Guru berkeliling untuk melihat proses belajar siswa dalam kerja
kelompok.
2. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas
jawaban permasalahan yang diajukan guru.
3. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal
yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan
pesan selama mengikuti pembelajaran.
Kegiatan Akhir
1. Siswa mengerjakan lembar tugas
2. Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian, guru
bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat
memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini
dapat dilakukan apabila waktu masih tersedia. ( Alizbomb, 2013 )

2.3

Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran IPA melalui

model pembelajaran CTL merupakan refleksi dari penelitian sebelumnya dengan
metode yang sama yaitu :

15

2.3.1 Penelitian yang dilakukan oleh Nur Faizah yang berjudul penerapan
pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN
Kandung Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Penelitian tersebut
menunjukkan hasil belajar yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, pada prasiklus (57,9),
siklus I (66,7), dan siklus II (83,8).
2.3.2 Selain itu ada lagi penelitian yang dilakukan oleh Nurul Puadiyah yang
berjudul penerapan strategi contextual teaching and learning (CTL) untuk
meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV SDN Kesatrian 2 Malang.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil belajar yang meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata kelas, yang sebelumnya hanya
62 meningkat menjadi 76 pada siklus I dan 94 pada siklus II. Pada siklus II
ketuntasan belajar siswa mencapai 100%.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melengkapi
penelitian-penelitian yang sudah ada sehingga dapat menambah khasanah
pengembangan pengetahuan mengenai penelitian IPA dalam hal ini, untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Model Pembelajaran CTL.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif peningkatan kualitas
pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dan mengubah perilaku
siswa kelas V SD Negeri Duren 01 Tengaran.
2.4

Kerangka Pikir
Penelitian ini berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V Semester II
SD Negeri Duren 01 Tengaran”. Pertimbangannya adalah model pembelajaran
yang diajarkan oleh guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Untuk
itu penelitian ini mencoba salah satu model cara pengajaran guru, yaitu dengan
menggunakan alat peraga dalam pembelajarannya.
Semakin menarik variasi metode pembelajaran guru maka semakin tinggi
motivasi belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin baik
hasil belajar siswa. Untuk mencapai itu, maka guru mencoba menggunakan model

16

CTL dengan bantuan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar. Alat peraga
khususnya dalam konteks ini adalah alat peraga IPA, yaitu pesawat sederhana.
Diharapkan penerapan model CTL mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Model CTL yang diterapkan pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran melalui
penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bila dituangkan dalam skema
kerangka berpikir sebagai berikut:
2.1 Skema Kerangka Pikir
Model Pembelajaran
Guru

Motivasi Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPA

Alat Peraga
Model CTL

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Perencanaan

Pelaksanaan
Tindakan

Observasi

Refleksi

Peningkatan Hasil
Belajar Siswa

2.5

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga penerapan

model CTL dengan menggunakan alat peraga mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24