LAPORAN PRAKTIKUM DAN PRODUKSI BENIH

PRODUKSI BENIH DI LAPANG
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Disusun sebagai persyaratan menyelesaikan praktikum
Dan mengikuti Ujian Akhir Praktikum Produksi Benih

Disusun oleh:
Kelas VII A Kelompok 3
1. Ahmad Khanif

(NIM.201410200311023)

2. Arzaka Bagus Maulana (NIM.201410200311075)

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
kemudahan yang diberikan dalam penyelesaian laporan ini. Shalawat dan salam

senantiasa terucap kepada junjungan mulia, Rasulullah Muhammad saw.
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktikum Produksi Benih yang
telah dilaksanakan. Adapun bab yang dimuat dalam laporan ini yaitu Produksi
Benih di Lapang.
Dalam pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan, penulis hendak
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.

Dr. Harun Rasyid, MP selaku dosen pengampu mata kuliah Produksi Benih
dan Dr. Ir. Muhidin, M.Si selaku kepala Lab Agronomi.

2.

Saefurrohman,

SP

selaku

asisten


praktikum

Produksi

Benih

atas

bimbingannya selama pelaksanaan praktikum.
3.

Rekan-rekan praktikan Agro VII A atas bantuan dan kerjasamanya.
Akhir kata kami berharap sumbangsih dari berbagai pihak atas kritik dan

sarannya bilamana terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini. Karena
laporan ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan masukan dari berbagai
pihak.

Malang, 19 Desember 2017


Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR…........................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN….....................................................................................iv
I. PENDAHULUAN…...........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................2
1.3 TUJUAN......................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA…................................................................................3
2.1 KLASIFIKASI TANAMAN TOMAT........................................................3
2.2 BUDISAYA TANAMAN TOMAT............................................................3
2.3 ROUGING...................................................................................................3
III. METODE PRAKTIKUM….............................................................................7
3.1 WAKTU DAN TEMPAT............................................................................7

3.2 ALAT DAN BAHA.....................................................................................7
3.3 Cara Kerja…................................................................................................7
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN…...................................................................9
4.1 HASIL..........................................................................................................9
4.2 PEMBAHASAN........................................................................................11
V. KESIMPULAN DAN SARAN…...................................................................14
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................14
5.2 SARAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA…......................................................................................15
LAMPIRAN….....................................................................................................16
Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan…........................................16

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Teks

Halaman


1.

Grafik tinggi Tanaman Tomat

9

2.

Grafik jumlah daun Tomat

10

3.

Grafik jumlah cabang Tomat

10

4.


Grafik kegiatan roguing di lahan

11

iii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.

Teks
Dokumentasi kegiatan pelaksanaan

iv

Halaman
16

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) termasuk jenis tanaman perdu
semusim. Berbatang lemah dan basah, berbentuk segi empat sampai bulat
berwarna hijau dan diliputi oleh bulu-bulu yang halus. Cabang terbentuk pada
ketiak daun. Daunnya berbentuk segitiga, bercelah menyirip yang tidak duduk
pada penumpu (stipellae) jumlah daunnya ganjil antara 5 sampai 7 helai.
Bunganya berwarna kuning, tersusun oleh 5 kelopak berwarna hijau dan dua
mahkota berwarna kuning. buahnya buah buni, hijau waktu muda dan kuning atau
merah waktu tua, berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji
berbulu.
Buah Tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama
dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari ratarata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika
dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang
berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha. Hal ini disebabkan antara lain
tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak
berimbang, varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau
pemberantasan hama atau penyakit yang kurang efisien, pengaruh cuaca dan
iklim, serta teknis budidaya petani
Produksi Tomat di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, serta

konsumsi per kapita juga cenderung meningkat. Permintaan Tomat yang
meningkat diiringi dengan meningkatnya benih Tomat. Ketersediaan benih Tomat
ditunjang dengan kegiatan produksi benih.
Produksi benih merupakan suatu proses kegiatan memperbanyak benih
dengan jumlah dan mutu tertentu. Produksi benih secara komersial memiliki 3
komponen yaitu: benih, lingkungan tumbuh atau lapangan produksi, dan
pengelolaan atau tektik budidaya. Komponen lapangan produksi mencakup
substrat, iklim, dan biologis. Komponen teknik budidaya mencakup prinsip
genetis dan agronomis. Prinsip genetis, teknik budidaya diarahkan untuk
menghasilkan benih bermutu genetik tinggi, yakni benih yang sesuai dengan
1

