EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENING

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA
INDONESIA
Oleh: Lucky Nugroho (Praktisi Perbankan Syariah dan Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mercu Buana-Jakarta)
Kejadian terbakarnya kapal wisata Zahro Express di Muara Angke Jakarta yang menelan korban
tewas sejumlah 23 orang wisatawan lokal dan pilot yang mengkonsumsi rokok tembakau gorila
(ganja sintetis) sebelum terbang pada maskapai penerbangan lokal diawal tahun 2017 sudah
seharusnya menjadi catatan penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) di sektor pariwisata untuk terus melakukan perbaikan dan revitalisasi pada seluruh
sektor pendukung pariwisata di tahun 2017. Peningkatan kualitas layanan di sektor pariwisata
seharusnya sejalan dengan promosi yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata. Promises
Branding “Wonderful Indonesia” secara besar-besaran di London di akhir tahun. 2016 yang

ditempelkan di Black Cab Taxi sudah seharusnya menjadi komitmen bersama dari seluruh
elemen dari ekosistem bisnis pada sektor pariwisata untuk menyediakan pelayanan yang
berkualitas sehingga kejadian terbakarnya kapal wisata Zahro Express yang menyebabkan
tewasnya sejumlah wisatawan tersebut dapat dihindari.
Potensi demografis dan geografis sangat mendukung Indonesia sebagai negara di ASEAN
sebagai tujuan utama bagi wisatawan lokal dan internasional. Dari sisi demografis Indonesia
merupakan negara peringkat ke empat di dunia dari sisi jumlah penduduk yang didukung dengan
meningkatnya jumlah kalangan kelas menengah yang menyebabkan tumbuhnya wisatawan lokal

serta Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia memiliki daya tarik
sendiri bagi wisatawan manca negara pada umumnya dan wisatawan muslim manca negara pada
khususnya untuk datang ke Indonesia. Di sisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah 13.466 pulau yang menyebabkan bermacam-macam suku

bangsa, budaya, dan tersebarnya pulau-pulau menjadi banyaknya variasi tujuan wisata. Dengan
meningkatnya tingkat persaingan pada saat ini, maka perlu adanya perubahan strategi untuk
dapat meraih pasar dengan yang sebelumnya fokus pada product-oriented dan consumeroriented menjadi business ecosytem-oriented. Perlu diketahui berdasarkan The Travel & Tourism
Competitiveness Index 2015 (The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 ) saat ini

Indonesia baru menduduki posisi ke 50, jauh di bawah negara ASEAN seperti Singapura (11),
Malaysia (25) dan Thailand (35). Untuk mengejar ketertinggalan tersebut tentu saja memerlukan
kerja keras dan fokus dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata yang meliputi Pemerintah,
Pelaku Bisnis dan Masyarakat. Pemerintahan Jokowi-JK telah menetapkan beberapa sektor
unggulan pembangunan yang salah satunya adalah sektor pariwisata dan pada akhir tahun 2016,
seiring dengan itu pada akhir tahun 2016 pada acara “Satu Windu Surat Berharga Syariah
Bernegara” (SBSN) Presiden Jokowi mencanangkan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah
internasional. Sejalan dengan rencana pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor
pariwisata di Indonesia, maka harus terdapat sektor unggulan pariwisata yang memiliki daya
saing yang salah satunya adalah sektor unggulan wisata yang berbasis syariah atau yang populer

dengan wisata halal.
Daya Saing dan Ekosistem Bisnis Wisata Halal
Ecosystem-oriented adalah suatu strategi suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saing

melalui kepedulian atas lingkungan, komunitas, masyarakat, pemerintah, pelaku bisnis tekait
wisata dan seluruh pihak terkait untuk bersama-sama menciptakan kesan (image) yang baik.
Islam di Indonesia memiliki kesan yang baik dan dikenal di dunia internasional dengan Islam
yang damai, Islam yang majemuk dan tentunya jauh dari kesan Islam yang radikal. Kesan ini
seharusnya bisa menjadi gateway wisata halal di Indonesia untuk mengembangkan ecosystem-

