BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Konsumsi Beberapa teori konsumsi menurut para ahli ekonomi : 2.1.1. Teori Konsumsi Mankiw - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasiswa Asing Di Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Konsumsi Beberapa teori konsumsi menurut para ahli ekonomi :

2.1.1. Mankiw Teori Konsumsi

  Konsumsi menurut Mankiw (2000) “Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) pertama adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, Ketiga adalah jasa (Services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter”.

  Fungsi Konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan Mankiw (2003): Fungsi Konsumsi ialah : C= Co+cY……………………..(1) Dimana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecendrungan mengkonsumsi marginal diman 0 <

  C > 1, dimana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan, Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan diaposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposable dengan tabungan yaitu konsep kecendrungan mengkonsumsi dan kecendrungan menabung.

  Kecendrungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan mengkonsumsi marginal dan kecendrungan mengkonsumsi rata- rata. Kecendrungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume) didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi (

  ∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan (Raharja, et, al, 2004).

  C ∆ =

  MPC .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 2 ) ∆ Y

  Kecendrungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (

  ∆C) dengan tingkat pendapatan disposabel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005)

  C APC = .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 3 )

  Yd

  Kecendrungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecendrungan menabung marginal dan kecendrungan menabung rata-rata .

  Kecendrungan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan.

  ∆ S = MPS .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 4 ) ∆ Yd

  Kecendrungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save) menunjukkan perbandingan diantara tabungan (S) dengan pendapatan disposabel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula (Nanga, 2005).

  S PS = A .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......( 5 )

  Yd

  Menurut Eugence A. Diulio (1993) “Konsumsi terbagi 2 (dua) yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus di keluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. Menurut Deliarnov (1995) “Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi kebutuhan” (Astriana. 2008).

  Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “Konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.

  Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman, Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali Nopirin (1997). Badan Pusat Statistik (2007) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan.

  Menurut Meiler dan Meineres (1997) Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir

  persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (3) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah, dan tabungan semakin meningkat.

  Untuk mengetahui suatu barang sebagai kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan kurva Engel. Kurva ini mencoba melihat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi. Hubungan tersebut adalah sebagai berikut : (a) Barang kebutuhan pokok, seperti makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat, permintan terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibandingkan dengan perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat nominal pendapatan makin tinggi. (b) Barang mewah, kenaikan pendapatan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah mempunyai elatisitas yang besar. (Farida Milias)

  Ada beberapa perdebatan tentang konsep teori konsumsi , teori-teori tersebut yakni teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen, teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup, dan teori konsumsi dengan hipotesis

  Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : (1) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. (2) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).

  Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 1998). Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 1991).

  Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran- pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

  Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Reksoprayitno, 2000).

  Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: (1) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen, Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. (2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Mangkoesoebroto, 1998). Teori lain yang berhubungan dengan konsumsi yaitu teori Engel. Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Ke empat butir kesimpulanya yang dirumuskan tersebut adalah : (1) Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil. (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (3) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan semakin meningkat.

2.1.2. Teori Konsumsi Keynes

  Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.

  Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

  Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to

  

consume ), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

  kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang

  Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan : C = konsumsi Y = pendapatan disposebel C = konstanta c = kecenderungan mengkonsumsi marginal

  (N.G Mankiw, 2003 : 425-426) Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi

  Keynes: · Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

  · Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

  (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).

2.1.3. Teori Konsumsi Friedman

  Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :

  · Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).

  Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70).

2.1.4. Teori Konsumsi Modigliani Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani.

  Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

  Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

  Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran- pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74).

2.1.5. Teori Konsumsi Dusenberry

  James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

  Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: a.

  Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen.

  Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

  b.

  Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat

  Beberapa variabel lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi dalam perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:

  1. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan ada nyaperbedaan sikap dalam penghematan (thrift).

  2. Faktor sosial ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

  3. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert

  Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.

  4. Keuntungan / Kerugian Capital Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

  5. Tingkat harga Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.

  6. Barang tahan lama Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan

  Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat.

  Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

  7. Kredit Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak,karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayardengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko, 1991: 74-77).

  1. Barang (goods) yang di konsumsi mempunyai sifat semakin banyak akan semakin besar manfaatnya. Dengan demikian, jika sesuatu yang bila dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.

  2. Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh seseorang karena mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas merupakan ukuran manfaat (kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang. Keseluruhan manfaat yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang disebut dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu unit konsumsi barang tertentu.

  3. Pada teori Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The law of Diminishing marginal utility) yaitu bahwa awalnya sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit barang tertentu akan memperoleh atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan tetapi tambahan unit konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas (manfaat yang semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif. Dengan kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.

