PENGELOLAAN DAN PESERTA DAN DIDIK

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekolah adalah tempat untuk melakukan transpor ilmu dari pendidik kepada
peserta didik, yaitu dengan cara belajar. Pendidikan di saat sekarang ini sangatlah
perlu, karena zaman sekaran telah berubah dari zaman sebelumnya. Apalagi pada saat
sekarang ini untuk jadi guru pun kita harus kuliah sampai S2. Karena S1 saat sekarang
ini kurang diperlukan.
Di dalam sekolah ini, terdapat sebuah kurikulum, yangmana kurikulum itu
digunakan agar pendidik ataupun peserta didik dapat lebih kreatif, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar kita semua mengetahui
apa-apa saja yang digunakan pada pendidikan pada zaman sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dasar hukum pengelolaan pendidikan ?
b. Bagaimana wawasan dasar pengelolaan pendidikan ?
c. Bagaimana pengelolaan satuan pendidikan ?
C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui dasar hukum pengelolaan pendidikan
b. Mengetahui wawasan dasar pengelolaan pendidikan
c. Mengatahui pengelolaan pendidikan


BAB II
Dasar Hukum Pengelolaan Pendidikan

1. Pendidikan Menurut Undang Undang Dasar 1945
Pasal pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar
1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan
kewajiban pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran
pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional.
Sedangkan pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.
2. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum(istilahistilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
estándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,
ketentuan
pidana,

ketentuan
peralihan
dan
ketentuan
penutup.
3. Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan
umum(istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , prinsip
profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik,
hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan
dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan
dan
ketentuan
penutup.
4.Undang-Undang yang berkaitan dengan kependidikan :
* Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badang Hukum
Pendidikan
* Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan

Pendidikan.
*
PP
No.19
tahun
2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
* Permendiknas No.5 tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi

Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun 2006, termasuk pemberian Block
Grant/Subsidi
Sekolah
* Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
* Permendiknas No.23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk

Satuan
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.
* Permendiknas No.24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Mendiknas No.22
tahun
2006
dan
Peraturan
Mendiknas
No.23
tahun
2006

5. Yang berhubungan dengan Peraturan Kepegawaian :
* PP No.47 tahun 2005 tentang PNS yang menduduki Jabatan Rangkap.
* PP No.48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS.
*Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No.21 tahun 2005 tentang Pedoman
Pendataan

dan
Pengolahan
Tenaga
Honorer.

BAB III
Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan
A. Pengertian Pengelolaan Pendidikan
Menurut M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ
dan Jusuf Udaya (1995), manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan–tujuan
organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling).
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan
adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses,
perbuatan dan cara mendidik).
Pengelolaan pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dengan melakukan kegiatan planning, organizing, leading,
dan controlling.

B. Fungsi-fungsi Manajemen
Ada 4 fungsi utama manajemen :
a. Perencanaan ( planning )
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi.
Perencanaan merupakan awal dari segalanya, apabila tidak ada perancanaan
maka fungsi manajemen lainnya tidak akan terlaksana. Rencana ada dua yaitu
rencana formal dan informal. Rencana formal yaitu rencana yang tertulis dan
merupakan persetujuan dari organisasi atau kelompok, sedangkan rencana
informal yaitu rencana yag tidak tergabung dengan organisasi dan bahkan tidak
tertulis.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
Menetapkan tujuan dan target bisnis
Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian yaitu proses dimana kita melakukan suatu strategi dan cara

yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif
dan
efisien
guna
pencapaian
tujuan
organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan
Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan
dan tanggungjawab
Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia/tenaga kerja
Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
c. Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Pengarahan dan implementasi merupakan proses memotivasi anggota agar

melakukan sesuatu dengan tekun dan bertanggungjawab dengan penuh kesadaran
yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
d. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk memantau atau memastikan
semua berjalan dengan lancar dengan target yang diharapkan, walaupun ada
beberapa atau sedikit yang meleset dari yang direncanakan.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
 Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan
 Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan
 Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target bisnis


C. Penerapan Fungsi-fungsi manajemen
Salah satu penerapan fungsi manajemen disekolah yaitu pada OSIS (organisasi
siswa intra sekolah).
OSIS merupakan organisasi siswa yang sah di sekolah. OSIS adalah
kependekan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Kata “organsisasi” menunjukkan
bahwa OSIS merupakan kelompok kerja sama antarpribadi yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama. Sebagai organisasi, OSIS dibentuk dalam usaha mencapai
terwujudnya pembinaan kesiswaan. Siswa adalah peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, yaitu SMP dan SMA dan yang setara. Kata “intra”
menunjukkan bahwa OSIS adalah suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di
lingkungan suatu sekolah. Keberadaan OSIS di suatu sekolah tidak ada kaitan dengan
OSIS yang ada di sekolah lain. Kata “sekolah” menunjukkan satuan pendidikan
tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan.
Tampak bahwa OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan siswa di
sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya
pembinaan kesiswaan. Untuk mewujudkan fungsinya sebagai wadah, OSIS harus
selalu bersama-sama dengan jalur yang lain dalam mengadakan latihan
kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala. Tanpa bekerja sama
dengan yang lain, OSIS sebagai wadah tidak akan berfungsi.

