ASUHAN KEPERAWA TAN GANGGUAN SIRKULASI
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SIRKULASI
(KARDIOVASKULER)
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SIRKULASI (KARDIOVASKULER)
I.
KARDIOMIOPATI
A. KONSEP DASAR
a. Etiologi
•
Kardiomiopati kongestif
Etiologi kardiomiopati kongestif tidak diketahui pasti tetapi kemungkinan
ada hubungan dengan hal seperti pemakaian alkohol berlebihan,
gravidasi dan puerperium, hipertensi sistemik, infeksi virus,
kelainan autoimun dan pengaruh bahan kimiawi dan fisik.
•
Kardiomiopati hipertropik
Diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin,
kelainan
pembuluh
darah
koroner
kecil,
kelainan
yang
menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikular
dan kelainan kolagen.
•
Kardiomiopati restriktif
Etiologi kardiomiopati restriktif belum diketahui
b. Patofisiologi
Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok
penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium:
•
Kardiomiopati kongestif
Sering terjadi ditandai adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel
bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri
dan stasis darah dalam ventrikel, konsumsi alkohol yang
berlebihan sering berakibat kardiomiopati ini.
•
Kardiomiopati hipertropik
Kardiomiopati ini jarang terjadi. Massa otot jantung bertambah berat
terutama sepanjang septum yang dapat menghambat aliran darah
dari atrium ke ventrikel yang dibagi menjadi dua kategori yaitu
obstruktif dan non obstruktif
•
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati ini paling jarang terjadi ditandai dengan gangguan
regangan ventrikel dan volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat
dihubungkan dengan amicoidosis dan penyakit infiltrat lain.
Fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progresif
yang diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel
lain karena volume sekuncup makin lama makin berkurang,maka
terjadi stimulasi syaraf simpatis, mengakibatkan peningkatan
tekanan
vaskuler
sistemik.
Ventrikel
kiri
membesar
untuk mengakomodasi kebutuhan yang kemudian akan mengalami
kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses ini.
2
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kardiomiopati meliputi:
-
Gagal jantung
d. Tes Diagnostik
Kardiomiopati kongestif
-
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis antara lain dapat ditemukan jantung membesar
sekali, terdengar bunyi jantung ke-3 dan ke-4. Tekanan darah dapat
normal atau rendah, pulsus alternans, kulit dingin dapat akibat
vasokontriksi perifer, desakan vena sentralis yang tinggi.Kadangkadang ditemukan insufisiensi mitral dan tricuspid.. pada gagal
jantung yang lanjut terhadap edema kaki, asites, hepatomegali.
-
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan BUN dan kreatinin, albumin/transperin serum menurun,
enzim hepar meningkat.
-
Pemeriksaan EKG
Pada pemeriksaan EKG ditemukan sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan
konduksi intraventrikular, kadang-kadang ditemukan voltase DRA
yang rendah atau gelombang Q patologis, akibat fibrosis miokard.
3.Kardiomiopati hipertropik
-
Pemeriksaan fisik
Pasien kardiomiopati hipertropik biasanya fisisnya baik, berumur muda,
denyut jantung teratur, bising sistole dihubungkan dengan aliran
turbulensi pada jalur ke luar ventrikel kiri. Bising sistolik dapat
berubah-ubah, bisa hilang atau mengurang bila pasien berubah
posisi dari berdiri lalu menjongkok atau dengan melakukan
olahraga isometrik. Ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada
afeks teraba getaran sistolis dan kuat angkat. Bunyi jantung ke-4
biasanya terdengar. Terdengar bising sistolik yang mengeras pada
tindakan valsava.
-
Pemeriksaan laboratorium
Umumnya kreatinin (CK. MM_) umumnya pada pemeriksaan otot
jantung.
-
Pemeriksaan EKG
Ditemukan hipertropi ventrikel kiri, kelainan segmen ST dan gelombang
T, gelombang Q yang abnormal dan aritmia atrial dan ventricular.
Kardiomiopati restriktif
-
Pemeriksaan fisik
Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung
ke-3 atau ke-4 dan adanya regurgitasi mitral atau tricuspid.
4-
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kreatinin kinase (CK-MM), albumin transferin serum
menurun, enzim hepar meningkat.
-
Pemeriksaan EKG
Ditemukan low voltage. Terlihat gangguan konduksi intraventrikular dan
gangguan konduksi atrio-ventrikular
e. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik ditujukan untuk mengoreksi gagal jantung.
Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik di mana
penatalaksanaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya
harapan agar pasien bisa bertahan hanyalah transplantasi jantung.
Pada beberapa kasus, alat bantu ventrikel mungkin diperlukan
untuk mendukung kegagalan jantung sampai ditemukan donor
yang sesuai.
f.
Penatalaksanaan Diit \
Tujuan pengaturan diit untuk ketenangan dan kerja jantung yang minimal.
Dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan
pasien. Adapun diitnya sebagai berikut:
•
1 – ½ liter cairan sehari selama 1 – 2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya
•
Makanan rendah kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi diet ini adalah
835 kalori, 21 gram protein, 24 gram lemak, 10 gram karbohidrat
dan
304 mg natrium
5
g. Farmakologi
•
Farmakologi kardiomiopati kongestif
Tak ada pengobatan spesifik. Biasanya dilakukan pengobatan umum
untuk dekompensasi jantung. Obat vasodilator dapat diberikan bila
ditemukan tanda gagal jantung yang refrakter. Pengobatan
simptomatik seperti penggunaan antikoagulansia, antiartimia.
Hormon tiroid, L-tiroksin bermanfaat untuk memperbaiki fungsi
pompa jantung.
•
Farmakologi kardiomiopati hipertropik
Menggunakan penghambat beta adrenergic yang efeknya mengurangi
peninggian obstruksi jalan pengosongan ventrikel kiri dan untuk
mencegah gangguan irama yang sering menyebabkan kematian
mendadak.
•
Farmakologi kardiomiopati restriktif
Pengobatan pada umumnya sukar karena penyakit ini tidak efisien.
Untuk diobati dan lagipula bergantung pada penyakit yang
menyertainya. Obat antiartimia diberikan bila ada gangguan irama.
B. PROSES KEPERAWATAN KLIEN KARDIOMIOPATI
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk pasien kardiomiopati dimulai dengan
riwayat yang lengkap dan dengan tanda-tanda dan gejala yang ada yaitu:
-
Gagal jantung kongestif terutama yang kiri
6
-
Lelah dan lemas
-
Tanda-tanda emboli sistemik atau paru
Pengkajian fisis yang dilakukan harus tujukan untuk gejala dan tanda
gagal jantung kognitif.
