View of HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PENDERITA KUSTA DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM KUSTA RUMAH SAKIT KUSTA DR. SITANALA TANGERANG

  

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PENDERITA KUSTA DI

RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM KUSTA RUMAH SAKIT KUSTA DR. SITANALA

TANGERANG

  Zahrah MS* Rista Sembiring**

  

Program Studi S1 Keperawatan, STIKes Yatsi

Email

Abstrak

  

Penyakit kusta termasuk dalam salah satu penyakit menular dengan angka kejadian yang masih tetap tinggi di negara-

negara berkembang terutama di wilayah tropis. Dukungan keluarga akan melindungi individu tehadap efek negatif dari

depresi dan secara langsung akan mempengaruhi status kesehatan individu. Desain penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dengan

s ampel 35 responden yaitu penderita yang terdiagnosa kusta yang di rawat di ruang rawat penyakit dalam kusta Rumah

Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang pada bulan Agustus sampai dengan September 2015. Data penelitian diambil

dengan menggunakan kuesioner. Data ditabulasi, dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat

kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 21 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga, 19

responden (90,5%) mengalami depresi, satu responden diantaranya menderita depresi berat, dan dari 14 responden yang

mendapat dukungan keluarga, yang mengalami depresi hanya 4 (28,5%), dengan tingkatan ringan dan sedang. Dari hasil

pengujian statistik diperoleh hasil terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi penderita kusta

dengan nilai pvalue 0,001(< alpha= 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05). Melihat hasil penelitian ini perlu

adanya dukungan dari keluarga bagi penderita kusta untuk meminimalkan depresi yang dialaminya, sehingga proses

pengobatan dapat tertata dan terlaksana dengan baik, dan penderita kusta mempunyai semangat untuk tetap hidup dan

bersosialisasi di masyarakat.

  Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Depresi, Penderita Kusta

Abstract

  

Leprosy is included in one of the infectious diseases with incidence rates still remain high in developing countries,

especially in tropical areas. Family support will protect individuals tehadap negative effects of depression and will

directly affect an individual's health status. This study design using analytic descriptive method with cross sectional

approach. The sampling method used was total sampling with a sample of 35 respondents are diagnosed leprosy

patients were hospitalized in internal medicine wards of leprosy hospital Dr. Sitanala Tangerang in August to

September 2015. Data were taken using a questionnaire. Data tabulated, analyzed using Chi Square test with a

significance level of 0.05. The results showed that of the 21 respondents who have no family support, 19 respondents

(90.5%) were depressed, one respondent them suffered from severe depression, and of the 14 respondents who received

family support, depressed only 4 (28.5% ), with mild and moderate levels. From the test results obtained by the results

of statistical correlation between family support with the level of depression lepers with pvalue value of 0.001 (<alpha

= 0.05), using alpha 5% (0.05). Seeing the results of this study need the support of family for lepers to minimize his

depression, so that the treatment can be arranged and done well, and the lepers have the spirit to live and socialize in

the community. Keywords: Family Support, Depression, Leprosy

  PENDAHULUAN

  Pasien kusta yang mengalami depresi merupakan akibat adanya penolakan sosial masyarakat dan juga penderita kusta yang tidak bisa menerima keadaan cacat tubuhnya sehingga penderita kusta mengalami kecemasan, keputusasaan dan perasaan depresi

  10 .

  Keluarga merupakan unit yang paling kecil dan paling dekat dengan penderita kusta, yang mampu memberikan perawatan, sehingga peran keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan dalam menjalani pengobatan dan perawatan

  9 .

  . Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita kusta, maka akan semakin rendah depresi yang dialami oleh penderita kusta. Dukungan keluarga mempunyai peran penting dalam proses pengobatan, karena keluarga bisa memberikan dorongan baik dari segi fisik maupun segi psikologis untuk penderita

  8

  Menurut penelitian Fadilah mengenai hubungan antara dukungan keluarga dan depresi penderita kusta dan nilai korelasi memiliki arah negatif yang artinya semakin besar dukungan keluarga yang diberikan maka semakin kecil depresi yang dialami oleh penderita kusta

  7 .