2

deskripsi varietasnya. Prinsip agronomis, teknik budidaya tanaman diarahkan
untuk menghasilkan benih yang bermutu fisiologis dan mutu fisik yang tinggi,
selain hasilnya juga tinggi (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).
Berdasarkan argumentasi diatas maka perlu dilakukan praktikum simulasi
budidaya untuk tujuan produksi benih, agar produksi kacang panjang ke depan
dapat ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana cara melakukan budidaya Tomat untuk tujuan produksi benih ?

2.

Bagaimana pertumbuhan tanaman yang ditujukan untuk produksi benih ?

3.

Bagaimana cara melakukan roguing di lahan produksi benih ?

1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Melakukan simulasi budidaya Tomat untuk tujuan produksi benih.
2. Mengamati pertumbuhan tanaman yang ditujukan untuk produksi benih.
3. Melakukan simulasi kegiatan roguing di lahan pada produksi benih


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tomat
Klasifikasi tanaman tomat menurut (Cahyono,2008)
Divisi

: Spermatophyta (tanaman berbiji)

Sub divisi

: Angiospermae (tanaman berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledoneae (tumbuhan berbiji belah dan berkeping dua)

Ordo

: Solanales (Tubiflorae)

Famili


: Solanaceae

Genus

: Lycopersicon

Spesies

: Lycopersicon esculentum Mill atau Solanum lycopersicum L

2.2 Budidaya Tanaman Tomat
Tanaman tomat jenis hibrida dapat diusahakan disegala jenis tanah, yaitu
tanah andosol, regosol, latosol dan grumosol. Kondisi tanah yang paling cocok
untuk tanaman ini adalah lempung berpasir yang gembur dan banyak mengandung
unsur hara. Kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk pertumbuhan tomat adalah
(5,5-7,0) tanah yang banyak mengandung bahan organik dengan kelembaban
cukup

akan

memacu

pertumbuhan

vegetatif tanaman,

sehingga

dapat

meningkatkan hasil tanaman (Cahyono, 1998)..
Tomat merupakan tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak
ratusan tahun silam, tetapi belum diketahui dengan pasti kapan awal
penyebarannya. Jika ditinjau dari sejarahnya, tanaman tomat berasal dari
Amerika, yaitu daerah Andean yang merupakan bagian dari negara Bolivia, Cili,
Kolombia, Ekuador, dan Peru. Semula di negara asalnya, tanaman tomat hanya
dikenal sebagai tanaman gulma. Namun, seiring dengan perkembangan waktu,
tomat mulai ditanam, baik di lapangan maupun di pekarangan rumah, sebagai
tanaman yang dibudidayakan atau tanaman yang dikonsumsi (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
2.3 Roguing
Salah satu langka penting yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi
benih adalah Rouging. Yang dimasud dengan rouging adalah proses pemeriksaan
kondisi

tanaman

dilapangan

dan

pembuangan

tanaman

yang

tidak

dikehendaki, yang memiliki ciri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain,
3