Adapun pengkajian meliputi:
-
Evaluasi status volume cairan yang cermat
-
Tanda vital mencakup perhitungan tekanan nadi
-
Auskultasi adanya S3
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian diagnosis keperawatan utama
mencakup yang berikut:
•
Potensi pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan gagal
jantung
•
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelebihan volume cairan,
suplai oksigen
•
Curah
jantung
menurun
berhubungan
dengan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama.
•
Potensial ketidakmampuan dengan program perawatan diri.
c. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan: Tujuan utama mencakup:
-
Tidak ada kesulitan nafas
-
Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
perubahan
7
-
Berkurangnya kecemasan
-
Patuh terhadap program perawatan diri, dan tidak ada komplikasi.
d. Intervensi Keperawatan
1) Mengatasi kesulitan nafas
•
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam
Rasional:
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen
•
Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat
tidur tinggi 20 – 30 derajat, posisi semi Fowler. Sokong tangan
dengan bantal
Rasional:
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
inflamasi paru maksimal.
•
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional:
Meningkatkan
konsentrasi
oksigen
alveolar
yang
dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan
•
Dorong perubahan posisi sering
Rasional:
Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia serta kerusakan
kulit.
8
2) Peningkatan toleransi aktivitas
•
Evaluasi peningkatan toleransi aktivitas
Rasional:
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
•
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi
Rasional:
Pemenuhan
kebutuhan
perawatan
diri
pasien
mempengaruhi stress miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.
tanpa
•
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
Khususnya jika pasien menggunakan vasodilator, diuretic,
penyekat beta.
Rasional:
Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
fungsi jantung.
•
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardia,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
Rasional:
Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivtas dapat enyebabkan peningkatan
9
segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3) Peningkatan curah jantung
•
Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, irama jantung
Rasional:
Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat. Untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikular.
•
Catat bunyi jantung
Rasional:
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa irama
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke
dalam serambi yang distensi
•
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional:
Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi dan
anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refrakter GJK.
•
Palpasi nadi perifer
Rasional:
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan penurunan nadi
radial, poplietal, dorsalis, pedis, dan postibal.
10
4) Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
•
Diskusikan
fungsi
jantung
normal.
Meliputi
informasi
sehubungan dengan perbedaan pasien dari fungsi normal
Rasional:
Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan
ketaatan pada program pengobatan
•
Kuatkan rasional pengobatan
Rasional:
Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
•
Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi
kelelahan dan istirahat di antara aktivitas.
Rasional:
Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi melemahkan
jantung.
•
Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan perhatian medik
cepat. Contoh: peningkatan BB, edema, nafas pendek.
Rasional:
Pemantauan sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam
pemeliharaan kesehatan dan alat mencegah komplikasi.
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
11
1) Menunjukkan perbaikan fungsi pernafasan
•
Kecepatan pernafasan dalam batas normal
•
Gas darah normal
•
Berkurangnya dispnea dan bertambahnya rasa nyaman
•
Menggunakan terapi oksigen seperti yang diresepkan
2) Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
•
Melakukan aktivitas hidup sehari-hari
•
Berpindah dari kursi ke tempat tidur
•
Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3) Meningkatnya curah jantung
•
Frekuensi jantung normal
•
Bunyi jantung dalam keadaan normal
•
Keadaan kulit yang normal
4) Mematuhi program perawatan diri
•
Minum obat sesuai jadwal yang diresepkan
•
Melakukan penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi
keterbatasan aktivitas
•
Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada
tenaga kesehatan profesional.
Tujuan tercapai tindakan dihentikan
Tujuan belum tercapai tindakan dilanjutkan
12
II. PENYAKIT INFEKSI JANTUNG
A. ENDOKARDITIS REMATIK
a. Etiologi
Endokartidis ini disebabkan langsung oleh demam reumatik, suatu
penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
b. Patofisiologi
Demam reumatik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan
poliartritis. Jantung juga organ sasaran dan merupakan bagian yang
keruskannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan
akibat infeksi artinya jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau
secara langsung dirusak oleh organisme tersebut, namun hal ini
merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi yang terjadi sebagai respon
terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun pada
jaringan yang terkena dan membentuk nodul yang kemudian akan diganti
dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat dalam proses
inflamasi ini artinya terkembanglah miokarditis reumatik yang sementara
melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula perikardium juga
terlibat artinya juga terjadi perikarditis reumatik selama perjalanan akut
penyakit.
c. Komplikasi
Kecacatan permanen
13
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Stenosis, bising jantung yang khas untuk stenosis katup dan
regurgitasi (kebocoran). Katup terdengar pada auskultasi dan
terdeteksi adanya thrill pada saat palpasi.
•
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kultur darah untuk mengisolasi bakteri, virus, jamur
penyebab, THER ASO meningkat (kemungkinan pencetus), LED
meningkat segmen ST, depresi PR, gelombang T datar atau cekung,
pencitraan voltase rendah umum terjadi.
•
Pemeriksaan EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia.
Peninggian segmen ST dapat terjadi pada lead depresi PR,
gelombang T datar, pencitraan voltase rendah umum terjadi.
e. Penatalaksanaan Medik
Pasien endokarditis reumatik yang fungsi katupnya rusak tapi
penyakitnya tenang tidak memerlukan terapi selama jantung memompa
dengan efektif. Namun demikian bahaya adanya kekambuhan reumatik
akut. Endokarditis bakterial, embolisme dari thrombus dinding jantung
masih tetap ada. Peningkatan kekuatan dan efisien kontraksi jantung
dengan bahan farmakologis serta mengurangi beban kerja jantung.
14
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan kerja otot
jantung minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan
pola makan pasien. Adapun diitnya yaitu:
•
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur dan mengurangi
edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
g. Farmakologi
Endokarditis reumatik dapat diterapi antibiotik jangka panjang dan
penicillin parenteral. Pasien yang rentan memerlukan antibiotik jangka
panjang perlu penggunaan antibiotika profilaksis. Agen nonsteroid
(indometasin, ASA (aspirin) antipiretik misalnya, ASA/asetaminofen
(tyrenol)
B. ENDOKARDITIS INFEKSI
a. Etiologi
Endokarditis subakut paling banyak disebabkan oleh streptococcus
viridans. Endokarditis infeksi disebabkan oleh invasi langsung bakteri
atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup.
15
b. Patofisiologi
Endokarditis infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat
penyakit katup jantung. Pasien yang beresiko tinggi adalah pasien
dengan penyakit jantung atau prolaps mitral dan yang pernah menjalani
pembedahan katup prostetik. Endokarditis infeksi biasanya terjadi pada
manula akibat menurunnya respon imunologis terhadap infeksi,
perubahan metabolisme akibat penuaan dan meningkatnya prosedur
diagnostik invasive khususnya pada penyakit genitouriner. Terdapat
insidens tinggi endokarditis stapilococcus di antara pemakai obat IV.
