LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR.docx

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang Kehutanan, kita dituntut untuk menjadi rimbawan yang mampu
membawa kehutanan khususnya hutan masa ini dapat dikelola dengan baik dan dapat
menyelamatkan hutan kita telah rusak. Negara kita adalah salah satu negara tropis yang
diperhatikan kondisi hutannya oleh negara lain. Diharapkan nantinya kita bisa
memanfaatkan potensi hutan secara lestari dan berkesinambungan.
Hutan merupakan hamparan luas yang terdiri dari berbagai macam jenis penyusunya
yang didominasi oleh tingkat pohon, tiang, pancang dan semai yang dimana di dalamnya
terdapat interaksi antar makhluk hidup dan benda-benda tidak hidup lainnya. Pohon
seperti yang diketahui merupakan tingkat tumbuhan yang terdidi dari komponen
morfologinya yakni akar, ranting, daun, Batang utama yang jelas, cabang, buah dan
bunga.
Pada praktikum ini perbanyakan dengan cara Stek batang atau bagian tumbuhan yang
merupakan tempat terdapatnya jaringan pengangkut Xilem dan Floem serta memiliki
hormone Sitokinin, yang menjadi salah satu alternative yang mudah dalam hal
Menghijaukan kembali hutan dan keperluan yang lainnya.
Praktikum Silvikultur tentang stek ini penting dilakukan untuk memperoleh bibit
yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif. Hal ini
disebabkan pada pembiakan vegetatif akan diperoleh hasil yang yang mewarisi seluruh
sifat induk tanaman, sehingga kinerja genotipe unggul yang terdapat pada pohon induk

akan diulangi secara konsisten pada keturunan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Silvikultur mengenai stek ini adalah untuk mengetahui cara
perbanyakan tanaman dengan salah satu cara stek cabang, pucuk.

1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan
potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru.
Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain
setek atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi
tanaman baru.
Stek merupakan perbayakan tanaman secara vegetative yang dilakukan dengan
memotong bagian batang, akar atau pucuk. Tanaman yang biasa diatek adalah tanaman
berkayu dan memiliki cambium. Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh ukuran stek. Panjang
stek menentukan jumlah cadangan makananyang terkandung dalam stek. Panjang stek juga
menunjukkan persediaan energi yang diperlukan dalam pertumbuhan akar dan tunas lebih
banyak (Arinasa, 2015). Stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
bagian dari tanamn (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu

membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek
daun, setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok
memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri
sendiri, tapi setek tidak demikian. Stek dengan kekuatannya sendiri, tapi setek tidak
menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan mampu menghasilkan
bunga dan buah.
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari
tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian –bagian tanaman tersebut
menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek umumnya
dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman
baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat
menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar (Anwar, 2015).
Keuntungan bibit dari stek adalah:
- Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya,
terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini bisa
ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek
tidak mempunyai akar tunggang.

2


- Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan
mudah dilakukan.
- Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
- khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
Kerugian bibit dari stek adalah:
- Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman
menjadi mudah roboh.
- Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Frasiskus,
2013).

3

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dilaksanakannya praktikum Silvikultur tentang stek adalah pada hari
Minggu, 23 April – 28 Mei 2017, pukul 16.00-18.00 WITA yang bertempat di Kebun
Percobaan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Gergaji
2. Cetok dan cangkul
3. Pisau
4. Kertas label
5. Spidol permanen
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Tanaman hutan dan lainnya (gamal/murbei)
2. Media tanah, pasir dan kompas
3. Gaharu
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan adalah:
1. Disetiap mahasiswa mempersiapkan lubang tanam dengan cangkul sebanyak 20 buah
2. Dibuat stek batang gaharu dengan ukuran panjang 30-40 cm, diameter 10-20 mm sebanyak
20 batang. Pada bagian pangkal potong miring, sedangkan pada bagian ujung bagian datar.
3. Ditanamlah stek tersebut sedalam 1/3 bagian stek dengan kemiringan 45o.
4. Disiramlah dengan air secukupnya, dan berilah label nomor pohon.
5. Disiram air setiap hari, amati 1 minggu sekali secara visual meliputi jumlah daun, tinggi
tanaman, tunas yang tumbuh, panjang dan warna daun.


