Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK - View of PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERNYANYI TERHADAP PELAKSANAAN CUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RA BAITURRAHIM CIBEBER CIMAHI TAHUN 2017

  

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BERNYANYI TERHADAP

PELAKSANAAN CUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RA BAITURRAHIM CIBEBER CIMAHI TAHUN 2017

1 2 3 Nida Kania Septiarani , Siti Dewi Rahmayanti , M. Budi Santoso

Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

  

ABSTRAK

  Perilaku hidup bersih dan sehat bisa dimulai dengan melakukan cuci tangan. Rata-rata perilaku kebiasaan cuci tangan masih rendah dimana 3% cuci tangan menggunakan sabun, 12% cuci tangan setelah BAB, 9% cuci tangan pakai sabun setelah membantu BAB bayi, 14% cuci tangan pakai sabun sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi, 6% sebelum menyiapkan makan. Pembiasan perilaku cuci tangan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dengan metode pembelajaran bernyanyi akan membuat anak menjadi lebih mudah mengingat materi yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran bernyanyi terhadap pelaksanaan cuci tangan. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan pretest posttest with control group design. Jumlah sampel sebanyak 24 responden dengan tehnik sampling yang digunakan adalah Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi (lembar ceklis). Analisis statistik uji Man Withney test. Hasil penelitian pelaksanaan cuci tangan sebelum pada kelompok intervensi didapatkan nilai tengah 4,00 dan pada kelompok kontrol didapatkan nilai tengah 4,00 . Nilai tengah pelaksanaan cuci tangan sesudah pada kelompok intervensi 9,50 yang menunjukan pelaksanaan cuci tangan baik, sedangkan pelaksanaan cuci tangan sesudah pada kelompok kontrol didapatkan nilai tengah 4,00 yang menunjukan pelaksanaan cuci tangan kurang. Perbedaan pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi dan kelompok kontrol sesudah dengan hasil uji Man Withney diperoleh nilai p = 0.0001 (p < 0,05) yang menunjukan terdapat pengaruh metode pembelajaran bernyanyi terhadap pelaksanaan cuci tangan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan RA Baiturrahim menjadikan metode pembelajaran bernyanyi dengan pemutaran lagu cuci tangan sebagai salah satu program sekolah dalam upaya pembiasaan pelaksanaan cuci tangan. Kata kunci : PHBS, cuci tangan, metode pembelajaran bernyanyi

  

ABSTRACT

A clean and healthy lifestyle can be started by hand washing. Hand washing behavior is still low where

3% wash hands with soap, 12% wash hands after bowel movements, 9% wash hands with soap after

helping infant bowel, 14% washing hands with soap before meals, 7% before feeding baby 6% Before

preparing a meal. Dissolution of handwashing behavior can be done with the provision of health

education. Health education by the method of learning to sing will make the child becomes easier given

the material given in the long term. This research aims to know the influence of method of learning

singing on the implementation of hand washing. The research method used was Quasi Eksperimen pretest

posttest with control group design. The number of samples were 24 respondents with sampling technique used is

Random Sampling. The instrument used is an observation sheet (checklist). Statistical analysis using Man Withney

test. The result of hand washing before intervention group got middle value 4,00 and control group got middle

value 4,00. The middle value of hand washing after the intervention group 9.50 indicates good handwashing,

while hand washing after control group obtained a median value of 4.00 which indicates less hand washing. The

difference of hand washing in intervention group after being given learning method of singing and control group

after Man Withney test result obtained p value = 0.0001 (p <0,05) showing that there is influence of learning

method of singing to hand washing implementation. Based on the research results suggested RA Baiturrahim

make learning methods sing as one of the school programs in the effort to habituate handwashing.

  Keyword : PHBS, handwashing, singing learning method

  PENDAHULUAN

  Anak bukan merupakan kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual (Supartini, 2004).

  Anak dengan usia 4-6 tahun disebut anak prasekolah, anak diusia ini sering disebut dengan masa aesthetic, yaitu masa dimana berkembangnya rasa keindahan. Hal ini terjadi karena pada saat anak berada diusia ini panca indera anak sedang dalam keadaan peka (Rumini & Sundari, 2013). Menurut (Supartini, 2004) pada anak prasekolah kemampuan interaksi lebih luas dan perkembangan konsep diri telah di mulai pada periode ini. Anak-anak pada masa ini membutuhkan hubungan sosial yang lebih luas, mempelajari standar peran, memperoleh control dan penguasaan diri, semakin menyadari sikap ketergantungan dan kemandirian, serta memulai bentuk konsep diri (Wong, 2009).

  Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku, dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik disekolah (Dermawan, 2012). Pada anak usia prasekolah, anak sering menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal yang ada dalam dunianya. Dimana anak lebih suka bermain dengan segala sesuatu yang dekat dengan dirinya, seperti menggunakan untuk meletakan sesuatu barang dimulutnya, makan dan membuang sekretnya sendiri (Wong, 2009). Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada tingginya kejadian infeksi pada anak usia prasekolah karena memudahkan penyebaran penyakit infeksi melalui tangan. Bibit penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh melalui tangan yang akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti diare, cacingan, TB, infeksi tangan dan mulut, dan ISPA (Depkes, 2011).

  Salah satu penyakit yang sering menyerang pada anak adalah diare. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita dan anak usia prasekolah didunia dan UNICEF melaporkan setiap detik seorang anak meninggal karena diare. Hal ini banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia karena buruknya perilaku hygiene perorangan dan sanitasi masyarakat yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi dan pendidikan (Evayanti, 2014).

  Pada anak usia dibawah lima tahun diare merupakan penyebab kematian terbanyak dengan persentase 25,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008). Hasil dari survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d tahun 2010 menunjukan kecenderungan meningkatnya kasus diare, dimana dari 301/1000 penduduk menjadi 411/1000 pendudukan (Kementerian Kesehatan, 2011). Diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal karena diare, selain diare penyakit yang membahayakan karena perilaku yang tidak bersih dan sehat adalah cacingan (Depkes, 2011).

  Perilaku mencuci tangan sangatlah penting untuk mencegah terjadinya penyebaran kuman penyebab penyakit seperti diare, ISPA dan flu burung. Dengan mencuci tangan menggunakan sabun akan mengurangi terjangkitnya resiko terkena diare lebih dari 40% dan mengurangi resiko penyakit infeksi saluran pernafasan hampir 25%. Selanjutnya mencuci tangan dapat mencegah penularan penyakit pada anak seperti diare dan pilek yang ditularkan melalui tangan (Malawi, 2010). Perilaku hidup bersih dan sehat bisa dimulai dengan melakukan cuci tangan. Salah satu untuk membudayakan perilaku mencuci tangan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Mencuci tangan dengan benar harus sudah mulai diajarkan saat sudah banyak bermain dan banyak melakukan kontak dengan lingkungan. Tujuan diberikannya pendidikan kesehatan untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat atau belum sehat menjadi perilaku sehat (Fitriani, 2011).

  Membiasakan anak untuk hidup bersih dan sehat memang tidak mudah, diperlukan kesabaran dan ketelatenan. Untuk itu, kebiasaan hidup bersih dan sehat perlu diajarkan sedini mungkin. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak terbiasa dengan kebiasaaan hidup bersih dan sehat, sehingga nantinya akan terbawa sampai dewasa bahkan akan diajarkan kembali pada keturunan mereka (Rahman, 2014). Perkembangan psikososial anak usia prasekolah sedang berada ditahap awal, dimana pada tahap awal akan mempengaruhi perkembangan psikososial pada tahap selanjutnya (Jamaris, 2006).

  Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), pelaksanaan bidang pengembangan pembiasaan perilaku di Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan, kegiatan terprogram. Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika waktu istirahat/makan/bermain dengan pembiasaan perilaku mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah makan. Menurut (Dalyono, 2007) cara belajar seseorang akan mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya, Belajar tanpa memperhatikan tehnik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan menyebabkan hasil yang kurang memuaskan.

  Pendidikan kesehatan pada anak usia empat sampai dengan enam tahun diperlukan metode yang memungkinkan anak dapat belajar secara nyata. Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak usia prasekolah, diantaranya 1 bercerita, 2 demontrasi, 3 bercakap- cakap, 4 pemberian tugas, 5 bermain peran, 6 karyawisata, 7 eksperimen, 8 bernyanyi, dan 9 pembelajaran terpadu. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014). Proses pembelajaran yang nyata dapat dilakukan yaitu dengan bernyanyi.