Endokarditis sering pada pasien yang melemahkan, yang memakai
kateter indweller dan yang menggunakan terapi IV atau antibiotik jangka
panjang. Pasien yang diberi pengobatan imunosupresif atau steroid dapat
mengalami endokarditis fungi.
c. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi di semua organ bila terjadi emboli yang
inefektif.
•
Gagal jantung kognitif
•
Emboli
•
Aneurisma nekrotik
•
Gangguan neurologik (stroke)
16
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Adanya kelemahan, tidak nafsu makan, berat badan turun, batuk,
nyeri sendi dan punggung. Terdengar murmur jantung, adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup. Terjadi
pembesaran jantung.
•
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis dengan jenis neutrofil yang lebih banyak, anemia
normakran, normosister, laju endap darah meningkat, uji fraksi gama
globulin positif, total hemolitik komplemen dari komplemen C3
dalam serum menurun, kadar bilirubin darah sedikit meningkat. Pada
pemeriksaan urin ditemukan proteinuria dan hematoria secara
mikroskopik.
•
Pemeriksaan EKG
EKG diperlukan untuk mencari infark yang tersembunyi yang
disebabkan emboli atau vegetasi pada arteri koronaria dan gangguan
hantaran yang disebabkan endokarditis, ini menunjukkan adanya
perluasan infeksi ke otot jantung.
e. Penatalaksanaan Medik
Tujuan pengobatan adalah membunuh secara total organisme penyerang
dengan dosis antibiotika yang adekuat dan sesuai. Organisme penyebab
dapat diisolasi dengan kultur darah serial. Penggantian katup dengan
17
pembedahan dapat memperbaiki prognosis pada pasien dengan
kerusakan berat katup jantung. Biasanya eksisi dan penggantian katup
diperlukan oleh pasien yang mengalami gagal jantung kongestif, pasien
yang mempunyai lebih dari satu episode emboli sistemik serius, dan
pasien yang infeksinya tidak bisa dikontrol.
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketenangan otot jantung
minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan pasien seperti:
•
Rendah garam untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
g. Farmakologi
Pengobatan dimulai sedini mungkin, serta memilih obat yang tetap dan
pemberian dalam waktu lama. Endokarditis yang disebabkan oleh
streptococcus viridans yang sensitif terhadap penilisin G diberikan
dengan dosis penisilin G 2,4-juta unit/hari. Endokarditis yang disebabkan
streptococcus fecalis penisilin G, 1,2 – 2,4 juta unit tiap hari parenteral
ditambah gentamisin 3 – 5 mg/kg BB ampisilin dapat dipakai untuk
mengganti penisilin G. Bila kuman resisten terhadap penisilin dapat
dipakai sefalotin, oksasilin, vantomisin.
18
C. MIOKARDITIS
a. Etiologi
Miokarditis biasanya disebabkan oleh proses infeksi terutama oleh virus,
bakteri, jamur,. Parasit, protozoa dan spiroseta atau dapat juga
disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam reumatik.
b. Patofisiologi
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium jantung
merupakan organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya tiap
serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik
meskipun ada cedera katup yang berat miokarditis dapat menyebabkan
dilatasi jantung, thrombus dalam dinding jantung (mural trombi),
infiltrasi sel darah yang beredar di sekitar pembuluh koroner dan di
antara serabut otot dan degenerasi serabut otot itu sendiri.
c. Komplikasi
Dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Kardiopati kongestif/dilated
2) Payah jantung kongestif
3) Efusi pericardial
4) Av block total
5) Trombi kardiak
19
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Adanya perasaan lemah, berdebar-debar, sesak nafas dan biasanya
didapatkan adanya nyeri dada. jantung membesar, terutama bila
sudah terjadi jantung kongestif. Tekanan vena jugularis meningkat
dan pada auskultasi di dapatkan bunyi jantung pertama yang
melemah, kadang-kadang di temukan aritmia dan irama derap
ventrikel atau atrial serta sistolik di apeks.
•
Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan leukositosis dengan polimorfo nuklear atau limfosit yang
dominan, tergantung penyebabnya pada infeksi parasit ditemukan
eosinofilia. Laju endapan darah meningkat enzim jantung, kreatinin
kinase atau laktat dehidrogenase (LDH) dapat meningkat tergantung
luas nekrosis miokard. Peningkatan ASTO dapat menunjukkan
adanya infeksi streptococcus
•
Pemeriksaan EKG
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, perubahan
segmen ST dan atau gelombang T serta low voltage. Kadang-kadang
ditemukan aritmia atrial atau ventrikel, AV block, intra ventrikular
conduction defect dan QT memanjang.
20
e. Penatalaksanaan Medik
Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya,
bila diketahui misal: penisilin untuk streptococcus hemoliticus dan
dibaringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Fungsi
jantung dan suhu tubuh selalu di evaluasi untuk menentukan apakah
penyakit sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung
kongestif. Bila terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obat untuk
memperlambat
frekuensi
jantung
dan
meningkatkan
kekuatan
kontraktilitas. Pasien dengan miokarditis dengan ketat akan adanya
toksisitas digitalis (disritmia, anoreksia, muntah).
Stoking elastis dan latihan aktif dan pasif harus dilakukan karena
embolisasi dari trombosis vena dan mural trombi dapat terjadi.
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan pengaturan diit untuk ketenangan dan kerja otot jantung yang
minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan pasien seperti:
•
Rendah garam untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
21
g. Farmakologi
Pada miokarditis viral dan tahap awal kardiomiopati kongestif
pengobatan ditujukan pada proses aktif dalam miokard sendiri terutama
proses spasme sirkulasi mikro terhadap remodeling jantung. Untuk tahap
akhir terjadi payah jantung kongestif pengobatan ditujukan pada faktor
hemodinamik dan neuro humoral dan dalam hal ini dapat diberikan
diuretic, digitalis vasodilatasi dan ACE inhibitor. Aritmia diobati dengan
antiartimia.
D. PERIKARDITIS
a. Etiologi
•
Penyebab idiopatik atau nonspesifik
•
Infeksi oleh bakteri (streptococcus, stapilococcus, gonokokus,
meningokokus), virus (coxsakie, influenza), jamur (riketsia, parasit).