Tujuan utama terbentuk OSIS antara lain sebagai berikut:
a).
menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, serta minat para
siswa ke dalam
salah
satu wadah yang bebas
dari berbagai
pengaruh negatif dan luar sekolah.
b).
mendorong sikap, jiwa, dan semangat kesatuan dan persatuan di
antara
para
siswa
sehingga
timbul
satu
kebanggaan
untuk
mendukung
peran

sekolah
sebagai
tempat
terselenggaranya
proses belajar mengajar.
c).
sebagai tempat dan sarana untuk berkomunikasi,
pikiran
dan
gagasan
dalam
usaha
untuk
lebih
kemampuan berpikir, wawasan, dan pengambilan keputusan.

menyampaikan
mematangkan

OSIS sebagai suatu organisasi memiliki pola beberapa peranan atau fungsi
dalam mencapai tujuan. Sebagai suatu organisasi OSIS juga perlu pulal
memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan agar OSIS tetap hidup. Ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar OSIS tetap berfungsi, yaitu sumber
daya, efisiensi, koordinasi kegiatan sejalan dengan tujuan, pembaharuan, kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan luar dan terpenuhinya fungsi dan peran seluruh
komponen. Dari faktor-faktor ini, faktor manusia yang paling penting. Keberhasilan
atau kegagalan OSIS tergantung pada manusia yang terlibat dalam organisasi siswa
ini. Untuk alasan ini, perlu ada pelatihan terus-menerus untuk kalangan pengurus dan
anggota OSIS. Bentuk pelatihan itu antara lain pelatihan kepemimpinan dan wawasan
wiyatamandala.

Perangkat OSIS terdiri atas Dewan Pembina, Perwakilan Kelas, dan Pengurus
OSIS.
1. Dewan Pembina yang terdiri dari Kepala Sekolah,
Sekolah Bidang Kesiswaan, Koordinator Pembina, dan
anggota.

Wakil Kepala
Guru sebagai

2. Perwakilan Kelas yang terdiri dari siswa-siswa yang ditunjuk untuk
mewakili tiap-tiap kelas yang nantinya akan duduk dalam MPK atau
Musyawarah Perwakilan Kelas. Secara rutin, MPK akan bekerjasama
dengan pengurus OSIS sekaligus memantau kinerja pengurus OSIS
serta
menyampaikan
aspirasi
kelas
kepada
Pengurus
OSIS
atau
sebaliknya.
3. Pengurus OSIS yang meliputi Ketua I, Ketua II,
Sekretaris II, Bendahara I, Bendahara II dan beberapa staf atau seksi.

Sekretaris

I,

4. MPK (Musyawarah Perwakilan Kelas) terdiri dari siswa yang ditunjuk
untuk mewakili kelasnya dan duduk dalam kepengurusan MPK. MPK juga memiliki
bagian yaitu ada Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris.
Anggota perwakilan kelas memiliki tugas sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas.
Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS.
Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas.
Memilih pengurus OSIS dan daftar calon yang telah disiapkan.
Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
masa jabatan.
f. Mempertanggungjawabkan segala tugas kepada Kepala Sekolah
selaku Ketua Pembina.
g. Bersama-sama pengurus menyusun Anggaran Rumah Tangga.
Dalam kegiatan OSIS, fungsi manajemen harus diperhatikan. Misalnya, OSIS
mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan gerakan penghijauan sekitar sekolah.
Dalam perencanaan beberapa pertanyaan mendasar harus dijawab, antara lain, Apa
yang hendak dicapai dengan gerakan penghijauan?, Mengapa perlu ada gerakan
penghijauan?, Di mana gerakan penghijauan diadakan? Kapan gerakan penghijauan
diadakan? Siapa yang terlibat dalam gerakan penghijauan itu? dan Bagaimana
gerakan penghijauan itu dilaksanakan?
Setelah perencanaan ini tersusun dengan matang, OSIS perlu menerapkan fungsi
pengorganisasian. Hal ini dilakukan dengan membentuk panitia dengan pembagian
tugas yang jelas. Pembagian tugas yang jelas tentu saja memudahkan pelaksanaan
gerakan penghijauan. Dalam pelaksanaan, orang-orang yang terlibat digerakkan agar
bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan tentu saja
perlu diawasi. Tujuannya untuk memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencana,
mencegah adanya kesalahan, menciptakan kondisi agar para siswa bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan, mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang timbul,
dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan.

