View of HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM
POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE
KOTA CIMAHI SELATAN
TAHUN 2017
Lina Safarina1, M. Budi Santoso², Lilis Nurlaelan Komariah3
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK
Secara nasional, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19
provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar
antara 19,7% sampai dengan 33,1%. Di kota Cimahi Selatan jumlah balita yang sangat kurus
sebanyak 12 balita (0,07%), kurus 383 balita (4,09%), normal 16250 balita (93,71%), gemuk 696
balita (4,01%) dari 17341 balita. Salah satu penyebab masalah status gizi pada balita diantaranya
adalah pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu tentang pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita. Desain
penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Jumlah populasi
dalam penelitian ini 266 ibu yang memiliki balita dan yang dijadikan Sampel sebanyak 73.
Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk melihat

distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk melihat hubungan Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukan P value 0,002 ≤ nilai α 0,05, hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu dalam pemanfaatan program posyandu dengan status gizi balita. Kesimpulan penelitian ini adalah
dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden pengetahuan baik tentang pemanfaatan
posyandu yaitu sebanyak 54 ibu (74%), dan balita yang mempunyai status gizi normal yaitu 54 balita
(61,6%).
Kata kunci: Pengetahuan, pemanfaatan posyandu, status gizi balita

ABSTRACT
Background: Nationally, 26,518 malnourished children are found. In 33 provinces in Indonesia, 19
provinces have a prevalence of underweight children under the national prevalence rate ranging
from 19.7% to 33.1%. In the city of South Cimahi the number of children under five As many as 12
toddlers (0.07%), 383 toddlers underweight (4.09%), normal 16250 toddlers (93.71%), fat 696
toddlers (4.01%) of 17341 toddlers. One of the causes of nutritional status problems among children
is mother's knowledge and economic level. Research Objective: To know the relationship of mother's
knowledge about posyandu utilization with nutritional status of toddlers. Method: The research
design used is analytical with Cross-Sectional approach. The number of population in this study 266
mothers who have a toddler and who made the sample as much as 73. Sampling using accidental
sampling. Technique of data collecting by filling questionnaire. Data analysis using two stages, that
is univariate analysis to see frequency distribution and bivariate analysis to see Chi-Square relation.

Result: research result show P value 0,002 ≤ value α 0,05, it shows there is relation Between
knowledge of mother in utilization of posyandu program with nutritional status of toddlers.
Conclusion: it can be seen that most of the respondents good knowledge about the utilization of
posyandu are as many as 54 mothers (74%), and toddlers who have normal nutritional status is 54
toddler (61,6%).
Keywords: Knowledge, posyandu utilization, nutritional status of toddlers

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017
PENDAHULUAN
Balita adalah individu atau sekelompok
individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentang usia tertentu. Adapun menurut
WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan
(Adriani, 2012). Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age
atau masa
keemasan (Sutomo. B dan
Anggraeni. DY, 2010).
Usia balita adalah periode penting dalam
proses tubuh kembang anak yang merupakan
masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,
perkembangan
kemampuan
berbahasa,
berkreativitas, kesadaran sosial, emosional
dan inteligensi anak berjalan sangat cepat.
Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka
menopang tumbuh kembang fisik dan biologis
balita perlu diberikan secara tepat dan
berimbang. Tepat berarti makanan yang
diberikan mengandung zat-zat gizi yang
sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat
usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat

gizinya menunjang proses tumbuh kembang
sesuai usianya.
Pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita
kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita
dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi
kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih.
Jika dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010
(17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada
balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita
kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0%
balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus
gizi buruk. Perubahan terutama pada
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun
2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun
2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-

kurang secara nasional harus diturunkan
sebesar 4.1 % dalam periode 2013 sampai

2015. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19
provinsi
memiliki
prevalensi
balita
kekurangan gizi di atas angka prevalensi
nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai
dengan 33,1 persen. Atas dasar sasaran MDG
2015, terdapat tiga provinsi yang memiliki
prevalensi balita kekurangan gizi sudah
mencapai sasaran yaitu Bali (13,2%), DKI
Jakarta (14,0%), Kepulauan Bangka Belitung
(15,1%). Masalah kesehatan masyarakat
dianggap serius bila prevalensi kekurangan
gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan
dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30
persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara
nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak
balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah
kekurangan gizi pada balita di Indonesia

masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat mendekati prevalensi tinggi.
Diantara 33 provinsi, terdapat dua provinsi
termasuk kategori prevalensi sangat tinggi,
yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur
(33,0%).
Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor
yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Faktor
yang
mempengaruhi
memburuknya keadaan gizi, yaitu pelayanan
kesehatan yang tidak memadai, penyakit
infeksi, pola asuh, konsumsi makan yang
kurang yang akhirnya berdampak pada
kematian. Faktor penyebab langsung kurang
gizi adalah makanan anak atau penyebab
infeksi. Faktor penyebab tidak langsung yaitu
ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan
lingkungan. Ketiga faktor penyebab tidak
langsung tersebut berkaitan dengan tingkat
pendidikan,
pengetahuan,
pekerjaan,
keterampilan, perilaku dan sikap (Adisasmito,
2010).

Akibat dari masalah gizi tersebut dapat
menyebabkan beberapa efek serius pada balita
seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta
tidak optimalnya
perkembangan
dan
kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan
kematian pada balita. Namun, kejadian
masalah gizi pada balita ini dapat dihindari
apabila ibu memiliki pengetahuan yang cukup
tentang cara pemberian makanan dan

mengatur makanan balita dengan baik.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada
balita. Sehingga pengetahuan orang tua
tentang gizi merupakan kunci keberhasilan
baik atau buruknya status pada balita
(Notoatmodjo, 2007).
Upaya yang dapat dilakukan untuk
penanggulangan dan perbaikan gizi adalah
dengan meningkatkan peran serta masyarakat
melalui posyandu. Kegiatan posyandu
diasumsikan sebagai salah satu pendekatan
yang tepat untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan
status gizi balita (Adisasmito, 2007).
Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam

penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2011).
Peran
serta
masyarakat
dalam
penimbangan balita menjadi sangat penting
dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi
buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka
pertumbuhan balita dapat dipantau secara
intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak
naik ataupun jika ditemukan penyakit akan
dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan
pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang
atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan,
maka penanganan kasus gizi kurang atau gizi


buruk akan semakin baik. Penanganan yang
cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak
gizi buruk akan mengurangi risiko kematian
sehingga angka kematian akibat gizi buruk
dapat ditekan. Tindak lanjut dari hasil
penimbangan selain penyuluhan juga
pemberian makanan tambahan dan pemberian
suplemen gizi. Gizi buruk dapat terjadi pada
semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan yaitu pada balita (Depkes RI,
2015).
Salah satu faktor yang mempengaruhi ibu
datang ke posyandu adalah pengetahuan.
Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang
penting bagi manusia, yang dapat merubah
persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan
diartikan sebagai pengalaman yang kita alami.
Pengalaman-pengalaman itu harus disusun
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu

keseluruhan yang berkaitan satu sama lain
sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya
diharapkan seorang ibu akan dapat
meningkatkan dan berperan aktif dalam
kegiatan posyandu dan akan selalu
berperilaku, bertindak dan bersikap untuk
mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo,
2005).
Beberapa dampak yang dialami balita, bila
ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu
antara lain tidak mendapatkan penyuluhan
kesehatan tentang pertumbuhan balita yang
normal, tidak mendapat vitamin A untuk
kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui
pertumbuhan berat badan balita tiap bulan, ibu
balita tidak mendapatkan pemberian dan
penyuluhan tentang makanan tambahan
(PMT). Dengan aktif dalam kegiatan
posyandu ibu balita dapat memantau tumbuh
kembang balitanya (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan penulis di wilayah kerja Puskesmas
Cimahi Selatan dengan jumlah status gizi
kurus sebanyak 152 balita (5,65%), normal