  4. Pada teori Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering pilihan (preference, choice) diantara berbagai paket barang yang tersedia. Konsep ini disebut dengan Transitivity dan rasionalitas. Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih

  5. Pada teori Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap (diasumsikan) mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dsb.

2.1.7. Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi 1.

  Pendapatan rumah tangga (Household income), semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.

  2. Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.

  3. Prakiran masa depan (Household expectations), bila masyarakat memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli/belanja barang-barang.

  4. Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi/naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.

  5. Pajak (Taxation), pengenaasn pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.

  6. Jumlah dan Konsumsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif /usia kerja (15 - 64 tahun) akan

  7. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan orang Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan

2.2.Konsumsi Mahasiswa

  Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin,1997). Badan Pusat Statistik (2006) menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi non makanan (Antari, 2008).

  Pengeluaran konsumsi masyarakat dapat dijadikan salah satu perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan, atau antara negara maju dan negara berkembang. Pengeluaran konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan pokok atau kebutuhan primer (kebutuhan makanan), sedangkan pola konsumsi masyarakat yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasi kedalam kebutuhan sekunder atau bahkan tersier (kebutuhan non makanan).

  Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam satu tahun makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi. (Sukirno,1994) rumah tangga memutuskan berapa banyak dari pendapatan yang akan dibelanjakan untuk konsumsi dan mereka menabung sisanya. Jadi rumah tangga harus membuat keputusan tunggal bagaimana membagi sisa pendapatan antara konsumsi dan tabungan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dari keseluruhan pengeluaran aktual.

  Seperti halnya rumah tangga mahasiswa juga melakukan konsumsi, Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan nilai belanja yang dilakukan mahasiswa untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya. Secara garis besar kebutuhan mahasiswa dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar, yaitu kebutuhan makanan dan non makanan. Dengan demikian pada tingkat pendapatan tertentu, mahasiswa akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Konsumsi makanan adalah pengeluaran yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, yaitu makanan pokok, protein hewani, sayur-sayuran, buah-buahan,yang diukur dalam kalori. Sedangkan konsumsi non makanan adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan di luar bahan makanan yaitu berupa transportasi, komunikasi (pulsa dan biaya akses internet), entertainment (seperti pembelian baju, aksesoris, dan lain sebagainya), dan perlengkapan perkuliahan (seperti pembelian buku, fotocopy untuk tugas dan materi kuliah, biaya untuk menjilid tugas dan print tugas, perlengkapan alat tulis).

  Konsumsi mahasiswa asing jumlah terbesar dari konsumsinya adalah jalur masuk pendaftaran terhadap mahasisa lokal Universitas Sumatera Utara dan konsumsi yang terbesar lainya adalah izin tempat tinggal, izin masuk dan keluar keimigrasian orang asing di Indonesia.

  Konsumsi mahasiswa asing diluar dari konsumsi makanan biasanya hanya berpusat pada bidang perkuliahan, seperti fotocopy, biaya internet, print tugas, buku dan lain sebagainya. Jika dikelompokkan maka konsumsi non makanan mahasiswa bergerak dalam empat hal yaitu transportasi, komunikasi meliputi biaya pulsa, internet, dan lain sebagainya; entertainment meliputi pembelanjaan untuk membeli pakaian, handphone, laptop, aksesoris dan lain sebagainya. Lain lagi halnya bila mahasiswa tersebut harus tinggal terpisah dari orangtua (perantau) Sebagian besar mahasiswa tinggal di kost dan jauh dari keluarga. Dengan demikinan pola konsumsi mereka jelas berbeda dengan pola konsumsi mahasiswa yang tinggal dengan orangtuanya. Hal ini disebabkan mahasiswa yang tinggal di kost harus mengeluarkan biaya-biaya rutin seperti biaya untuk makan (pangan) sehari-hari, biaya listrik, transportasi, air, uang sewa kos, dan perlengkapan sehari-hari lainnya. Sedangkan mahasiswa yang tinggal dengan keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya-biaya tersebut karena telah di tanggung oleh keluarga mereka. Perbedaan inilah yang memicu peneliti untuk meneliti pola konsumsi mahasiswa baik itu yang tinggal di kos, maupun yang tinggal bersama orangtua.

  Berdasarkan pada teori keynes yang menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposible saat ini. Dimana pendapatan disposible adalah pendapatan yang tersisa setelah pembayaran pajak. Jika konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposibel. Selanjutnya menurut keynes ada batas konsumsi minimal, tidak tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut konsumsi otonom. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor di luar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit, standar hidup yang diharapkan,distribusi umur, lokasi geografis.