•
Kelainan jaringan ikat sistemik
•
Keadaan hipersensitivitas
•
Penyakit struktur di sekitarnya
•
Penyakit neoplasia
•
Terapi radiasi
•
Trauma
•
Gagal ginjal dan uremia
•
Tuberkulosis
22
b. Patofisiologi
Perikarditis adalah peradangan perikadrium parietal, perikardium visceral
atau keduanya. Perikarditis mengacu pada inflamasi pada perikadrium,
kantong membran yang membungkus jantung. Bisa merupakan penyakit
primer atau dapat terjadi sesuai perjalanan berbagai penyakit medis dan
bedah. Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan perikardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan permukaan
perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan. Kadang-kadang terjadi
efusi pericardial yang biasanya menyebabkan tamponade jantung.
c. Komplikasi
Komplikasi perikarditis yaitu:
-
Efusi pericardial
-
Tamponade jantung
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Ditemukan peningkatan terhadap tekanan vena jugularis, pembesaran
jantung, hepatomegali, asites, edema kaki, ikterus, asites, pada
auskultasi terdengar pericardinal knock, pulsus paradaksus.
•
Pemeriksaan laboratorium
Adanya inflamasi dapat diketahui dari peningkatan LED dan leukositosis.
Bila terdapat kecurigaan pada etiologinya maka tes tuberculin.
23
•
Pemeriksaan EKG
Ditemukan elevasi segmen ST, depresi segmen PR dan sinus
takikardia. Setelah beberapa waktu ditemukan inverse gelombang T.
sebagai komplikasi dapat ditemukan aritmia supraventrikular
termasuk fibrilsasi atrium dan dapat pula terjadi penurunan voltase
pada lead di ekstremitas.
e. Penatalaksanaan Medik
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk:
-
Menentukan penyebab
-
Memberikan terapi yang sesuai dengan penyebabnya
-
Waspada terhadap kemungkinan terjadi tamponade jantung
Pasien dibaringkan di tempat tidur bila curah jantung masih belum baik
sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan
pada pasien dengan perikarditis reumatik. Waspadai kemungkinan
terjadinya tamponade jantung. Pergunakan keterampilan pengkajian
keperawatan untuk mengantisipasi dan mengidentifikasi trias gejala-
turunnya tekanan arteri, meningkatnya tekanan vena, dan bunyi jantung
lemah.
Bila kondisi pasien sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara
bertahap, tetapi bila nyeri, demam, atau friction rub kembali muncul
pasien harus segera tirah baring.
24
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan pengaturan diit untuk kerja dan ketenangan jantung yang
minimal. Untuk pemeliharaan status nutrisi sesuai dengan selera dan pola
makan pasien. Adapun diitnya:
•
Rendah garam
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Vitamin dan mineral yang cukup
g. Farmakologi
Perikarditis yang disebabkan oleh virus diberikan salisilat atau obat
antiinflamasi non steroid. Bila gejala tidak membaik diberikan
kortikosteroid. Analgetik untuk mengurangi nyeri. Perikarditis yang
berhubungan dengan demam reumatik berespon baik terhadap penisilin.
Penilisin akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol
hidroklorida, rifampin dan streptomisin. Ampoterisin B untuk
perikarditis jamur.
E. PROSES KEPERAWATAN KLIEN PERIKARDITIS
a. Pengkajian
Nyeri merupakan gejala pertama pada pasien dengan perikarditis. Nyeri
perikarditis dikaji dengan cara:
Mengobservasi dan mengevaluasi pasien dalam berbagai posisi baring di
tempat tidur. Ketika melakukan observasi pada pasien pemeriksaan
25
berusaha menemukan apakah nyeri ada pengaruhnya dengan gerakan
pernafasan atau tidak, dengan atau tanpa aliran udara yang sebenarnya,
dengan fleksi, ekstensi atau rotasi tulang belakang, termasuk leher
dengan gerakan bahu dan lengan; dengan batuk atau dengan menelan.
Dengan mengetahui kejadian yang mencetuskan atau memperberat nyeri
akan membantu dalam menegakkan diagnosa dan membedakan nyeri
perikarditis dari nyeri infark miokardium. Suhu badan pasien harus
dipantau sesering mungkin.
Pengkajian Data Dasar Pasien
•
Aktivitas/istirahat
Gejala
: kelelahan, kelemahan
Tanda
: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
•
Sirkulasi
Gejala
: riwayat demam reumatik, penyakit jantung congenital,
palpitasi.
Tanda
•
: takikardia, disritmia, friction rub perikardia
Eliminasi
Gejala : riwayat gagal ginjal, jumlah urine sedikit
Tanda
: urine pekat gelap
•
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
: nyeri dada anterior, batuk
Tanda
: gelisah
26
•
Pernafasan
Gejala
: nafas pendek
Tanda
•
: dispnea, batuk, inspirasi mengi
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus
Tanda
: demam
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan mencakup
yang berikut:
-
Nyeri berhubungan dengan peradangan perikadrium
-
Resiko tinggi curah jantung menurun berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam kantung perikardia.
c. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama mencakup berkurangnya nyeri, peningkatan curah jantung
dan hilangnya komplikasi potensial
d. Intervensi Keperawatan
1) Mengatasi nyeri/ketidaknyamanan
•
Selidiki keluhan nyeri dada. Perhatikan awitan dan faktor
pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk non verbal dari
ketidaknyamanan misal: berbaring dengan gelisah.
27
Rasional:
Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat
menyebar ke leher dan punggung.
•
Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misal:
perubahan posisi, gosokan punggung.
Rasional:
Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
•
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional:
Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu.
2) Peningkatan curah jantung
•
Pantau frekuensi dan irama jantung
Rasional:
Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya
untuk meningkatkan curahnya berespon pada demam hipoksia
dan asidosis karena iskemia.
•
Auskultasi bunyi jantung; perhatikan jarak/muffled tonus jantung,
murmur, gallop S3 dan S4.
Rasional:
Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi
28
•
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung dan
perubahan posisi
Rasional:
Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian
•
Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi,
perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kejadian
Rasional:
Manifestasi klinik dari tamponade jantung yang dapat terjadi
pada perikarditis bila akumulasi cairan/eksudat dalam kantung
perikardia membatasi pengisian dan curah jantung.
•
Berikan oksigen suplemen
Rasional:
Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard dan
menurunkan efek metabolisme anaerob yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asidosis.
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1) Pasien bebas dari nyeri
-
Melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan nyaman
-
Suhu badan pasien kembali ke batas normal
-
Tidak ditemukan lagi trictuion rub perikadrium
29
2. Tidak mengalami komplikasi
-
Tekanan darah tetap dalam batas normal pasien
-
Bunyi jantung keras dan dapat diaskultasi
-
Tidak terjadi distensi vena leher
3. Peningkatan curah jantung
-
Frekuensi dan irama jantung dalam batas normal
Tujuan tercapai tindakan dihentikan
Tujuan belum tercapai tindakan dilanjutkan
(KARDIOVASKULER)
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SIRKULASI (KARDIOVASKULER)
I.
KARDIOMIOPATI
A. KONSEP DASAR
a. Etiologi
•
Kardiomiopati kongestif
Etiologi kardiomiopati kongestif tidak diketahui pasti tetapi kemungkinan
ada hubungan dengan hal seperti pemakaian alkohol berlebihan,
gravidasi dan puerperium, hipertensi sistemik, infeksi virus,
kelainan autoimun dan pengaruh bahan kimiawi dan fisik.
