Andi Fatmasari KTI.pdf pengaruh PMK terh

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK) TERHADAP PENINGKATAN SUHU TUBUH PADA BBLR DI RSU SAWERIGADING PALOPO TAHUN 2016 ANDI FATMASARI B.15.07.138

PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO 2016 PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO 2016

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK) TERHADAP PENINGKATAN SUHU TUBUH PADA BBLR DI RSU SAWERIGADING PALOPO TAHUN 2016 ANDI FATMASARI B.15.07.138

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MEGA BUANA PALOPO

ABSTRAK

Pengaruh Perawatan Metode Kangguru (PMK) Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo Tahun 2016

Andi Fatmasari

Latar Belakang: Perawatan Metode Kangguru (PMK) merupakan teknologi tepat guna perawatan bayi berat lahir < 2500 gram atau bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan melakukan kontak langsung kulit ibu dan bayi. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo tahun 2016. Metode: Desain penelitian pre-experimental design dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi BBLR yang dirawat di ruang perinatology RSU Sawerigading Palopo. Penganmbilan sampel menggunakan tekhnik total sampling, didapatkan 31 responden. Pengumpulan data melalui data primer (lembar observasi). Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji paired sampel t-test untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap dependen. Hasil: ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR (p-value =0,000 < α 0,05). Kesimpulan: ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo tahun 2016. Oleh karena itu disarankan perlunya penerapan metode kangguru untuk meningkatkan suhu tubuh bayi BBLR dan mencegah terjadinya hipotermi.

Kata Kunci: Perawatan Metode Kangguru (PMK), peningkatan suhu tubuh, BBLR.

vi

ABSTRACT

The Effect of Kangoroo Mother Care (KMC) To Increase Body Temperature Low

Birth Weight Infants in Sawerigading Palopo General Hospital in 2016

Andi Fatmasari

Background : Kangaroo Mother Care (KMC) is proven to be the appropriate technology in caring low birth weight babies by skin to skin contact of mother and baby. Objective : To determine the effect of kangoroo mother care in the increase body temperature low birth weight infants in Sawerigading Palopo General Hospital in 2016. Methods: the study design with a pre-experimental design approach to one group pretest-posttest design. The population in this study were all low birth weight infants treated in perinatology Sawerigading Palopo General Hospital as people. Sampling using total sampling, 31 respondents, collection of data trough observation sheets. Data analysis included univariate analysis for frequency distribution and bivariate analyzes to test paired sample t-test to determine the effect of the independent variable on the dependent. Result : There are significant kangoroo mother care to increase body temperature low birth weight infants (p-value =0,000 < α 0,05). Conclusion : There are significant kangoroo mother care to increase body temperature low birth weight infants in Sawerigading Palopo General Hospital in 2016. Therefore suggested the need fo kangoroo mother care to increase body temperature and prevent hypotermia low birth weight infants.

Keywords: Kangoroo Mother Care, increased body temperature, Low Birth Weight Keywords: Kangoroo Mother Care, increased body temperature, Low Birth Weight

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo dengan judul “Pengaruh Perawatan Metode Kangguru (PMK) Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo”.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada ibu Wahyuni Arif, S.ST., M.Kes selaku pembimbing I, serta ibu Andi Musdalifah, SKM., M.kes selaku pembinbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan. Tidak lupa juga penilis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rahim Munir, S.P.,M.M, selaku Pembina Yayasan Pendidikan Mega Buana Palopo

2. Dr. Nilawaty Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes, selaku Ketua STIKES Mega Buana Palopo, sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan arahan dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Program Diploma Empat Kebidanan

3. I Wayan Djuliarsa, SKM.,M.Kes, selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik STIKES Mega Buana Palopo

4. Evawati Uly, S.Farm.,Apt, selaku Pembantu Ketua Bidang Keuangan STIKES Mega Buana Palopo

5. Imran Nur, SIP.,M.Si, selaku Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan STIKES Mega Buana Palopo

6. Wahyuni Arif, S.ST.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D.IV Kebidanan STIKES Mega Buana Palopo

7. Seluruh staf dan dosen STIKES Mega Buana Palopo yang selalu memberi masukan dan support kepada peneliti 7. Seluruh staf dan dosen STIKES Mega Buana Palopo yang selalu memberi masukan dan support kepada peneliti

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua, saudara dan teman-teman yang tidak pernah berhenti memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Palopo, Agustus 2016 Penulis

