T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Pendekatan Inkuiri Tipe Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor ota Salatiga Semester I Tahun Pelaja

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Alam merupakan suatu hal yang erat kaitanya dengan kehidupan
makhluk hidup di dunia ini, karena dari alamlah semua kebutuhan makhluk
yang ada dapat terpenuhi tidak terkecuali manusia. Alam penuh dengan
keberagaman, namun juga penuh dengan tatanan. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah suatu ilmu yang menawarkan cara-cara untuk memahami
kejadian-kejadian, keragaman, serta tatanan kehidupan yang ada di alam serta
dapat melakukan penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau
keteraturan dalam alam sehingga, kita dapat hidup di dalam alam ini.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari berbagai
pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip serta teori-teori secara sistematis dan
terorganisir. Sistematis dan terorganisir memiliki arti bahwa dalam
mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam terdapat proses atau prosedur yang harus
dilakukan mulai dari observasi, mengumpulkan informasi, percobaan
(eksperimen) sampai dengan penarikan kesimpulan dan analisis. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Webste’s: New Collegiate Dictionary
(1981) dalam Winanto & Khristina (2014:1) Ilmu Pengetahuan Alam adalah

pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Menurut Purnell’s: Concise
Dictionary of Science (1983) dalam Winanto & Khristina (2014:2) yang
menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Meskipun kajian pengetahuan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip serta teori-teori yang
terkadang masih abstrak bagi siswa sekolah dasar bukan berarti Ilmu
Pengetahuan Alam tidak dapat diberikan di sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan

1

2

Alam untuk siswa SD harus dimodifikasi agar siswa dapat mempelajarinya.
Guru harus dapat menyederhanakan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip serta teori-teori secara sistematis dan sesuai dengan kemampuan
kognitif anak serta karakteristik siswa SD. Menurut Piaget dalam Heruman
(2007:1) siswa sekolah dasar (SD) umunya berkisar antara 6/7 – 12/13 tahun.
Mereka masih dalam tahap operasional konkrit kemampuan yang tampak pada

tahap ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan
kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Sehingga, untuk dapat
membelajarkan IPA di SD secara sistematis selain menyerderhankan kajian
pengetahuan IPA juga harus dapat menghadirkan benda nyata atau benda
tiruan yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menyentuh,
melakukan tindakan, melihat dan merasakan benda-benda yang ada
dihadapannya tersebut. Hingga pada akhirnya siswa dapat memperoleh faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip serta teori-teori tersebut secara langsung
melalui proses penemuan. Hal ini telah tertuang dalam Permendiknas No. 22
Tahun 2006 yang menyatakan bahwa:
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip serta teori-teori saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.

Pernyataan di atas sesuai dengan prinsip pembelajaran efektif menurut
Sani (2013:40) belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap
lingkungan sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku. Sedangkan
pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya
proses belajar pada diri peserta didik. Penyedian kondisi dapat dilakukan
dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan sendiri oleh siswa (otodidak).

Pengertian pembelajaran yang lain juga diungkapkan oleh Trianto (2009: 17)
yang menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar
dari diri seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada

3

dasarnya merupakan usaha seorang guru menyediakan atau menciptakan suatu
kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara guru, siswa dan
sumber belajar, dalam proses penyediakan kondisi dan sumber belajar harus
dapat memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses penemuan.
Metode ceramah menurut Winarno Surahmad dalam Munawaroh
(2012:13) adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta
mencatat hal-hal pokok yang dikemukakan oleh guru. Sedangkan menurut
Gilstrap dan Martin dalam Munaworoh (2012:13) secara umum metode
ceramah diartikan sebagai akibat dari guru menyampaikan pembelajaran
dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan menggunakan
buku. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah penuturan atau