4

tanaman varietas lain dalam satu spesies dan tanaman tipe simpang (off-type).
Tanaman - tanaman ini disebut sebagai Rogues yang tidak dapat diterima
kehadirannya di areal usaha produksi benih karena benihnya akan mengotori
produk benih yang akan dipanen karena ukuran dan bentuknya sangat mirip
sehingga tidak dapat dipisahkan atau dikenali. Adapun tujuan dari dilakukannya
Rouging dalam produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian varietas yang
dibudidayakan.
2.3.1 Tanaman Tipe Simpang (Off type)
Tanaman tipe simpang adalah tanaman yang mempunyai karakteristik
yang berbeda dari tanaman pokok yang sedang diproduksi. Kehadiran tanaman
tipe simpang ini merupakan sumber yang sangat berperan dalam kontaminasi
genetic karena kehadiran mereka yang secara terus menerus akan menurunkan
kemurnian genetik dari varietas yang diproduksi. Kehadiran tanaman tipe simpang
tersebut dapat diakibatkan beberapa factor berikut ini: adanya perubahan sifat
genetik, Adanya tanaman volunteer atau tipe simpang, terjadinya penyerbukan
yang tidak dikehendaki saat benih diproduksi dan tercampur dengan benih lain
saat processing. Oleh karena itu, pemeriksaan lapangan hendaknya dilakukan
pada fase yang tepat yaitu pada saat pembungaan penuh dimana pada saat itu
sifat-sifat tanaman ditampilkan secara penuh.
Pengenalan tipe simpang tergantung pada ketegasan dan besarnya
perbedaan yang tampak pada tipe simpang dengan pada varietas yang diproduksi,
perbedaan yang terlalu kecil sulit dikenali dalam kondisi lapang. Perbedaan yang
mudah dikenali adalah warna bunga, warna daun, bentuk buah, dan panjang bulu.
Sedangkan perbedaan dalam tinggi dapat mudah dikenali dan dapat pula sulit
dikenali. Tipe simpang yang tinggi yang berada diantara kultivar pendek sangat
mudah dilihat tetapi tipe simpang yang pendek yang berada diantara kultivar
tinggi sangat sulit untuk dapat dilihat( Sutopo, 1990).
2.3.2 Pelaksanaan Roguing
Rouging

dilakukan beberapa kali

pada fase pertumbuhan

yang

berbeda secara terus menerus sampai sebelum panen. Rouging sebaiknya
dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan
terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan. Waktu terbaik

5

dalam melakukan rouging adalah pada fase pertanaman berbunga penuh
karena pada fase ini sifat-sifat tanaman hampir ditampilkan sepenuhnya dan
perbedaan-perbedaan warna pada bunga akan tampak nyata. Namun, untuk
tanaman menyerbuk silang senaiknya Rouging dilakukan pada fase lebih
awal yaitu sebelum pembungaan penuh atau pada saat pembungaan tetapi
sebelum serbuk sari matang dan belum dilepaskan oleh faktor penyerbuk.( pitojo
Setijo. 2005.)
2..3.3 Teknik Pelaksanaan Roguing
Roguing merupakan pemeriksaan dan pembuangan tanaman-tanaman yang
memiliki ciri berbeda yang dilakukan di lahan produksi benih dengan tujuan
untuk menjaga kemurnian varietas yang diproduksi. Roguing dilaksanakan
terhadap tanaman spesies lain, tanaman varietas lain, tanaman tipe simpang, dan
gulma berbahaya dengan tujuan menjaga kemurnian benih sehingga persyaratan
benih dapat terpenuhi (Mugnisyah, 1995).
Dalam produksi benih bersertifikat, roguing diikuti dengan pemeriksaan
lapangan oleh petugas sertifikasi benih. Pemerikasaan lapangan tersebut dalam
pelaksanaannya memerlukan keterampilan dalam membedakan tanaman-tanaman
yang mempunyai ciri yang berbeda dengan tanaman yang sedang diproduksi.
Menurut Setiawan, (1995) hal-hal yang perlu diketahui oleh petugas roguing atau
memeriksa lapangan
a.

Karakteristik atau deskripsi varietas tanaman yang sedang diproduksi.

b.

Karakteristik tanaman tipe simpang.

c.

Ketidaknormalan tanaman termasuk stress nutrisi, suhu dan kelembaban
tanah.

d.

Gulma berbahaya yang lazim tumbuh.

e.

Tanaman lain yang sering ditemukan.

f.

Pengambilan contoh dan cara perhitungan yang berlaku untuk memenuhi
persyaratan sertifikasi.
Adapaun cara melakukan roguing adalah sebagai berikut:

a. Mengenali deskripsi kultivar yang diproduksi dengan teliti.
b. Membawa kantung untuk tempat Rogues.
c. Berjalan perlahan-lahan dilahan produksi (tidak lebih dari 3 km/jam).