  . Faktor psikososial diperkirakan juga salah satu sebagai penyebab depresi yakni hilangnya peran sosial, penurunan kesehatan, penyakit kronis, isolasi diri, kemiskinan, penurunan fungsi kognitif dan kurangnya dukungan keluarga

  6

  5 .

  Penyakit kusta termasuk dalam salah satu daftar penyakit menular yang angka kejadiannya masih tetap tinggi di negara- negara berkembang terutama di wilayah tropis. Angka kejadian kusta dari tahun ketahun sudah menunjukkan penurunan, namun angka tersebut masih tetap tergolong tinggi. Tahun 2009 jumlah penderita kusta di dunia yang terdeteksi sebanyak 213.036 orang, tahun 2010 sebanyak 228.474 orang, tahun 2011 sebanyak 192.246 orang dan tahun 2012 sebanyak 181.941 orang

  . Pada aspek fisik akan menimbulkan kecacatan, pada aspek mental akan mengalami perasaan malu serta depresi, dan pada aspek ekonomi cenderung kehilangan pekerjaan dan mengalami kemiskinan, sedangkan pada aspek sosial, penderita kusta dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat

  4

  Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa angka kejadian penderita kusta masih tinggi. Tingginya angka kejadian kusta akan berdampak besar terhadap kehidupan penderita kusta, keluarga dan masyarakat. Adapun dampak yang timbul pada penderita kusta akibat penyakit yang dideritanya diantaranya adalah aspek fisik, mental/psikologis, ekonomi dan sosial

  . Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari medical record Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang, tercatat 2.882 penderita kusta selama tahun 2013 dan 2014.

  3

  Di Provinsi Banten, jumlah penderita kusta atau leprae tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, tercatat sebanyak 1.029 penderita kusta dengan jumlah pasien baru mencapai 705 orang. Menurut Sigit Wardoyo jumlah tersebut meningkat dibanding tahun 2013 yang tercatat sebanyak 1.019 penderita kusta dengan jumlah pasien baru sebanyak 683 orang, berdasarkan pemetaan penderita terbanyak penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae tersebut, terdapat di kabupaten Serang dan kabupaten Tangerang

  2 .

  Di Indonesia, kasus baru penderita kusta masih cukup tinggi, yaitu 16.856 kasus dan jumlah kecacatan tingkat dua diantara penderita baru sebanyak 9,86 persen. Indonesia menempati di peringkat ketiga dunia dengan kasus baru kusta terbanyak setelah India 134.752 kasus dan Brasil 33.303 kasus

  1 .

  Peneliti mendapatkan fenomena bahwa jumlah penderita kusta yang masih tinggi akan berdampak besar terhadap kehidupan

  1. Diagnosa kusta positif berdasarkan gejala, penderita kusta, keluarga dan masyarakat, tanda dan hasil tes Basil Tahan Asam positif salah satu dampak yang timbul pada penderita (BTA positif). kusta adalah pada status mentalnya yaitu 2. Berusia ≥ 17 tahun. depresi. Berdasarkan hasil obsevasi dan 3. Dapat membaca dan menulis. wawancara peneliti dengan penderita kusta

  4. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang berjumlah 10 orang selama satu bulan di dan kooperatif. Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang, diperoleh HASIL PENELITIAN data bahwa 9 orang penderita kusta menyatakan perasaan sedih karena menderita

  1. Frekuensi Karakteristik Distribusi

  kusta, kurang bersemangat dalam beraktifitas,

  Penyakit Penderita Kusta

  merasa malu, merasa tidak berguna, merasa

Tabel 5.1 Frekuensi Data Penyakit Penderita

  disisihkan, 8 orang penderita kusta

  Kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta

  mengatakan tidak bersemangat bersosialisasi

  RSK Dr. Sitanala Tangerang Tahun 2017

  dengan orang lain, sulit tidur terutama di malam hari.

  Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa tipe kusta terbanyak adalah tipe

TUJUAN PENELITIAN

  basah/multibacillair sebanyak 30 responden (85,7%), berdasarkan lama menderita kusta

  Mengetahui hubungan dukungan keluarga terbanyak adalah (01-12 bulan) sebanyak 31 dengan depresi penderita kusta di Ruang responden (88,5%), berdasarkan pelaksanaan Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. pengobatan kusta terbanyak adalah 24 Sitanala Tangerang. responden (68,6%) pengobatan tidak rutin dilakukan

  METODELOGI PENELITIAN No Karakteristik Penyakit Frekuensi % Responden

  Desain dalam penelitian ini menggunakan

  1. Tipe Kusta 5 14,3

  metode survey deskriptif analitik dengan  Kering/paucibacillary menggunakan pendekatan cross sectional

  30 85,7  Basah/multibacillary

  (potong lintang). Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta

  Jumlah 35 100

  Rumah Sakit Kusta (RSK) Dr. Sitanala

  2. Lama Menderita Kusta

  Tangerang. Pelaksanaan penelitian dilakukan

  31 88,5  01 – 12 bulan

  mulai Agustus s/d September 2017. Populasi

  4 11,4

  yang digunakan dalam penelitian ini adalah

   13 – 18 bulan

  seluruh penderita kusta (laki-laki dan

  Jumlah 35 100

  perempuan usia ≥ 17 tahun) yang tercatat

  3. Pelaksanaan

  dalam rekam medik dan dirawat di Ruang

  Pengobatan Kusta Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr.

  11 31,4  Rutin

  Sitanala Tangerang tahun 2017 dengan jumlah 35 orang. Sampel dengan

  24 68,6  Tidak Rutin

  menggunakan total sampling. Kriteria inklusi

  Jumlah 35 100

  adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau

  11

  yang akan diteliti yaitu :

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Penderita Kusta

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Depresi Penderita Kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. Sitanala Tangerang Tahun 2017 No Depresi Frekuensi %

  60 Jumlah 35 100

  21

  2. Tidak Mendukung

  40

  14

  1. Mendukung

  No. Dukungan Keluarga Frekuensi %

  Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mengalami depresi yaitu sebanyak 23 responden (65,7 %).

  2. Depresi 23 65,7 Jumlah 35 100

  1. Tidak Depresi (Normal) 12 34,3

Tabel 5.2 Frekuensi Data Demografi Penderita Kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. Sitanala Tangerang Tahun 2017 No Karakteristik Demografi Responden Frekuensi %

  1. Usia/umur  17 – 45 tahun 27 77,1  ˃ 46 tahun 8 22,8

  Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 21 responden (60%) menyatakan keluarga tidak dukungan dalam penyembuhan penderita kusta.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita Kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. Sitanala Tangerang Tahun 2017

  3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Penderita Kusta

  Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa usia terbanyak adalah (17- 45 tahun) sebanyak 27 responden (77,1%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 23 responden (65,7%), tingkat pendidikan terbanyak adalah kategori pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP) 30 responden (85,7%), segi pekerjaan terbanyak adalah yang bekerja 23 responden (65,7%)..

  Jumlah 35 100

  4. Pekerjaan  Tidak bekerja 12 34,3  Bekerja 23 65,7

  3. Pendidikan  Rendah (Tidak sekolah, SD, SMP) 30 85,7  Tinggi (SMA, Diploma/Pergu ruan Tinggi 5 14,3 Jumlah 35 100

  Jumlah 35 100

  2. Jenis Kelamin  Laki-laki 12 34,3  Perempuan 23 65,7

  Jumlah 35 100

  4. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Penderita Kusta

  5. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pasien kusta

  46 responden (84%) memiliki tingkat dukungan keluarga yang baik. Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat Mongi yang menyatakan keluarga merupakan unit yang paling kecil dan paling dekat dengan penderita kusta, yang mampu memberikan perawatan, sehingga peran keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan dalam menjalani pengobatan dan perawatan.

  13 .

  Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto yang mendapatkan hasil bahwa penderita kusta merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri saat mendapatkan diagnosa kusta. Perasaan sedih dan kecewa tersebut merupakan respon terhadap depresi yang sedang dialami yang ditunjukkan dengan sikap putus asa, menarik diri dan kesedihan yang mendalam

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden, terbanyak yang mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 13 responden (37,1%), sedangkan 12 responden (34,3%) tidak mengalami depresi.