penyampaian materi pembelajaran oleh guru secara lisan di depan kelas,
biasanya materi yang di sampaikan sudah terdapat pada buku paket atau buku
pegangan siswa.
Metode ceramah dalam penerapannya di dalam kelas memiliki
kelebihan dan kelamahan seperti yang dikemukakan oleh Munawaroh
(2012:15). Kelebihanya antara lain: (1) guru mudah menguasai kelas; (2)
mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas; (3) dapat diikuti oleh jumlah
siswa yang besar; (4) mudah mempersiapkan dan melaksanakannya; (5) guru
mudah menerangkan pelajaran dengan baik; (6) lebih ekonomis dalam hal
waktu; (7) memberi kesempatan kepada guru untuk mrnggunkan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan; (8) dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas;
(9) membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis dan penuh
perhatian. Sedangkan kelemahanya antara lain: (1) mudah menjadi
verbalisme; (2) yang visual menjadi rugi dan yang auditif (mendengarkan)
yang benar-benar menerimanya; (3) bila selalu digunakan dapat membuat
bosan; (4) keberhasilan metodoe ini sangat tergantung pada sisapa yang
menggunakannya; (5) cenderung membuat siswa pasif.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran IPA pada kelas IV SDN
Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar


4

siswa dalam mata pelajaran IPA, diketahui bahwa pembelajaran IPA
dilakukan dengan metode ceramah yang membuat siswa pasif dan mudah
bosan dengan pembelajaran.
Pembelajaran IPA dilakukan dengan menerangkan materi yang ada
dalam buku paket siswa dan contoh-contoh lain yang belum terdapat dalam
buku paket siswa, kemudian meminta siswa untuk mengejakan soal latihan
yang ada sebagai evaluasi pembelajaran. selain itu, pembelajaran yang terjadi
belum memfasilitasi peserta didik yang sebagian besar cenderung siswa aktif.
Sehingga, banyak siswa yang sibuk dengan kegiatanya sendiri seperti:
berbicara dengan teman sebelah, memukul meja, menghadap ke belakang,
keluar masuk kelas, dsb. Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi dapat
dikatakan belum memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA dan
karakteristik siswa. Data tentang kondisi perserta didik yang demikian selain
diperoleh dengan observasi secara langsung terhadap proses pembelajaran,
juga diperoleh dari hasil wawancara terhadap guru kelas.
Guru harusnya dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang
dapat membuat siswa aktif belajar melalui proses penemuan dan memerikan
contoh-contoh secara langsung atau konkret. Hal ini berkaitan dengan

karakteristik pembelajaran IPA yang harus dilakukan dengan proses
penemuan dan karakteristik peserta didik kelas IV yang berada dalam tahap
operasional konkrit, yang mudah merasa jenuh dan bosan ketika dihadapkan
dengan proses pembelajaran yang abstrak, sehingga perhatian dan konsentrasi
siswa terhadap proses pembelajaran rendah. Hal ini berdampak pada hasil
belajar IPA kelas IV SD Negeri Siderejolor 07 Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2016/2017 dengan jumlah siswa 44 orang, yang terdiri dari 21 perempuan dan
23 laki-laki. Sebagian besar mengalami ketidaktuntasan. Ketidaktuntasan
siswa ini dilihat dari hasil belajar siswa yang masih di bawah KKM yang
ditetapkan, nilai KKM IPA SD Negeri Siderejolor 07 saat ini adalah 68.

5

Tabel 1.1
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
di SDN Sidorejo Lor 07 Salatiga
No.

Ketuntasan


Frekuensi

Persentase (%)

1.

Tuntas

21

47%

2.

Tidak Tuntas

23

53%


Nilai Minimum

20

Nilai Maksimum

100

Masalah pembelajaran IPA di SD Negeri Siderejolor 07 Kota Salatiga
berdasarkan tabel di atas adalah hasil belajar siswa yang masih rendah dengan
rata-rata 67, selain hasil belajar sikap dan kreatifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran juga masih kurang, hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran IPA kelas IV guru cenderung masih menggunakan pendekatan
pembelajaran yang belum sesuai langkah-langkah pendekatan pembelajaran
yang seharusnya, yang memperhatikan karakteristik mata pembelajaran IPA
dan karakteristik siswa SD. Selain itu, kegiatan dalam pembelaaranjuga belum
memfasilitasi siswa untuk dapat menuangkat kreatifitas mereka.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri
Siderejolor 07 yang masih rendah seperti seperti pada tabel di atas. Maka akan
dilakukan penelitian tidakan kelas di kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07

dengan pendekatan pembelajaran inkuri terbimbing agar hasil belajar IPA
meningkat.
Diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing
diharapkan dapat membuat belajar siswa lebih bermakna, karena siswa
menemukan sendiri suatu pengetahuan dengan mengamati objek kajian secara
langsung, mereka lebih leluasa untuk berpikir dan aktif untuk memperoleh
suatu pengetahuan, sehingga belajar tidak lagi hanya sekedar menghafal dan
mengingat melainkan suatu proses penemuan.