BAB IV
PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

1. Kepemimpinan Sekolah
Pendapat Hersey dan Blanchard : “kepemimipinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu”.( proses unutk mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan tujuan).
Pendapat Overton : “leadership is ability to get work done with and through
others whilegaining tehir confidence and cooperation”. (kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dengan dan melalui orang
lain sementara mendapatkan kepercayaan diri dan kerja sama).
Kepemimpinan sekolah dalam reformasi pendidikan telah berubah dengan
cepat dengan gerakan reformasi. Kepemimpinan sekolah pada tahun 1960-an dan
1970-an difokuskan pada peningkatan metode pengajaran, desain kurikulum, alat
bantu belajar dan fasilitas dan input sumber daya khususnya di beberapa negara barat
maju. Tapi, perubahan ini gagal dilaksanakan karena hasil belajar siswa tetap seperti
sebelumnya.
Tahun 1980-an terjadi perubahan kebijakan pendidikan, dimana perubahan ini
meningkatkan didtem dan majemen sekolah, yang membuat masalah kepemimpinan
sekolah diperhatikan dikalangan pendidik, peneliti, dan pembuat kebijakan. Sejak
akhir tahun 1980-an, ada sembilan kecenderungan reformasi pendidikan yang tren
setelah ledakan reformasi sekolah dikawasan asia-pacilic dan bagian lainnya. Yang
membuat perubahan di lingkungan pendidikan, yaitu :
 Membangun kembali visi nasional yang maju dan tujuan pendidikan
 Rektrukturisasi sistem pendidikan pada tingkat yang berbeda
 Privatisasi dan diversifikasi pendidikan
 Meningkatkan keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan
dan manajemen
 Menjamin kualitas pendidikan, standar dan akuntabilitas
 Peningkatan dan desentralisasi manajemen dan berbasis sekolah
 Meningkatkan kualitas guru danpengembangan profesional berkelanjutan
seumur hidup dari para guru dan kepala sekolah
 Penggunaan teknologi informasi dalam belajar mengajar dan menerapkan
teknologi baru dalam manajemen
 Terjadinya pergeseran paradigma dalam belajar, mengajar, dan
pendidikan.

Perubahan ini menjadi tantangan bagi kontek pimpinan sekolah danperlunya
pergeseran paradigma dalam kepemimpinan sekolah (Cheng. 1996a 1-2; Cheng
1999a: Cheng dan Towsend 2000).
Beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan
(Samsudin, 2006:293-294):
(1) keinginan untuk menerima tanggung jawab,
(2) kemampuan untuk perceptive,
(3) kemampuan untuk bersikap objektif,
(4) kemampuan untuk menentukan prioritas, dan
(5) kemampuan untuk berkomunikasi.
Sifat kepemimpinan kepala sekolah menurut Ardiansyah adalah:
(1) kemampuan sebagai pengawas,
(2) kecerdasan,
(3) inisiatif,
(4) energi jasmaniah dan mental,
(5) kesadaran akan tujuan dan arah,
(6) stabilitas emosi,
(7) obyektif,
(8) ketegasan dalam mengambil keputusan,
(9) keterampilan berkomunikasi,
(10) keterampilan mengajar,
(11) keterampilan sosial, dan
(12) pengetahuan tentang relasi insan
Menurut Mulyasa (2005:109), pada hakikatnya kepala sekolah sebagai
administrator harus lebih mengutamakan tugas, agar tugas-tugas yang diberikan
kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di
samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan
kemanusiaan dengan para stafnya agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan tetap merasa senang melakukan tugas.

