KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN DAN KEAJAIBA

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN DAN KEAJAIBAN SERAT BAMBU UNTUK
TEKSTIL YANG RAMAH LINGKUNGAN
Oleh : Gusmailina
Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH),
Badan Litbang Kehutanan, Jalan Gunung Batu No. 5. Telp/Fax (0251) 8633378;
8633413. Bogor. Email : [email protected]

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini semua orang menjadi lebih sadar terhadap lingkungan, organik, rendah karbon,
dan minimal dampak lingkungan. Demikian juga halnya dengan produksi serat kain untuk
pakaian dibuat dengan ramah lingkungan yang dikenal dengan kain hijau. Hal ini tentunya
besar sekali manfaatnya bagi lingkungan. Disisi lain ketergantungan industri tekstil dan produk
tekstil (TPT) Indonesia terhadap bahan baku serat impor sangat tinggi. Indonesia mengimpor serat
kapas 99.5% dari kebutuhan serat kapas dalam negeri. Keadaan seperti ini berisiko tinggi pada
waktu terjadi fluktuasi yang tajam pada harga dan suplai kapas dunia sehingga dapat mengancam
kelangsungan industri TPT yang menyerap banyak tenaga kerja. Dari data BPS tahun 2004,
pemasok kapas utama adalah Amerika dan Australia yang proporsinya lebih dari setengah (51.8%)
kebutuhan kapas Indonesia. Ketergantungan ini perlu dikurangi dengan peningkatan produksi di
dalam negeri. Langkah yang dapat ditempuh adalah selain perluasan areal tanam dan peningkatan
produktivitas nasional kapas, juga mengupayakan diversifikasi dari bahan lain terutama yang

berasal dari dalam negeri, seperti salah satunya adalah bambu. Secara alami s erat bambu memiliki
fungsi anti bakteri, anti tungau, anti bau dan anti-ultraviolet, bakteri bacteriostasis dan
deodorisasi. Hal ini divalidasi oleh Jepang Tekstil Inspeksi Asosiasi, bahkan setelah dicuci 50
kali kain serat bambu masih memiliki fungsi yang sangat baik sebagai anti-bakteri,
bacteriostasis. Sehingga serat kain bambu dapat mengurangi perkembangan bahkan dapat
membunuh bakteri pada pakaian penyebab bau yang tidak menyenangkan. Selain itu kain
bambu juga dapat membunuh bakteri penyebab bau yang hidup pada kulit manusia. Efek
pemakaian kain serat bambu terasa dingin dan sejuk jika dipakai pada musim panas, sebaliknya
terasa hangat jika dipakai pada musim dingin
B. Serat Bambu Ramah Lingkungan
Kebutuhan serat semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, sehingga
serat yang diperlukan industri tekstil untuk keperluan pembuatan kain juga semakin meningkat.
Permintaan serat paling banyak adalah katun. Sementara tidak semua negara dapat
menghasilkan katun yang berkualitas. Ketidak seimbangan antara produksi dan permintaan
inilah yang membuat katun semakin jarang ditemui. Ini pun juga berimbas pada harga katun
yang semakin mahal. Sekalipun begitu, permintaan katun tetap tinggi. Produksi katun tidak
bisa seimbang dengan permintaan karena katun tidak bisa tumbuh dengan baik di sembarang
tempat. Katun bisa tumbuh dengan baik di daerah yang permukaan tanahnya kering tapi

tanahnya mengandung banyak air. Mesir merupakan penghasil katun berkualitas yang terbesar.