4

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.1 Tabel Perubahan Stek Batang.
Minggu ke

Tanggal

1
V
V
V
V

Murbei
1 2 3
V V V
V V V

V V V
V V V

5
V
V
V
V

5
X
X
X
X

Pohon Gamal
2 3 4
X X X
X X X
X X X

X X X

5
X
X
X
X

1
04 mei 2017
2
10 mei 2017
3
18 mei 2017
4
25 mei 2017
Ket : 1. (V) Hidup
2. (X) Mati
Tabel 1.2 jumlah tunas Murbei (Morus alba L.) dan Gamal (Gliricidia Sepium)
Pohon Murbei

Pohon Gamal
Minggu
Tanggal
ke
1
2
3
4
5
1
2 3 4 5
1
04 mei 2017
2
3
3
4
3
- - - 2
10 mei 2017

2
3
6
5
5
- - - 3
18 mei 2017
2
3
6
5
5
- - - 4
25 mei 2017
2
3
6
5
6
- - - Tabel 1.3 tinggi tunas dan jumlah daun Murbei (Morus alba L.)

Panjang tunas (cm)
Tanaman

Tunas
04/05

1
2

3

4
5

1
2
1
2
3
1

2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

5,1
3,3
6
4
2,2
3,1
2,7
5,4
3,4
2,1
4,2
1
1
1,1
0,5
-

Jumlah daun (cm)

10/05

18/05

25/05

15
10
15
12
5
9
6,1
16
5
4,5
4,1
14
6,5
15,5
11
2
2
1,5
1
2
4

19
13
20
13
7
17
9,3
23
8,1
6
10,3
18
9,7
25
15
3
4,1
3,5
7
6
6,1

23,5
18
23
13
11,5
23
11
29
14
9
14
24
12
31
19,5
6
7,5
9
11
12
18,5

04/05
4
2
3
2
3
2
2
4
3
2
6
2
2
2
2
-

10/05
7
5
4
4
5
5
4
9
2
3
3
8
5
11
5
2
2
2
2
2
4

18/0
5
10
8
6
4
7
7
8
11
6
4
4
10
7
13
7
2
5
5
7
6
9

25/05
13
10
9
5
9
9
8
12
7
5
7
13
8
15
9
3
7
7
8
7
11
5

6

-

-

5

7

-

-

6

7

4.2 Pembahasan
Stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn
(akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar.
Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek
umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok
memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu
berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian.
Stek merupakan suatu teknik dalam memperbanyak tanaman dengan cara
memotong bagian tanaman yang dapat tumbuh dan memiliki persyaratan untuk hidup.
Stek itupun sendiri dapat diambil pada bagian tumbuhan atau tanaman meliputi Batang,
Pucuk, Akar, Ranting, Cabang. Stek termasuk kedalam golongan perbanyakan secara
Generatif karena mengambil dari Bagian-bagian tanaman Dikotil. Gamal dan Murbei
memiliki syarat untuk dapat distek yakni memiliki akar, batang yang jelas, cabang, pucuk
serta termasuk dalam Golongan dikotil.
Dalam pembuattan stek langkah awal yang harus dipersiapkan adalah Menggali
lubang tanam dengan cangkul sebanyak 10 lubang pada area yang telah ditentukan.
Ditanam Tanaman Murbei dan Gamal menjadi 5 batang pada media penanaman yang
telah dipersiapkan. Penanaman stek dengan kedalaman 1/3 bagian, stek ditanam dengan
kemiringan 45 derajad. Setelah itu hal yang harus dilakukan adalah penyiram terhadap
stek itu dengan tujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Pada setiap tanaman yang
dilkukan penanaman diberi tanda dengan menggunkan kertas label untuk memudahkan
dalam melihat perkembangan dari tanaman tersebut.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan menjelang sore hari, yang diikut
sertakan mencatat atau mengamati tanaman dalam 1 minggu sekali secara visual meliputi
jumlah daun dan tinggi tanaman, jumlah stek semai yang hidup.
Berdasarkan hasil dari praktikum diatas, dilihat bahwa pada tabel 4.1 pohon murbei
terjadi perubahan terhadap stek batang. Perubahan yang terjadi adalah terlihat bahwa
dalam 4 minggu batang pohon yang di stek pada pohon Murbei mengalami perubahan,
sedangkan pada pohon Gamal tidak terjadi perubahan sedikitpun. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan karena adanya faktor dari lingkungan sekitar maupun dari dalam diri pohon
itu sendiri. Dan pada tabel 4.2 mengenai jumlah tunas tumbuh, tanaman yang mengalami
pertambahan tunas tiap minggu yakni tanaman 3, 4, 5 dimana pertambahan tunas
6