Kepala sekolah umumnya menggabungkan pembagian tugas dengan hubungan
manusiawi. Dimana pembagian tugas dan hubungan manusiawi berakitan erat,
denganmemberikan tugas kepada tenaga pendidik maka terjalinlah hubungan
manuasiawi.
Keterlibatan kepala sekolah adalah untuk memberikan motivasi, upaya dan
kreativitas siswa serta guru. Pemimpin sekolah harus membangun visi dan tujuan
yang baru dan mempertimbangkan perubahan dalam tujuan, isi, proses, dan praktek
sekolah. Tantangan untuk para pemimpin sekolah yaitu mampu memfasilitasi
perubahan teknologi dan budaya yang efektif.
Dalam hal ini pimpinan sekolah dituntut dapat menguasai semua yang ada
disekolah, salah satunya yaitu mendorong guru untuk meningkatkan kualitas
akademik dan profesional sebagai guru. Pimpinan harus memiliki orientasi tugas dan
orientasi perilaku.
 Orientasi tugas, memiliki vitalitas yang tinggi, agresif dalam penampilan,
percaya diri yang tinggi, persuasif dan dominan. Ordway Tead (1963),
George R.Terry (1964) dan Keith David (1972).
 Orientasi perilaku, menemukan cara untuk mengklasifikasikan seseorang
yang dapat memfasilitasi pemahaman kepemimipinan.
Pemimpin sekolah tidak hanya harus memperhatikan kepentingan konstituen
internal tetapi juga untuk kepentingan konstituen eksternal. Arah kepemimpinan ini
sering disebut sebagai kepemimpinan lingkungan atau kepemimpinan strategis
(Caldwell & Spinks, 1992; Cheng, 2000a, Goldring & Rallis, 1993).
Kepemimpinan sekolah terdiri dari 5 dimensi yang penting :
Human Leadership : pimpinan harus dapat mendukung, mendorong serta
berpatisipasi dalam komitmen.
Structural Leadership : pimpinan harus dapat berpikir jernih, logis, dan logis
dalam mengembangkan tujuan dan kebijakan.
Political Leadership : pimpinan harus dapat membangun aliansi dan dukungan
serta menyelesaikan konflik secara persuasif dan efektif.
Cultural Leadesrship : pimpinan sekolah adalah seseorang yang inspiratif dan
karismatik dalam membangunbudaya sekolah.
Educational Leadership : pimpinan sekolah mendorong pengembangan
profesional serta peningkatan pengajaran dan memahami masalah pendidikan
serta dapat memberikan pendapat profesional dan bimbingan untuk
permasalahan sekolah.

Pimpinan sekolah mendorong pengembangan profesional serta peningkatan
pengajaran dan memahami masalah pendidikan serta dapat memberikan pendapat
profesional dan bimbingan untuk permasalahan sekolah.
Sebagai pimpinan berkebudayaan, para pemimpin sekolah yang inspirasional dan
karismatik membangun budaya sekolah dengan memperbahurui misi, nilai-nilai dan
norma-norma individu atau kelompok, yaitu dengan melakukan:
To environmental analysis


memberikan perhatian kepada anggota terhadap perubahan internal dan

eksternal yang mempengaruhi sekolah.


Membantu anggota untuk memahami pentingnya analisis lingkungan untuk

pengembangan sekolah.


Membantu anggota untuk memahami perubahan di lingkungan sekolah.



Fokus pada kekuatan sekolah, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk semua

anggota.


Panduan analisis lingkungan terhadap arah yang berarti bagi pengembangan

sekolah.


memastikan bahwa analisis lingkungan adalah sangat mungkin tercapai dan

terkejar oleh sekolah.
To planning and structuring


Fokus pada apa yang terpenting untuk masa depan sekolah berdasarkan temuan

dari analisis lingkungan.


Mewujudkan masa depan sekolah dengan keunikannya dan mendorong anggota

untuk mengejar keunggulan sekolah.


Membantu anggota dalam mewujudkan misi sekolah, tujuan dan komitmen

dalam aktualisasi perencanaan dan penataan


Meningkatkan kesadaran tentang tujuan sekolah dan demi kepentingan

pengembangan sekolah dalam proses perencanaan dan penataan.
To staffing and directing


Memperjelas arti dari pertumbuhan profesional dan pengembangan sekolah

dalam mewujudkan masa depan sekolah.


Bertindak sebagai teladan bagi anggota dengan menunjukkan etika dan moral

yang baik.



Memastikan staf dan mengarahkan sebagai proses penting bagi pengembangan

sekolah yang berbudaya.


Memastikan proses pengarahan staf secara konsisten atas misi sekolah dan

tujuannya.
To monitoring and evaluating


Memperjelas pentingnya monitoring dan evaluasi untuk pengembangan

sekolah saat ini dan masa yang akan datang.


Menekankan nilai pembelajaran dan pengembangan yang berkesinambungan

dan melekat dalam proses monitoring dan evaluasi.


Fokus terhadap anggota atas apa yang penting untuk perkembangan sekolah

dalam kegiatan yang berbeda terhadap jaminan kualitas di sekolah.