  Anak memiliki kecenderungan yang alami untuk bernyanyi dan bermain karena kedua aktivitas ini memegang peranan penting dalam perkembangan mereka. Belajar dengan cara bernyanyi dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan koordinasi pada tubuh anak, kelincahan dan kegembiraan (Widhianawati, 2011)

  Bernyanyi merupakan kegiatan yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Melalui nyanyian atau lagu banyak pesan yang dapat disampaikan kepada anak-anak, dengan kegiatan bernyanyi suasana belajar akan lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan rasa sedih, anak-anak merasa terhibur dan lebih bersemangat. Dengan bernyanyi potensi otak kanan dapat dioptimalkan sehingga pesan-pesan yang diberikan akan lebih lama tinggal di memori anak (memori jangka panjang). Dengan demikian anak akan selalu mengingat pesan- pesan yang diterimanya.

  Hasil obervasi langsung pengambilan data awal pada tanggal 23 Februari 2017 dari 10 anak yang berusia 5-6 tahun semua anak tidak mencuci tangan dengan benar, 6 orang melakukan cuci tangan dengan sabun namun tidak sesuai dengan tehnik dan 4 orang lainnya melakukan cuci tangan tidak menggunakan sabun dan tidak melakukan cuci tangan dengan benar. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini “Pengaruh metode pembelajaran bernyanyi terhadap

METODE PENELITIAN

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Semu dengan jenis Pretest- posttest Non Equivalent Control Group . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran bernyanyi pada kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah tanpa diberikan intervensi. Pemberian intervensi pada kelompok intervensi dalam 6 kali pertemuan selama 6 hari tentang pelaksanaan teknik cuci tangan dengan menggunakan metode pembelajaran bernyanyi. Pengumpulan data pada kelompok intervensi dilaksanakan dari tanggal 21 April sampai dengan 16 Mei 2017. Untuk kelompok kontrol mendapatkan perlakukan dari tanggal 16 Mei

  • – 23 Mei 2017. Jumlah responden 24 orang pada kelompok intervensi dan 24 orang pada kelompok kontrol, pada anak usia prasekolah di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi.

  HASIL PENELITIAN 1.

  Pelaksanaan Cuci Tangan Sebelum Perlakuan Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

  Tabel 1 : Distribusi rata-rata pelaksanaan cuci tangan sebelum diberikan metode pembelajaran bernyanyi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017. pelaksanaan cuci tangan pada anak usia prasekolah di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi”.

  Kelompok Median Minimal- Maximal

  SD N Intervensi 4,00 3-5 0,690 24 Kontrol 4,00 1-4 0,881 24

  Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1 didapatkan bahwa nilai tengah pelaksanaan cuci tangan sebelum pada anak kelompok intervensi 4,00 dengan nilai minum 3 nilai maximum 5 dan standar deviasi 0,690 yang menunjukan bahwa pelaksanaan cuci tangan anak pada kelompok intervensi di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi sebelum diberikan intervensi metode pembelajaran bernyanyi adalah kurang.

  2. Pelaksanaan cuci tangan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

  Tabel 2 : Distribusi Rata-rata Pelaksanaan Cuci Tangan Sesudah Perlakuan Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017

  Kelompok Median Minimal- Maximal

  SD N Intervensi 9,50 8-10 0,654

  24 Kontrol 4,00 3-5 0,464

  24 Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai tengah pelaksanaan cuci tangan sesudah pada anak kelompok intervensi 9,50 dengan nilai minum 8 nilai maximum 10 dan standar deviasi 0,654 yang menunjukan bahwa pelaksanaan cuci tangan anak pada kelompok intervensi di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi setelah diberikan intervensi metode pembelajaran bernyanyi adalah baik.

  3. Perbedaan pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi dan kelompok kontrol di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017.

  Tabel 3 : Perbedaan pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi

  Kelompok N Median (min- max)

  SD P Value

  Intervensi 24 9,50 (8-10)

  2,815 0,0001 Kontrol 24 4 (3-5) 0,505

  Hasil analisis pelaksanaan cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi pada kelompok intervensi menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan teknik cuci tangan sebelum dan sesudah perlakuan.