Gurun pasir dan sungai Nil yang dimiliki negara inilah yang menjadikan katun bisa tumbuh
subur. Hal tersebut membuat para pelaku industri tekstil mencari alternatif lain untuk
menghasilkan kain yang senyaman katun tapi dengan harga yang relatif lebih murah sehingga
bambu sebagai alternatif yang tepat sebagai serat kain. Kain yang terbuat dari serat bamboo
memiliki kelembutan yang alami karena tekstur dari bambu itu sendiri, mengurangi alergi pada
kulit, menyerap kelembaban, anti bakteri, pelindung sinar UV, dan memberi ruang bagi kulit
untuk bernapas. Bambu dapat menyerap air lima kali lebih baik daripada katun. Serat bambu
kuat baik dalam keadaan kering maupun basah sedangkan katun hanya dalam keadaan basah.
Bambu juga mempunyai daya mulur yang lebih baik dibanding katun. Kain yang terbuat dari
bambu merupakan alternatif yang sangat bagus, karena bambu mudah ditemui dan mudah
tumbuh di negara mana pun termasuk Indonesia.
Bambu dapat dipanen sepanjang tahun, sehingga produksi kain dengan bahan baku
bambu dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengkhawatirkan biaya. Bambu memberi
keuntungan baik bagi lingkungan, karena bambu dapat membersihkan udara dari zat polutan,
membutuhkan sedikit air, tidak perlu pupuk atau pun pestisida, waktu panen sepanjang tahun,
dan dapat dengan mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Tumbuhan bambu mampu melepas
35 persen oksigen dan menyerap hampir 5 kali jumlah gas rumah kaca. Oleh sebab itu bambu
adalah tanaman yang sangat ramah lingkungan serta sering digunakan sebagai tumbuhan untuk
memperbaiki tingkat erosi sekaligus menghijaukan tanah yang tidak produktif.
Perkebunan bambu juga memberikan manfaat yang luas, tumbuh cepat, dan dapat

dipanen dalam waktu singkat. Menurut Peneliti Bambu Nusa Verde, Marc Peeters, alasan
industri tekstil menggunakan bahan dasar bambu, diantaranya karena bambu tidak pernah
diserang hama dan pemeliharaannya cukup praktis. Sebaliknya budidaya kapas harus
disemprot pestisida karena sering terserang hama dan penyakit, sedangkan bambu tidak
membutuhkan pestisida dalam pertumbuhannya. Keuntungan lain adalah karena bambu
merupakan salah satu tumbuhan dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki sistem
rhizoma-dependen unik. Bambu tumbuh dengan tinggi maksimum dalam waktu sekitar 3 bulan
dan mencapai kematangan dalam 3-4 tahun dengan tingkat pertumbuhan kadang-kadang
melebihi 1 meter per hari. Hal ini berkelanjutan bambu ini bisa dibilang sumber daya yang
paling terbarukan di planet kita. Ini memiliki sistem perakaran yang luas dan membutuhkan
sedikit air, tumbuh 4-6 tunas baru per tahun. Hal ini, pada kenyataannya, dianggap sebagai
tanaman yang paling cepat berkembang di dunia.
Diantara keunggulan bambu sebagai sumber serat kain adalah sebagai berikut:
1. Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus.
2. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman
sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi.
3. Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah,
dinding keras dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa
pertumbuhan vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup
menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu

dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Sebuah
keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman lain.

4. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak
memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
5. Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah dibakar,
masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata
dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup.
II. KEAJAIBAN SERAT BAMBU
Serat bambu adalah serat selulosa yang diekstrak dari tanaman bambu. Dalam aplikasinya
serat bambu dapat berdiri sendiri, juga bisa ditambah dengan bahan tambahan lainnya. Serat
selulosa ini dibuat dari batang bambu yang sudah dihancurkan menjadi bubur. Secara kualitas,
misalnya kain seprai yang terbuat dari serat bambu ini dalam banyak aspek mampu
mengalahkan bahan lainnya. Berikut ini beberapa kelebihan dan keajaiban serat bambu.
1. Anti bakteri dan membasmi bakteri
Bambu di alam bebas dapat menjaga keadaan tanpa serangga, tidak busuk, karena
bambu mengandung anti bakteri alami yang disebut dengan “Penny quinone”; dalam proses
produksi, serat bambu diolah menggunakan teknik tingkat tinggi baru, menjaga
kemampuan bambu untuk melawan bakteri, membuat zat-zat anti bakteri terus berada pada
serat bambu. Maka, walaupun kain dari serat bambu dicuci berulang kali, dijemur matahari,