•
Kardiomiopati hipertropik
Diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin,
kelainan
pembuluh
darah
koroner
kecil,
kelainan
yang
menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikular
dan kelainan kolagen.
•
Kardiomiopati restriktif
Etiologi kardiomiopati restriktif belum diketahui
b. Patofisiologi
Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok
penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium:
•
Kardiomiopati kongestif
Sering terjadi ditandai adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel
bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri
dan stasis darah dalam ventrikel, konsumsi alkohol yang
berlebihan sering berakibat kardiomiopati ini.
•
Kardiomiopati hipertropik
Kardiomiopati ini jarang terjadi. Massa otot jantung bertambah berat
terutama sepanjang septum yang dapat menghambat aliran darah
dari atrium ke ventrikel yang dibagi menjadi dua kategori yaitu
obstruktif dan non obstruktif
•
Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati ini paling jarang terjadi ditandai dengan gangguan
regangan ventrikel dan volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat
dihubungkan dengan amicoidosis dan penyakit infiltrat lain.
Fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progresif
yang diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel
lain karena volume sekuncup makin lama makin berkurang,maka
terjadi stimulasi syaraf simpatis, mengakibatkan peningkatan
tekanan
vaskuler
sistemik.
Ventrikel
kiri
membesar
untuk mengakomodasi kebutuhan yang kemudian akan mengalami
kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses ini.
2
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kardiomiopati meliputi:
-
Gagal jantung
d. Tes Diagnostik
Kardiomiopati kongestif
-
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisis antara lain dapat ditemukan jantung membesar
sekali, terdengar bunyi jantung ke-3 dan ke-4. Tekanan darah dapat
normal atau rendah, pulsus alternans, kulit dingin dapat akibat
vasokontriksi perifer, desakan vena sentralis yang tinggi.Kadangkadang ditemukan insufisiensi mitral dan tricuspid.. pada gagal
jantung yang lanjut terhadap edema kaki, asites, hepatomegali.
-
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan BUN dan kreatinin, albumin/transperin serum menurun,
enzim hepar meningkat.
-
Pemeriksaan EKG
Pada pemeriksaan EKG ditemukan sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan
konduksi intraventrikular, kadang-kadang ditemukan voltase DRA
yang rendah atau gelombang Q patologis, akibat fibrosis miokard.
3.Kardiomiopati hipertropik
-
Pemeriksaan fisik
Pasien kardiomiopati hipertropik biasanya fisisnya baik, berumur muda,
denyut jantung teratur, bising sistole dihubungkan dengan aliran
turbulensi pada jalur ke luar ventrikel kiri. Bising sistolik dapat
berubah-ubah, bisa hilang atau mengurang bila pasien berubah
posisi dari berdiri lalu menjongkok atau dengan melakukan
olahraga isometrik. Ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada
afeks teraba getaran sistolis dan kuat angkat. Bunyi jantung ke-4
biasanya terdengar. Terdengar bising sistolik yang mengeras pada
tindakan valsava.
-
Pemeriksaan laboratorium
Umumnya kreatinin (CK. MM_) umumnya pada pemeriksaan otot
jantung.
-
Pemeriksaan EKG
Ditemukan hipertropi ventrikel kiri, kelainan segmen ST dan gelombang
T, gelombang Q yang abnormal dan aritmia atrial dan ventricular.
Kardiomiopati restriktif
-
Pemeriksaan fisik
Ditemukan adanya pembesaran jantung sedang. Terdengar bunyi jantung
ke-3 atau ke-4 dan adanya regurgitasi mitral atau tricuspid.
4-
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kreatinin kinase (CK-MM), albumin transferin serum
menurun, enzim hepar meningkat.
-
Pemeriksaan EKG
Ditemukan low voltage. Terlihat gangguan konduksi intraventrikular dan
gangguan konduksi atrio-ventrikular
e. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik ditujukan untuk mengoreksi gagal jantung.
Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik di mana
penatalaksanaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya
harapan agar pasien bisa bertahan hanyalah transplantasi jantung.
Pada beberapa kasus, alat bantu ventrikel mungkin diperlukan
untuk mendukung kegagalan jantung sampai ditemukan donor
yang sesuai.
f.
Penatalaksanaan Diit \
Tujuan pengaturan diit untuk ketenangan dan kerja jantung yang minimal.
Dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan
pasien. Adapun diitnya sebagai berikut:
•
1 – ½ liter cairan sehari selama 1 – 2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya
•
Makanan rendah kalori dan semua zat gizi. Nilai gizi diet ini adalah
835 kalori, 21 gram protein, 24 gram lemak, 10 gram karbohidrat
dan
304 mg natrium
5
g. Farmakologi
•
Farmakologi kardiomiopati kongestif
Tak ada pengobatan spesifik. Biasanya dilakukan pengobatan umum
untuk dekompensasi jantung. Obat vasodilator dapat diberikan bila
ditemukan tanda gagal jantung yang refrakter. Pengobatan
simptomatik seperti penggunaan antikoagulansia, antiartimia.
Hormon tiroid, L-tiroksin bermanfaat untuk memperbaiki fungsi
pompa jantung.
•
Farmakologi kardiomiopati hipertropik
Menggunakan penghambat beta adrenergic yang efeknya mengurangi
peninggian obstruksi jalan pengosongan ventrikel kiri dan untuk
mencegah gangguan irama yang sering menyebabkan kematian
mendadak.
•
Farmakologi kardiomiopati restriktif
Pengobatan pada umumnya sukar karena penyakit ini tidak efisien.
Untuk diobati dan lagipula bergantung pada penyakit yang
menyertainya. Obat antiartimia diberikan bila ada gangguan irama.
B. PROSES KEPERAWATAN KLIEN KARDIOMIOPATI
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk pasien kardiomiopati dimulai dengan
riwayat yang lengkap dan dengan tanda-tanda dan gejala yang ada yaitu:
-
Gagal jantung kongestif terutama yang kiri
6
-
Lelah dan lemas
-
Tanda-tanda emboli sistemik atau paru
Pengkajian fisis yang dilakukan harus tujukan untuk gejala dan tanda
gagal jantung kognitif.
Adapun pengkajian meliputi:
-
Evaluasi status volume cairan yang cermat
-
Tanda vital mencakup perhitungan tekanan nadi
-
Auskultasi adanya S3
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian diagnosis keperawatan utama
mencakup yang berikut:
•
Potensi pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan gagal
jantung
•
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelebihan volume cairan,
suplai oksigen
•
Curah
jantung
menurun
berhubungan
dengan
kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi, irama.