  Mahasiswa tergolong bukan angkatan kerja karena mahasiswa termasuk pelajar yang tidak mencari kerja (pengangguran) ataupun sedang bekerja melainkan mereka bersekolah dan penerima pendapatan, sehingga mahasiswa tidak memiliki pendapatan permanen sendiri. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa (jika penerima beasiswa), yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan pada pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi rutin maupun tidak rutin. Secara umum konsumsi rutin yang dimaksud disini adalah segala pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa yang terus- menerus dikeluarkan. Konsumsi rutin mahasiswa di kost seperti biaya makan, listrik, trasportasi, air, pulsa serta kebutuhan rumah tangga lainnya seperti sabun, odol, shampo, bedak dan lain sebagainya. Sedangkan konsumsi yang tidak rutin adalah setiap tambahan pengeluaran yang tidak terduga. Sementara mahasiswa yang tidak tinggal di kost, konsumsi rutinnya kurang lebih sama dengan mahasiswa yang tinggal di kost namun mereka tidak harus membeli kebutuhan rumah tangga karena telah disediakan oleh orangtua masing-masing.

  Seperti halnya rumah tangga ataupun keluarga, dalam penentuan tingkat kesejahtaraan mahasiswa dapat ditinjau dari proporsi konsumsi makanan dan non makanan. Semakin tinggi proporsi konsumsi non makanan maka mahasiswa tersebut akan semakin sejahtera. ketika uang saku meningkat dan sebagian uang saku tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non makanan, maka tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat dikatakan membaik

  Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pada konsumsi mahasiswa asing adalah :

2.2.1. Pendapatan

  Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh di pengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, dan bukan hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan konsumsi nominal.

  Sukirno mengatakan bahwa pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi atas pengorbananya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah /gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Antari, 2008).

  Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income). Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh sebab itu dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income

  

approach ), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan

  melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (Production Approach). dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

  Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

  Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

  Pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 1996).

  Adapun menurut Lipsey pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan perorangan dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.

  Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil “penjualan” dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi, sektor produksi ini ”membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

2.2.2. Usia

  Faktor yang mempengaruhi usia termasuk pada faktor demografi (kependudukan) adapun faktor yang mempengaruhi faktor demografis adalah : (1) Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi; (2) Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau per keluarga relative rendah; (3) Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi; (4) Usia produktif dan tidak produktif (15-60 tahun) semakin banyak penduduk usia kerja atau usia produktif maka semakin besar tingkat konsumsinya, terutama bila sebagian dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi dengan upah yang wajar atau baik, sebab semakin banyak penduduk yang bekerja maka penghasilanya juga semakin besar.

  Dilihat dari segi usia, mahasiswa masih tergolong pada kelompok usia remaja akhir, yakni antara 18-22 tahun. Sebagaimana dikemukakan oleh Jatman (Sumartono, 2002 : 120), remaja merupakan kelompok sasaran yang potensial untuk memasarkan produk-produk industri, sebab remaja memiliki pola yang konsumtif dalam berpakaian, berdandan dan gaya potong rambut.

  Raymond Tambunan (2001) mengatakan bahwa : Kelompok usia remaja merupakan salah satu pasar potensial bagi banyak produsen, karena kecenderungan remaja biasanya mudah terbujuk iklan, suka ikut-ikutan, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.

  Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya : usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tinggal (pekotaan atau pedesaan). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka tingkat konsumsinya pun semakin tinggi. Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensinya). Dan seringkali biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.

2.2.3. Gaya Hidup

  Mahasiswa merupakan sebutan status seseorang yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi. Peralihan status dari siswa (dari jenjang pendidikan menengah atas) menjadi mahasiswa tentunya akan di barengi dengan pertukaran simbol-simbol yang akan memaknai bahwa dirinya adalah mahasiswa, bukan lagi siswa. Pada saat itulah terjadi pertukaran identitas, baik identitas sosial dan kultural.

  Hal yang paling mendasar dan dapat dilihat langsung terjadinya perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa adalah tentang apa dan bagaimana yang dikonsumsi dalam keseharianya. Ruang lingkup barang yang dikonsumsi yang dimaksud bukan hanya dalam batasan materi saja, namun sampai kemudian pada khasanah sosial dan budaya. Dengan perilaku konsumsi tersebut di atas, kemudian mahasiswa menciptakan gaya hidup konsumtif yang berhubungan dengan prestise, zaman dan status internasional, Dalam hal ini pola konsumsi yang merefleksikan pilihan sesorang terhadap uang dan waktu.

