BENCANA LONSOR BANJIR DAN MITIGASI

BENCANA LONSOR - BANJIR DAN MITIGASI
BENCANA LONSOR DAN BANJIR
Bencana adalah suatu proses alam atau bukan alam yang menyebabkan korban jiwa, harta,
dan mengganggu tatanan kehidupan. Secara geografis Indonesia terletak di daerah
khatulistiwa dengan morfologi dari daratan sampai pengunungan tingi dan juga merupakan
negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik.

Pergerakan

lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian
gunung dapat aktif, serta patahan-patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana
gempa bumi, erupsi gunung berapi, tanah longsor, dan bencana lainnya.
Allah berfirman, (artinya): “Dia telah menciptakan langit dan bumi dengan sebenarnya. Dia
menutup malam atas siang dan siang atas malam, dan menundukkan matahari dan bulan.
Ketahuilah, Dialah yang Mahaperkasa Lagi Maha Pengampun. ’’ (QS Az-Zumar; 5)
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
Walaupun Indonesia rawan terhadap berbagai potensi bencana (hazard potency), pengetahuan
masyarakat di Indonesia mengenai bencana diatas cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya
bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di masyarakat mengenai bencana

dan mitigasinya walaupun Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) membuat media pembelajaan melalui penerbitan buku tentang bencana namun
belum terdistribusi dan diketahui oleh masyarakat ndonesia. Mari kita lihat data dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama kurun waktu 5 tahun, antara tahun 20092013, terdapat 1.738 kejadian krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia, dengan 442
kejadian banjir, 239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137
peristiwa konflik sosial. Pada tahun 2013 terjadi 436 kejadian krisis kesehatan. Dari jumlah
total 436 kejadian, terdapat 285 kejadian akibat bencana alam,119 bencana non-alam, dan 32
kejadian bencana sosial. 5 (lima) kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana yaitu
banjir sebanyak 118 kejadian (27%), diikuti oleh kecelakaan transportasi 55 kejadian (13%),
keracunan 52 kejadian (12%), tanah longsor 47 kejadian (11%) dan angin puting beliung 40
kejadian (9%).

Indonesia selain memiliki empat lempeng tektonik juga berilkim marin-monsum tropis
dengan karakteristik curah hujan rata-rata tingi. Curah hujan merupakah salah satu faktor
pemicu terjadinya tanah longsor dan banjir. Tinginya intensitas curah hujan dapat menambah
beban pada lereng sebagai akibat peningkatan kandungan air dalam tanah, yang pada
akhirnya memicu terjadinya longsoran dan peluapan air yang berlebihan di suatu tempat
( sungai dan pecahnya bendungan air) akibat intensitas curah hujan yang tinggi sehingga
daratan terbenam akibat penambahan volume air tersebut mengakibatkan banjir yang kedua
bencana tersebut dapat merusak dan merugikan manusia dan lingkungan sekitarnya.

Firman Allah SWT (artinya): “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan
Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali
bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Tanah longsor merupakan bencana alam geologi yang diakibatkan oleh gejala alam geologi
maupun tindakan manusia dalam mengelola lahan atau ruang hidupnya. Proses terjadinya
tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng. Dengan kondisi curah hujan yang lebat dan gempa bumi yang intens maka
potensi tanah longsor juga sangat tinggi.
Potensi tanah lonsor dan banjir bukan hanya diakibatkan oleh potensi tekstur tanah secara
geografis akan tetapi juga dapat terjadi akibat ulah tangan manusia yang mengeksploitasi
alam baik secara tradisional dari beberapa dekade tanpa ada perbaikan tekstur tanah dan juga
secara modern dengan menggunakan alat teknologi modern (cangkih) seperti penembangan
liar (Ilegal Logging), pembukaan lahan perkebunan secara berlebihan dan menanaminya
dengan vegetasi baru (meskipun tidak sesuai dengan agroekologinya), pola hidup yang tidak
menjaga kebersihan lingkungan seperti membuang sampah sembarangan sehingga menutupi
saluran, sungai dan berakhir ke laut, pembukaan pemukiman baru atau industri baru dan tata
kelola yang tidak terencana dengan baik.