6

d. Berjalan diantara barisan tanaman secara sistematis.
e. Mengamati tanaman secara teliti dengan jarak pandang selebar 2 meter.
f. Cara berjalan lebih baik membelakangi sinar matahari.
g. Roguing dilakukan sebelum matahari bersinar terik.
h. Bila ditemukan Rogues, maka seluruh bagian Rogues yang dicabut dicatat.
i. Jumlah dan tipe tanaman Rogues dicabut dan dicatat.
j. Tanaman rogues yang telah dicanut dibuang dan dibakar.
k. Gulma yang terinfeksi penyakit dicabut, ditampung di ember atau kantung
plastik dan dibakar.
l. Untuk tanaman menyerbuk silang roguing dilakukan sebelum pembungaan
.

III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Oktober sampai 9 Desember
2017 di Laboraturium Terpadu dan Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah
Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: Cangkul, Gembor,
Peralatan Tulis, dan alat dokuentasi. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah : Tomat (Solanum hypersicum L.), Air, Pupuk kandang, NPK
Urea TSP-36, dan Pestisida,
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja Budidya Tanaman
1.

Menyiapkan alat dan bahan.

2.

Melakukan persemaiaan benih pada tray/pot.

3.

Meakukan pengolahan tanah dengan cara di cangkul dan membuat gundukan
atau bedengan dengan ketinggia 20 cm.

4.

Melakukan penanaman bibit tomat kelahan yang telah diolah sebelumnya.

5.

Melakukan pemeliharaan tanaman seperti penyulaman,

penyiraman ,

pemupukan, pengendalian hama, rouging.
3.3.2 Cara Kerja Pengamatan
1.

Melakukan pengamatan setiap minggu dan mencatat hasilnya

2.

Mengamati spesies lain pada area budidaya

3.

Membuat analisis hasil pengamatan

4.

Menyusun laporan hasil pengamatan

3.3.3 Cara Kerja Rouging
Adapun metode kerja yang dilakukan pada rouging sebagai berikut:
1.

Mengenali deskripsi kultivar yang diproduksi dengan teliti.

2.

Membawa kantung untuk tempat rogue.

3.

Mengamati tanaman secara teliti dengan jarak pandang selebar 2 meter.

4.

Roguing dilakukan sebelum matahari bersinar terik.

7

8

5.

Apabila ditemukan tanama tipe simpang, maka seluruh bagian tanaman
dicabut dan dimasukkan kantung kemudian tanaman yang dicabut dicatat.

1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Simulasi Budidaya untuk Produksi Benih
Simulasi budidaya dilakukan di lahan pertanian FPP dilaksanakan pada
tanggal 12 oktober 2017 – 9 desember 2017. Luas areal yang digunakan
berukuran 1 x 1 meter dengan 9 lubang tanam. Kegitan budidaya yang diakukan
adalah pada saat awal menyemai benih tomat hingga tumbuh, setelah berumur 25
hari benih tomat siap pindah tanam di lapang. pada saat penanaman jarak tanman
yang digunakan 20 x20 cm, total benih tomat yang ditanam berjumlah 9. Setelah
pindah tanman ke lahan melakukan perawatan seperti pemupukan tanman tomat
dengan pupuk NPK, agar tanman dapat tumbuh optimal.
Pada fase pertumbuhan yang berbeda secara terus menerus sampai sebelum
panen dilakukan rouging. tujuan dilakuan rouging untuk menjaga kemurnian
benih dari volunter lain. Waktu terbaik dalam melakukan roguing adalah pada
fase pertanaman berbunga penuh karena pada fase ini sifat-sifat tanaman hampir
ditampilkan sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan warna pada bunga akan
tampak nyata..
4.1.2 Pertumbuhan Tanaman Tomat
60
50