  Toffler (Subandy 2000: 165) mengemukakan bahwa gaya hidup yaitu alat yang dipakai individu untuk mengidentifikasi dengan subkultur-subkultur tertentu sehingga gaya hidup dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan mempunyai konsekuensi dalam membentuk pola perilaku tertentu. Misalkan saja menyangkut gaya hidup sehat seorang individu. Untuk merubah gaya hidup sehat seorang individu maka yang diubah bukan hanya individunya saja namun juga lingkungan social dan kondisi tempat tinggal yang mempengaruhi pola perilaku individu tersebut.

  Beberapa jenis tren gaya hidup tersebut antara lain pakaian, musik, tempat wisata, makan, dan minum, penampilan pribadi, buku, hobi, olahraga, dan kendaraan.

  Pada saat ini banyak berbagai industri yang menyebabkan banyak masyarakat semakin mementingkan gaya daripada isi maupun fungsinya yaitu industri mode atau fashion, industri kecantikan, industry kuliner, pusat perbelanjaan, apartemen beserta perumahan real estate, makanan cepat saji,

  

handphone , industri iklan dan televise, hal ini juga mempengaruhi mahasiswa

untuk berperilaku konsumtif demi kebutuhan prestise.

2.2.4. Izin Keimigrasian

  Izin tinggal mahasiswa asing dalam hal ini adalah izin pengurusan masuk ke Indonesia, izin memperpanjang waktu tinggal atau lamanya tinggal di Indonesia selama masa studi berlangsung dan izin keluar Indonesia ke Negara asal Visa tinggal terbatas bagi pelajar /mahasiswa asing dalam rangka mengikuti pendidikan diindonesia, dapat diberikan untuk jangka waktu izin tinggal terbatas selama 5 (lima) tahun selama di Indonesia dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali berturut-turut serta setiap kali perpanjangan diberikan paling lama 2 (dua) tahun.

  Indonesia sebagai negara yang berdaulat mempunyai tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, hal ini harus diwujudkan. Adanya perlindungan segenap kepentingan bangsa, keikutsertaan dalam melaksanakan ketertiban dunia dalam hubungannya dengan dunia internasional, semua aspek keimigrasian harus didasarkan pada apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar untuk pengaturan implementasi tugas-tugas keimigrasian secara operasional. Jika dikaji dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, maka pengaturan dan pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan negara Republik Indonesia sebagai negara hukum. Selanjutnya negara Indonesia untuk menjaga keamanan dalam negerinya terhadap orang yang masuk atau datang ke Indonesia dan keluar dari Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku. Orang asing yang memasuki wilayah yurisdiksi Indonesia, wajib memenuhi beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian, yaitu:

  1) Wajib memiliki surat perjalanan yang sah dan masih berlaku, sebagaimana dimaksud Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang

  Keimigrasian (selanjutnya disebut dengan UUK), dan menurut Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor: F- 307.IZ.01.10 Tahun

  Jenderal Imigrasi Nomor : F- 307.IZ.01.10 Tahun 1995 tanggal 15 Maret 1995 tersebut, yang dimaksud dengan surat perjalanan yang masih berlaku adalah minimal 6 (enam) bulan. Pengertian surat perjalanan menurut Pasal 1 ayat (3) UUK adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Jenis surat perjalanan negara asing antara lain: paspor diplomatik, paspor dinas, paspor biasa,

  certificate of identity , seamans book. Jenis surat perjalanan seamans book, belum semua negara memberlakukannya termasuk Indonesia.

2) Wajib memiliki visa.

  Pasal 6 ayat (1) UUK menyebutkan: setiap orang yang masuk ke wilayah Indonesia wajib memiliki visa tidak semua orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dapat diberikan visa. Visa hanya diberikan kepada orang asing yang maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia bermanfaat serta tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ketertiban dan keamanan nasional. Pengecualian dari kewajiban orang asing yang memiliki visa sebagaimana yang diatur pada Pasal 7 ayat (1) UUK yaitu: a. orang asing warga negara dari negara yang berdasarkan Keputusan Presiden tidak diwajibkan memiliki visa.

  b. orang asing yang memiliki izin masuk kembali.

  c. kapten atau nahkoda dan awak yang bertugas pada alat angkut yang berlabuh di pelabuhan atau mendarat di bandar udara di wilayah

  Indonesia. d. penumpang transit di pelabuhan atau bandar udara di wilayah

  Indonesia sepanjang tidak keluar dari tempat transit yang berada di daerah tempat pemeriksaan imigrasi.