tetap tidak akan kehilangan kemampuan melawan bakterinya. Menurut laporan, karena
kain yang terbuat dari serat bambu, kemampuan anti bakterinya mencapai 75% dalam 24
jam, jauh melebihi serat lainnya. Penelitian dari Organisasi Inspeksi Tekstil Jepang juga
membuktikan bahwa kain dan benang yang terbuat dari serat bambu memiliki kemampuan
anti bakteri alami.
Hasil pengamatan menggunakan mikroskop elektron, bakteri dalam jumlah yang sama
pada kain jenis katun dan serat kayu dapat menggandakan diri dalam jumlah besar,
sedangkan pada produk serat bambu bakteri tersebut dalam 24 jam kemudian mati terbunuh
sekitar 75%. Penemuan baru autoriti Jepang menambahkan nilai lebih pada produk ini,
kemudian melewati tes dari pusat pengontrolan kualitas produk katun China dan melewati
tes dari Pusat Penelitian Mikroorganisme Akademi Sains Shanghai China juga
membuktikan hasil-hasil diatas ( handuk katun di musim panas mudah bau sehingga kuman
berkembang biak menjadi puluhan ribu kali lipat).
2. Menyerap dan menghilangkan Bau
Pada bagian dalam serat bambu terdapat struktur pori-pori kecil khusus yang memiliki daya
serap yang tinggi, dapat menyerap formaldehyde, benzene, toluene, amonia dan substansi
berbahaya lainnya sekaligus dapat menghilangkan bau yang tidak sedap.
3. Menyerap dan menghilangkan kelembapan
Permukaan serat bambu yang dilihat di bawah mikroskop elektron dengan pembesaran
2000 kali, terdapat banyak cekungan dan cembungan, membentuk lubang-lubang besar


berbentuk oval. Hal menunjukkan daya kapilaritas yang tinggi, bisa dengan cepat menyerap
dan menguapkan air, dari semua serat alami, daya serap dan daya pengeluaran air serat
bambu adalah yang paling tinggi. Pada suhu 36°C, dalam kondisi 100% basah, daya serap
kembali serat bambu mencapai 45%, sirkulasi udara lebih tinggi dari katun 3.5 kali, maka
serat bambu disebut juga “Serat yang bisa bernapas”. Jika digunakan sebagai bahan jadi
tekstil diistilahkan juga sebagai “Kulit manusia lapisan kedua.
4. Super anti-ultraviolet
Serat bambu memiliki daya tembus terhadap ultra violet sebesar 0,6 %, sebaliknya daya
tembus ultraviolet di katun mencapai 25%. Daya menangkal ultraviolet serat bambu 98%,
berfungsi sebagai tirai pelindung alamiah tubuh, sehingga menjaga kulit tubuh dari paparan
sinar ultraviolet. Daya tahan serat bambu lebih tinggi 417 kali dibanding katun. Produk
serat bambu dapat digunakan di musim panas dan gugur, membuat orang terasa nyaman,
sejuk. Di musim dingin dan semi menggunakannya juga membuat kita terasa nyaman dan
dapat mengeluarkan kelebihan panas dan air dalam tubuh.
5. Menjaga Kesehatan
Bambu mengandung banyak pectin, madu bambu, tyrosine, vitamin E dan SE, GE
berbagai mikro elemen lainya yang dapat melawan kanker, anti-tua. Anti oksidan dari
elemen bambu efektif menghilangkan radikal bebas di tubuh, memiliki kemampuan antipenuaan. Gabungan dari peroxide dan esters dapat menghentikan Carcinogen, N-nitrite
ammonia, yang dengan jelas meningkatkan antibodi tubuh. Serat bambu mengandung