Andi Fatmasari

xi

DAFTAR TABEL

2.1 Klasifikasi Suhu Tubuh Abnormal ............................. 36

4.1 Distribusi Gambaran Suhu Tubuh pada Bayi BBLR di RSU Sawerigading Palopo Tahun 2016 .... 50

4.2 Distribusi Pengaruh Penerapan Metode Kangguru Terhadap peningkatan suhu Pada BBLR Di RSU Sawerigading Palopo Tahun 2016.............................. 51

xii

DAFTAR GAMBAR

2.2 Bagan Kerangka Konsep.............................................. 39

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3

Lembar Penilaian

Lampiran 4

Master Tabel Penelitian

Lampiran 5

Hasil Olah Data Statistis Dengan SPSS

Lampiran 6

Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 7

Surat Pengantar Penelitian

Lampiran 8

Surat Rekomendasi Dari Kesbang

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 10

Lembar Konsul Penelitian

Lampiran 11

Riwayat Hidup Peneliti

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome ASI

: Air Susu Ibu BAB

: Buang Air Besar BAK

: Buang Air Kecil BB : Berat Badan

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah DINKES

: Dinas Kesehatan Hb : Hemoglobin

HIV : Human Immuno Deficiency Virus KMC

: Kangaroo Mother Care LBW

: Low Birth Weight MENKES

: Menteri Kesehatan NBK-KMK : Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan NCB-KMK : Neonatus Cukup Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan NKB-SMK : Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan PMK

: Perawatan Metode Kangguru RSU

: Rumah Sakit Umum SPSS

: Statistical Product and Service Solutions TORCH

: Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex virus WHO

: World Health Organization : World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Proverawati, 2010). Menurut WHO (2015) setiap tahun, 15 juta bayi lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu) dan jumlah ini terus meningkat dan merupakan penyebab utama kematian dikalangan anak-anak dibawah usia 5 tahun yang angka kejadiannya hampir 1 juta kematian pada tahun 2013. Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar yaitu berada di urutan ke lima dengan angka kejadian 675.700 kasus.

Riwayat kelahiran prematur, pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan, usia muda saat hamil, ibu dengan Hb rendah dan kurangnya nutrisi selama kehamilan adalah penyebab utama dari BBLR di Nepal dengan angka kejadian yaitu 39,6% (Raj et al). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, sekitar 56% dimana prematuritas juga merupakan salah satu penyebab utama kematian. Dari angka tersebut, 30-40% merupakan angka kematian neonatus prematur, termasuk bayi BBLR. BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38 % dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara Riwayat kelahiran prematur, pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan, usia muda saat hamil, ibu dengan Hb rendah dan kurangnya nutrisi selama kehamilan adalah penyebab utama dari BBLR di Nepal dengan angka kejadian yaitu 39,6% (Raj et al). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, sekitar 56% dimana prematuritas juga merupakan salah satu penyebab utama kematian. Dari angka tersebut, 30-40% merupakan angka kematian neonatus prematur, termasuk bayi BBLR. BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38 % dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram (Maryunani, 2013).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2010 jumlah bayi lahir dengan BBLR yaitu sekitar 2.247 bayi (1,78%) dan jumlah bayi lahir mati di akibatkan oleh BBLR sekitar 186 (29,5%), asfiksia sekitar 143 (22,7%) dan lain-lain 215 (31,18%) hasil presentase di hitung berdasarkan dari jumlah kematian neonatal umur 0-28 hari 629 bayi (Dinkes, 2013). Data dari Dinas Kesehatan Kota Palopo angka kejadian BBLR adalah 57 bayi (Dinkes Palopo, 2015) dan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Sawerigading tahun 2015 terdapat 298 bayi yang lahir dengan BBLR (Rekam Medik RSU Sawerigading Palopo).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. BBLR merupakan salah satu faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (Proverawati & Ismawati,2010).

Menurut Chase dalam Rahmawati (2010) kemungkinan meninggal pada usia kurang dari satu tahun untuk bayi yan BBLR 17 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Akibat lain dari Menurut Chase dalam Rahmawati (2010) kemungkinan meninggal pada usia kurang dari satu tahun untuk bayi yan BBLR 17 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Akibat lain dari

BBLR adalah terjadinya immaturitas sistem neurologi dan ketidak optimalan fungsi motorik dan autonom pada awal bulan kehidupan bayi.

Sebagai individu yang diyakini memiliki kesempatan sama untuk hidup sehat dan produktif, maka beberapa aspek yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi BBLR perlu mendapat perhatian dari tim pelayanan kesehatan terutama bidan agar dapat membantu proses tumbuh kembang bayi BBLR seoptimal mungkin (Maryunani, 2013).

Bayi dengan berat badan lahir rendah akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus dirawat didalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kangguru dalam kantung ibunya sehingga panas badannya dapat dipertahankan (Marmi & Raharjo, 2012).

Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat, perawatan metode ini sangat menguntungkan terutama untuk bayi berat lahir rendah (Proverawati, 2010). Selain itu, bayi yang menerima PMK akan memiliki respon stres yang rendah, tidur yang teratur, kontrol kognitif yang baik serta dapat meningkatkan aritma sinus pernapasan (Feldman, et al, 2013). PMK merupakan teknologi tepat guna Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat, perawatan metode ini sangat menguntungkan terutama untuk bayi berat lahir rendah (Proverawati, 2010). Selain itu, bayi yang menerima PMK akan memiliki respon stres yang rendah, tidur yang teratur, kontrol kognitif yang baik serta dapat meningkatkan aritma sinus pernapasan (Feldman, et al, 2013). PMK merupakan teknologi tepat guna

sebagai pengganti inkubator, tetapi harus tetap dilakukan pemantauan oleh tenaga kesehatan sampai BBLR mencapai >2500 gr (Maryunani, 2013). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan interaksi ibu dan bayi akan membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris ibu ke bayi (Siwi, 2015).

Penelitian Perawatan Metode Kangguru (PMK) oleh Usman dkk (1996) dalam Suradi et al (2010) menyatakan bahwa kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang dilakukan PMK menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu PMK sangat berguna dalam pencehagan hipotermi dalam perawatan BBLR di rumah sakit maupun dirumah. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agudelo,

C dan Rosello, D di Amerika Serikat (2014) bahwa PMK dikaitkan dengan penurunan resiko kematian (RR 0,60, 95%), infeksi nosokomial/sepsis (RR 0,45, 95%), dan hipotermi (RR 0,34, 95%).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo tahun 2016.

xix 5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo tahun 2016?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSU Sawerigading Palopo tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui suhu tubuh pada BBLR sebelum dilakukan perawatan metode kangguru di RSU Sawerigading tahun 2016.

b. Untuk mengetahui suhu tubuh pada BBLR setelah dilakukan penerapan metode kangguru di RSU Sawerigading tahun 2016.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh bayi BBLR di RSU Sawerigading tahun 2016.

6 xx

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan baru dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kebidanan terkait pemberian asuhan pada bayi BBLR dengan penerapan metode kangguru.

2. Manfaat praktis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wacana Bidan dalam memberikan asuhan pada bayi BBLR dengan penerapan metode kangguru.

3. Manfaat institusi Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi RSU Sawerigading Palopo dan STIKES Mega Buana Palopo.

4. Manfaat untuk masyarakat Dapat menambah pengetahuan sehingga mampu melakukan perawatan bayi BBLR dengan metode kangguru/bayi lekat secara terus menerus baik di rumah sakit maupun setelah dirumah.

xxi

BAB II TINJAUAN PUATAKA

A. Konsep dan Teori

1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian Berikut ini beberapa definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi baru lahir yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

1) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1961 semua bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Proverawati & Ismawati, 2010).

2) Menurut Saifuddin (2001) bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Siwi, 2015).

3) Manuaba (1998) menyatakan bahwa istilah prematuritas telah diganti dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari

37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur

kombinasi keduanya (Maryunani, 2013).

cukup,

atau

karena karena

4) Bayi BBLR adalah bayi yang dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur (Proverawati & Ismawati, 2010).

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram tanpa melihat usia kehamilan.

b. Klasifikasi BBLR (Maryunani, A & Nurhayati, 2009). Neonatus atau bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari keadaan berikut ini:

1) Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK) adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.

2) Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NBK-KMK) adalah bayi prematur dengan berat badan kurang dari normal menurut usia kehamilan.

3) Neonatus Cukup Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB- KMK) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan kurang normal. Pembagian umur kehamilan dalam tiga kelompok (WHO, 1997)

yaitu:

1) Preterm : Umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari) 1) Preterm : Umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)

2) Aterm : Umur hamil antara 37-42 minggu (259-293 hari)

3) Post term : Umur hamil diatas 42 minggu (194 hari atau lebih) (Maryunani, 2013). Berdasarkan klasifikasi BBLR diatas, maka bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan (Maryunani, 2013):

1) Prematuritas murni adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2) Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat badan bayi mengalami reterdasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

c. Penyebab BBLR (Proverawati & Ismawati, 2010). Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahirn prematur. Berikut adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum adalah sebagai berikut:

1) Faktor ibu

a) Riwayat prematur, pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan, asupan nutrisi selama kehamilan, etnis dan jenis a) Riwayat prematur, pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan, asupan nutrisi selama kehamilan, etnis dan jenis

keluarga secara signifikan terkait dengan kejadian BBLR (Raj et al, 2015)

b) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)

c) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH

d) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan

pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

e) Kehamilan ganda (multi gravida)

f) Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari

1 tahun)

g) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

h) Mengerjakan beberapa aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

i) Keadaan gizi yang kurang baik j) Pengawasan antenatal yang kurang

2) Faktor janin

a) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)

b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

c) Disautonomial familial

d) Radiasi d) Radiasi

e) Kehamilan ganda/gamelli

f) Aplasia pankreas

3) Faktor plasenta

a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

b) Luas permukaan berkurang

c) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasite)

d) Infark

e) Tumor (koriongioma, molahidatidosa)

f) Plasenta yang lepas

g) Sindrom plasenta yang lepas

h) Sindrom transfusi bayi kembar (sindram parabiotik)

4) Faktor lingkungan

a) Bertempat tinggal didaratan tinggi

b) Terkena radiasi

c) Terpapar zat racun

d. Berbagai permasalahan BBLR

1) Suhu tubuh yang tidak stabil atau masalah dalam pengaturan temperatur pada bayi BBLR ini akibat dari:

a) Kurangnya jaringan lemak dibawah kulit atau jaringan lemak bawah kulit lebih sedikit

b) Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan bayi

c) Otot yang tidak aktif c) Otot yang tidak aktif

d) Peningkatan hilan panas

e) Produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup atau kurangnya lemak coklat

f) Pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagai mana mestinya

g) Ketidakmampuan untuk menggigil

h) Pada beberapa bayi terdapat kekurangan oksigen yang berpengaruh pada penggunaan kalori

i) Dengan demikian, pengaturan suhu yang belum matang menyebabkan BBLR seringkali memerlukan perawatan dalam inkubator

j) Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang (Puspita, 2013).

2) Hipoglikemia Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel- sel syaraf diotak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin (setiap 2 jam) (Proverawati & Ismawati, 2010).

xxvii 13

3) Hiperglikemia Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intervena tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya (Proverawati & Ismawati, 2010).

4) Masalah pemberian ASI Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35 minggu dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati & Ismawati, 2010).

5) Gangguan imunologik Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat dijalan lahir atau tertular infeksi melalui plasenta. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain 5) Gangguan imunologik Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat dijalan lahir atau tertular infeksi melalui plasenta. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain

dengan mencuci tangan dengan baik (Proverawati & Ismawati, 2010).

6) Ikterus Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lender dan berbagai jaringan oleh zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Ikterus dibagi menjadi dua yaitu ikterus patologis (jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir) dan ikterus fisiologis (ikterus yang muncul pada hari kedua dan ketiga) (Proverawati & Ismawati, 2010).

7) Masalah perdarahan Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau menurun, gangguan trombosit, misalnya trombositopenia, trombositopati dan gangguan pembuluh darah (Proverawati & Ismawati, 2010).

e. Perawatan BBLR

1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR:

a) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus a) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus

dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.

b) Apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampinganya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

c) Melakukan perawatan Kangaroo Mother Care (KMC) (Puspita, 2013).

2) Makanan bayi prematur (Puspita, 2013).

a) Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencenaan belum belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.

b) ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan dengan memasang sonde.

c) Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg BB/ hari terus

dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

16 xxx

3) Ikterus (Puspita, 2013)

a) Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tidak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efektif sampai 4-5 hari berlalu.

b) Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisis dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan ikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

4) Pernapasan

a) Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin

b) Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi usaha pernapasan (Puspita, 2013).

c) Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotracheal, pijatan c) Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotracheal, pijatan

jantung, dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi (Proverawati & Ismawati, 2010).

5) Hipoglikemi

a) Hipoglikemia paling timbul jika bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah

b) Dengan demikian harus diantisipasi sebelum gejala timbul

dengan pemeriksaan gula darah teratur (Puspita, 2013).

6) Menghindari infeksi

a) Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna

b) Oleh karen itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Proverawati & Ismawati, 2010).

7) Pengamatan lebih lanjut Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit- penyakit seperti Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya (BBLR) (Puspita, 2013).

xxxii 18

2. Perawatan Metode Kangguru (PMK)

a. Pengertian PMK Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah suatu tekhnik dimana bayi dilekatkan pada dada orang dewasa (biasanya ibu) dengan melalui kontak kulit ke kulit untuk jangka waktu yang lama. Sangat cocok untuk bayi prematur dan bayi dengan berat badan kurang dari

2 kg yang tidak memiliki masalah lain. Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur (Maryunani & Nurhayati, 2009).