  Keimigrasian dilakukan terhadap surat dan atau orang, antara lain surat perjalanan, visa atau dibebaskan dari keharusan memiliki visa, fisik sepanjang menyangkut gangguan jiwa atau penyakit menular, kartu embarkasi dan disembarkasi, daftar cekal, dan daftar awak alat angkut serta daftar penumpang.

  1. Wajib mendapat izin masuk yaitu izin yang diterakan pada visa atau surat perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi.

2. Wajib memiliki izin masuk kembali yang masih berlaku bagi orang asing yang memiliki izin tinggal terbatas dan tetap.

  3. Namanya tidak termasuk dalam daftar penangkalan yaitu larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah berdasarkan alasan tertentu.

  Izin tinggal mahasiswa asing dalam hal ini adalah izin pengurusan masuk ke Indonesia, izin memperpanjang waktu tinggal atau lamanya tinggal di Indonesia selama masa studi berlangsung dan izin keluar Indonesia ke Negara asal mahasiwa melalui pengurusan paspor ke kantor imigrasI, dalam hal ini pemberian Visa tinggal terbatas bagi pelajar/ mahasiswa asing dalam rangka mengikuti pendidikan diindonesia, dapat diberikan untuk jangka waktu izin tinggal terbatas selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali berturut- turut serta setiap kali perpanjangan diberikan paling lama 2 (dua ) tahun.

  1) Izin Tinggal Kunjungan

  Izin Tinggal Kunjungan diberikan kepada orang asing yang masuk wilayah indonesia dengan visa kunjungan. Adapun jenis izin tinggal kunjungan dibagi sebagai beikut : a.

  Izin Tinggal Kunjungan (VISA B / VISA Budaya) untuk orang asing 60 hari dari masuk negara asal menuju Indonesia b.

  Perpanjangan izin tinggal kunjungan (VISA B/ VISA Budaya) dari tanggal penetapan izin tinggal kunjungan tinggal di Indonesia diperpanjang menjadi 30 hari dan berkelanjutan seterusnya

  2) Izin Tinggal Terbatas

  Izin tinggal terbatas adalah izin yang diberikan kepada orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan Visa tinggal terbatas dimana orang asing tersebut mengalih statuskan dari izin kunjungan menjadi tinggal terbatas. Izin tinggal terbatas memiliki pilihan waktu perpanjangan selama 2 (dua) tahun, 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dengan syarat keimigrasian yang berlaku. 3)

  Izin kembali masuk dan keluar Indonesia Izin kembali masuk dan keluar Indonesia terbagi menjadi :

  • Entry Permit Re Entry Permit (ERP)

  ERP adalah Izin masuk dan keluar Indonesia dalam jarak waktu izin masuk dan keluar Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan hanya diperbolehkan masuk dan keluar indonesia hanya dalam jangka waktu 1 kali saja

  • Multiple Re-entry Permit (MERP)

  MERP adalah izin masuk dan keluar Indonesia dalam jarak waktu izin Selama 6 (enam) bulan, 1 (satu) tahun dan 2 (dua) tahun dengan syarat penggunan izin masuk dan keluar Indonesia bisa lebih dari 1 kali

2.2.5. Tabungan

  Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dikonsumsi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan ialah :

1. Tingkat Pendapatan 2.

  Keinginan untuk menabung, yaitu kecenderungan marginal untuk menabung yang menunjukkan besarnya tambahan pendapatan yang akan ditabung 3. Tingkat suku bunga bank 4. Tingkat kepercayaan terhadap bank

  Dalam sistem ekonomi sederhana (pemikiran barat) dengan 2 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga dan swasta maka dikenal model ekonomi sebagai berikut :

  Y = C + I.............................................(1) I = S....................................................(2)

  Arti dari simbol-simbol tersebut adalah : Y = pendapatan kotor/gross income C = Konsumsi/Consumption I = Investasi/Investment S = Tabungan/Saving

  Dengan mekanisme matematika sederhana maka untuk mendapatkan

Dokumen yang terkait

B. PETUNJUK PENGISIAN - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Harga 2.1.1Pengertian Harga - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 1 9

Pengaruh faktor harga, rasa dan kemasansusu Bear Brand terhadap loyalitas konsumen pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lateks Alam 2.1.1 Tanaman Karet Alam - Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

0 0 16

BAB II Kerangka Teori - Analisis Budaya Organisasi Pada Pegawai Samsat Medan

0 1 20

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kualitas Produk 2.1.1 Definisi Kualitas - Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung Di Medan

0 1 26

Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

0 1 14

Analisis Finansial Pemanfaatan dan Pengolahan Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius L) Menjadi Berbagai Produk Olahan

0 0 12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasiswa Asing Di Universitas Sumatera Utara

0 0 26