HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis RSU Sawerigading Kota Palopo terletak di Jalan DR. Ratulangi Km 7 Rampoang Kota Palopo Kelurahan To’Bulung Kecamatan Bara, berbatasan dengan sebelah Utara Kelurahan Buntu Datu, sebelah timur Kelurahan Mancani, sebelah selatan kelurahan Rampoang dan sebelah barat Kecamatan Wara Barat.

2. Sejarah RSU Sawerigading Kota Palopo sebelumnya adalah rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Luwu yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1920. Merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada pada pusat pemerintahan kerajaan Luwu, dalam perjalanan telah mengalami dua kali renovasi yakni renovasi pertama dilakukan pada tahun 1981-1982, dimasa pemerintahan Bupati Luwu Drs. Abdullah Suara dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Oddang. Renovasi kedua tahun 2001-2002 dimasa pemerintahan Bupati Dr. H. Kamrul Kasim, SH, MH. Banyak bagian bangunan tidak layak digunakan untuk sebuah Rumah Sakit sehingga memungkinkan sulit untuk dipertahankan keasliannya sebagai suatu peninggalan sejarah.

48 lxii

Rumah Sakit yang sebelumnya memiliki status Rumah Sakit Tipe D, dan tahun 1994 ditingkatkan statusnya menjadi Rumah sakit Tipe C, berdasarkan SK Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor: 396/Menkes/KS/IV/1994 (sebagai kantor). Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Nomor: 9 tahun 2002 RSU Sawerigading Kota Palopo yang sebelumnya sebagai kantor berubah menjadi Badan Pengelola.

Ketika kota Administrasi Palopo sebagai ibu kota Kabupaten Luwu mengalami perubahan status menjadi kota Otonom berdasarkan undang- undang No. 11 tahun 2002, maka RSU Sawerigading Kota Palopo ini pun beralih induk dari Pemerintah Kabupaten Luwu ke Pemerintah Kota Palopo. Perubahan nama dari Badan Pengelola Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit yakni dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Daerah, sehingga ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kota Palopo untuk pembentukan organisasi dan tata kerja RSU Sawerigading Kota Palopo diusulkan untuk menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo mulai dari Mei-Juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan berupa penerapan Perawatan Metode Kangguru (PMK) yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut, dengan setiap harinya dilaksanakan perawatan metode kangguru selama 2 jam yang dilaksanakan pagi hari jam 09.00 – Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo mulai dari Mei-Juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan berupa penerapan Perawatan Metode Kangguru (PMK) yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut, dengan setiap harinya dilaksanakan perawatan metode kangguru selama 2 jam yang dilaksanakan pagi hari jam 09.00 –

12.00 wita. Namun sebelum penerapan Perawatan Metode Kangguru dilakukan Pre Test pengukuran suhu tubuh pada bayi BBLR dan setelah Perawatan Metode Kangguru, dilakukan post test pengukuran suhu tubuh bayi BBLR.

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 31 orang diambil dari semua pasien bayi BBLR yang diberi perawatan metode kangguru di ruang perinatology Rumah Sakit Sawerigading Palopo dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu total sampling. Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan dan kemudian data diolah dan berdasarkan hasil pengolahan data, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data univariat terhadap setiap variabel dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi serta analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statisktik paired sample test dengan tingkat kemaknaan 5% (α=0,05).

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian beserta data yang terkait dengan penelitian. Analisa univariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran karakteristik sampel dan variabel yang diteliti menurut jenis datanya masing-masing dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.

lxiv 50

Tabel 4.1

Distribusi Gambaran Suhu Tubuh Pada Bayi BBLR Di RSU Sawerigading Palopo Tahun 2016

Post Test Suhu Tubuh

Pre Tes

% Hari I

6 19,4 36.6-37.0 ºC

≥37.1ºC

16 51,6 36.0-36.5 ºC

31 100,0 Hari II

Jumlah

12 38,7 36.6-37.0 ºC

≥37.1ºC

16 51,6 36.0-36.5 ºC

31 100,0 Hari III

Jumlah

8 25,8 36.6-37.0 ºC

≥37.1ºC

21 67,7 36.0-36.5 ºC

Sumber: Data Primer 2016 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa suhu tubuh pada BBLR hari I dan II sebelum dilakukan PMK sebagian besar suhu tubuhnya berkisar 36,0-36,5 ºC (45,2%) dan setelah diberikan PMK sebagian besar suhunya meningkat 36,6-37,0 ºC (51,6%). Suhu tubuh bayi pada hari III sebelum dilakukan PMK sebagian besar suhu tubuhnya berkisar 36.0- 36,5 ºC (74,2%) dan setelah diberikan PMK sebagian besar suhunya meningkat 36,6-37,0 ºC (67,7%).

51 lxv

2. Analisis Bivariat Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah suhu tubuh bayi, dimana akan dilihat distribusi variabel tersebut sebelum dan sesudah pemberian perawatan metode kangguru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Pengaruh Penerapan Metode Kangguru Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh Pada BBLR Di Rsu Sawerigading Palopo Tahun 2016

Std.