Memandu kegiatan pemantauan dan penilaian menuju arah yang bermakna

bagi perkembangan individu, kelompok dan sekolah.
Rensis Likert dalam Manullang (2005:159), memakai empat klasifikasi sistem
manajemen atau pola-pola kepemimpinan yang dapat dirangkaikan dengan Rangkaian
Perilaku Kepemimpinan dari Tannenbaum dan Schmidt. Yaitu: (1) Otoriter
Pemerasan,

(2)

Otoriter

Pemurah,

(3)

Konsultatif,

dan

(4)

Partisipatif.

2. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas Kurikulum 2013 berbeda dengan pengelolaan kelas
kurikulum 2006. Pengelolaan kelas kurikulum 2006 berbasis teacher centred
learning, sedangkan Pengelolaan kelas kurikulum 2013 haruslah berbasis student
centred learning sesuai dengan kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa.
Pengelolaan kelas Kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa harus mampu menjaga
proses pembelajaran berpusat pada siswa yang dinamis dan variatif agar
tetap kondusif untuk proses belajar. Pengelolaan kelas yang sangat penting ini harus
direncanakan dengan baik.
Pengelolaan Kelas adalah seni dalam mengoptimalkan sumber daya kelas
demi terciptanya proses pembelajaran berpusat pada siswa yang efektif dan efisien
yang banyak menerapkan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif baik
untuk tingkat SD SMP SMA maupun SMK. Pengelolaan kelas pada Pembelajaran
Kurikulum 2013 juga diartikan sebagai upaya pendidik untuk menciptakan dan
mengendalikan kondisi belajar yang kondusif serta memulihkannya apabila terjadi
gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal (Depdiknas, 2008).

Pergertian pengelolaan kelas diatas dapat diperjelas sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pengelolaan kelas berisi upaya-upaya yang dilakukan guru
pengelolaan kelas harus punya kekuatan menciptakan ketertiban diantara komunitas
pengelolaan kelas harus punya kekuatan menjaga ketertiban proses belajar
pengelolaan kelas harus mengikat kepada anggota komunitas kelas
pengelolaan kelas memiliki strategi jitu untuk menjaga proses belajar yang kondusif
pengelolaan kelas memiliki sistem pemulihan terhadap gangguan
pengelolaan kelas harus punya sistem penguat yang menjaga tingginya kondusifitas
kondisi belajar
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan
peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
(a) guru sebagai demonstrator,
(b) guru sebagai pengelola kelas,
(c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan
(d) guru sebagai evaluator.
Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu
mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi
belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut
Amatembun
(dalam
Supriyanto,
1991:22)
“Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan
motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”.
Sedangkan menurut Usman (2003:97) “Pengelolaan kelas
yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif”.
Tujuan pegelolaan kelas yaitu untuk menciptakan suasana belajar mengajar
yang kondusif. Tetapi ada tujuan yang lebih khususnya yaitu pengelolaan kelas harus
mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi siswa untuk secara aktif belajar
membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif dan bermakna bagi
dirinya. Guru juga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif agar
pembelajaran berjalan dengan lancar.

PENGELOLAAN KELAS KURIKULUM 2013 MENURUT STANDAR
(Permendikbud No. 65 Tahun 2013)
1. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan
karakteristik proses pembelajaran.
2. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik.
3. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta
didik.
4. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik.
5. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
6. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
7. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat.
8. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
9. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata
pelajaran; dan
10. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Pengelolaan Kelas dan Aktifitas siswa pada pembelajaran berpusat pada siswa
seperti Pembelajaran Kurikulum 2013 SMK-SMA-SMP-SD dapat direncanakan
mengacu pada dua langkah utama perencanaan pengelolaan kelas yaitu (1)
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan (2) menerapkan teknik
pengelolaan kelas. Dua langkah utama perencanaan pengelolaan kelas tersebut adalah
teknik perencanaan pengelolaan kelas yang dikembangkan dalam pelatihan Master
Trainer Pedagogy Program.
Berdasar pada hasil dan materi pelatihan Master Trainer Pedagogy Program
pada modul pengelolaan kelas dan aktifitas siswa (classroom management plan) kita
perlu melakukan perencanaan yang baik (menterjemahkan) terhadap beberapa butir
pengelolaan kelas dalam standar proses yang belum bersifat operasional. Butir
pengelolaan kelas pada standar proses dan urgensi penjelasan dan strategi lebih lanjut
adalah sebagai berikut:
1. Butir pengelolaan kelas no. 1 “Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta
didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.” memerlukan
perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
2. Butir pengelolaan kelas no. 2 “Volume dan intonasi suara guru dalam proses
pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.” cukup jelas/tidak
memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
3. Butir pengelolaan kelas no. 3 “Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan
mudah dimengerti oleh peserta didik.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan

4. Butir pengelolaan kelas no. 4 “Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan
dan kemampuan belajar peserta didik.” memerlukan perencanaan strategi pengelolaan
kelas lanjutan
5. Butir pengelolaan kelas no. 5 “Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.”
memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
6. Butir pengelolaan kelas no. 6 “Guru memberikan penguatan dan umpan balik
terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.” memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
7. Butir pengelolaan kelas no. 7 “Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.” memerlukan perencanaan strategi
pengelolaan kelas lanjutan
8. Butir pengelolaan kelas no. 8 “Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.” cukup
jelas/tidak memerlukan perencanaan strategi pengelolaan kelas lanjutan
9. Butir pengelolaan kelas no. 9 “Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada
peserta didik silabus mata pelajaran.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan
10. Butir pengelolaan kelas no. 10 “Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.” cukup jelas/tidak memerlukan perencanaan
strategi pengelolaan kelas lanjutan.
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan
peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola
kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai
valuator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini
dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang
berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan
argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah
acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku
yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru
sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan
bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian
pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah
nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian
evaluasi

meliputi

persiapan,

pelaksanaan,

evaluasi.

Tingkat

pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui - Mengerti - Mengaplikasikan - Analisis - Sintesis
(analisis dalam berbagai sudut) - Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk
siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja
melainkan

menjadi

solusi

untuk

mencari

kelemahan

di

pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting
dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek
baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara
terus

menerus

dengan

pola

hasil

evaluasi

dan

proses

evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument
harus terbuka
c) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka
performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan
pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola
Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru
sebagai

pengelola

mengorganisasi
mendorong,

kelas

beberapa

dan

:

Merancang

sumber

menstimulasi

tujuan

pembelajaran

pembelajaran

siswa.

Ada

2

Memotivasi,

macam

dalam

memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan
reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar
apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
d)

Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan

diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan
sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari
oleh

seorang

guru.

kemampuan menyerap

Seorang
materi

siswa

mempunyai

berbeda-beda

oleh

beberapa
karena

itu

pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu
siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk

merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus
dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap
dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam
kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket,
LCD, OHP/OHT, dll.
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas
agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa
untuk

belajar

dengan

baik

dan

bersungguh-sungguh.

Dalam

kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan
berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur
kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan
gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih
memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap
siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif, misalnya :
o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap
pelajaran.
o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar
tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.
o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Lingkungan belajar yang kondusif dalam pengelolaan kelas dapat dibangun
melalui 3 (tiga) langkah, yaitu:
 Menggali harapan Siswa dan Guru pada penerapan pengelolaan kelas
 Menetapkan Peraturan Induk pada Pengelolaan Kelas
 Menetapkan Prosedur dan Rutinitas Pengelolaan Kelas

3. Pengelolaan Peserta Didik

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti
sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada
tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip Yahya (2008 : 113), dijelaskan
bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu”.
Pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto
(1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga.
Pengelolaan peserta didik secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu
kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.

Rekrutmen Siswa Baru
Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan siswa yang baru.
Sebelum kegiatan ini dimulai, pengelola lembaga terlebih dahulu membentuk panitia yang
terdiri dari :
Ketua

: Kepala Sekolah

Sekertaris

: Salah seorang guru

Bendahara

: Bendahara Sekolah

Seksi Pendaftaran

: Maksimum 3 (tiga) orang guru

Tugas dari panitia adalah mengadakan pendaftaran calon siswa, seleksi, pendaftaran
kembali siswa yang diterima dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan penerimaan
calon siswa baru kepada pengelola lembaga didik. Rekrutmen ini mencakup:
1.
Iklan (open house), open house biasanya dilakukan untuk memperkenalkan sekolah
serta sistem pembelajaran disekolah juga meliputi sarana dan prasarana. Ketika open house
berlangsung biasanya sekolah juga menyediakan formulir pendaftaran.

2.

Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi formulir pendaftaran.