tanaman 3 dan 4 terjadi pada minggu kedua sementara tanaman 5 mengalami
pertambahan tunas dua kali yakni pada minggu kedua dan minggu keempat. Hal tersebut
terjadi pada pohon Murbei dan pohon Gamal tidak terjadinya pertumbuhan tunas.
Pada tabel 4.3 mengenai panjang tunas dan banyak daun, panjang tunas tertinggi
terdapat pada tamanan murbei 3 dimana pada minggu pertama sampai kminggu keempat
panjang tunas berturut-turut yakni (5,4) cm, 16 cm, 23 cm dan 29 cm. kemudian untuk
jumlah daun, tanaman yang memiliki jumlah daun terbanyak adalah tanaman murbei 4
dimana pada minggu pertama sampai minggu keempat berturut-turut yakni 6, 11, 13 dan
15.
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun
hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan pada stek adalah faktor lingkungan dan faktor
dari dalam tanaman itu sendiri yang meliputi umur bahan stek, jenis tanaman, adanya
tunas dan daun pada stek, persedian bahan makanan dan zat pengatur tumbuh (Putri.
2013 cit Indriyanto. 2006).

7

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Silvikultur mengenai stek yaitu dalam
perbanyakan secara stek, ada beberapa macam cara penyetekan, salah satunya ada
stek batang dengan bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Perbanyakan
tanaman secara stek ini selain dengan batang juga digunakan pucuk. Dalam
penyetekan dengan batang dan pucuk ini juga berpengaruh pada media tanam yang
digunakan.
5.2 Saran
Adapun saran berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan adalah:
1. Agar praktikum dalam penyiapan media tanam diharapkan adanya kerjasama
dengan sesama praktikan dalam bekerja agar dapat mengetahui secara jelas
prosedur kerja dari awal dan memudahkan dalam pembuatan laporan dan
penerapannya dalam lingkungan luar.
2. Petunjuk praktikum dapat disediakan lebih awal.

8

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik okulasi dan penyambungan termasuk dalam golongan peningkatan mutu
tanaman dalam kadar pengembangan secara vegetative. Kegiatan okulasi dan
penyambungan di inginkan dalam mendapatkan pohon yang unggul serta menghasilkan
buah dan kaya akan perbedaannya.
Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding)
merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua
teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan
Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Budding perlu
disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon
batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang
produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan
terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan,
calon batang bawah dipotong berbentuk huruf V sedangkan batang atasnya dipotong
menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah
diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh.
Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap untuk ditanam di
lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang
memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata
entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan
cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah,
umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres.
Praktikum ini dikatakan penting dalam hal mengetahui dan mengenal teknikan
okulasi dan penyambungan, dan serta untuk menegtahui waktu tumbuhnya tunas baru
atau pucuk baru pada tanaman yang disambung tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktimu Silvikultur tentang Okulasi dan Penyambungan ini adalah untuk
mengetahui dan mengenal berbagai cara okulasi dan penyambungan.