berbagai asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, memiliki fungsi khas menjaga kulit;
elemen serat bambu, madu bambu, pectin, memiliki fungsi membasahkan kulit dan fungsi
anti-lelah. Serat bambu tidak membawa muatan listrik, anti listrik statis, anti gatal. Produk
serat bambu lembut, nyaman di kulit, dapat memperbaiki sirkulasi darah di tubuh,
mengaktifkan sel-sel tubuh, efektif mengontrol sistem saraf, menambah stamina,
menyebabkan efek domino menghasilkan panas bagi tubuh, meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu kepadatan anion dalam serat bambu mencapai 6000 bh/ M3, setara dengan
kepadatan anion di luar lapangan, membuat orang terasa segar nyaman.
6. Kenyamanan dan Keindahan
Kenyamanan dari pakaian ditentukan dari tiga unsur: nyaman dalam cuaca panas,
nyaman disentuh, nyaman di tekan. Daya serap serat bambu tinggi, sirkulasi udara baik,
tingkat emisi sinar infra red panjang mencapi 0.87, jauh mengungguli bahan serat
tradisional, maka cocok dipakai saat panas. Berdasarkan kebutuhan di setiap musim yang
berbeda, menggunakan teknik yang berbeda, membuat produk serat bambu menghasilkan
kehangatan di musim dingin, kesejukan di musim panas. Produk serat bambu juga baik
bagi kulit, nyaman disentuh, kulit terasa segar. Produk serat bambu ringan bersinar, lembab
dan lembut, halus dan ringan, memiliki rasa lembut seperti katun, kesegaran seperti sutra,
lembut di badan, nyaman di kulit. Pemakaian bagus, memberikan kenyamanan tanpa
tekanan. Di musim panas menggunakan produk serat bambu, tubuh bisa merasa sangat
segar, suhu tubuh dapat berkurang 1-2 derajat, sedangkan di musim dingin memiliki efek

menjaga kehangatan, juga dapat mengeluarkan kelebihan panas dan cairan dalam tubuh,
hangat di musim dingin, sejuk di musim panas membuatnya tidak bisa dibandingkan

dengan bahan serat lainnya. Kerapatan serat bambu, tingkat keputihan yang bagus, setelah
diwarnai terlihat indah, warna yang cerah, tidak luntur, bersinar bercahaya, elegan, enak
dikenakan, memiliki perasaan anggun alami.

7. Mengandung ion negatif (anion)
Kepadatan anion dalam serat bambu mencapai 6000 bh/cm3. Ion negative : adalah ion-ion
yang yang mempunyai muatan oksigen, tidak berwarna dan tidak berasa. Proses
terjadinya ion negatif: ketika udara di alam bebas mengalami tekanan makan elektron
bebas tersebut sebagian besar akan menjadi ion oksigen, dan sering disebut ion negatif
oksigen (Olsen, 2012). Kegunaan Ion negatif untuk menenangkan, membuat tidur,
meringankan sakit, menghentikan gatal-gatal, melancarkan air kencing menambah
nafsu makan, dan menurunkan tekanan darah. Misalnya setelah hujan petir, ion negatif
di udara akan bertambah banyak, dan banyak orang akan merasakan udara segar. Dan
contoh lain, seperti di ruangan ber – AC, karena ion negatif di udara setelah melalui
serangkaian permurnian melalui saluran ventilasi yang terdapat dalam AC maka ion
negatif hampir semuanya hilang, Orang-orang akan merasa sesak bila tinggal dalam
ruangan ber AC dalam waktu lama, pusing, lemah, kemampuan bekerja dan kesehatan