PMK adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap dapat dirawat dengan PMK meskipun belum dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum (Sudarti & Fauziah, 2010).

xxxiii 19

PMK merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan BBLR yang terbatas. PMK merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).

Metode kangguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan oleh inkubator. PMK merupakan metode tepat guna sebagai pengganti inkubator, tetapi tetap harus dilakukan pemantauan oleh tenaga kesehatan sampai BBLR mencapai berat >2500 gram. Dibandingkan dengan perawatan konvensional, PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusu dan ketidak puasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi (Sudarti & Fauziah, 2010).

Penelitian yang dilakukan Jill Bey (2015) dari 117 bayi yang diikuti hingga usia 10 tahun, bayi yang melakukan kontak kulit dengan kulit menunjukkan respon stres yang rendah, peningkatan fungsi otonom, tidur yang lebih baik dan kontrol kognitif yang lebih baik.

Beberapa penelitian mengenai PMK atau perawatan bayi lekat telah mulai dilakukan dibeberapa provinsi di Indonesia sejak tahun 1996, diantaranya (Maryunani, 2013): Beberapa penelitian mengenai PMK atau perawatan bayi lekat telah mulai dilakukan dibeberapa provinsi di Indonesia sejak tahun 1996, diantaranya (Maryunani, 2013):

1) Penelitian di Jawa Barat dilakukan dengan membandingkan hasil perawatan BBLR kurang dari 2500 gram yang menggunakan perawatan metode kangguru dan yang lainnya tanpa menggunakan metode kangguru, yaitu antara lain memakai buli-buli atau botol air panas, dengan dibedong dibawah lampu panas ataupun boks bayi yang dihangatkan. Hasil yang didapatkan antara lain:

a) Perawatan dengan metode kangguru menunjukkan hasil yang lebih baik

b) Hasilnya adalah perawatan metode kangguru lebih baik dalam mempertahankan suhu yang optimal dan memiliki kecendeurungan meningkatkan kenaikan berat badan bayi

c) Oleh karena itu disimpulkan bahwa perawatan metode kangguru sangat bermanfaat dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBL dirumah.

2) Penelitian di Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara, pada penelitian di kedua provinsi ini dilakukan studi tentang implementasi penerimaan wanita terhadap perawatan metode kangguru. Hasilnya ternyata perawatan metode kangguru dapat dilaksanakan karena:

a) Secara budaya dapat diterima a) Secara budaya dapat diterima

b) Memberi hasil yang cukup baik terhadap bayi berat badan lahir rendah, yakni terutama dari perkembangan suhu tubuh bayi dan kenaikan berat badan bayi

Berdasarkan alasan ilmiah, telah menyarankan bahwa kontak kulit ke kulit atau PMK harus segera dimulai, untuk menghindari efek berbahaya dari pemisahan. Dalam hal klasifikasi dan mendefinisikan untuk tujuan penelitian, aspek-aspek berikut yang menentukan kategori PMK yaitu:

1) Waktu inisiasi (menit, jam, sejak lahir), yang ideal adalah tidak dilakukan pemisahan

2) Dosis PMK

3) Durasi (diukur dalam hari atau minggu dari hari kelahiran) (Wikipedia, 2015).

b. Jenis PMK Terdapat dua jenis PMK, yang disebut PMK intermitten dan PMK kontinyu, yang dijelaskan sebagai berikut:

1) PMK intermitten Metode PMK ini biasanya dilakukan di fasilitas Unit Perawata Khusus (level II) dan intensif (level III). PMK tidak diberikan sepanjang waktu, hanya dilakukan jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam satu hari.

xxxvi 22

PMK intermitten dapat dimulai pada bayi yang sakit, yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pegobatan medis (misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah) (Maryunani, 2013).

2) PMK kontinu Metode PMK ini bisa dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode kangguru atau dirumah. PMK diberikan sepanjang waktu. Pada bayi yang sakit-sakit, PMK kontinu dapat diterapkan apabila kondisi bayi harus dalam keadaan stabil. Bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen (Maryunani, 2013).

c. Lama dan jangka waktu penerapan PMK

1) Secara bertahap lama waktu penerapan metode kangguru ditingkatkan dari:

a) Mulai dari perawatan yang belum menggunakan PMK

b) Dilanjutkan dengan perawatan PMK intermitten

c) Kemudian diikuti dengan PMK kontinu (Maryunani, 2013).