sebanyak 2394 balita (88,85%), dan gemuk
sebanyak 146 balita (5,43%). Kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan yang
memiliki balita dengan status gizi kurus dan
gemuk terbanyak adalah kelurahan utama. Di
kelurahan utama terdiri dari 16 RW yaitu
salah satunya RW Lembur Sawah dengan
jumlah 504 balita. Lembur Sawah mempunyai
3 Posyandu yaitu Posyandu Dahlia A,
Posyandu Dahlia B dan Posyandu
Bougenville.
Posyandu
Bougenville
mempunyai masalah status gizi terbanyak
dibandingkan Posyandu Dahlia A dan Dahlia
B. Pada Posyandu Bougenville diperoleh hasil
bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan
program Posyandu dengan status gizi balita
yang diukur melalui lembar kuesioner
menunjukan dari 10 ibu yang pengetahuan
baik sebanyak 7 orang (70%) menyatakan
rutin melakukan kunjungan ke posyandu
untuk melihat tumbuh kembang anaknya dan
pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (30%)
menyatakan tidak perlu rutin melakukan
kunjungan ke posyandu selama anaknya
sehat. Kunjungan ibu dan balita ke posyandu
dilaksanakan setiap satu bulan satu kali,
jumlah semua balita di RW 16 yaitu 266 balita
dengan balita yang hadir sebanyak 190 balita
dan yang tidak hadir sebanyak 76 balita.
Dengan demikian masih terdapatnya
pengetahuan ibu yang kurang tentang
pemanfaatan posyandu pada status gizi balita.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan
pengetahuan
ibu
dalam
pemanfaatan posyandu dengan status gizi
balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi
Selatan.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini termasuk penelitian
analitik dengan pendektana cross sectional
(Riyanto, 2011).

Penelitian ini dilakukan di Posyandu
Bougenville Kota Cimahi Selatan pada bulan
Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang memiliki anak usia
1-5 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan teknik accidental
sampling.
Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang memiliki anak usia 15 tahun berjumlah 73 orang. Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan teknik accidental
sampling.
Alat dan Bahan
Alat pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah kuesioner dan lembar observasi.
Kuesioner berisi data yang meliputi nama ibu
(inisial), nama anak (inisial), umur/tanggal
lahir anak dan ibu, pendidikan ibu. Untuk
variabel
pengetahuan
ibu
tentang
pemanfaatan program posyandu berisi 18
pertanyaan.
Alat ukur untuk variabel status gizi balita
dilihat dengan cara menimbang berat badan
(BB) dan mengukur tinggi badan (TB) dengan
ambang batas (Z-Score).
Uji validitas ini dilaksanakan di Wilayah
Kerja Puskesmas Cimahi Tengah terhadap 20
responden yang datang ke salah satu posyandu
wilayah kerja puskesmas Cimahi Tengah,
dengan nilai kemaknaan (0,05) r tabel
(product moment) sebesar 0,444, dikatakan
tidak valid jika nilai r hitung ≤r tabel (0,444).
Reliabilitas
pada
kuesioner
tingkat
pengetahuan dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan rumus alpha cronbach, hasil
tersebut maka diputuskan bahwa pengetahuan
ibu dalam pemanfaatan posyandu dinyatakan
reliable dan dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian. Pengelolaan dan analisis data
menggunakan komputer. Analisis terdiri dari
analisis univariat dan analisis bivariat

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 12 No. 2, Agustus 2017

Jalannya Penelitian
1. Langkah I Penelitian
a. Mencari Fenomena Dan Masalah
Penelitian
b. Menentukan Judul Penelitian
c. Mengajukan surat izin pengambilan
data awal
d. Mendapatkan surat izin penelitian
e. Menentukan Lahan Penelitian
f. Melakukan Studi Pendahuluan
g. Melakukan Studi Kepustakaan
h. Menyusun Proposal Penelitian dan
i. Melaksanakan Seminar Proposal
j. Memperbaiki Hasil Seminar
k. Mengurus
perizinan
untuk
pelaksanaan penelitia
2. Langkah II Penelitian
a. Mendapatkan izin dari lapangan untuk
melakukan penelitian
b. Melaksanakan penelitian di Posyandu
Bougenville Kota Cimahi Selatan
Tahun 2017
c. Melakukan pengolahan dan analisis
data
d. Mengambil kesimpulan
3. Langkah III Penelitian
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Mempresentasikan hasil penelitian
c. Memperbaiki dan dokumentasikan
hasil peneliti
Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian
ini bertujuan untuk melihat distribusi
frekuensi dan persentase dari variabel
pengetahuan ibu tentang pemanfaatan
posyandu dengan status gizi balita.
Analisis univariat dapat disajikan
dengan menggunakan rumus distribusi
frekuensi yaitu :
𝑥
F = 𝑤 x 100 %
Keterangan :
F : Frekuensi
X : jumlah kasus dalam variabel
W : Jumlah sampel