6

Pembelajaran Ilmu Pengetauan Alam yang menekankan pada
penemuan proses sebaiknya dilaksanakan dengan inkuri ilmiah (scientific
inquiry), karena dalam kurikulum 2004 dan standar isi dari BSNP dinyatakan
bahwa inkuri sebagai metode yang baik diterapkan secara intergrasi di kelas.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan Amri & Ahmadi (2010:
87) yang menyatakan:
Negara lain seperti Amerika Serikat, (Standar nasional pendidikan sains
(1996), di sana menekankan agar semua pendidik dalam bidang sains pada
seluruh jenjang pendidikan untuk menerapkan kegiatan berbasis inkuri dalam

kegiatan pembelajaran khususnya dalam bidang sains.

Secara umum inkuri merupakan suatu proses yang meliputi kegiatan
observasi, merumuskan masalah, mengevaluasi buku dan sumber belajar,
perencanaan penyelidikan atau percobaan, melaksanakan penyelidikan atau
percobaan, menganalisis data, serta mengkomunikasi hasil penyelidikan.
Sehingga, dapat menumbuhkan kemampuan siswa dalam hal berpikir, bekerja,
mempraktikan langsung dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Untuk dapat melaksanakan
pembelajaran dengan inkuri ilmiah guru harus memiliki keterampilan khusus
dan dapat berkreasi untuk mengembangkan suatu proses pembelajaran sesuai
dengan pendekatan inkuri, sehingga fakta, konsep, prinsip serta teori baru
yang dipelajari dapat melekat dan bertahan lama dalam memori siswa.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi beberapa tipe yang dapat
diterapkan guru dalam pembelajaran salah satunya yaitu metode inkuri
terbimbing. Metode inkuri terbimbing ini sangat cocok jika dilasanakan di
sekolah dasar (SD) karena sesuai dengan karakter siswa SD yang masih perlu
bimbingan untuk memahami segala sesuatu. Menurut Amri & Ahmadi (2010:
89) inkuri terbimbing merupakan salah satu bagian dari pendekatan inkuri.
Pada tahap perumusan pertanyaan atau masalah, pertanyaan atau masalah

tersebut dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks pelajaran
kemudian, siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah
tersebut dibawah bimbingan intensif guru. Dalam inkuri terbimbing kegiatan

7

inkuri harus dikelola dengan baik oleh guru, sehingga output pembelajaran
sudah dapat diprediksi sejak awal.
1.2 Identifikasi Masalah
Rendahnya hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07 Kota
Salatiga, berdasarkan latar belakang di atas dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang belum
inovatif, belum memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata
pembelajaran IPA di SD, sehingga, selama kegiatan pembelajaran siswa
cenderung pasif karena bosan dengan kegiatan pembelajaran, hal tersebut
berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah baik dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendekatan inkuiri tipe inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) siswa pada mata pelajaran
IPA kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07?
2. Apakah penerapan pendekatan inkuiri tipe inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) siswa pada
mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut:
1. Mendekripsikan bagaimana pendekatan inkuiri tipe inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik)
siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07.
2. Mengetahui seberapa jauh penggunaan pendekatan inkuiri tipe inkuiri
terbimbing meningkatkan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik)
siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Sidorejolor 07.

8

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
dunia pendidikan. Adapaun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1.5.1

Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dampak positif dalam dalam dunia pendidikan terutama dalam pemilih
pendekatan serta metode pembelajaran. Serta dapat memperkaya hasil
penelitian tentang pendekatan inkuri terbimbing yang dapat dijadikan
referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5.2

Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru
untuk menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
inkuri terbimbing dalam setiap mata pelajaranya khusunya mata pelajaran
IPA. Siswa diharapkan dapat belajar dengan lebih bermakan karena
memperoleh pengetahuan IPA dalam bentuk suatu fakta, konsep, teori,
serta prinsip dalam mata pelajaran IPA berdasarkan proses penemuan dan
pengalaman secara langsung.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24