2) Kontak waktu yang singkat, yaitu kurang dari 60 menit. Kontak waktu yang singkat dapat menyebabkan bayi stres. Perlu dicarikan strategi apabila ibu tidak ada atau sedang berkegiatan lain sehingga tidak dapat melakukan PMK, antara lain: 2) Kontak waktu yang singkat, yaitu kurang dari 60 menit. Kontak waktu yang singkat dapat menyebabkan bayi stres. Perlu dicarikan strategi apabila ibu tidak ada atau sedang berkegiatan lain sehingga tidak dapat melakukan PMK, antara lain:

a) Apabila bayi masih berada di fasilitas pelayanan kesehatan, maka sebaiknya bayi diletakkan di inkubator

b) Apabila bayi telah dilakukan pemulangan, maka anggota keluarga lain dapat menggantikan ibu dalam melaksanakan perawatan metode kangguru (Maryunani, 2013).

3) Penggunaan metode kangguru dihentikan jika bayi sudah tidak membuetuhkan lagi, apabila:

a) Minimal berat badan bayi >2500 gram

b) Menetek kuat seperti bayi besar dan sehat

c) Suhu stabil 37ºC (Maryunani, 2013).

d. Manfaat PMK

1) Manfaat bagi bayi Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi, memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan pernafasan bayi, menurunkan stres pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan menaikkan berat badan bayi (Maryunani & Nurhayati, 2009).

xxxviii 24

Hasil uji coba secara acak yang dilakukan oleh Sloan et al dalam Sarparasi, L (2014) menunjukkan penurunan yang signifikan pada infeksi berat seperti sepsis dan pneumonia pada bayi yang menerima PMK selama 6 bulan pertama kelahiran.

2) Manfaat bagi ibu

a) Hubungan lekat lebih baik, dimana ibu menjadi lebih dekat dengan bayinya secara emosional dan ibu lebih sayang bayinya secara emosional dan ibu lebih sayang pada bayinya.

b) Terjadi peningkatan ASI, dimana produksi ASI cukup/banyak sehingga tidak perlu tambahan susu formula

c) Ibu percaya diri, dan tidak ada sindrom ASI kurang

d) Wanita yang memegang bayi mereka dalam waktu lima menit dari kelahiran bayinya lebih mungkin untuk menyusui bayinya (Mohamed &Ismail, 2015)

e) Menghemat biaya pengeluaran rumah tangga

f) Keluarga (ibu dan ayah) lebih siap merawat bayinya

g) PMK menghemat sarana merujuk (Maryunani, 2013).

3) Manfaat bagi ayah

a) Ayah memiliki peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya a) Ayah memiliki peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya

b) PMK dapat meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi (Maryunani, 2013).

4) Manfaat bagi petugas kesehatan

a) Efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri

b) Beban kerja petugas menjadi berkurang karena ibu banyak merawat bayinya sendiri

c) Petugas kesehatan dapat melakukan tugas lain yang membutuhkan perhatian petugas, misalnya memperhatikan bayi yang dalam kondisi kegawatan, melakukan pemeriksaan lain, memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK (Maryunani, 2013).

5) Manfaat bagi institusi/fasilitas pelayanan kesehatan

a) Lama perawatan lebih pendek sehingga bayi bisa cepat pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan

b) Turn over meningkat, artinya tempat yang ditinggalkan bayi yang cepat pulang, bisa segera digunakan bagi bayi lainnya yang memerlukan

c) Efisiensi anggaran karena pengurangan penggunaan

fasilitas, seperti listrik, inkubator, alat canggih lainnya.

d) Dampaknya, bisa terdapat kenaikan penghasilan karena adanya efisiensi anggaran (Maryunani, 2013).

26 xl

6) Manfaat bagi negara

a) Penghematan devisa dalam import susu formula karena penggunaan ASI meningkat

b) Penghematan biaya perawatan karena yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan karena bayi yang sakit sedikit disebabkan bayi banyak yang lebih sehat dengan pemanfaatan ASI (Maryunani, 2013).

e. Pelaksanaan PMK Seperti yang telah dijalaskan sebelumnya, posisi kangguru adalah adanya kontak kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kangguru. Dalam pengertian sederhananya adalah cara menyelimuti atau membungkus bayi dengan ibu. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Cara pertama

a) Letakkan bayi diantara kedua payudara ibu dengan kaki bayi dibawah payudara ibu dan tangan bayi diatasnya

b) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit) dengan kepala bayi menoleh kesalah satu sisi (kiri/kanan)

c) Gunakan baju kangguru/selendang/kain panjang untuk membungkus bayi (Maryunani, 2013).