1. Analisi Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk
mengungkapkan hubungan variabel
bebas dengan variabel terikat yang
diduga saling berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisis bivariat dalam penelitian ini
digunakan untuk mengungkapkan
hubungan pengetahuan ibu dalam
pemanfaatan posyandu dengan status
gizi balita di Posyandu Bougenville
Kota Cimahi Selatan Tahun 2017.
Analisis bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan
analisis Chi Square (X2) karena dua
variabel merupakan data kategorik
(nominal dan ordinal) dengan tingkat
kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,5
(5%) (Riyanto, 2011).

𝑥2 = ∑

(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑓𝑒

Keterangan :
x2 : Nilai Kai – Kuadrat (Chi – Square)
fo : Frekuensi yang di observasi (frekuensi
empiris)
fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi
teoritis)
∑ : Jumlah semua pertanyaan

Uji kemaknaan dilakukan dengan
menggunakan α= 0,05 dan Confidence
Interval (CI) 95% (Penelitian di
kesehatan masyarakat) dengan nilai
kemaknaan jika pvalue < 0,05 maka Ho
fe : frekuensi yang diharapkan
∑fk : jumlah frekuensi pada kolom
∑fb : frekuensi pada garis
∑T : jumlah keseluruhan baris kolom
Bila terdapat sel yang mempunyai
nilai expected 0,05 maka
Ho diterima (Riyanto, 2011).
Adapun rumus mencari frekuensi teoritis
(fe)
fe =

(∑ 𝑓𝑘)𝑋(∑ 𝑓𝑏)
∑𝑇

adalah Chi Square. Berdasarkan hasil uji
tersebut didapatkan nilai P value 0,002 <
0,05 yang berarti Ho ditolak atau adanya
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu dalam pemanfaatan
program posyandu dengan status gizi
balita.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel I. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu di Posyandu
Bougenvile Kota Cimahi Selatan Tahun 2017
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total

Frekuensi
0
19
54
73

Persentase(%)
0
26.0
74.0
100

Berdasarkan tabel I menunjukan bahwa dari 65 responden diketahui hampir seluruh
responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan program posyandu
yaitu sebanyak 54 ibu (78,5%).
Tabel II. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi
Selatan Tahun 2017
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk

0
28
45
0

0
38,4
61,6
0

Total

73

100

Berdasarkan tabel II di atas menunjukan bahwa dari 73 responden, sebagian kecil
dari responden yang mempunyai status gizi kurus yaitu 28 balita (38,4%), dan yang
mempunyai gizi normal sebanyak 45 balita (61,6%).

Tabel III.

Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan Program Posyandu dengan
Status Gizi Balita di Posyandu Bougenville Kota Cimahi Selatan Tahun 2017