Firman Allah SWT (artinya): “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka itu
karena disebabkan perbuatan tangan- tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura: 30).
Dan “Kebaikan/nikmat apa saja yang kamu peroleh, maka itu semua datangnya dari Allah.
Dan kejelekan/musibah apa saja yang menimpamu, maka itu semua dari (kesalahan/dosa)
dirimu sendiri” (QS. An Nisa: 79).
Mari kita melihat Propinsi Aceh, sepanjang tahun 2014, telah memiliki intensitas curah hujan
tinggi , dan hampir semua Kabupaten/ Kota Propinsi Aceh mengalami banjir dan tanah lonsor
seperti Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Jaya, Meulaboh, Nagan Raya, Aceh Besar, Aceh
Tamiang, Bener Meriah, Aceh Timur dan Aceh Utara. yang mengakibatkan kerugian besar
dan kerusakan berat seperti keretakan dan atau terpatahnya infrastruktur jalan utama
penghubung antar kabupaten, tergurusnya lahan pertanian dan perkebunan, dan penimbunan
lumpur tanah ke daerah sungai dan laut, lahan pertanian yang terancam gagal panen dan
kehilangan ternak serta meluapnya air dalam tambak ikan, hilangnya pemukiman
pendudukan, kerusakan rumah pemukiman penduduk, sarana dan prasarana kesehatan di
puskemas, rumah sakit, persekolahan dan perkantoran pemerintah daerah lainnya.
Melihat fenomena ini, maka sangatlah disarankan kepada masyarakat agar dapat mengetahui
dan mengindentifikasi potensi tanah longsor yang dapat dilihat dengan kasat mata yaitu: (1)
daerah dengan batuan lepas, batua lepung, tanah tebal, lereng curam, (2) curah hujan tinggi,
(3) hujan berlansung lama, (4) munculnya retakan-retakan pada tanah di lereng diatas seperti

pada tiang listrik, pohon menjadi miring, (5) bahan lapukan tersebut termasuk tanah berwarna
merah, (6) ada perubahan bobot massa baik oleh pergantian musim atau karena lahan mring
tersebut dijadikan persawahan, (7) ada perbedaan kelunakan permukaan lahann dan dasar
lahan, (8) adanya gravitasi bumi yang tergantung pada besarnya lereng adalah kritis jika lebih
dari 100%, (9) perubahan hamat geser, misalnya tanah kering hambat geser lebih besar di
bandingkan dengan tanah basah, (10) keretakan tanah (11) air sumur sekitar pemukiman
mulai berkurang dikarenakan banyak keretakan tanah atau aliran air baru (12) air sungai
mulai berkurang (13) tidak adanya tanaman penutup tanah miring dan (14). Adanya mata air
baru yang sebelumnya tidak ada.
Ada enam jenis longsor yakni : (1) lonsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan
batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai, (2) lonsosran

rotasi,adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung, (3)
pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga lonsoran translasi blok batu, (4) runtuhan batu adalah ketika
sejumlah besar batu atau material lainnya bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.,(5)
rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat yang bisa menyebabkan tiangtiang listrik, telpon, bangunan dan pepohonan miring ke bawah, dan (6) aliran bahan
rombakan adalah ketika massa tanah bergerak didorong oleh air, tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air dan jenis materialnya.
Sedangkan tanda-tanda Banjir besar adalah : (1) meluapnya air sungai, (2) lahan pertanian

mulai terbenan, (3) bendungan air atau irigasi sudah meluap, (4) air sumur sudah penuh, dan
(5) sebagian wilayah pemukiman sudah terendam banjir < 1 meter. Adapun jenis banjir yang
ada di Indonesia adalah : (1) banjir bandang yaitu banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba
dan berlangsung hanya sesaat yng umumnya dihasilkan dari curah hujan yang tinggi, (2)
banjir hujan ekstrim adalah banjir hanya dalam 6 jam sesudah hujan lebat mulai turun akibat
meluapnya air hujann yang sangat deras khususnya bantaran sungai rapuh dan tak mampu
menahan cukup banyak air, (3) banjir luapan sungai atau banjir kiriman adalah banjir dalam
waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda
daratan, datangnyanya banjir dapat mendadak, (4) banjir pantai (ROB) yaitu dsebabkan angin
puyuh atau taifun dan gelombang pasan air laut, (5) banjir hulu adalah banjir terjadi di
wilayah sempit, kecepatan air tinggi dan berlansung cepat dan jumlah air sedikit, banjir ini
biasanya terjadi di pemukiman dekat hulu sungai.
MITIGASI BENCANA LONGSOR DAN BANJIR
Mitigasi bencana alam adalah suatu usaha memperkecil jatuhnya korban manusia dan atau
kerugian harta benda akibat peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan oleh keduanya yang mengakibatkan jatuhnya korban, penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasrana, dan fasilitas umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat melalui perundang-undangan
dan pelatihan. Pada Bencana Tanah Longsor, mitigasi bencana sebelum dan sesudah bencana
terjadi yaitu sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system secara