3.
Syarat-syarat pendaftaran diperlukan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
dengan kondisi peserta didik, seperti:
a). Akte kelahiran anak
b). Formulir data anak yang meliputi, data wali murid , kalau memungkinkan data
orang –orang yang tinggal serumah dengan anak baik itu keluarga maupun pengasuh
c). Riwayat kesehatan anak, imunisasi, riwayat alergi makanan atau obat, dan lainlain.
4. Seleksi (placement test), hal ini biasanya dilakukan ketika daya tampung kelas terbatas.
5. Pengumuman/ daftar ulang, ini dilakukan untuk mengumumkan hasil placement
serta daftar ulang digunakan untuk kepastian siswa yang masuk, biasanya
dengan membayar uang sarana dan prasarana sekolah.

test

6. Masa Orientasi Siswa(MOS), sebelum peserta didik mengikuti pelajaran pada
sekolah
yang baru diadakan masa orientasi. Adapun tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta
didik antara lain adalah :
a. Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di kelas, kegunaan masing
masing tempat, serta pengenalan peraturan dan tata tertib sekolah
b. Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah
berserta tugasnya masing-masing.
c. Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.
d. Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah,
e. Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga sekolah yang lama
harus bersikap ramah kepada calon peserta didik dan selalu siap membantu apabila
diperlukan.
Suharsimi Arikunto memberikan langkah-langkah penerimaan siswa baruyang secara
garis besar dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Menentukan panitia.
2. Menentukan syarat-syarat penerimaan.
3. Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tesuntuk seleksi dan menyiapkan
tempatnya.
4. Melaksanakan penyarinagan melalui tes tertulis maupun lisan.
5. Mengadakan pengumuman penerimaan.
6. Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.
7. Melaporkan hasil pekerjaaan kepada kepala sekolah.
Penempatan Siswa Baru

Menurut William A. Jeager yang diperhatikan dalam pengelompokkan belajar yaitu:
1.

Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan siswa menurut umur, jenis
kelamin, dan sebagainya.

2.

Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan siswa berdasarkan pada
perbedaan individu, misalnya: bakat, kemampuan, minat dan sebagainya.

Dasar Penempatan
1.
2.
3.
4.
5.

Freinship Grouping : Penempatan berdasarkan kesukaan memilih teman.
Achievement Grouping : Penempatan campuran yang prestasi tinggi dan rendah.
Aptitude Grouping : Penempatan berdasarkan bakat, minat dan kemampuan.
Attention Intres Grouping : Penempatan berdasarkan perhatian dan minat.
Inteligensi Grouping : Penempatan berdasarkan hasil tes intelgensi.

Peranan guru dalam pelayanan peserta didik:
a.

Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya

b.
Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bgi peserta didik baru tentang
kelas dan tata tertib sekolah
c.

Evaluasi dann pelaporan perkembangan peserta didik

d.

Program bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus

e.

Pengendalian disiplin peserta didik

f.

Program bimbingan dan penyuluhan

g.

Program kesehatan dan keamanan

h.

Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional peserta didik

i.

Pelayanan diarahkan kepada :
1)

Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;

2)
Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di
mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara
langsung melalui proses belajar mengajar.
3)
Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki
potensi positif yang dapat dikembangkan.
4)

Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan

5)

Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar

j.

Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik
1. Penyesuaian bidang-bidang studi yang akan dipelajari;
2. Penyesuaian situasi sekolah sebagai lembaga yang membina pada proses
pendidikan.
3. Identifikasi terhadap pribadi
4. Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan
5. Memilih bakat, minat dan kegemaran
6. Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi
7. Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu
8. Menentukan langkah apa yang harus ditempuh jika menemukan kesulitan
belajar
9. Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan, dan
10. Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.
Disiplin kelas (dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10) adalah keadaan

tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata
tertib yang telah ditetapkan.
Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan
tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan
harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau
memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah siswa belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan
siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada
siswa dalam batas-batas kemampuannya.

4. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga
pendidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan
belajar mengajar secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi:
1. kegiatan perencaan;
2. kegiatan pelaksanaan dan;
3. kegiatan penilaian.
Pengertian administrasi secara luas menurut Syaiful Sagala adalah:
“Rangkaian kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk

menjalankan roda suatu usaha atau misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15) mengemukakan bahwa
administrasi adalah “kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan suatu usaha.
Kegiatan itu bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin”.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
mewarnai teori – teori dan praktik pendidikan ( Saylor Alexander & Lewis, 1981).

Administrasi

kurikulum

merupakan

seluruh

proses

kegiatan

yang

direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien
demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum nasional yang bersifat minimal pada dasarnya dapat
dimodifikasi untuk melayani kebutuhan siswa yang memiliki kecerdasan dan
kemampuan luar biasa.
Namun, pada kenyataannya masih terdapat dua kendala yaitu :
1) Sekolah menjalankan kurikulum nasional yang bersifat minimal tanpa mengolah
dan memodifikasi kurikulum guna melayani kebutuhan peserta didik tertentu yang
berhak memperoleh pendidikan khusus.
2) ketentuan yang ada belum mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berhak
memperoleh pendidikan khusus.

Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum:
a. Perencanaan krikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para siswa.
b.Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang konten dan
proses.
c. Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang berbagai isu
yang aktual.
d. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
e. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan.
f. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.
Sifat perencanaan kurikulum
a. bersifat komprehensif artinya kurikulum tersebut mempunyai arti yang luas dan
menyelurah, bukan sebatas pada jadwal pelajaran saja.
b. Integratif artinya satu kesatuan yang utuh.
c. Realistik artinya terlihat jelas atau kurikulum disusun sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
d. Humanistik artinya kurikulum disusun untuk kepentingan kemanusian baik bagi
peserta didik maupun bagi masyarakat.
e. Futuralistik artinya kurikulum sebagai pandangan yang mendorong pendidikan yang
mengarah ke masa depan.
f. Mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional.
g. Berderisifikasi.
h. Bersifat desentralistik artinya kurikulum bersifat merata artinya kurikulum tidak
hanya disusun oleh pusat saja tapi juga pemerintah daerah hingga guru pun diberi
wewenang untuk menyusun kurikulum.
Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah
dikembangkan yang kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan
dengan menyesuaikan terhadap situasi dilapangan.
Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum:
a. Perolehan kesempatan yang sama
b. Berpusat pada anak
c. Pendekatan dan kemitraan

d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum:
a. Kararakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan fungsi, sifat,
dll.
b. Strtegi pelaksanaan, strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum. Seperti diskusi
profesi, seminar, penataran dan lain-lain.
c. Karakteristik penggunaan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, serta nilai dan sikap
guru terhadap kurikulum dalam pembelajaran.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkat :
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Kepala sekolah bertanggungjawab untuk melaksanakan kurikulum dilingkungan
sekolah yang ia pimpin. Kewajiban kepala sekolah antara lain menyusun rencana
tahunan, menyusun jadwal perencanaan kegiatan, memimpin rapat dan membawa
notula rapat, membuat statistikdan menyusun laporan-laporan.
b. Melaksanakan kurikulum tingkat kelas
Pada pelaksanaan ini yang berperan besar adalah guru yang eliputi jenis kegiatan
administrasi yaitu:
1. Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, tugas guru terdiri dari
 Menyusun rencana pelaksanaan program
 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran
 Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa.
 Pengisian buku laporan pribadi siswa.
2. Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar ketentuan kurikulum
yang berlaku, besifat pedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka
menunjang ketercapaian sekolah.
3. Pembimbing dalam kegiatan belajar, tujuan utama pembimbingan yang diberikan
guru adalah untuk mengembangkan semua kemampuan siswa agar siswa berhasil
mengembangkan hidupnya. Bimbingan seorang guru berupa bantuan untuk
menyelesaikan masalah peserta didik sehingga peserta didik dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri dan mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya.

Penilaian kurikulum
Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat
kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan
mengenai suatu kurikulum.
Prinsip-prinsip penilaian kurikulum :
a. Setiap program penilaian kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas.
b. Berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat.
c. Mencakup semua dimensi yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan
e. Efisien dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yang menjadi sarana
penunjang
f. Berkesinambungan

Ruang lingkup yang dikaji dalam penilaian kurikulum adalah:
a. Tersedianya dan kelengkapan komponen kurikulum.
b. Pemahaman buku kurikulum.
c. Pelaksanaan kurikulum sekolah.
d. Pemanfaatan sarana penunjang.
Perbaikan kurikulum
Inti dari Perbaikan kurikulum adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada
efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat
pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:
(1) mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2) mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3) mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4) memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5) merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,

(6) melakukan solusi percobaan,
(7) evaluasi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah
sebagai berikut:
1)

Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat
diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan
rumusan tujuan pengelolaan kurikulum.

2)

Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar
dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

3)

Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal,
maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.

4)

Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan

dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat
memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5)

Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.

Aspek Utama Kurikulum
Dalam garis besarnya ada dua anggapan yang berbeda-beda,yaitu:
1)

Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan,
latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

2)

Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun
berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu
5. Pengelolaan Tenaga Personalia
Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. menurut PP No.2 Tahun 1992, tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang menabdikan diri secara langsung dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Tenaga kependidikan menurut PP No.38 Tahun 1992, meliputi :

1)

Tenaga Kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelolaan satuan

pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan,
pusatkawan, laboran, teknisi, sember belajar, dan penguji.
2)

Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebuatan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.