  PEMBAHASAN

1. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1

  didapatkan bahwa nilai tengah pelaksanaan cuci tangan sebelum pada anak kelompok intervensi 4,00 dengan nilai minum 3 nilai maximum 5 dan standar deviasi 0,690 yang menunjukan bahwa pelaksanaan cuci tangan anak pada kelompok intervensi di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi sebelum diberikan intervensi metode pembelajaran bernyanyi adalah kurang.

  Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan dengan benar saat penelitian pada anak yaitu faktor informasi yang belum didapatkan oleh anak sehingga pengetahuan anak masih kurang, belum sesuai tersedianya fasilitas untuk cuci tangan seperti sabun cuci tangan, belum ada contoh yang diberikan oleh guru, orang tua, dan petugas kesehatan tentang cuci tangan dengan baik dan benar pada anak. Kondisi ini harus menjadi perhatian bagi perawat dan tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pelaksanaan cuci tangan dengan benar yang memiliki efek sangat besar dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

  Menurut (Kusbiantoro, 2015) tentang pemberian health education meningkatkan kemampuan anak mencuci tangan menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi cuci tangan dengan benar pada anak yaitu faktor keyakinan individu terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, ketersediaan sarana dan fasilitas memungkinkan terwujudnya kemampuan cuci tangan dengan baik, faktor perilaku dari orang tua dalam meningkatkan dan membiasan perilaku cuci tangan pada anak. Pengetahuan orang tua terhadap kemampuan cuci tangan juga dapat mempengaruhi minat anak untuk melakukan cuci tangan secara mandiri.

  Berdasarkan hasil pengamatan saat penelitian orang tua yang mengerti tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar hanya sedikit, sebagian anak sudah ada yang tahu bagaimana langkah-langkah cuci tangan namun hanya beberapa langkah saja. Selain itu, fasilitas untuk cuci tangan masih kurang. Hasil penelitian (Hastuti, 2011) tentang hubungan peran orang tua dengan kebiasaan anak mencuci tangan pada anak prasekolah didapatkan hasil bahwa peran orangtua mutlak dibutuhkan untuk terbentuknya kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak terutama adalah kebiasaan mencuci tangan. Semakin baik peran orangtua terutama dengan pemberian keteladanan, pendidikan pentingnya kesehatan dan serta ketersediaan sarana prasaranan penunjang maka akan semakin baik pula kebiasaan anak untuk menerapkan kebiasaan mencuci tangan dalam setiap selesai melakukan aktivitas. Rendahnya prilaku cuci tangan pada anak prasekolah di RA Baiturrahim karena banyak faktor yang mempengaruhiseperti faktor lingkungan yang dirasafaktor paling dominan yangmempengaruhi prilaku seseorang.Faktor lingkungan sosial sepertikurangnya sosialisasi atau kurangadanya stimulus dari luar tentangcara cuci tangan yang benar yangmembuat prilaku cuci tangan masihdikatakan rendah.

  2.Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai tengah pelaksanaan cuci tangan sesudah pada anak kelompok intervensi 9,50 dengan nilai minum 8 nilai maximum 10 dan standar deviasi 0,654 yang menunjukan bahwa pelaksanaan cuci tangan anak pada kelompok intervensi di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi setelah diberikan intervensi metode pembelajaran bernyanyi adalah baik.

  Hal yang menyebabkan terjadi peningkatan pada kelompok intervensi karena kelompok intervensi mendapatkan informasi tentang bagaimana pelaksanaan cuci tangan. Pemberian informasi tentang cuci tangan diberikan dengan motede pembelajaran bernyanyi dalam 6kali pertemuan selama 6hari. Metode bernyanyi merupakan salah satu metode pembelajaran anak usia prasekolah, kegiatan bernyanyi salah satu kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak. Melalui nyanyian atau lagu banyak pesan yang dapat kita sampaikan kepada anak-anak, melalui bernyanyi suasana belajar akan lebih menyenangkan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh (Putri, 2016) tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan media lagu terhadap praktik cuci tangan didapatkan hasil bahwa memberikan pendidikan kesehatan secara bertahap akan memberikan rangsangan secara bertahap dan berulang dengan lagu membuat mereka senang, meningkatkan daya tarik terhadap materi yang diajarkan, dan menjadi jembatan dalam mengingat syair lagu tersebut.