menurun, disebut dengan istilah air-conditioning syndrome.
8. Fungsi far infrared rays (FIR)
Tingkat emisi sinar infrared panjang serat bambu mencapai 0.87, jauh mengungguli bahan
serat tradisional. Fungsi far infrared rays (FIR) : Memperbaiki aliran darah dalam tubuh,
meningkatkan metabolisme tubuh, memperbaiki dan memulihkan system pernafasan,
mencegah pertumbuhan bakteri, mengeluarkan keringat, menjaga tubuh lebih teratur, menjaga
kesegaran badan, mengurangi kandungan asam dalam darah, menghilangkan rasa sakit pada
tubuh dan tempat yang sakit, tidur lebih nyenyak, menghilangkan bau badan, menghilangkan
bakteri dan jamur, membersihkan udara dalam badan, menjaga suhu tubuh, memperbaiki
sistem urat syaraf dalam tubuh secara otomatis (Olsen, 2012).
III. PROSESING SERAT BAMBU
Serat bambu sangat mirip dengan serat kapas dalam bentuk pintalan benang. Benang
bambu yang diperoleh dari bubur batang bambu, kemudian bubur bambu tersebut diolah
menjadi serat, kemudian dipintal menjadi benang. Benang tersebut kemudian dianyam untuk
dijadikan kain tenun (woven fabric) atau pun dirajut untuk dijadikan kain rajut (knit fabric).
Benang bambu terkenal memiliki kilat yang bagus, lembut, “jatuh” dan warnanya yang keren.
Kain dari serat bambu lebih lembut dari katun serta mempunyai tekstur yang mirip dengan
sutra. Selain itu juga memiliki sifat antibakteri alami yang bersifat hypoallergenic serta dapat
menyerap 3-4 kali lebih dari kapas.
Secara umumnya untuk mendapatkan serat bambu dapat dilihat pada gambar berikut:


Gambar 1. Alur proses untuk medapatkan benang serat bambu (Sumber : Olsen, 2012
A. Bio prosesing serat bambu

Proses untuk membuat pakaian bambu memiliki dampak yang sangat kecil terhadap
lingkungan. Pengolahan secara mekanik dilakukan dengan cara menghancurkan bambu
kemudian menggunakan enzim alami untuk memecah bambu menjadi bubur, sehingga
kemudian dapat disisir dan dipintal menjadi benang. Bambu kain yang diproduksi dengan cara
ini memiliki dampak yang rendah terhadap lingkungan, dan umumnya dikenal sebagai kain
bambu. Namun hal ini tidak umum digunakan untuk pakaian karena padat karya dan mahal.
Umumnya penerapan teknologi ini lebih cenderung pada usaha menengah keatas yang
memiliki investasi cukup tinggi.

Gambar 2. Contoh produk benang dan kain bambu

B. Prosesing Kimia serat bambu
Ada beberapa proses kimia yang berbeda untuk merubah bambu menjadi serat, beberapa di
antaranya lebih ramah lingkungan daripada yang lain. Proses yang digunakan untuk
memproduksi kain bambu dikenal sebagai hidrolisis alkalisasi dengan multi-fase pemutihan.
1. Bubur bambu. Batang bambu yang keras dihancurkan dengan cara merendam dalam

larutan 15% sampai 20% natrium hidroksida pada suhu antara 20 derajat C sampai 25
derajat C selama 1-3 jam untuk membentuk selulosa alkali;
2. Bambu selulosa alkali kemudian ditekan untuk menghilangkan larutan natrium hidroksida
berlebih. Selulosa alkali jatuh oleh penggiling dan dibiarkan kering selama 24 jam; Kirakira karbon disulfida sebanyak ketiga ditambahkan ke bambu selulosa alkali untuk
sulfurize senyawa menyebabkan ia kental; Setiap karbon disulfida tersisa dihilangkan
dengan penguapan akibat dekompresi dan natrium selulosa xanthogenate hasilnya;
3. Sebuah solusi diencerkan natrium hidroksida ditambahkan ke sodium selulosa xanthogenate
melarutkannya untuk menciptakan solusi viscose yang terdiri dari sekitar 5% natrium
hidroksida dan 7% sampai 15% serat bambu selulosa.
4. Selulosa viscose bambu dipaksa melalui nozel spineret ke dalam wadah besar larutan asam
sulfat encer yang mengeras viscose bambu natrium selulosa xanthogenate dan reconverts
untuk selulosa benang serat bambu yang dipintal menjadi benang serat bambu untuk
ditenun menjadi direkonstruksi dan regenerasi bambu kain (Ryan, 2009).
C. Modifikasi prosesing serat bambu
Metode lain pengolahan kimia serat bambu yaitu menggunakan teknologi pengolahan
bambu yang lebih ramah lingkungan. Proses manufaktur kimia yang digunakan untuk
memproduksi lyocell dari selulosa kayu dapat dimodifikasi untuk menggunakan selulosa
bambu. Proses lyocell, juga digunakan untuk menggunakan N-metilmorfolina-N-oksida.
Pengolahan liosel ini jauh lebih aman bagi pekerja dan lebih ramah lingkungan karena Nmetilmorfolina-N-oksida ini diklaim tidak beracun bagi manusia dan proses manufaktur
kimia loop tertutup sehingga 99,5% dari bahan kimia yang digunakan selama pengolahan
dikumpulkan dan didaur ulang untuk digunakan lagi (Ryan, 2010).
C. PROSPEK INDUSTRI