oriented (Ekosistem Bisnis) wisata halal. Indonesia sebagai pusat fashion syariah juga dapat

dijadikan daya tarik wisatawan muslim datang ke Indonesia. Namun demikian, posisi Indonesia
menurut data dari Global Muslim Travel Index 2016 menduduki peringkat ke-empat setelah
Malaysia, United Arab Emirates, Turki. Negara tedekat kita, Malaysia menduduki ranking
pertama tujuan bagi wisata muslim karena memenuhi kriteria penilaian: (1) Merupakan lokasi
wisata yang layak bagi liburan keluarga yang ramah dan aman, (2) Memiliki layanan bagi
muslim yang ramah yang ditunjang dengan fasilitas ibadah yang memadai, (3) Memiliki
kesadaran akan kebutuhan wisatawan muslim seperti halal produk dan ditunjang dengan promosi
obyek wisata yang menarik bagi wisatawan muslim. Potensi wisatawan lokal Indonesia dengan

jumlah penduduk muslim 235 juta jiwa dapat dijadikan sebagai kekuatan permintaan pariwisata
lokal ditambah dengan potensi wisatawan asing muslim yang mencapai lebih dari 1 miliar
pelancong tentunya akan menambah pendapatan negara dari sektor wisata apabila mereka datang
ke Indonesia. Indikator lain yang menunjukkan Indonesia harus meningkatkan layanan
pendukung wisata halal adalah Global Islamic Economic Indicator (GIEI) tahun 2015-2016 yang
menempatkan Indonesia di posisi 10 sebagaimana tabel.1 di bawah ini:
Tabel. 1 Global Islamic Economic Indicator 2015-2016

Sumber: Thomson Reuters, State of the Global Islamic Economy 2015 - 2016 Report

Tabel di atas menunjukkan bahwa wisata halal tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor
pendukung seperti Islamic finance, Halal Food, Sharia fashion dan Media & Recreation. Hal
tesebut merupakan bagian dari Ecosytem-oriented atau ekosistem bisnis wisata halal yang
mencakup seluruh elemen-elemen seperti pemerintah, masyarakat, pelaku bisnis dan seluruh
industri terkait yang mendukung bisnis wisata halal tersebut untuk bersinergi dalam rangka
memberikan layanan terbaik kepada para wisatawan yang datang berkunjung ke Indonesia. Oleh
karenanya untuk meningkatkan daya saing wisata halal di Indonesia, pemerintah tidak cukup
melakukan promosi dan pemasaran secara besar-besaran tanpa adanya peran pemangku
kepentingan di sektor wisata untuk berkomitmen meningkatkan kualitas layanan kepada para
wisatawan. Ekosistem bisnis wisata halal apabila digambarkan adalah sebagai beikut:

Gambar 1. Ekosistem Bisnis Wisata Halal

Untuk meningkatkan daya saing melalui ekosistem bisnis wisata halal tidak hanya memperbaiki
obyek wisata halal saja tetapi harus seluruh elemen yang mendukung wisata halal tersebut
seperti: (1) Penyedia akomodasi yang dapat memberikan kenyamanan kepada para wisatawan
yang menginap ditunjang dengan fasilitas perlengkapan dan fasilitas ibadah, menyediakan