  Menurut (Wiyani & Barnawi, 2012), bernyanyi akan menyebabkan potensi belahan otak kanan dapat dioptimalkan sehingga pesan- pesan yang diberikan akan lebih lama tinggal di memori anak. Dengan demikian, anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya. Hasil pengamatan selama penelitian, pemberian intervensi dengan metode pembelajaran bernyanyi pada anak usia prasekolah selama 6kali pertemuan sangatlah efektif. Anak-anak lebih antusias untuk melakukan gerakan langkah cuci tangan sambil bernyanyi, pada pertemuan pertama sebagian anak-anak sudah mengerti tentang pelaksanaan cuci tangan yang diajarkan, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Isnaningsih, 2016) bahwa bernyanyi merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang secara nyata mampu membuat anak senang dan bergembira kemudian bernyanyi juga dapat menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran bagi anak.

  Berbeda dari kelompok intervensi, pada kelompok kontrol sesudah tidak mengalami perbedaan, namun memang di kelompok kontrol mengalami peningkatkan nilai minimum dan nilai maximum walaupun demikian nilai pelaksanaan cuci tangan pada anak-anak dikelompok kontrol tetap kurang. Kendala utama yang dihadapi oleh anak kelompok kontrol yaitu tidak mendapatkan informasi sehingga anak dikelompok kontrol tidak mengetahui bagaimana pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan lembar observasi.

  Hasil Penelitian (Apriani, 2012) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku mencuci tangan anak usia prasekolah bahwa pendidikan kesehatan bagi anak mempunyai dampak dan pengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang, semakin seseorang mengerti maka akan semakin baik pula perilakunya. Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana fakta dilapangan yaitu pada anak kelompok kontrol tidak mendapat paparan informasi yang diberikan dengan metode pembelajaran bernyanyi sehingga tidak terjadi perubahan perilaku pada anak kelompok kontrol hal tersebut menyebabkan rata-rata nilai pelaksanaan cuci tangan pada anak kelompok kontrol tetap masih kurang.

  Tidak terjadinya peningkatan nilai pelaksanaan cuci tangan pada anak kelompok kontrol disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki khususnya penggunaan sabun serta langkah-langkah mencuci tangan, kurangnya pemanfaatan fasilitas serta penggunaan sabun cuci tangan, serta tidak adanya evaluasi dari guru tentang bagaimana pelaksanaan cuci tangan. Kurangnya upaya untuk mempengaruhi perilaku anak dalam mencuci tangan pakai sabun juga terlihat dari tidak adanya kurikulum pembelajaran mengenai pendidikan kesehatan terutama cuci tangan.

  3.Berdasarkan tabel 3,didapatkan hasil analisis pelaksanaan cuci tangan sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi pada kelompok intervensi menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan teknik cuci tangan sebelum dan sesudah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pelaksanaan teknikmencuci tangan yaitu 24 respondenmemiliki kategori baik dalam pelaksanaancuci tangan setelah diberikan metode pembelajaran bernyanyi. Hasil analisis pelaksanaan cuci tangan pada kelompok kontrol menunjukan tidak adanya peningkatan antara pelaksanaan cuci tangan sebelum dan sesudah. Hal ini terbukti dengan 24 responden dikategorikan kurang dalam pelaksanaan cuci tangan.

  Secara deskriftif terlihat adanya perbedaan nilai pelaksanaan cucitangan pada kedua kelompok dapat dilihatdari rata-rata skor pelaksanaan cuci tangan post test, median pelaksanaan cuci tangan sesudah pada kelompok intervensi dengan median 9,50 dapat dikategorikan baik sedangakan medianpelaksanaan cuci tangan sesudah pada kelompok kontrol adalah 4 dapat dikategorikan kurang. Hal tersebutmenunjukan ada pengaruh metode pembelajaran bernyanyi laguterhadap pelaksanaan cuci tangan, dimana rata-rata pelaksanaan cuci tangan pada kelompok kontrol tanpa pemberian intervensi metode pembelajaran bernyanyi lebih rendah dari pada pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi sesudah diberikan metode pembelajaran bernyanyi.