  5. Tingkat Depresi Penderita Kusta

  diharapkan mampu memberikan manfaat dan sebagai pendorong bagi penderita kusta dalam melaksanakan pengobatan rutin. Kurangnya dukungan keluarga akan cenderung memiliki prognosis lebih buruk terhadap penderita kusta, sehingga peran keluarga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kusta.

  12 Dukungan keluarga yang diperoleh

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 35 responden sebanyak 21 responden (60%) keluarga tidak mendukung, sedangkan yang mendapat dukungan keluarga hanya 14 responden (40%). Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Mongi, (2012) yaitu penderita kusta mendapakan dukungan yang baik dari keluarga sebesar 80,1%, begitu juga dengan hasil penelitian Ismi (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat dukungan keluarga terhadap 55 responden didapatkan bahwa sebanyak

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Depresi Penderita Kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. Sitanala tangerang Tahun 2017

  4. Dukungan Keluarga

  Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,001(< alpha = 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05), dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi penderita kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. Sitanala Tangerang PEMBAHASAN

  14 responden keluarga mendukung, terdapat 3 responden (21,4%) depresi ringan.

  Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat, hasil tabel silang antara dukungan keluarga responden dan tingkat depresi responden, menunjukkan 21 responden keluarga tidak mendukung, terdapat 12 responden (57,1%) depresi sedang, 6 responden (28,6 %) depresi ringan, dan 1 responden (4,8%) depresi berat, sedangkan

  Mendu kung 2 9,5 6 28,6 12 57,1 1 4,8 21 100 Tot al 12 34,3 9 25,7 13 37,1 1 2,9 35 100

  2  hitung P value Tidak ada depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Total N % N % N % N % N % Mendu kung 10 71,4 3 21,4 1 7,1 14 100 15, 876

0.001

Tidak

  Duku ngan Kelua rga Depresi

  Penelitian yang dilakukan oleh Tsutsumi di Bangladesh, menunjukan hasil bahwa kelompok penderita kusta mengalami tingkat depresi lebih berat daripada kelompok perbandingan

  14

  . Penelitian tersebut menyebutkan bahwa penyebab depresi pada penderita kusta yaitu penderita kusta mendapat hinaan secara fisik oleh masyarakat, penderita kusta merasa bahwa dirinya aneh bagi masyarakat, dan adanya stigma yang negatif dari masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular yang berbahaya, penyakit keturunan, penyakit kutukan, sehingga masyarakat merasa jijik dan takut pada penderita kusta terutama yang mengalami kecacatan

  (2012). Global Leprosy Situation. Weekly

  World Health Organization (WHO).

  Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan (stake holder) khususnya untuk dijadikan bahan evaluasi dalam perubahan atau strategi dalam manajemen depresi penderita kusta, karena salah satu faktor penyebab depresi adalah tidak adanya dukungan keluarga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan depresi penderita kusta di ruang rawat penyakit dalam kusta Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang..

  Berdasarkan hasil penelitian pada pasien kusta didapatkan data bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Depresi Penderita Kusta terdapat hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan depresi penderita kusta dengan nilai pvalue 0,001<α (0,05).

  18 .

  . Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita kusta, maka akan semakin rendah depresi yang dialami oleh penderita kusta. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,421 artinya sebesar 42,1% variabel dukungan keluarga mempunyai sumbangan terhadap variabel depresi dan sisanya sebesar 57,9% depresi penderita kusta dipengaruhi oleh faktor lain selain dukungan keluarga yaitu usia, jenis kelamin, suku, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan kepala keluarga, kepemilikan asuransi kesehatan, lama menderita kusta, tipe kusta, tingkat kecacatan kusta, dan pelaksanaan pengobatan rutin kusta