layanan kepada pengunjung ketika sedan berpuasa dan di bulan ramadhan (saur dan berbuka),
dan fasilitas lainnya yang membuat wisatawan muslim dapat menjalankan liburan dengan tetap
melaksanakan ibadahnya; (2) Fasilitas transportasi yang aman dan nyaman serta disediakannya
tempat untuk melaksanakan ibadah di dalam perjalanan menuju tempat tujuan. Selain itu
transportasi juga harus ditunjang dengan keberadaan infrastruktur jalan raya, jembatan dan
lainnya sehingga menjamain keselamatan dan kenyamanan para wisatawan. Selain itu terdapat
fasiltas pemisahan antara pria dan wanita pada transportasi publik; (3) Media, tempat hiburan
dan tempat perbelanjaan juga menjadi ekosistem bisnis wisata halal yang harus dapat
memberikan promosi dan pemasaran yang menarik wisatawan yang dilengkapi dengan fasilitas
ibadah serta kemanan dan kenyamanan. Icon Indonesia sebagai fashion center untuk pakaian
muslim juga harus terus diperkuat dengan berbagai internasional event. Selanjutnya dapat
diperkuat dengan pembuktian seperti testimoni para pengunjung yang puas dapat juga dijadikan
strategy promosi serta pemasaran yang efektif (experienced marketing-customer ); (4) Untuk

mempermudah para wisatawan untuk memilih obyek wisata yang beragam, maka perlu adanya
jasa agen perjalanan, penyelenggara tour yang profesional. Informasi obyek wisata juga harus
tersedia di pusat informasi wisata yang terletak di lokasi-lokasi strategis masuknya wisatawan ke
setiap daerah di Indonesia (seperti di Bandara, Pelabuhan, Stasiun Kereta Api dan Terminal Bis);
(5) Pergi wisata tidak lengkap tanpa adanya kuliner, oleh karenanya pelaku industri makanan dan
minuman sebagai pendukung utama mampu memberikan layanan bukan hanya rasa makanan
dan minumanya akan tetapi memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi telah
memenuhi aspek halal. Namun demikian ekosistem bisnis wisata halal bukan hanya terbatas
pada 5 (llima) aspek tersebut, akan tetapi juga dapat meliputi ketersediaan lembaga keuangan
syariah yang dapat mendukung transaksi para wisatawan dan hal lainnya yang dapat mendukung

program wisata halal di Indonesia serta aspek lainnya yang dapat meningkatkan daya tarik
wisatawan datang. Selain itu juga terdapat beberapa kelemahan sektor pariwisata yang perlu
diperbaiki yang antara lain: (1) Belum adanya sinergi strategis dan kurangnya komitmen dari
pemerintah, Tanggung jawab meningkatkan kualitas pariwisata bukan pada kementerian
pariwisata tetapi kementerian lain yang terkait untuk memperbaiki kondisi seperti masalah
keamanan di daerah (bebas dari copet dan preman), membenahi akses transportasi seperti para
wisatawan asing akan enggan ke Jakarta yang terkenal dengan macetnya, kecelakaan dan
keamanaan penggunaan transportasi (seperti kejadian terbakarnya kapal wisata di Muara Angke
dan Pilot pesawat yang mabuk) dan hal lainnya; (2) Terbatasnya sistem informasi sehingga

informasi obyek wisata di Indonesia masih sangat terbatas untuk dapat diakses oleh wisatawan
mancanegara terutama yang menggunakan bahasa internasional (Inggris); (3) Lemahnya
keberadaan pelaku ekonomi kreatif untuk mendukung industri Islamic fashion, halal food and
drink, dan lain sebagainya yang dapat menarik wisatawan datang berbelanja produk sandang dan

pangan buatan Indonesia; (4) Selain itu sektor pariwisata di Indonesia yang tergantung pada alam
dan iklim sudah seharusnya didukung dengan lingkungan yang bersih dari sampah dan tingkat
polusi dikota-kota besar Indonesia yang telah disesaki oleh kendaraan roda dua menyebabkan
para wisatawan menjadi tidak nyaman dan menyebabkan mereka tidak betah untuk tinggal lebih
lama. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk meningkatkan daya saing pariwisata di Indonesia
terutama ekosistem bisnis wisata halal bukan hanya usaha keras dari salah satu pihak misal
kementerian pariwisata, akan tetapi harus bersinergi antar kementerian terkait dan juga seluruh
pemangku kepentingan. Sangat disayangkan Indonesia sebagai negara dengan banyaknya tujuan
wisata dan potensi muslim terbesar di dunia tidak dapat bersaing dengan negara lainnya pada
sektor pariwisata.