Sig. (2- Variabel PMK

Mean Std.Deviation Mean

t tailed)

Eror

Suhu Pre

24,978 Sumber: Uji Paired Sample T Test

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji statistik paired sample t-test suhu tubuh bayi sebelum PMK dengan nilai mean = 36,097 dan standar deviasi = 0,2073, sedangkan suhu tubuh bayi setelah PMK dengan nilai mean= 36.877 dan standar deviasi = 0.1839. standar mean error sebelum dan setelah PMK = 0,0313 dengan nilai t-value -24,978 dan p value = 0,000. Oleh karena p=0,000 < α = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

lxvi 52

C. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan tabel 4.2 pasien bayi BBLR yang di beri PMK yang menjadi sampel penelitian dan telah dilakukan pengukuran suhu menggunakan termometer diperoleh suhu sebelum dilakukan PMK dengan mean 36,097 dan standar deviasi 0,2073, sedangkan setelah dilakukan PMK mean sebesar 36,877 dan standar deviasi 0,1839. Hal ini menujukkan bahwa secara umum telah terjadi peningkatan suhu tubuh akibat penerapan metode kangguru yaitu sebesar 0,78.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai keterbatasan dalam pengaturan fungsi tubuhnya, salah satunya adalah ketidakstabilan suhu tubuh, sehingga dapat menyebabkan hipotermi pada bayi BBLR. PMK merupakan salah satu solusi pencegahan hipotermi pada BBLR. Prinsipnya adalah skin to skin contact yaitu perpindahan panas secara konduksi dari ibu ke bayi sehingga bayi tetap hangat. Penerapan metode kangguru dapat meningkatkan suhu tubuh dan mencegah terjadinya hipotermi pada bayi BBLR sehingga sangat penting untuk diberikan kepada pasien bayi BBLR sebagai salah satu tindakan penanganan dan sebagai pengganti inkubator yang dapat dilakukan secara mandiri oleh siapa saja, dimana saja dan relatif murah dalam pencegahan hipotermi pada BBLR.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Marlina (2012) tentang “Pengaruh penerapan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSUD Prof. DR.W.Z. Johannes kupang tahun 2012” yang menyimpulkan Penelitian ini sesuai dengan penelitian Marlina (2012) tentang “Pengaruh penerapan metode kangguru terhadap peningkatan suhu tubuh pada BBLR di RSUD Prof. DR.W.Z. Johannes kupang tahun 2012” yang menyimpulkan

bahwa secara umum telah terjadi peningkatan suhu tubuh pada bayi BBLR akibat penerapan metode kangguru (PMK).

Hal yang sama dikemukakan oleh Hanifah dan Ernawati (2011) dari hasil penelitian ada sebanyak 11 BBLR yang setelah dilakukan metode kangguru tidak mengalami peningkatan suhu dikarenakan kehilangan panas yang disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang realtif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, dan kekurangan lemak coklat dan terdapat 19 BBLR yang mengalami peningkatan suhu dikarenakan bayi mendapatkan kehangatan sumber panas alami (36-37ºC) terus menerus langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Angriani, dkk (2014) didapatkan bahwa dari 38 responden, 23 ibu yang melakukan PMK memiliki suhu tubuh bayi yang normal, sementara 15 bayi yang tidak di PMK mengalami hipotermi. Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah, dapat memberikan lingkungan hangat pada bayi, juga meningkatkan hubungan ibu dan bayi.

Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan pergerakan otot. Pada lingkungan suhu dingin panas harus dipertahankan atau suhu tubuh akan turun di bawah batas normal. Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui proses evaporasi air (perubahan molekul air) yang disekresi oleh kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi (sekresi keringat), difusi molekul air melalui kulit. Dalam pengaturan suhu tubuh kulit berperan Panas tubuh dihasilkan dari aktivitas metabolik dan pergerakan otot. Pada lingkungan suhu dingin panas harus dipertahankan atau suhu tubuh akan turun di bawah batas normal. Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui proses evaporasi air (perubahan molekul air) yang disekresi oleh kelenjar keringat dan juga melalui proses perspirasi (sekresi keringat), difusi molekul air melalui kulit. Dalam pengaturan suhu tubuh kulit berperan

mengeluarkan keringat dan kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit (Syaifuddin, 2011).

Pengaturan aliran darah melalui kulitadalah untuk mengatur suhu tubuh. Dengan meletakkan bayi tertelungkup di dada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.

Metode kangguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).

lxix

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh perubahan struktural terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan pendapatan daerah di Kabupaten Sidoarjo thun 2003-2009

2 46 21

Analisis pengaruh pengumuman right issue terhadap expected return dan actual return saham di bursa efek Indonesia (BEI)

0 18 114

Analisis pengaruh perilaku konsumen, kinerja karyawan dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta dampaknya terhadap keputusan pembelian : studi kasus pt. fif cabang pamulang

3 33 213

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud) di inspektorat jendral kementerian perdagangan republik indonesia

4 52 171

Analisis pengaruh likuiditas, Solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan Jakarta Islamic Index

3 43 131

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Analisis pengaruh kinerja pelayanan dan kepuasan konsumen terhadap kecendrungan pembelian kembali 9repurchase)

5 42 144

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157