Prospek industri bambu sangat menjanjikan dimana saat ini pemanfaatan bambu tidak
lagi terbatas pada kerajinan tangan dan industri kecil lainnya, melainkan telah meluas
sampai kepada pembangunan infrastruktur, sumber energi terbarukan, pangan dan sandang
(tekstil). Sebagai bahan tekstil baru, munculnya serat bambu bukan hanya pada suatu jenis
rangkaian produk tertentu saja, tetapi terserap pada seluruh industri tekxtil. Indonesia
sangat berpeluang dalam pengembangan serat bamboo untuk kain tekstil, mengingat
sumberdaya yang melimpah, dengan siklus hidup yang pendek, membuat bamboo akan bisa
menjadi unggulan industri tekstil di Indonesia.

Hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri serat bamboo, masih mengandalkan
impor dari china. Pasar tekstil Cina memiliki market share sebanyak 30 triliun Yuan.
Dengan pertimbangan bahwa serat bamboo memiliki sifat yang unik dan ajaib untuk
kesehatan, maka kebanyakan produk serat bambu lebih menitik beratkan pada produk
kesehatan dan anti-kuman, pakaian dalam, bra, produk-produk kasur, handuk, kaus kaki,
produk rumah tangga, pasaran ibu hamil dan bayi. Bambu memiliki masa depan sebagai
kain yang ramah lingkungan. Bambu adalah sumberdaya yang berkelanjutan dengan sifat
yang fantastis dan ramah lingkungan, menjadi dorongan untuk pengembangannya di masa
datang.

DAFTAR BACAAN
Bamboo Biofuel and Biodiesel. http://www.completebamboo.com/bamboo.
“Bamboo.” Wikipedia. Wikimedia Foundation, 22 Feb. 2013.
http://en.wikipedia.org/wiki/Bamboo#Uses
Berlin, N.V.A., dan Estu. R., 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Calvin Olsen. 2012. Serat bambu memiliki potensi pasar yang besar dan masa depan yang
cerah. PT Flier Internasional Indonesia.
Fatriasari, W., Euis Hermiati, (2008). Analisis Morfologi Serat dan Sifat Fisis-Kimia pada
Enam Jenis Bambu sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Hutan 1(2): 67-72
Goyal, Hari. 2013. "Multiple references to non-wood fibers for paper"

JELU-WERK J. Ehrler GmbH & Co. KG. 2010. Natural fibres. Simple and effective.
Ludwigsmühle. 73494 Rosenberg. Germany. 2010
K. Wanket. 2013. Bamboo in Chinese Medicine. Bamboo Facts, Fiber Element.
http://www.itmonline.org/arts/bamboo.htm
McClure, Floyd Alonzo. The Bamboos. Washington: Smithsonian Institution, 1993. Print.
"Nonwood Alternatives to Wood Fiber in Paper"
Ryan. 2009. 2009. Bamboo an Eco-Friendly Fabric or Not?. (http://www.cheaptents.com).
Subyakto dkk., 2009. Proses Pembuatan Serat Selulosa Berukuran Nano Dari Sisal (Agave
sisalana) dan Bambu Betung (Dendrocalamus asper). LIPI. Cibinong.
Suprihatin, Sri Emi Yuli. 2011. Produksi Busana Haute Couture Berbahan Serat Bambu.
.