KRITIK TERHADAP KEBIJAKAN UJIAN AKHIR NA

1

KRITIK TERHADAP KEBIJAKAN
UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN)

Disusun oleh
ZANUDIN IDRIS
----------------------------------

2

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Begitu banyak permasalahan yang terjadi dan dialami bangsa
Indonesia, baik yang dialami dan dilakukan penduduk negerinya
maupun para pemangku amanatnya di pemerintahan. Permasalahan
yang timbul di hampir berbaga lini dan sektor.
Permasalahan yang begitu kompleks, mulai dari masalah

kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, korupsi, bencana, rendahnya
tingkat kesehatan, problematika pendidikan, kebodohan, angka anak
putus sekolah, bahkan angka buta huruf di Indonesia masih sedemikian
tinggi.
Begitu kompleksnya permasalahn yang dialami bangsa ini,
sehingga begitu rumitnya melakukan pembenahan dan perbaikan.
Terkadang sulit sekali untuk memulianya, bagaiakn mengurai benang
yang kusut. Sulit memulainya dari mana dulu, dari apa dulu dan kapan
memulainya.
Dari berbagai permasalahan tersebut, terkadang juga disebabkan
karena salahnya pemangku amanat dalam mengambil kebijakan yang
berdampak luas bagi seluruh bangsa atau penduduk negeri. Dan, dari
sekian banyak permasalahan itu juga, permasalahan di bidang
pendidikan tidak kalah rumitnya. Padahal, permasalahan utama dan
kunci keberhasilan suatu bangsa adalah bermula dan bermuara pada
pendidikan. Sudah banyak bukti empiris, suatu bangsa atau negeri yang

3

berhasil dalam pendidikannya, berbanding lurus dengan keberhasilan

bangsanya di hampir semua bidang.
Berbagai

upaya

telah

dilakukan

oleh

pemerintah

guna

tercapainya cita-cita dalam bidang pendidikan seperti yang diamanatkan
oleh pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Upaya yang dilakukan tersebut berupa pembaharuan atau inovasi dalam
bidang pendidikan. Pembaharuan atau inovasi pendidikan merupakan
suatu perubahan yang baru, yang kualitatif dan berbeda dari

sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
dalam pendidikan (Wijaya, Djajuri, dan Rusyan, 1988:7).
Pendidikan

merupakan

salah

satu

sektor

penting

dalam

pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui
proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta
memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan
warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini
disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran.
Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan,
diperlukan suatu bentuk evaluasi.
Dengan demikian evaluasi pendidikan merupakan salah satu
komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan.
Namun tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur

4

pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang
tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi
yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur
yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat

bahkan salah sama sekali.
Ujian Akhir Nasional (UAN) merupakan salah satu alat evaluasi
yang dikeluarkan Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas
(Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan
Ujian Akhir Nasional dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah
yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontroversi dalam banyak
seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat terlontar rencana atau
keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau meniadakan
Ujian Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Menteri Pendidikan
sendiri pernah melontarkan pernyataan akan menghapus UAN, dan
pernyataan beberapa anggota Dewan yang mengusulkan penghapusan
UAN tersebut.
Dalam tahun 2006, walaupun UAN mengalami peningkatan
dalam prosentase kelulusan, masih dipandang sebelah mata oleh
anggota DPR. Hal ini terjadi karena banyaknya laporan yang masuk ke
DPR mengenai penyelewengan yang terjadi dalam UAN tersebut.
(Detik.com 26/06/2006). Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR, UAN
dinilai diskriminatif terhadap peserta didik. Komisi X menilai UAN ini
sebaiknya hanya digunakan untuk pemetaan kemampuan siswa yang
nantinya digunakan untuk mendukung pembuatan kebijakan dan bukan

untuk penentu kelulusan. UAN juga bertentangan dengan Sisdiknas,
karena dalam Sisdiknas dikatakan bahwa tenaga pengajar diberikan
kewenangan untuk menilai siswanya dalam masalah kelulusan.