•
Potensial ketidakmampuan dengan program perawatan diri.
c. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan: Tujuan utama mencakup:
-
Tidak ada kesulitan nafas
-
Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
perubahan
7
-
Berkurangnya kecemasan
-
Patuh terhadap program perawatan diri, dan tidak ada komplikasi.
d. Intervensi Keperawatan
1) Mengatasi kesulitan nafas
•
Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam
Rasional:
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen
•
Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat
tidur tinggi 20 – 30 derajat, posisi semi Fowler. Sokong tangan
dengan bantal
Rasional:
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
inflamasi paru maksimal.
•
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional:
Meningkatkan
konsentrasi
oksigen
alveolar
yang
dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan
•
Dorong perubahan posisi sering
Rasional:
Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia serta kerusakan
kulit.
8
2) Peningkatan toleransi aktivitas
•
Evaluasi peningkatan toleransi aktivitas
Rasional:
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
•
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi
Rasional:
Pemenuhan
kebutuhan
perawatan
diri
pasien
mempengaruhi stress miokard/kebutuhan oksigen berlebihan.
tanpa
•
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
Khususnya jika pasien menggunakan vasodilator, diuretic,
penyekat beta.
Rasional:
Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh
fungsi jantung.
•
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardia,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
Rasional:
Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivtas dapat enyebabkan peningkatan
9
segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3) Peningkatan curah jantung
•
Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, irama jantung
Rasional:
Biasanya terjadi takikardia meskipun pada saat istirahat. Untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikular.
•
Catat bunyi jantung
Rasional:
S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa irama
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke
dalam serambi yang distensi
•
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional:
Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi dan
anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refrakter GJK.
•
Palpasi nadi perifer
Rasional:
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan penurunan nadi
radial, poplietal, dorsalis, pedis, dan postibal.
10
4) Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
•
Diskusikan
fungsi
jantung
normal.
Meliputi
informasi
sehubungan dengan perbedaan pasien dari fungsi normal
Rasional:
Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan
ketaatan pada program pengobatan
•
Kuatkan rasional pengobatan
Rasional:
Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
•
Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi
kelelahan dan istirahat di antara aktivitas.
Rasional:
Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi melemahkan
jantung.
•
Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan perhatian medik
cepat. Contoh: peningkatan BB, edema, nafas pendek.
Rasional:
Pemantauan sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien dalam
pemeliharaan kesehatan dan alat mencegah komplikasi.
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
11
1) Menunjukkan perbaikan fungsi pernafasan
•
Kecepatan pernafasan dalam batas normal
•
Gas darah normal
•
Berkurangnya dispnea dan bertambahnya rasa nyaman
•
Menggunakan terapi oksigen seperti yang diresepkan
2) Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
•
Melakukan aktivitas hidup sehari-hari
•
Berpindah dari kursi ke tempat tidur
•
Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
3) Meningkatnya curah jantung
•
Frekuensi jantung normal
•
Bunyi jantung dalam keadaan normal
•
Keadaan kulit yang normal
4) Mematuhi program perawatan diri
•
Minum obat sesuai jadwal yang diresepkan
•
Melakukan penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi
keterbatasan aktivitas
•
Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada
tenaga kesehatan profesional.
Tujuan tercapai tindakan dihentikan
Tujuan belum tercapai tindakan dilanjutkan
12
II. PENYAKIT INFEKSI JANTUNG
A. ENDOKARDITIS REMATIK
a. Etiologi
Endokartidis ini disebabkan langsung oleh demam reumatik, suatu
penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
b. Patofisiologi
Demam reumatik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan
poliartritis. Jantung juga organ sasaran dan merupakan bagian yang
keruskannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan
akibat infeksi artinya jaringan tersebut tidak mengalami infeksi atau
secara langsung dirusak oleh organisme tersebut, namun hal ini
merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi yang terjadi sebagai respon
terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun pada
jaringan yang terkena dan membentuk nodul yang kemudian akan diganti
dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat dalam proses
inflamasi ini artinya terkembanglah miokarditis reumatik yang sementara
melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula perikardium juga
terlibat artinya juga terjadi perikarditis reumatik selama perjalanan akut
penyakit.
c. Komplikasi
Kecacatan permanen
13
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Stenosis, bising jantung yang khas untuk stenosis katup dan
regurgitasi (kebocoran). Katup terdengar pada auskultasi dan
terdeteksi adanya thrill pada saat palpasi.
•
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kultur darah untuk mengisolasi bakteri, virus, jamur
penyebab, THER ASO meningkat (kemungkinan pencetus), LED
meningkat segmen ST, depresi PR, gelombang T datar atau cekung,
pencitraan voltase rendah umum terjadi.
•
Pemeriksaan EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia.
Peninggian segmen ST dapat terjadi pada lead depresi PR,
gelombang T datar, pencitraan voltase rendah umum terjadi.
e. Penatalaksanaan Medik
Pasien endokarditis reumatik yang fungsi katupnya rusak tapi
penyakitnya tenang tidak memerlukan terapi selama jantung memompa
dengan efektif. Namun demikian bahaya adanya kekambuhan reumatik
akut. Endokarditis bakterial, embolisme dari thrombus dinding jantung
masih tetap ada. Peningkatan kekuatan dan efisien kontraksi jantung
dengan bahan farmakologis serta mengurangi beban kerja jantung.
14
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan kerja otot
jantung minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan
pola makan pasien. Adapun diitnya yaitu:
•
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengatur dan mengurangi
edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
g. Farmakologi
Endokarditis reumatik dapat diterapi antibiotik jangka panjang dan
penicillin parenteral. Pasien yang rentan memerlukan antibiotik jangka
panjang perlu penggunaan antibiotika profilaksis. Agen nonsteroid
(indometasin, ASA (aspirin) antipiretik misalnya, ASA/asetaminofen
(tyrenol)
B. ENDOKARDITIS INFEKSI
a. Etiologi
Endokarditis subakut paling banyak disebabkan oleh streptococcus
viridans. Endokarditis infeksi disebabkan oleh invasi langsung bakteri
atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup.
15
b. Patofisiologi
Endokarditis infeksi terjadi pada pasien yang mempunyai riwayat
penyakit katup jantung. Pasien yang beresiko tinggi adalah pasien
dengan penyakit jantung atau prolaps mitral dan yang pernah menjalani
pembedahan katup prostetik. Endokarditis infeksi biasanya terjadi pada
manula akibat menurunnya respon imunologis terhadap infeksi,
perubahan metabolisme akibat penuaan dan meningkatnya prosedur
diagnostik invasive khususnya pada penyakit genitouriner. Terdapat
insidens tinggi endokarditis stapilococcus di antara pemakai obat IV.