cm

40
30
20
10
0
1

2

3

4

5

Minggu
sampel 1

sampel 3

Gambar 1. Grafik tinggi tomat

9

sampel 8

6

10

Jumlah

Gambar 2. Grafik jumlah daun tanaman tomat

Gambar 3. Grafik jumlah cabang tomat

11

4.1.3 Kegiatan Roguing di Lahan

Gambar 4. Hasil kegiatan roguing di lahan selama 6 minggu
4.2Pembahasan
4.2.1 Simulasi Budidaya
Pada praktikum produksi benih Tomat dilapang kegiatan yang dilakukan tahap
awal adalah pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah dengan cara
dilakukan dengan cangkul atau bajak, dengan kedalaman 25 – 30 cm dengan
menggunakan tenaga kerja manusia. Tanah yang diolah terlebih akan
memudahkan akar masuk ke dalam permukaan tanah sehingga pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Setelah mengolah tanah
melakukan persemaian
Pada tanggal 3 November 2017 dilakukan pemupukan. Pupuk memiliki
peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukkan manfaat yang sangat besar
dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas Tomat, jenis pupuk yang
digunakan berupa pupuk organik dan pupuk Urea.
Pengendalian gulma dilakukan setiap 1 minggu sekali, dalam usaha
pengendalian gulma yang efektif pada tanaman tomat, yaitu penerapan sistem
penyiangan secara manual atau mencabut langsung gulma.
Penyiraman pada musim kemarau perlu dilakukan penyiraman 2 kali sehari.
Apabila kekurangan air, tanaman akan tumbuh kerdil. Pengendalian hama dan
penyakit sangat diperlukan. Hal ini untuk memaksimalkan produktivitas baik

12

kualitas maupun kuantitas tomat itu sendiri. Pengendalian hama dan penyakit bisa
mengunkan pestisida baik organik maupun anorganik.
Rouguing ini dilakukan baik pada tanaman jantan maupun betina, berfungsi
untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih, dan dilakukan dengan
kontrol setiap minggu.
4.2.2 Pertumbuhan TanamanTomat
Praktikum untuk mutu benih produksi lapang pada tanaman Tomat ini
dilakukan selama 6 minggu dan mulai diamati mulai minggu ke 1, pada
pengamatan yang tertuang pada grafik 1 dan 2 di atas dapat ditarik pembahasan
bahwasannya ada keterkaitan antara jumlah daun dan tinggi tanaman. Pada sampel
1 tanaman Tomat pada grafik 1 Tinngi tanaman Tomat naik cukup drastis pada
minggu ke 5 – minggu ke 6. Hal ini di ikuti oleh jumlah daun sampel 1 pada
grafik 2 jumlah daun meningkat pada minggu ke 5 – minggu ke 6. Hal berarti
adanya keterkaitan antara dua parameter tersebut. Jumlah daun dapat
mempegaruhi tinggi tanaman karena semakin banyak daun pada suatu tanaman
maka Fotosintes juga semakin banyak dan energi yang dihasilkan melimpah, hal
ini berakibat positif terhadap petumbuhan vegetatif tanaman Tomat. Selain
banyaknya daun, proses pupuk susulan NPK juga berperan penting pada proses
fotosintesis karena Nitrogen adalah bagisan inti klorofil yang dapat memperlancar
proses penghasil energi yang akan di manfaatkan oleh bagian tanaman lainnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Surtinah (2007) bahwa pupuk dengan
kandungan Nitrogen dan kandungan unsur hara makro dan mikro dapat
mempercepar pertumbuhan vegetatif tanaman Tomat. Hal ini diperkuat oleh
Lingga (2000) bahwa unsur N yang dikandung oleh kedua pupuk tersebut
berfungsi dalam menyususn klorofil dan pertumbuhan vegetatif terutama daun,
sehingga membantu proses fotosintesis, selain itu juga untuk membentuk asam
nukleat.
4.2.3 Roguing
Kegiatan Rouging sangat penting dilakuakan pada saat produksi tanaman
Tomat, karena dengan dilakukanya pengecekan lahan dan Rouging (membuang
atau mencabut tanaman tipe simpang) dapat meminimalisir adanya gulma yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman utama dalam praktikum ini yakni