  Peningkatan pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi merupakan pengaruh dari metode pembelajaran bernyanyi. Melalui kegiatan bernyanyi banyak pesan-pesan yang bisa disampaikan kepada anak. Dengan demikian maka pengetahuan dan keterampilan perilaku hidup sehat bisa disampaikan kepada anak melalui kegiatan bernyanyi. Melalui kegiatan bernyanyi apalagi jika dilakukan bersama-samaantara pendidik dan anak maka akan terciptasuasana yang menyenangkan, sehingga pesan disampaikan pendidik mudah diserap oleh anak. Jadi metode bernyanyi bisa digunakan dalam mengembangkan perilaku hidup sehat pada anak prasekolah.

  Hasil penelitan yang dilakukan oleh peneliti sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ilmi, 2015) tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode bernyanyi terhadap perilaku mencuci tangan anak prasekolah (3-6 tahun) menunjukan bahwa perilaku mencuci tangan pada anak sebelum diberikan perlakuan pendidikan kesehatan metode bernyanyi masih kurang ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari 42 anak di RA Perwanida Krangkongan Tegalwangi Umbulsari Jember dimana nilai rata-rata yang didapat yakni 2,48 (kurang) dengan nilai minimum 1 dan nilai maximum 4. Setelah diberikan pendidikan kesehatan metode bernyanyi pengalami peningkatan nilai perilaku mencuci tangan yaitu 6,12 (baik) dengan nilai minimum 4 dan nilai maximum 7. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa masih kurangnya nilai pelaksanaan cuci tangan pada kelompok kontrol penyebabnya adalah masih kurangnya informasi mengenai cuci tangan sesuaidengan posedur serta anak yang belum tau tentang manfaat mencuci tangan dengan benar. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cuci tangan dan bagaimana langkah-langkah cuci tangan pada anak prasekolah, agar anak lebih memahami tentang pentingnya menjaga kebersihan terutama dalam hal cuci tangan dan mengaplikasikan bagaimana cara melakukan cuci tangan dengan baik dan benar.

  Penggunaan metode pembelajaran yang tepat adalah salah satu prinsip dalam pemberian pendidikan kesehatan pada anak usia prasekolah. Metode pembelajaran yang tepat dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam proses belajar sehingga dapat memahami materi yang diberikan. Menurut (Dalyono, 2007) cara belajar seseorang akan mempengaruhi hasil pencapaian hasil belajarnya, belajar tanpa memperhatikan tehnik dan faktor psikologis, dan ilmu kesehatan akan menyebabkan hal yang kurang memuaskan.

  Bernyanyi merupakan salah satu metode pembelajaran yang memang dianjurkan untuk anak usia prasekolah. Bernyanyi juga merupakan media yang sangat terjangkau karena dapat dilakukan tanpa menggunakan alat khusus, serta dapat digunakan kapan dan dimana saja. Hal tersebut sejalan dengan yang dilakukan peneliti dimana peneliti mengajarkan cuci tangan dengan menggunakan metode pembelajaran bernyanyi dan itu sangat efektif.

  Dengan bernyanyi dapat mengaktifkan kedua bagian otak manusia secara bersamaan. Otak bagian kanan menentukan kecerdasan emosi, kreativitas, dan cita rasa estetis, sedangkan otak bagian kiri membantu manusia untuk berpikir, berhitung, menganalisa, dan merinci sesuatu. Selain itu lagu dapat mengasah daya ingat seseorang, menciptakan suasana yang menyenangkan, menghilangkan ketegangan, dan membuat pikiran selalu siap untuk mampu berkonsentrasi (Wiyani & Barnawi, 2012).