9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan
bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa
melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan
diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu
suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain
(rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh
membentuk tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting
ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan
bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2011).
Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah
suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu
tanaman lain. Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Budding. Grafting adalah
penyatuan antara batang dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang
terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Sedangkan Budding
Budding adalah bentuk Grafting yang khas karena satu tunas digunakan sebagai batang atas
dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal dengan okulasi atau
penempelan (Manalu, 2014).
Pada tanaman buah-buahan, pembiakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk
memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk (grafting). Adapun kelebihan bibit dari
hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : (1) umur berbuah lebih
cepat. (2) Aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya. (3) diperoleh
individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah (rootstock) yang
unggul perakarannya disambung dengan batang atas (entris, scion) yang unggul produksi
buahnya dan bahkan dapat divariasikan (Suwandi, 2013 cit. Rukmana, 1995). 296 Beberapa
faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan metode
grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris). (2) faktor
lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang,
sore hari), dan (3) faktor keterampilan orang yang melakukan grafting (Prastowo, et al, 2010
cit Tjitrosomo dan Sutarmi, 1983).

10

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum, pada hari Kamis tanggal 29 April – 28
Mei 2017, pukul 16.00-18.00 WITA. Bertempat di Kebun Percobaan Program Studi
Kehutanan Universitas Mataram.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktkum ini adalah sebagai berikut:
1. Plastic es

5. Pisau

2. Seltip

6. Tali rapia

3. Gunting

7. ATK

4. Spidol permanen
1.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adaah sebagai berikut:
1. Tanaman Manggis (Garcinia Mangostina)
2. Alkohol 70%
1.3 Prosedur Kerja
1. Dipilih scion (tanaman atas) yang sehat untuk diokulasi/disambungkan, yang masih dalam
keadaan dorman.
2. Dipih tanaman bawah (rootstock) yang akan diokulasi/disambung.
3. Dibersihkan pisau okulasi dengan alkohol sebelum melakukan okulasi
4. Dilakukan penyambungan dengan sambung celah (cleft graft) diikat dengan plastik es.
5. Ditutup bagian atas dengan plastik dan diikat di bagian bawah palstik untuk menjaga
kelembaban.

11

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan okulasi dan penyambungan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Penyambungan Manggis (Garcinia mangostana)
Minggu ke

Tanggal

Scion/Pucuk

Batang utama

1
2
3

10/05/2017
18/05/2017
25/05/2017

0

V
V
V

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Okulasi pada Tumbuhan Gaharu
Minggu ke

Tanggal

Scion/Pucuk

Batang utama

1
2
3

10/05/2017
18/05/2017
25/05/2017

-

V
V
V

Ket :

1. (–) Belum ada tanda
2. (V) Hidup
3. (X) Mati
4. ( 0 ) Tidak ada tanda

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini tanaman yang digunakan pada proses okulasi adalah tanaman
gaharu sedangkan pada proses penyambungan tanaman yang gunakan adalah tanaman
manggis. Pada proses okulasi tanaman yang digunakan adalah gaharu. Pada proses ini
terlebih dahulu memilih tanaman pendonor. Dalam hal ini tanaman pendonor harus
berkualitas dan terhindar dari penyakit begitu pula dengan tanaman penerima yang juga
harus memiliki batang yang kuat dan kokoh. Setelah syarat – syaratnya terpenuhi maka
tanaman penerima dikupas sesuai dengan sayatan tanaman pendonor begitu pula dengan
tanaman penerima. Setelah itu tanaman pendonor ditempel pada tanaman penerima yang
diikat dengan plastik atau selotip. Ikatan pada okulasi ini jangan terlalu keras dalam
mengikatnya karena hal tersebut dapat menyebabkan taman tersebut mati akibat tidak
mengalirnya air serta unsur hara.
Proses penyambungan dilakukan dengan memotong again dan pucuk pada tanaman
manggis yang dijadikan batang bawah. Kemudian belah sehingga ujungnya berbentuk
huruf V dan tanaman yang menjadi scion atau batang atas diambil dari tanaman lain tapi
masih satu jenis dengan tanaman yang menjadi batang bawah dengan menyayat bagian
pangkal dari scion hingga bagian pangkal dari scion bisa masuk ke dalam ujung batang
12