13

tanaman Tomat dan tanaman varietas lain (tipe simpang) yang tidak di kehendaki
kehadirannya. Dari data grafik batang diatas pada saat kita melakukan produksi
benih Tomat di lahan ditemukan beberapa gulma yakni Suket Teki, Tapak Lima,
Krinyuh dan juga ditemukan tanaman tipe simpang/verietas lain yakni Bayam
Duri. Tanaman tipe simpang bayam duri banyak ditemukan pada minggu terakhir
produksi, hal ini mungkin karena tidak tepatnya Rouging yang dilakukan.
Rouging yang baik yakni pada saat masa vegetatif dilakukan pengecekan
tiap minggu ke lahan, pada saat fase berbunga, dan pada saat berbuah untuk
mengetahui serangan hama penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djuriah
(2017) tindakan roguing dilakukan dengan cara membuang atau mencabut
tanaman yang tidak menggambarkan keaslian varietasnya, sebagaimana tercantum
dalam deskripsi. Disamping itu dilakukan juga pembuangan untuk tanaman yang
menampakkan adanya gejala penyakit fisiologis dan gejala infeksi patogen
penyakit. Pemeriksaan lapangan pasca tanam dan roguing dilakukan beberapa kali
; (1) pada saat fase vegetatif : untuk mengetahui apakah isolasi sudah memenuhi
syarat, ada tidaknya tipe simpang, pengamatan pertumbuhan tanaman, karakter
daun, dan serangan hama-penyakit; (2) pada saat fase berbunga ( 35-45 HST) :
pengamatan untuk karakter bunga dan juga terhadap serangan hama-penyakit; dan
(3) pada saat fase berbuah muda ( 40 – 50 HST) dan masak ( 60 – 70 HST) :
pengamatan kualitas buah (bentuk, ukuran, dan warna buah saat muda dan
matang), hasil, dan serangan hama-penyakit.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.

Teknik produksi benih di lapang memiliki tahapan yang harus dilakukan
antara lain pengolahan tanah, pemupukan, penyiraman, pengendalian hama
dan penyakit serta rouging agar didapat hasil yang maksimal.

2.

Produksi benih Tomat di lapang pada parameter jumlah daun, tinggi tanaman
dan pemupukan saling berkait dalam hal proses hidup tanaman Tomat baik
pada massa vegetatif dan generatif.

3.

Proses simulasi rouging pada produksi benih tomat di lahan praktikum
ditemukan beberapa gulma dan tanaman tipe samping pada lahan tersebut dan
dilakukan pencabutan dengan menggunakan tangan untuk membuangnya. Hal
ini akan menghambat pertumbuhan tanaman tomat bila tidak dilakukan secara
rutin.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini agar kedepan lebih baik lagi :
1.

Fasilitas untuk simulasi budidaya diperbanyak.

2.

Harapannya agar setiap kelompok mampu bekerjasama.

14

DAFTAR PUSTAKA
Djuriah, Diny. 2017. Produksi Benih Tomat (Lycopersicum Esculentum).
Kelompok Peneliti Pemuliaan Dan Plasma Nutfah Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. No. 017 Agustus 2017
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Harjadi, S, 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Harjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT Milton Putra. Jakarta.
Kerta Saputra dan M. suteja. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta.
Jakarta
Lingga, P, 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Mugnisyah, WQ dan Aseo Setiawan. 1995. “Pengantar Produksi Benih. Raja
Gravindo Persada. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta
Rachmat, S. dan Geraad Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran
Rendah. Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura. Universitas
Gadja Mada. Hal, 102-104.
Reijntjes, C, B. Haverkorb, A. Waters-Bayers. 1999. Pertanian Masa Depan.
Kanisius. Yogyakarta. Hal, 44-45.
Rukmana, R. 1994. Budidaya tanaman sayur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pitojo Setijo. 2005. Benih Tomat. Kanisius : Yogyakarta
Sariyanto 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Atonik Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Escuentum
Mill). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.
32 hal.
Soenaryono, H. 1989. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting
diIndonesia. Sinar Baru. Bandung
Surtinah. 2007. Kajian Tentang Hubungan Pertumbuhan Vegetatif Dengan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum, Mill ). Jurnal Ilmiah
Pertanian Vol. 4 No.1 Agustus 2007.
Sutopo L, 1990. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

15

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan

Gambar 1. Benih Tomat

Gambar 2.pupuk

Gambar 3. Menyemai benih tomat

Gambar 4 menyiapkan lahan

Gambar 5. Pindah tanam keahan

Gambar 6. Setelah pindah tanam

16