27 xli

2) Cara kedua

a) Posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel pada dada ib, kemudian amankan posisi bayi tersebut dengan menggunakan kain panjang atau baju kangguru

b) Palingkan kepala bayi kesisi kanan atau kiri, dengan sedikit tengadah (ekstensi)

c) Posisi pangkal paha bayi harus refleksi dan ekstensi seperti kodok, tangan dalam posisi fleksi

d) Ikatan harus kuat dan menutupi bayi

e) Perut bayi jangan tertekan dan terletak di epigastrium ibu (Maryunani, 2013).

3) Cara ketiga Persiapan ibu sebelum melakukan PMK:

a) Bersihkan tubuh ibu terutama bagian dada dengan mandi 2-

3 kali sehari

b) Kuku dan tangan ibu harus dalam keadaan bersih

c) Ibu memakai baju yang hangat, bersih dan longgar

d) Ibu tidak memakai BH selam PMK berlangsung (Maryunani, 2013). Persiapan bayi:

a) Sebaiknya bayi tidak dimandikan sebelum menggunakan PMK

b) Bayi dipaikan topi dan popok (Maryunani, 2013).

28 xlii

Cara memakai baju kangguru:

a) Menyiapkan bayinya, dengan memakaikan topi dan popok

b) Memasukkan bayi kedalam baju kangguru

c) Menggendongkan bayinya kedada ibu secara vertikal,

dengan tangan bayi seperti memeluk dan mendekap ibu

d) Mengikat kain baju kanggurunya untuk menggendong bayi

e) Mengatur kembali posisi bayi sampai bayi merasa nyaman

f) Periksa ulang keamanan baju kangguru

g) Memakaikan ibu baju yang longgar dengan kancing didepan (Maryunani, 2013).

4) Cara keempat (Mansyur & Karsida, 2013) Penyampaian informasi kepada keluarga

a) Bidan/petugas kesehatan perlu memperkenalkan diri dan memahami lingkungan keluarga, siapa diantara anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam keluarga

b) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga, mengapa bayi perlu dirawat dengan metode kangguru

c) Gunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami Persiapan ibu/pengganti ibu

a) Ibu atau pengganti ibu membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi 2 kali sehari

b) Kuku tangan harus pendek dan bersih b) Kuku tangan harus pendek dan bersih

Membersihkan dada ibu Persiapan bayi

a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat

b) Bayi perlu memakai baju tutup kepaladan popok selama pelaksanaan metode kangguru

c) Setiap popok bayi basah akibat BAB/BAK harus segera diganti Menggunakan baju biasa

a) Selama pelaksanaan metode kangguru, ibu atau pengganti ibu tidak memakai baju dalam atau BH

b) Pakai baju yang dapat renggang

c) Bagian bawah baju diikat gengan pengikat baju, tali pinggang, atau selendang kain

d) Kain baju perlu dihangatkan dengan dengan dijemur dibawah sinar matahari

e) Pakailah metode ini sepanjang hari Posisi bayi

a) Letakkan bayi dalam posisi vertikal. Letaknya dapat ditengah payudara atau sedikit kesampingan sesuai dengan kenyamanan bayi

b) Saat ibu duduk/tidur, posisi bayi dapat regak mendekap ibu b) Saat ibu duduk/tidur, posisi bayi dapat regak mendekap ibu

c) Setelah bayi dimasukkan kedalam baju ikat dengan kain selendang disekeliling atau mengelilingi ibu dan bayi Memonitor bayi

a) Pernapasan

b) Keadaan umum

c) Gerakan bayi

d) Berat badan

3. Suhu Tubuh

a. Pengertian Suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan pelepasan panas dari tubuh.

b. Jenis suhu tubuh

1) Core temperatur (suhu inti) Suhu pada jaringan dalam tubuh, seperti kranium, thorax, rongga abdomen dan rongga pelvis.

2) Surface temperatur Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. Suhu ini berbeda, naik turunnya tergantung respon terhadap lingkungan.

c. Suhu tubuh normal Pada manusia, nilai normal tradisional untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC, tetapi pada sebuah penelitian kasar terhadap orang- orang muda normal, suhu oral pagi hari rata-rata adalah 36,7 ºC dengan simpangan baku 0,2 ºC. Dengan demikian, 95% orang

31 xlv

dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi berkisar 36,3 ºC – 37,1 ºC. Suhu normal pada bayi baru lahir 36,5-37,5 ºC (suhu aksila) (Sudarti & Khoirunnisa, 2010).

d. Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh (Saifuddin, 2012)

1) Variasi diluar. Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi. Penggunaan energi dalam metabolisme selalu timbul panas. Kegiatan otot (organ yang paling banyak pada tubuh manusia) banyak menimbulkan panas, sistem saraf yang lebih berperan pada waktu kegiatan jasmani meningkat. Biasanya pada siang hari suhu tubuh lebih tinggi daripada malam hari.