  17

  Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai pvalue 0,001(< alpha= 0.05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi penderita kusta di Ruang Rawat Penyakit Dalam Kusta RSK Dr. SitanalaTangerang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan fadilah di Kabupaten Jember yang menunjukkan ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dan depresi penderita kusta dan nilai korelasi memiliki arah negatif yang artinya semakin besar dukungan keluarga yang diberikan maka semakin kecil depresi yang dialami oleh penderita kusta

  Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan depresi penderita kusta diketahui bahwa dari 21 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga, 20 responden (95,2%) mengalami depresi dengan tingkatan ringan sedang, satu responden diantaranya menderita depresi berat, dari 14 responden yang mendapat dukungan keluarga, yang mengalami depresi hanya 4 responden (28,5%), dengan tingkatan ringan dan sedang.

  16 .

  . Penelitian Tsutsumi mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara stigma yang dirasakan oleh penderita kusta dengan depresi pada penderita kusta. Sebagian besar penderita kusta yang tidak bisa menerima keadaan cacat tubuhnya akibat penyakit kusta mengalami kecemasan, keputusasaan dan perasaan depresi

  15

KESIMPULAN DAN SARAN

6. Hubungan Dukungan keluarga dengan dperesi penederita kusta

DAFTAR PUSTAKA 1.

  epidemiological record. Diakses 24 Juli 2015.Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan

  15. Brouwers, et. al. 2011.Quality Of Life,

  Medika 12. Susanto, Tantut. 2010. Pengalaman Klien

  Dewasa Menjalani Perawatan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember Jawa Timur :

  StudiFenomenologi. Jawa Barat: Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

  13. Tsutsumi, et al. 2003. Depresive status of

  leprosy patients in Bangladesh : association with self-perception of stigma.

  14. Departemen Kesehatan RI. 2012.

  Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta . Jakarta: Kementerian

  kesehatan RI.

  Perceived Stigma, Activity And Participation Of People With Leprosy- Related Disabilities In South-East Ne

  11. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

  16. Baer & Blais. 2010. Clinical Rating Scale

  And Assessmest in Psychiatry and mental Health .http://link.springer.com/content/pd

  f/bfm%3A978-1-59745-387-5%2F1. Diakses 16 Agustus 2015.

  17. Burns, et al. 2010. Rook’s Textbook of

  Dermatology . Eight Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell.

  18. Landeen & Danesh. 2007. Relation

  Between Depression and Sosio demographic Factors

  http://www.ijmhs.com/conten. Diakses

  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Thesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan . Jakarta: Salemba

  http:/fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/ 2012/10/RilauniMongi.pdf. Diakses 05 Juli 2015.

  Dasar . Jakarta : Kementerian Kesehatan

  6. Siagian, Marchira ,Siswati. 2009. The

  RI 2. Dian, Maharani.(2015). Angka Penderita kusta Di Indonesia Masih Cukup Tinggi.

  

  3. Anjas. 2015. Dinkes Banten Tekan Penularan Penyakit Kusta .

   kses 15 Agustus 2015.

  4. Rao, S. & Joseph, G. 2007.Impact Of Leprosy On The Quality Of Life . http://www.who.int/bulletin/archives/77% 286%29515.pdf. Diakses 05 Juli 2015.

  5. Kaur & Van Brakel. 2002. Dehabilitation

  of leprosy affected people a study on leprosy affected beggars .

  www.leprahealthaction.org Diakses 15 Agustus 2015.

  influence of Stigma and Depresion on Quality of Life on Leprosy Patient

  Persepsi Penderita tentang Penyakit Kusta dan Dukungan Keluarga Pada Penderita Kusta Di Kota Manado .

  . http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/411 093340.pdf . Diakses 1Desember 2012.

  7. Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar KeperawatanJiwa . Jakarta: EGC.

  8. Fadilah, S. Z. 2013. Hubungan Dukungan

  Keluarga Dengan Depresi Penderita Kusta Di Dua Wilayah Tertinggi Kusta Di Kabupaten Jember

  , Skripsi dipublikasikan.

  9. Friedman, M. 2010. Buku Ajar

  Keperawatan Keluarga : Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC.

  10. Mongi, Rilauni. 2012. Gambaran

  21 Juni 2015