bawah. Setelah itu baru diikat dengan selotip hingga tertutup semua bagian area
penyambungan tersebut. Kemudian ditutup dengan plastik dan diikat di bagian bawah
untuk menjaga kelembaban tanaman.
Berdasarkan data pada tabel 3.1 diketahui bahwa pada minggu 1 & 2 belum ada
tanda yang terlihat pada scion/pucuk namun pada minggu 3 tidak ada tanda sama sekali
pada scion/pucuk sedangkan pada penyambungan batang utama pada 3 minggu data
tersebut semuanya hidup dan terlihat baik – baik saja. Berdasarkan data yang dihassilkan
bahwa terjadinya kegagalan atau mati pada tanaman tersebut diperkirakan akibat ikatan
yang terlalu keras pada saat dilakukannya penyambungan. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya akibat ikatan yang terlalu keras aliran air menjadi terhambat atau tidak
mengalir beserta unsur hara. Selain faktor tersebut juga kemungkinan juga disebabkan
oleh lupa menyiram tanaman percobaan sehingga tanahnya menjadi kering serta faktor
cuaca yang tidak menentu.
Kemudian pada tabel 3.2 mengenai okulasi yang dihasilkan dilihat bahwa tanaman
percobaan pada ketiga minggu percobaan tersebut tidak ada tanda tunas yang terlihat atau
dengan kata lain mati hanya batang utama yang hidup. Hal ini dapat diperkirakan
penyababnya karena tidak adanya pemeliharaan yang baik terhadap objek uji.
Dari kedua tabel mengenai penyambungan dan okulasi, dijelaskan bahwa faktor
yang menyebabkan kegagalan pada kua proses tersebut karena faktor lingkungan dan dari
dalam tanaman itu sendiri. Namun harus diperhitungkan juga faktor kelalaian dari
penguji yang kemungkinannya karena alat yang digunakan dalam pengujian atau
percobaan tidak/kurang steril dan pada saat mengikat terlalu kuat atau bahkan terlalu
longgar.

13

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Silvikultur tentang Okulasi dan Penyambungan
adalah dengan cara atau teknik okulasi yaitu dengan menempel batang utama dan scion
yang telah disediakan kemudian diikat dan dibungkus dengan plastik dengan tujuan untuk
menjaga kelembaban pada tanaman uji. Sedangkan cara atau teknik dalam
penyambungan yaitu disayat bagian batang penerima dan dipotong bagian batang
pendonor kemudian disambung setelah itu diikat seperti percobaan pada proses okulasi.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini diharapkan praktikan memperhatikan pemotongan
batang atas maupun batang bawah denagan hati-hati, karena apabila terjadi kesalahan
dalam pemotongan maka presentase kebarhasilan penyambungan pun kecil.

14

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bibit merupakan bahan tanaman yang sangat penting untuk proses penanaman.
Kualitas bibit yang baik akan menentukan keberhasilan dari penananam. Kulitas bibit
terdiri dari kulitas genetik dan kualitas yang didasarkan atas morfologinya. Kualitas bibit
yang baik di lapangan sangat didukung oleh kualitas semai yang dihasilkan dari
persemaian, dan keberhasilan pembuatan bibit dipersemaian sangat dipengaruhi dari
manajemen persemain tersebut. Pada media tanam atau sapih terlebih dahulu dibuat
lubang agar memudahkan dalam melakukan penyapihan. Selain itu pada media sapih juga
dilakukan penyiraman terlebih dahulu agar media menjadi tidak kering untuk mengurangi
stress pada tanaman tumih yang disapih. Setelah penyapihan selesai, kembali dilakukan
penyiraman agar dapat membantu tanaman dalam mengurangi stress akibat proses
transpirasi yang berlebihan akibat pengaruh adapatasi lingkungan. Keadaan lingkungan di
lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh bibit adalah sangat
nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh bibit dapat terlihat nyata dalam keadaan
lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh bibit dapat
pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh.
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu
jenis tanaman dengan perlakuan dan perawatan selama jangka waktu tertentu, sehingga
akan dihasilkan bibit yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan umur, ukuran
dan pertumbuhan yang cukup baik dan siap untuk ditanam di lapangan. Bibit yang
dihasilkan dapat berupa bibit dalam kontainer, putaran, cabutan atau stump.
Praktikum ini dikatakan penting dalam teknikan memindah pohon dari tempat yang
satu ketempat yang lainnya dalam hal menjaga keberlangsungan alam ini yang dapat
menjadikan hutan lestari.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengenal dan mengetahui macam semai dan stum sebagai bahan bibit generatif
2. Untuk mengetahui cara pemindahan anakan dan melihat pertumbuhan tanaman
selanjutnya
3. Untuk mengenal berbagai bentuk, ukuran dan kondisi bibit sebagi bahan penanaman.