5

Pada tahun 2005, Komisi X DPR RI pernah menolak kebijakan
pemerintah khususnya Menteri Pendidikan waktu itu, Bambang
Sudibyo, yang bersikukuh tetap melaksanakan UAN di tahun 2005 yang
lalu. Menurut Ketua Komisi X Heri Akhmadi, pelaksanaan UAN
bertentangan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan : Evaluasi Peserta Didik,
satuan Pendidik, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri
secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik, untuk menilai
pencapaian standard nasional pendidikan. Dalam pasal 58 UU Sisdiknas
tersebut juga dinyatakan bahwa evaluasi belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan (Kompas, Senin 24
Januari 2005).
Syarat kelulusan UAN untuk tahun 2008, misalnya, adalah 4,25

untuk nilai minimal masing-masing mata pelajaran yang diujikan dan
rata-rata minimal 5,0. Ada empat mata pelajaran yang diujikan yaitu
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA. Banyak terjadi
seorang siswa yang dalam pendidikan disekolah mendapatkan ranking
cukup baik dikelas tetapi tidak lulus UAN hanya karena salah satu mata
pelajaran

tersebut

nilainya

kurang

dari

nilai

minimal

yang


dipersyaratkan. Sehingga walaupun nilai mata pelajaran lain tinggi,
tetap tidak lulus. Beberapa siswa bahkan sudah diterima di perguruan
tinggi negeri melalui jalur PMDK atau di SMA tertentu, tetapi gagal
karena tidak lulus UAN, dan perguruan tinggi negeri serta SMA swasta
favorit tidak mau menerima peserta yang tidak lulus UAN. Bahkan
beberapa sudah sempat diterima di perguruan tinggi luar negeri tetapi
gagal juga karena tidak lulus UAN.

6

Dengan demikian UAN dalam implementasinya mengalami krisis
kebijakan dimana faktor penyebab krisis dapat ditinjau dari berbagai
dimensi sebagai contoh sederhana krisis tersebut dapat terjadi karena
kekurangan dalam proses perumusan kebijakan dan programnya,
kekeliruan

dalam

proses


perencanaan,

penyimpangan

dalam

pelaksanaan, kelemahan dalam penentuan anggaran atau bahkan pada
saat pengawasan dan dan pelaporan.
Beberapa alasan dan latar belakang permasalahan yang ada
tentang UAN inilah yang menjadi dasar pembahasan makalah ini. Di
samping itu juga, penulis menyampaikan pandangan yang mungkin
dapat dijadikan alternatif kebijakan dalam pelaksanaan evaluasi
pendidikan yang bertaraf nasional.

7

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gunawan, Ary H. 1986. Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia,
Jakarta: Bina Aksara, Jakarta: Bina Aksara.
Idris, Zaenudin. "Dikotonomi ilmu; sejarah dan pengaruhnya terhadap
pendidikan islam." (2006).
Kompas.com
Koran Kompas, April-Mei 2011
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Miaso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Siahaan, Sudirman. 2008. Perkembangan Siaran Televisi Pendidikan, Jakarta.
Tabrani, A. Rusyan, dkk. 1988. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan
Pengajaran, Bandung:Remadja Karya CV.

Website:
Http://www.detik.com
Http://www.kompas.com
Harti, Yuli. Masih Perlukah Ujian Nasional?. Dalamhttp://guruvalah.20m.
com/ kontoversi_ujian_nasional.html, diakses 09/05/2011 08.15
Ismail, Syahid. Kritik Terhadap Kebijakan Ujian Akhir Nasional (Uan) Dalam
Evaluasi Dan Standarisasi Pendidikan Di Indonesia,


dalam

http://

syahid.hdpin.net/2011/12/kritik-terhadap-kebijakan-ujian-akhir.html
, diakses pada 15 Oktober 2015, 21.05.

8

Rachmawati, Rina. 2008. Rp 90 Miliar untuk Program SMP Terbuka, Jakarta:
(http://www.tempointeraktif.com, Diakses tanggal 10 Mei 2011)
Sudrajat, Akhmad. Seputar Pro-Kontra Kebijakan
dhttp://

Ujian

Nasional. dalam

akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/28/seputar-pro-

kontra-kebijakan-ujian-nasional/, diakses 09/05/2011 08.41

UNSRI Jurnal: Landasan Kebijakan Pemerintah dalam Teknologi Pendidikan
dalam
http://blog.unsri.ac.id/userfiles/tUGAS%20PAK%20FUAD%201.doc
, diakses 09/05/2011 08.15
Wardoyo, Cipto. Anomali Kebijakan UN. Dalam http://edukasi.kompasiana.
com/2010/04/26/anomali-kebijakan-un/, diakses 09/05/2011 08.23