2) Umur. Pada bayi baru lahir, suhu tubuh masih belum menetap. Dalam masa ini suhu tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada dewasa muda, suhu tubuh sudah menetap, sedangkan pada usia lanjut suhu tubuhnya kakan lebih rendah sehubungan dengan laju metabolisme pada golongan umur.

3) Jenis kelamin. Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi dari pada wanita. Disamping itu suhu wanita juga dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Pada waktu terjadi ovulasi suhu menurun 0,2ºC sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1º-0,6ºC.

4) Gizi. Pada keadaan kurang gizi atau puasa, suhu tubuh lebih rendah.

xlvi 32

5) Kerja jasmani. Sesudah kerja jasmani, suhu tubuh akan naik. Hasil penelitian menunjukkan suhu rektum naik sampai 41ºC setelah lari maraton.

6) Lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh yang terdapat dalam tubuh, serta akibatnya pada laju metabolisme. Udara lingkungan yang lembap, yang menyebabkan hambatan pada penguapan keringat akan meningkatkan suhu tubuh.

e. Pengukuran suhu Pada manusia untuk mendapatkan gambaran suhu tubuh dilakukan pengukuran yang dapat dipilih (Syaifuddin, 2012)

1) Suhu ketiak. Pengukuran suhu ketiak dilakukan dengan cara meletakkan termometer diketiak selama minimal 5 menit, lengan atas didekapkan erat-erat ke badan, jangan lupa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu, suhu ketiak biasanya 0,2º- 0,4ºC lebih rendah dari suhu mulut dan 0,5º-1ºC dibawah suhu rektum.

2) Suhu mulut. Pengukuran suhu mulut dilakukan dengan cara meletakkan termometer di bawah lidah dengan mulut tertutup. Makanan, minuman, atau merokok mudah mempengaruhi suhu mulut, sehingga dapat mengecoh hasil pengukuran suhu tubuh.

3) Suhu rektum. Pengukuran suhu rektum dilakukan dengan cara menggunakan termometer sedalam 5-6 cm, sehingga yang 3) Suhu rektum. Pengukuran suhu rektum dilakukan dengan cara menggunakan termometer sedalam 5-6 cm, sehingga yang

diukur benar-benar suhu didalam rektum. Suhu rektum lebih dapat dipercaya sebagai ukuran suhu dibandingkan suhu ketiak dan suhu mulut, namun demikian suhu rektum jarang dilakukan karena dianggap kurang etis.

Sangat sukar untuk menetapkan secara tepat suhu bagian mana dari bagian tubuh yang dapat disebut sebagai suhu tubuh. Ada tiga cara menentukan (Syaifuddin, 2012):

1) Suhu inti untuk menggambarkan suhu organ-organ dalam

2) Suhu perifer mencerminkan suhu kulit dan jaringan subkutan

3) Suhu tubuh rata-rata dapat dihitung secara kasar dengan rumus suhu rata-rata= 0,7 suhu inti + 0,3 suhu perifer.

f. Mempertahankan suhu tubuh normal pada bayi Mempertahankan bayi baru lahir yang sakit atau kecil (berat lahir <2500 gram atau umur kehamilan 37 minggu), perlu penambahan kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal, bayi dapat cepat terjadi hipotermi dan untuk menghangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal (Sudarti & Fauziah, 2012).

Prinsip umum mempertahankan suhutubuh (Sudarti & Fauziah, 2012):

1) Bayi haru tetap berpakaian atau diseliuti seiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan 1) Bayi haru tetap berpakaian atau diseliuti seiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan

2) Rawat bayi kecildi ruang hagat (tidak kurang 25ºC dan bebas dari aliran angin

3) Jangan letakkan bayi dengan benda yang dingin

4) Tidak meletakkan bayi langsung pada permukaan yang dingin

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh perubahan struktural terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan pendapatan daerah di Kabupaten Sidoarjo thun 2003-2009

2 46 21

Analisis pengaruh pengumuman right issue terhadap expected return dan actual return saham di bursa efek Indonesia (BEI)

0 18 114

Analisis pengaruh perilaku konsumen, kinerja karyawan dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya terhadap keputusan pembelian : studi kasus pt. fif cabang pamulang

3 33 213

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud) di inspektorat jendral kementerian perdagangan republik indonesia

4 52 171

Analisis pengaruh likuiditas, Solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan Jakarta Islamic Index

3 43 131

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Analisis pengaruh kinerja pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap kecendrungan pembelian kembali 9repurchase)

5 42 144

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157