15

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Stum merupakn bibit tanaman yang berasal dari semai sebagian batang dan akarnya
dipotong dengan maksud ditanam di lapangan. Stum mempunyai sisa-sisa akar agar proses
pembentukan dan pertumbuhan akar baru segera terbentuk. Sisa akar pada stump merupakan
sumber karbohidrat zat pengatur tumbuh bagi sisa tajuk di atas permukaan tanah (Trisna,
2013).
Untuk mendapatkan bibit yang naik an berkualitas maka perlu dilakukan pemupukan
diawal pembibitan. Pupuk yang diberika padabibit berdaskansifat seyawanya ada dua jenis
yaitu pupuk organic dan pupuk anorganik. Salah satu pupuk organic yang dapat diberikan pad
tanaman adalah pupuk kompos yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit serta asam hurat
(Sembiring, 2015).
Bahan organic diketahui dapat memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah.
Kandungan bahan organic yang rendah di dalam tanah merupakan salah satu kendala dalam
penyediaan air, udara, dan unsure hara bagi tanaman sehingga menghambat pertumbuhan
tanaman dan mengurangi hasil tanaman. Sebaliknya, kandungan bahan organic dalam tanah
yang cukup tinggi akan membuat kondisi lahan atau tanah menjadi kondusif untuk
pertumbuhan akar tanaman (Utama, 2014).
Untuk meningkatkan pertmbuhan dan kualitas bibit, maka salah satunya menggunakan
pupuk kompos. Pupuk kompos merupakan asil pelapukan bahan organic seperti daun-daunan,
jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung. Sulur, sabut kelapa serta
kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bibit tanaman kehutanan
(Darwo, 2016).
Pemberian pupuk yang lengkap pada saat pembibitan memerlukan biaya yang cukup
tinggi sehingga tidak efektif dan efisien. alternative lain yang telah diusahakan untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu menggunakan teknologi biologis cendawan mikoriza pada
saat persemaian. Mikoriza merupakan bentuk simbiosis yang saling menguntungkan antara
cendawan dengan akar tanaman (Siswandi, 2006).

16

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum, pada hari selasa, 16 Mei - 28 Juni 2017,
pukul 16.00-18.00 WITA. Tempat pelaksanaan praktikum ini di Kebun Percobaan
Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kertas Gambar
2. Gunting
3. Penggaris
4. Poliback
5. ATK (Alat Tulis Kuliah)
3.2.2Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Semai tanaman Hutan Mahoni (Swietenia Mahagoni)
2. Tanah Hutan dan tanah Biasa
3.3 Prosedur Kerja
1. Digambar secara morfologis dan disebutkan bagian-bagian dari semai dan stump.
Diukur tinggi dan diameter semai dan stump tersebut
2. Disiapkan bahan tanaman berupa semai Mahoni dan dibuat stump untuk semai yang
berukuran besar (diameter 1,5 – 3 cm), dengan ketentuan sebagai berikut :
Perbandingan batang : akar = 1 : 1 sebanyak 3 batang
Perbandingan batang : akar = 2 : 1 sebanyak 3 batang
Perbandingan batang : akar = 3 : 1 sebanyak 3 batang
Perbandingan batang : akar = 1 : 2 sebanyak 3 batang
Bila berupa semai kecil (dalam kantong plastik) perlakuan :
Dipindah semai dengan akar telanjang (tanpa tanah, daun utuh)
Dipindah semai dengan akar telanjang (tanpa tanah, daun dikurangi)
Dipindah semai dengan tanahnya/puteran, daun utuh
Dilakukan penyiraman tiap hari, pengukuran tinggi dan diameter dilakukan 1
minggu sekali. Pengamatan diakhiri setelah tanaman berumur 2 bulan setelah di
17