  Anak Usia Prasekolah memilikiperan penting untuk mengembangkan karakter positif pada anak. Pada masa ini perkembangan anak sangat cepat dan akan berpengaruh pada masa yang akan datang sehingga perlu distimulasi agar berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidik perlu menggunakan metode yang kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka seorang guru dapat menggunakan media lagu untuk menyampaikan informasi kesehatan kepada anak-anak. Guru dapat memodifikasi syair lagu dengan menggunakan irama yang mudahdihafalkan dan diingat sehingga anak dapat lebih mudah menerapkannya. Guru dapat menggunakan lebih dari satu media pembelajaran untuk melayani keberagaman karakter dan tipe belajar siswa. Hal ini dapat meningkatkan minat siswa untuk melakukan praktik mencuci tangan karena mereka dapat menyerap materi dengan cara yang sesuai dengan tipe belajar mereka.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh metode pembelajaran bernyanyi terhadap pelaksanaan cuci tangan pada anak usia prasekolah di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017 pada tanggal 27 April sampai dengan 16 Mei 2017 dengan jumlah responden 48 anak, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1.Ada perbedaan yang signifikan nilai pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diajarkan metode pembelajaran bernyanyi dengan hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,001.

  3.Ada perbedaan nilai pelaksanaan cuci tangan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diajarkan dengan metode pembelajaran bernyanyi dengan hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,001

  2.Ada perbedaan nilai pelaksanaan cuci tangan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diajarkan metode pembelajaran bernyanyi

DAFTAR PUSTAKA

  Bagi RA Baiturrahim diharapkan memberikan pelajaran dan mengembangkan kebiasaan anak untuk cuci tangan dengan benar. RA Baiturrahim juga diharapkan memberikan fasilitas untuk cuci tangan diarea sekolah agar menunjang anak dalam cuci tangan dengan bekerjasama dengan pihak yayasan.

  Dipetik Oktober 29, 2016, dari http://www.depkes.go.id Dermawan, D. (2012). Buku Ajar Keperawatan

  Pembelajaran Bahasa Melalui Bernyanyi dan Bercerita Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Anak TK ABA Seropan Dlingo Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 .

  Yogyakarta: Graha Ilmu. Isnaningsih, A. (2016). Pengaruh Metode

  Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita Yang Berobat Ke Badan Rumah Sakit Umum Tabanan Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan.

  Evayanti. (2014). Jurnal Kesehatan Lingkungan. Faktor-Faktor Yang

  1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

  Edisi

  Jakarta: Rieneka Cipta. Depkes. (2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit .

  Bagi Metode pembelajaran bernyanyi dalam penelitian ini dapat menstimulasi perkembangan anak dalam meningkatkan kemampuan pelaksanaan cuci tangan. Metode pembelajaran bernyanyi dapat dijadikan rujukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah dalam rangka pemenuhan aktivitas sehari-hari.

  Dalyono. (2007). Psikologi Pendidikan.

  SARAN

  Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2008). Riset Kesehatan

  Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing) volume 7 no 2 .

  Apriani, D. (2012). Perbedaan Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah di Berikan Pendidikan Kesehatan pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal

  Bagi Anak diharapkan dapat mandiri dan dapat meningkatkan kemampuan cuci tangan yang tentu dibimbing dan diawasi oleh orang tua anak.

  Bagi penelitian selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur ilmu pengetahuan untuk kegiatan belajar mengajar khususnya keperawatan anak tentang cara cuci tangan dengan baik menggunakan metode pembelajaran bernyanyi dan bisa dimodifikasi dengan metode bercerita yang sesuai dengan metode pembelaran anak usia prasekolah dengan hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0,006.

  Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Jamaris, M. (2006). Perkembangan dan

  Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Grasindo.

  Kementerian Kesehatan. (2011). Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun 2000-2007. Buletin

  Jendela Data dan Informasi Kesehatan .

  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

  (2014). Buku Panduan Pendidik

  Kurikulum 2013 PAUD Anak Usia 5-6 Tahun. Jakarta: Kementerian

  Pendidikan dan Kebudayaan RI. Rahman, A. (2014, Desember 19).

  Mengajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak . Dipetik Februari

  22, 2017, dari Kompasiana: Rumini, S., & Sundari, R. (2013).

  Perkembangan Anak dan Remaja.

  Jakarta: Rieneka Cipta. Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

  Widhianawati, N. (2011). Pengaruh Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan Musikal dan Kecerdasan Kinestetik pada Anak Usia Dini. Studi Eksperimen Kuasi

  Pada Anak Kelompok Bermain Mandiri SKB Sumedang .

  Wiyani, N. A., & Barnawi. (2012). Format

  PAUD: Konsep, Kareakteristik & Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

  Wong. (2009). Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.