Endokarditis sering pada pasien yang melemahkan, yang memakai
kateter indweller dan yang menggunakan terapi IV atau antibiotik jangka
panjang. Pasien yang diberi pengobatan imunosupresif atau steroid dapat
mengalami endokarditis fungi.
c. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi di semua organ bila terjadi emboli yang
inefektif.
•
Gagal jantung kognitif
•
Emboli
•
Aneurisma nekrotik
•
Gangguan neurologik (stroke)
16
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Adanya kelemahan, tidak nafsu makan, berat badan turun, batuk,
nyeri sendi dan punggung. Terdengar murmur jantung, adanya
kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup. Terjadi
pembesaran jantung.
•
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis dengan jenis neutrofil yang lebih banyak, anemia
normakran, normosister, laju endap darah meningkat, uji fraksi gama
globulin positif, total hemolitik komplemen dari komplemen C3
dalam serum menurun, kadar bilirubin darah sedikit meningkat. Pada
pemeriksaan urin ditemukan proteinuria dan hematoria secara
mikroskopik.
•
Pemeriksaan EKG
EKG diperlukan untuk mencari infark yang tersembunyi yang
disebabkan emboli atau vegetasi pada arteri koronaria dan gangguan
hantaran yang disebabkan endokarditis, ini menunjukkan adanya
perluasan infeksi ke otot jantung.
e. Penatalaksanaan Medik
Tujuan pengobatan adalah membunuh secara total organisme penyerang
dengan dosis antibiotika yang adekuat dan sesuai. Organisme penyebab
dapat diisolasi dengan kultur darah serial. Penggantian katup dengan
17
pembedahan dapat memperbaiki prognosis pada pasien dengan
kerusakan berat katup jantung. Biasanya eksisi dan penggantian katup
diperlukan oleh pasien yang mengalami gagal jantung kongestif, pasien
yang mempunyai lebih dari satu episode emboli sistemik serius, dan
pasien yang infeksinya tidak bisa dikontrol.
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan adalah mengatur diit sehingga kerja dan ketenangan otot jantung
minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan pasien seperti:
•
Rendah garam untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
g. Farmakologi
Pengobatan dimulai sedini mungkin, serta memilih obat yang tetap dan
pemberian dalam waktu lama. Endokarditis yang disebabkan oleh
streptococcus viridans yang sensitif terhadap penilisin G diberikan
dengan dosis penisilin G 2,4-juta unit/hari. Endokarditis yang disebabkan
streptococcus fecalis penisilin G, 1,2 – 2,4 juta unit tiap hari parenteral
ditambah gentamisin 3 – 5 mg/kg BB ampisilin dapat dipakai untuk
mengganti penisilin G. Bila kuman resisten terhadap penisilin dapat
dipakai sefalotin, oksasilin, vantomisin.
18
C. MIOKARDITIS
a. Etiologi
Miokarditis biasanya disebabkan oleh proses infeksi terutama oleh virus,
bakteri, jamur,. Parasit, protozoa dan spiroseta atau dapat juga
disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam reumatik.
b. Patofisiologi
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium jantung
merupakan organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya tiap
serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik
meskipun ada cedera katup yang berat miokarditis dapat menyebabkan
dilatasi jantung, thrombus dalam dinding jantung (mural trombi),
infiltrasi sel darah yang beredar di sekitar pembuluh koroner dan di
antara serabut otot dan degenerasi serabut otot itu sendiri.
c. Komplikasi
Dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Kardiopati kongestif/dilated
2) Payah jantung kongestif
3) Efusi pericardial
4) Av block total
5) Trombi kardiak
19
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Adanya perasaan lemah, berdebar-debar, sesak nafas dan biasanya
didapatkan adanya nyeri dada. jantung membesar, terutama bila
sudah terjadi jantung kongestif. Tekanan vena jugularis meningkat
dan pada auskultasi di dapatkan bunyi jantung pertama yang
melemah, kadang-kadang di temukan aritmia dan irama derap
ventrikel atau atrial serta sistolik di apeks.
•
Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan leukositosis dengan polimorfo nuklear atau limfosit yang
dominan, tergantung penyebabnya pada infeksi parasit ditemukan
eosinofilia. Laju endapan darah meningkat enzim jantung, kreatinin
kinase atau laktat dehidrogenase (LDH) dapat meningkat tergantung
luas nekrosis miokard. Peningkatan ASTO dapat menunjukkan
adanya infeksi streptococcus
•
Pemeriksaan EKG
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardia, perubahan
segmen ST dan atau gelombang T serta low voltage. Kadang-kadang
ditemukan aritmia atrial atau ventrikel, AV block, intra ventrikular
conduction defect dan QT memanjang.
20
e. Penatalaksanaan Medik
Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasarinya,
bila diketahui misal: penisilin untuk streptococcus hemoliticus dan
dibaringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Fungsi
jantung dan suhu tubuh selalu di evaluasi untuk menentukan apakah
penyakit sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung
kongestif. Bila terjadi gagal jantung kongestif harus diberikan obat untuk
memperlambat
frekuensi
jantung
dan
meningkatkan
kekuatan
kontraktilitas. Pasien dengan miokarditis dengan ketat akan adanya
toksisitas digitalis (disritmia, anoreksia, muntah).
Stoking elastis dan latihan aktif dan pasif harus dilakukan karena
embolisasi dari trombosis vena dan mural trombi dapat terjadi.
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan pengaturan diit untuk ketenangan dan kerja otot jantung yang
minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan pasien seperti:
•
Rendah garam untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Cukup vitamin dan mineral
21
g. Farmakologi
Pada miokarditis viral dan tahap awal kardiomiopati kongestif
pengobatan ditujukan pada proses aktif dalam miokard sendiri terutama
proses spasme sirkulasi mikro terhadap remodeling jantung. Untuk tahap
akhir terjadi payah jantung kongestif pengobatan ditujukan pada faktor
hemodinamik dan neuro humoral dan dalam hal ini dapat diberikan
diuretic, digitalis vasodilatasi dan ACE inhibitor. Aritmia diobati dengan
antiartimia.
D. PERIKARDITIS
a. Etiologi
•
Penyebab idiopatik atau nonspesifik
•
Infeksi oleh bakteri (streptococcus, stapilococcus, gonokokus,
meningokokus), virus (coxsakie, influenza), jamur (riketsia, parasit).