tanam
3. Setelah semua bibit siap kemudian di bawa ke lapangan untuk ditanam
4. Disiram setiap hari, amati 2 minggu kemudian, cabutlah bibit tersebut amati dan
gambar perakarannya, bandingkan ke tiga perlakuan (bentu, ukuran dna kondisi
bibit) demikian pula posisi bibit dalam penanaman
5. Diamati pekerjaan ini selama 1 bulan, bila tunas sudah muncul 2 daun, potong
bagian ujung plastik penutup dengan gunting sedikit di bagian ujung. Setelah satu
minggu bagian ujung plastik yang dipotong diperbesar lagi dengan gunting dan satu
minggu lagi jika sudah kelihatan segar daun nya dibuka plastiknya.

18

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan penyemaian bibit mahoni sebgai berikut:
Tabel 3.1 Hidup atau Mati Bibit Mahoni
Minggu ke

Tanggal

21 mei
2017
28 mei
2
2017
Ket : 1. (V) Belum ada tanda
2. (X) Mati
1

Perbandingan
1:1
2:1 3:1
X

X

X

X

X

X

Cabutan
1
2
3
X
X
X

Puteran
1
2
3
X
X
X

X

X

X

X

X

X

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang di atas pada tabel 4.1 dapat dibahas
terkait bahwa pertumbuhan daun semai mahoni itu dengan berbanding (1:1), (2:1) dan
(3:1) bibit yang akan di tanam. Pada pengamatan yang kita amati beberapa hari yang
tidak terjadi perubahan apapun. Begitu juga dengan minggu kedua tidak ada
perkembangan apapun pada objek pengamatan.
Kemudian pada sample cabutan tanpa tanah, dimana sample yang digunakan sama
dengan sample perbandingan yaitu sebanyak tiga buah. Dari ketiga bibit percobaan dan
dalam pengamatan 2 minggu, sampel uji yaitu bibit Mahoni juga mati.
Selanjutnya pada sample puteran dengan tanah, dimana sample yang digunakan
juga sama yaitu tiga buah. Ketiga-tiganya juga mati sama seperti pada sample cabutan
tanpa tanah dan perbandingan tersebut.
Diasumsikan bahwa penyebab kegagalan yang terjadi atau tidak terjadinya
pertumbuhan daun atau akar pada semua sample uji yang dilihat dari kondisi faktor cuaca
yang pada saat pengamatan itu terjadinya hujan. Jadi perkembangan pertumbuhan
tidaklah dapat berlangsung secara baik. Oleh karena itu, pada percobaan kali ini
terjadinya kegagalan karena kesalahan teknik yang digunakan dan tidak memadainya
lingkungan. Sehingga sebelum melakukan praktikum, penguji atau pengamat harus dapat
memahami cara penanaman yang baik dan cara pengambilan bibit yang benar serta
mengenal kondisi sekitar baik dalam faktor cuaca serta iklim. Selain itu juga, diketahui
bahwa faktor lain yang mempengaruhi adalah karena kurangnya keahlian dalam
mencabut atau memindahkan serta menanam anakan tanaman mahoni.
19

20

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Semai dan stum sebagai bahan bibit generative yang baik diperoleh dari anakan alam
kemudian dilakukan proses penyemaian pada media kompos.
2. Cara pemindahan anakan dari alam ke media penyemaian yakni dengan cara cabutan
tanpa tanah, cara puteran dengan tanah dan cara perbandingan akar dengan batang.
3. Ukuran bibit dengan stum (perbandingan), dimana perbandingan akar dengan batang
yakni (1:1), (1:2) dan (1:3).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum Silvikultur mengenai Pengenalan
Semai dan Stump, Teknik Pemindahan Anakan dan Penanaman yaitu untuk praktikum yang
seperti ini dibutuhkan waktu yang lebih lama agar didapatkan hasil yang lebih maksimal, baik
dalam hal pengetahuan praktikan dan lain sebagainya.

21