Pengetahuan
Ibu

Kejadian

Total

Sangat
Kurus
N %

Kurus
N

Cukup

0

0

Baik

0

Jumlah

0

Gemuk

%

N

%

N

%

N

%

13

68,4

6

31,6

0

0

19

100

0

15

27,8

39

72,2

0

0

54

100

0

28

38,4

45

61,6

0

0

73

100

Berdasarkan tabel III menunjukan
bahwa sebagian kecil dari 73 responden
terdapat 19 responden yang mempunyai
pengetahuan cukup dengan status gizi
kurus sebanyak 13 balita (68,4%) dan
status gizi normal sebanyak 6 balita (31%)
Sedangkan 54 responden yang mempunyai
pengetahuan baik dengan status gizi kurus
sebanyak 15 balita (27,8%) dan status gizi
normal sebanyak 39 balita (72,2%).
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel III bahwa, didapatkan hasil
uji statistik didapatkan nilai Pvalue (0,002) <
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dalam pemanfaatan program posyandu dengan
status gizi pada balita di Posyandu Bougenville
Kota Cimahi Selatan Tahun 2017. Berdasarkan
hasil CI (Confidence Interval) 95% ibu yang
mempunyai pengetahuan baik berpeluang 5.633
kali
untuk
memanfaatkan
posyandu
dibandingkan dengan ibu dengan pengetahuan
cukup. Sedangkan balita dengan kategori kurus
berpeluang 2.453 kali untuk memanfaatkan
program posyandu dibandingkan dengan kategori
normal.

.

P value

Normal

0,002

Adapun balita yang memiliki status gizi
kurang tapi pemanfaatan posyandunya baik,
dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologis,
kesehatan, dan sosial anak. Selain itu, keadaan
lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal
yang sangat penting juga dalam pemenuhan
gizi balita tersebut (Proverawati, 2009).

Salah satu faktor yang mempengaruhiibu
datang ke posyandu adalah pengetahuan.
Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang
penting bagi manusia, yang dapat merubah
persepsi mengenai suatu hal. Pengetahuan
diartikan sebagai pengalaman yang kita alami.
Pengalaman-pengalaman itu harus disusun
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang berkaitan satu sama lain
sebagai suatu gejala yang dapat diterangkan.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya
diharapkan seorang ibu akan dapat
meningkatkan dan berperan aktif dalam
kegiatan posyandu dan akan selalu
berperilaku, bertindak dan bersikap untuk
mendorong perilaku kesehatan (Notoatmodjo,
2005).
Salah satu indikasi pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat adalah
keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat
pelayanan tersebut dalam hal ini spesifik
kepada pemanfaatan pelayanan posyandu
yaitu keaktifan anaknya datang ke posyandu
atau keaktifan orang tua membawa anaknya.

Dengan ibu dapat melakukan penimbangan
rutin dan mengetahui status gizi balitanya
setiap bulan dan menambah pengetahuan ibu
balita tentang asupan makanan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi dapat mempengaruhi
status gizi.
Keaktifan ibu pada setiap kegiatan
posyandu tentu akan berpengaruh pada
keadaan status gizi anak balitanya. Karena
salah satunya tujuan posyandu adalah
memantau peningkatan status gizi masyarakat
terutama anak balita dan ibu hamil. Agar
tercapai itu semua maka ibu yang memiliki
anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan
posyandu agar status gizi balitanya terpantau
(Kristiani, 2007).
Status gizi baik atau status gizi optimal
terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan
pertumbuhan
fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin. Gizi kurang dapat terjadi karena
seseorang mengalami kekurangan salah satu
zat gizi atau lebih dalam tubuh. Akibat yang
terjadi apabila kekurangan gizi antara lain
menurutnya kekebalan tubuh (mudah terkena
penyakit infeksi), terjadinya gangguan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan,
kekurangan energi yang dapat menurunkan
produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya
seseorang dalam menerima pendidikan dan
pengetahuan mengenai gizi (Almatsier, 2004).

KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah dapat
diketahui bahwa dari 73 responden, sebagian
besar
dari
responden
mempunyai
pengetahuan baik tentang pemanfaatan
program posyandu yaitu 54 ibu (74%),
sebagian besar responden dengan status gizi
balita normal yaitu 45 balita (61,6%),
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
dalam pemanfaatan program posyandu
dengan status gizi balita dengan nilai P-value
(α = 0,002), artinya < 0,05. Diharapkan bagi
tenaga kesehatan penelitian ini dapat
dijadikan dasar dalam upaya peningkatan
program perbaikan
gizi
masyarakat
dipuskesmas tentang status gizi balita dan
kunjungan
rumah
(home
visit),
meningkatkan kerja kader di posyandu
dengan pelatihan dan identifikasi penyebab
ibu dengan pengetahuan yang kurang,
sehingga
pengetahuan
ibu
dalam
pemanfaatan posyandu dapat meningkat.
Bagi peneliti selanjutnya banyak faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ibu dalam
pemanfaatan posyandu dengan status gizi,
sehingga diperlukan penelitian lanjutan
dengan beragam populasi yang lebih besar
dan pendekatan penelitian yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. (2010). Sistem Kesehatan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Adriani, m. (2012). Peranan Gizi dalam
Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.
Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto,
S.
(2013).
PROSEDUR
PENELITIAN : Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes. (2011). Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan Indonesia,
www.depkes.go.id.
Depkes. (2013). Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan Indonesia,
www.depkes.go.id.
Depkes. (2015). Profil Kesehatan Indonesia.
Kementerian Kesehatan Indonesia,
www.depkes.go.id.
Fitriani,
I.
(2010).
HUBUNGAN
PENDIDIKAN IBU DENGAN
KUNJUNGAN
BALITA
KE
POSYANDU DI KECAMATAN
PEMULUTAN
SELATAN
KABUPATEN
OGAN
HILIR.
http://server2.docfoc.us.diperoleh
pada tanggal 3 Maret 2017
Gizi, Departemen. (2011). Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K., &
Supradi. (2007). Promosi Kesehatan :
Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar
dalam
Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan
dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Octavianis, U. J. (2008). HUBUNGAN
KEAKTIFAN
KELUARGA
DALAM KEGIATAN POSYANDU.
www.researchgate.net.
diperoleh
pada tanggal 16 Mei 2017
RI, K. K. (2011). Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Riduwan, D. (2012). Belajar Mudah
Penelitian Untuk Guru, Karyawan
dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sulistyorini, C. I. (2010). Posyandu & Desa
Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Supariasa, D. N. (2016). Penilaian Status
Gizi. Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC.
Triwahyudianingsih. (2009). HUBUNGAN
ANTARA SIKAP IBU BALITA
TERHADAP
KEAKTIFAN
DALAM KEGIATAN POSYANDU
III DUSUN BOTO KABUPATEN
TULUNGAGUNG.
https://eprints.unc.ac.id.diperoleh
pada tanggal 16 Mei 2017

Dokumen yang terkait

View of PENGARUH DELAY CORD CLAMPING TERHADAP KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI KOTA CIMAHI

1 1 14

View of HUBUNGAN PROMOSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PERILAKU K3 PADA KARYAWAN SUB DEPARTEMEN PRODUKSI

0 2 12

View of EVALUASI PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DOSEN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1 DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

0 0 13

PENGARUH PENDAMPINGAN TEKNIK MENYUSUI TERHADAP PERUBAHAN PANDANGAN BUDAYA DAN KEPERCAYAAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI DI RUANG PERINATALOGI RSUD CIBABAT - CIMAHI TAHUN 2017 Chatarina Suryaningsih1 , Hemi Fitriani2 , Cici Cahyani Budiarti3 Stikes Jenderal Achm

3 2 11

View of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KB METODE AMENOREA LAKTASI: STUDI DISRIPTIF

0 0 9

View of HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINDAKAN BULLYING PADA ANAK KELAS 4 DAN 5 DI SDN RANCALOA BANDUNG TAHUN 2017

0 2 13

Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK - View of PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERNYANYI TERHADAP PELAKSANAAN CUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RA BAITURRAHIM CIBEBER CIMAHI TAHUN 2017

1 1 11

View of HUBUNGAN OBESITAS DENGAN RISIKO OBSTRUKTIF SLEEP APNEA PADA MAHASISWA DI STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

0 0 8

PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL SUNDA TEMBANG CIANJURAN TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI UNIT HEMODIALISA RSUD SAYANG CIANJUR Evangeline H¹, Lilis Rohayani², Irma Febriani³ Stikes Jenderal Achmad Yani Cima

0 0 11

View of PERBEDAAN PENURUNAN TEKANAN DARAH MELALUI KONSUMSI PISANG AMBON PADA LANJUT USIA

0 0 8