optimal dan terus menerus kepada masyarakat seperti : (1) mendatangi daerah lawan lonsor
lahan berdasarkan peta kerentanan, (2) memberi tanda khusus pada daerah rawan lonsor
lahan, (3) manfaatkan peta-peta kajian tanahh longsor secepatnya, (4) pemukiman sebaiknya

menjauhi tebing, (5) melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam keadaan
gundul, menanam pohon penyangga, melakukan penghijauan pada lahan-lahan terbuka, (6)
membuat terasering pada lahan yang memiliki kemiringan tang relatif tajam, (7) membatasi
lahan untuk pertanian, (8) membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah, (9)
menggunakan teknik penanaman engan sistem kontur tanam, dan (10) waspada terhadap
tanah longsor (retakan, penurunan tanah) terutama di musin hujan, (11) tidak melakukan
penggalian dibawah tebing yang terjal, (12) pelarangan penebangan pohon di lereng
penggunungan, membuat sawah, dan kolam, dan (13) tindakan-tindakan manusia lainnya
yang dapat menyebabkan longsor dan banjir. Saat Bencana, antara lain bagaimana
menyelamatkan diri kearah mana, dan ini harus diketahui oleh masyarakat. Sesudah bencana,
antara lain (1) penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman, (2) penyelamatan
harta benda yang mungkin masih dapat diselamatkan, (3) menyiapkan tempat-tempat
penampuangan sementara bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat, (4) menyediakan
dapur umum, dan (5) menyedian air bersih, dan sarana kesehatan, (6) memberikan dorongan
semangat bag para korban bencana agar para korban tersebut tidak frustasi dan lain-lain,dan
(7) koordinasi dengan aparat secepatnya,

Sedangkan mitigasi pada banjir adalah sebelum bencana (1) penataan daerah alira sungai
secara terpadu dan sesuai fungsi lahan, (2) pembangunan sistem pemantauan dan peringatan
dini dibagian sungai yang sering menimbukan banjir, (3) pemerintah daerah membuat sumur
resapan, bendungan, sirene (4) tidak membangun rumah dan pemukiman di bantara sungai,
(5) tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program pengerukan
sungai, (6) pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut, (7)
program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan, dibarengi pengurangan
aktivitas di bagian sungai rawan banjir dan (8) menyimpan dokumen penting dalam koper
alumanium atau sejenisnya (tidak mudah rusak oleh air dan tanah) dan letakan ditempat yang
aman. Saat Bencana, dilakukan: (1) mematikan arus listrik di dalam rumah atau hubungi
PLN untuk mematikan aliran listrik wilayah yang terkena bencana, (2) Pindahkan barangbarang eletronik dan barang lainnya yang mudah rusak ketempat yang aman, (3) Hewan
ternak diunsikan ke tempat yang tidak mudah dijangkau oleh air dan longsor untuk sementara
waktu, (4) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindarii terseret arus banjir, (5)
mengungsi ke tempat yangg aman, (6) jiak air terus meningi, hubungi saudara terdekat atau
isntansi terkait untuk meminta pertolongan (7) pembangunan rumah tahan gempa dan banjir,
(12) tindakan-tindakan manusia lainnya yang dapat menyebabkan longsor dan banjir.

Sesudah bencana (1) membersihkan rumah secepatnya, terutama bagian lainatai, lalu
gunakan antsepetik untuk membunuh kuman, (2) cari dan siapkan air bersh untuk
menghindari tenjangkitnya penyakit diare, (3) waspadai kemungkinan binatang berbisa atau

binatang penyebar penyakit, dan (4) selalu waspada apabila terjadi banjir susulan.
Firman Allah SWT : “Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.”
(QS.al-Isra':59
Dan, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhan-mu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” (QS.al-Fushilat:53)
Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen dan Saat
ini sedang melanjutkan Program Doktor Pasca Sarjana di Universitas Brawijaya- Indonesia.
Email: dacha.aceh@gmail.com , Telp. 0823 6368 7581.