•
Kelainan jaringan ikat sistemik
•
Keadaan hipersensitivitas
•
Penyakit struktur di sekitarnya
•
Penyakit neoplasia
•
Terapi radiasi
•
Trauma
•
Gagal ginjal dan uremia
•
Tuberkulosis
22
b. Patofisiologi
Perikarditis adalah peradangan perikadrium parietal, perikardium visceral
atau keduanya. Perikarditis mengacu pada inflamasi pada perikadrium,
kantong membran yang membungkus jantung. Bisa merupakan penyakit
primer atau dapat terjadi sesuai perjalanan berbagai penyakit medis dan
bedah. Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan perikardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan permukaan
perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan. Kadang-kadang terjadi
efusi pericardial yang biasanya menyebabkan tamponade jantung.
c. Komplikasi
Komplikasi perikarditis yaitu:
-
Efusi pericardial
-
Tamponade jantung
d. Tes Diagnostik
•
Pemeriksaan fisik
Ditemukan peningkatan terhadap tekanan vena jugularis, pembesaran
jantung, hepatomegali, asites, edema kaki, ikterus, asites, pada
auskultasi terdengar pericardinal knock, pulsus paradaksus.
•
Pemeriksaan laboratorium
Adanya inflamasi dapat diketahui dari peningkatan LED dan leukositosis.
Bila terdapat kecurigaan pada etiologinya maka tes tuberculin.
23
•
Pemeriksaan EKG
Ditemukan elevasi segmen ST, depresi segmen PR dan sinus
takikardia. Setelah beberapa waktu ditemukan inverse gelombang T.
sebagai komplikasi dapat ditemukan aritmia supraventrikular
termasuk fibrilsasi atrium dan dapat pula terjadi penurunan voltase
pada lead di ekstremitas.
e. Penatalaksanaan Medik
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk:
-
Menentukan penyebab
-
Memberikan terapi yang sesuai dengan penyebabnya
-
Waspada terhadap kemungkinan terjadi tamponade jantung
Pasien dibaringkan di tempat tidur bila curah jantung masih belum baik
sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan
pada pasien dengan perikarditis reumatik. Waspadai kemungkinan
terjadinya tamponade jantung. Pergunakan keterampilan pengkajian
keperawatan untuk mengantisipasi dan mengidentifikasi trias gejala-
turunnya tekanan arteri, meningkatnya tekanan vena, dan bunyi jantung
lemah.
Bila kondisi pasien sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara
bertahap, tetapi bila nyeri, demam, atau friction rub kembali muncul
pasien harus segera tirah baring.
24
f.
Penatalaksanaan Diit
Tujuan pengaturan diit untuk kerja dan ketenangan jantung yang
minimal. Untuk pemeliharaan status nutrisi sesuai dengan selera dan pola
makan pasien. Adapun diitnya:
•
Rendah garam
•
Lemak dan protein sedang
•
Pembatasan kalori
•
Vitamin dan mineral yang cukup
g. Farmakologi
Perikarditis yang disebabkan oleh virus diberikan salisilat atau obat
antiinflamasi non steroid. Bila gejala tidak membaik diberikan
kortikosteroid. Analgetik untuk mengurangi nyeri. Perikarditis yang
berhubungan dengan demam reumatik berespon baik terhadap penisilin.
Penilisin akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol
hidroklorida, rifampin dan streptomisin. Ampoterisin B untuk
perikarditis jamur.
E. PROSES KEPERAWATAN KLIEN PERIKARDITIS
a. Pengkajian
Nyeri merupakan gejala pertama pada pasien dengan perikarditis. Nyeri
perikarditis dikaji dengan cara:
Mengobservasi dan mengevaluasi pasien dalam berbagai posisi baring di
tempat tidur. Ketika melakukan observasi pada pasien pemeriksaan
25
berusaha menemukan apakah nyeri ada pengaruhnya dengan gerakan
pernafasan atau tidak, dengan atau tanpa aliran udara yang sebenarnya,
dengan fleksi, ekstensi atau rotasi tulang belakang, termasuk leher
dengan gerakan bahu dan lengan; dengan batuk atau dengan menelan.
Dengan mengetahui kejadian yang mencetuskan atau memperberat nyeri
akan membantu dalam menegakkan diagnosa dan membedakan nyeri
perikarditis dari nyeri infark miokardium. Suhu badan pasien harus
dipantau sesering mungkin.
Pengkajian Data Dasar Pasien
•
Aktivitas/istirahat
Gejala
: kelelahan, kelemahan
Tanda
: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
•
Sirkulasi
Gejala
: riwayat demam reumatik, penyakit jantung congenital,
palpitasi.
Tanda
•
: takikardia, disritmia, friction rub perikardia
Eliminasi
Gejala : riwayat gagal ginjal, jumlah urine sedikit
Tanda
: urine pekat gelap
•
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
: nyeri dada anterior, batuk
Tanda
: gelisah
26
•
Pernafasan
Gejala
: nafas pendek
Tanda
•
: dispnea, batuk, inspirasi mengi
Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus
Tanda
: demam
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan mencakup
yang berikut:
-
Nyeri berhubungan dengan peradangan perikadrium
-
Resiko tinggi curah jantung menurun berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam kantung perikardia.
c. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama mencakup berkurangnya nyeri, peningkatan curah jantung
dan hilangnya komplikasi potensial
d. Intervensi Keperawatan
1) Mengatasi nyeri/ketidaknyamanan
•
Selidiki keluhan nyeri dada. Perhatikan awitan dan faktor
pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk non verbal dari
ketidaknyamanan misal: berbaring dengan gelisah.
27
Rasional:
Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat
menyebar ke leher dan punggung.
•
Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misal:
perubahan posisi, gosokan punggung.
Rasional:
Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional pasien.
•
Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
Rasional:
Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu.
2) Peningkatan curah jantung
•
Pantau frekuensi dan irama jantung
Rasional:
Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya
untuk meningkatkan curahnya berespon pada demam hipoksia
dan asidosis karena iskemia.
•
Auskultasi bunyi jantung; perhatikan jarak/muffled tonus jantung,
murmur, gallop S3 dan S4.
Rasional:
Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi
28
•
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung dan
perubahan posisi
Rasional:
Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian
•
Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi,
perubahan tonus jantung, penurunan tingkat kejadian
Rasional:
Manifestasi klinik dari tamponade jantung yang dapat terjadi
pada perikarditis bila akumulasi cairan/eksudat dalam kantung
perikardia membatasi pengisian dan curah jantung.
•
Berikan oksigen suplemen
Rasional:
Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk fungsi miokard dan
menurunkan efek metabolisme anaerob yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asidosis.
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1) Pasien bebas dari nyeri
-
Melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan nyaman
-
Suhu badan pasien kembali ke batas normal
-
Tidak ditemukan lagi trictuion rub perikadrium
29
2. Tidak mengalami komplikasi
-
Tekanan darah tetap dalam batas normal pasien
-
Bunyi jantung keras dan dapat diaskultasi
-
Tidak terjadi distensi vena leher
3. Peningkatan curah jantung
-
Frekuensi dan irama jantung dalam batas normal
Tujuan tercapai tindakan dihentikan
Tujuan belum tercapai tindakan dilanjutkan