POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU Sonn
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU (Sonneratia alba J. Smith)
DI HUTAN MANGROVE KALIMANTAN BARAT
Adi Bejo Suwardi 1) dan Zidni Ilman Navia2)
1)
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Samudra
Kampus UNSAM Meurandeh, Provinsi Aceh 24116
2)
Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Kampus UNTAN Jl. Ahmad Yani Pontianak, Kalimantan Barat 78214
email: adi.bsw@gmail.com
Abstrak
Suatu eksplorasi tentang kedabu (Sonneratia alba) telah dilakukan di kawasan hutan mangrove di Kecamatan
Sukadana, Kalimantan Barat dari bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengkaji populasi dan pola distribusi kedabu serta faktor fisika -kimia yang mempengaruhinya. Eksplorasi
dilakukan tiga Dusun yaitu Nirmala, Tambak Rawang, dan Sebadal, Desa Gunung Sembilan, Kecamatan
Sukadana. Metode yang dilakukan kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Hasil penelitian
ini didapatkan total individu kedabu 139 individu, tingkat pohon 28 individu, pancang 41 individu, dan semai
70 individu. Kepadatan populasi kedabu pada lokasi penelitian tingkat pohon berkisar 60-300 ind/Ha,
pancang 480-2080 ind/Ha, dan semai 1500-33.500 ind/Ha. Kedabu memiliki pola distribusi mengelompok.
Kata kunci: Kedabu, mangrove, Sonneratia alba, pola distribusi, populasi
PENDAHULUAN
buahnya dapat dimanfaatkan sebagai
Kedabu (Sonneratia alba ) tergolong jenis
bahan
tumbuhan mangrove yang umumnya
batangnya digunakan sebagai kayu bakar,
ditemui hidup di daerah lempung berpasir
peralatan rumah tangga, dan kertas.
yang menghadap laut. Kedabu dapat juga
Tumbuhan hutan mangrove termasuk
ditemui hidup di daerah berlumpur dalam
kedabu memiliki nilai ekonomi tinggi,
disepanjang tepian sungai atau rawa-rawa
antara lain sebagai sumber kayu bakar,
yang masih dipengaruhi oleh pasang surut
bahan bangunan, bahan makanan dan
air laut. Kedabu sebagai salah satu
bahan obat-obatan (Setyawan, 2005).
makanan
dan
obat-obatan,
komponen penyusun hutan mangrove
Saat ini pemanfaatan kedabu oleh
memberikan manfaat tidak langsung bagi
masyarakat Desa Gunung Sembilan cukup
manusia. Antara lain penjaga kestabilan
tinggi. Masyarakat memanfaatkan buah
garis pantai atau tebing sungai dari abrasi
kedabu sebagai bahan makanan dan
atau erosi, menahan tiupan angin laut,
memanfaatkan batangnya sebagai kayu
sebagai tempat penghasil oksigen dan
bakar dan peralatan
penyerap karbondioksida. Serta sebagai
Pemanfaatan kedabu, khususnya batang
tempat untuk tinggal, mencari makan dan
kedabu secara terus menerus tanpa
berkembang biak bagi hewan. Manfaat
diimbangi dengan upaya pelestarian dapat
langsung kedabu bagi manusia adalah
mengancam keberadaan kedabu di masa
rumah tangga.
13
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
mendatang.
Oleh
sebab
itu,
perlu
dan
interaksinya
dengan
kedabu
dilakukan penelitian tentang populasi dan
menggunakan
pola distribusi kedabu di kawasan hutan
Sampling. Berdasarkan kondisi tersebut
mangrove
Sembilan,
ditetapkan 3 lokasi pengamatan kedabu
Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong
yaitu di Dusun Nirmala (lokasi I), Dusun
Utara, Kalimantan Barat.
Tambak Rawang (lokasi II), dan Dusun
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Sebadal (lokasi III).
desa
Gunung
populasi dan pola distribusi kedabu di
metode
Masing-masing
Purposive
lokasi
dibuat
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
transek tegak lurus garis pantai dengan
Sembilan,
ukuran 10x50 m. Setiap transek diambil
Kecamatan
Sukadana,
Kabupaten Kayong Utara.
data
vegetasi
dengan
metode
garis
berpetak sebanyak 5 petak pengamatan
METODE PENELITIAN
(plot) dengan ukuran plot disesuaikan
Penelitian telah dilakukan pada bulan
tingkat stratifikasi tumbuhan kedabu,
Oktober 2010 hingga Maret 2011 di
yaitu
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
berukuran 10x10 m2, pancang berdiameter
Sembilan,
Sukadana,
2-10 cm berukuran 5x5 m2, dan tingkat
Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan
semai berukuran 2x2 m2. Kedabu yang
Barat.
diperoleh pada setiap lokasi dicatat jenis
Kecamatan
Penentuan
lokasi
penelitian
dilakukan berdasarkan pada pendekatan
pohon
berdiameter
>10
cm
dan jumlahnya.
konseptual dengan melihat rona biologis
Gambar 1. Skema pengambilan sampel
14
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
pohon, pancang, dan semai terdapat pada
Analisis Data
kedabu
lokasi 2 dengan nilai masing-masing yaitu
menggunakan rumus berikut (Onrizal dan
300 individu/ha, 2080 individu/ha, dan
Kusmana. 2005):
33.500 individu/ha. Sementara itu, nilai
Perhitungan
kepadatan
a
Kepadatan (K) =
a
a
a
kepadatan kedabu terendah yaitu di lokasi
Penghitungan pola distribusi pada kedabu
menggunakan metode varians kuadrat
berpasangan
atau
Paried
Quadrat
Variance Methode (PQV) (Ludwig and
Var (X)1 = [1/(N-1)] {[1/2 (x1-x2)2] +
x3)3] + … + [1/2(xN-1-xN)2]}
namun pada lokasi 3 tidak ditemukan
adanya tingkat stratifikasi semai (Tabel 1).
ini
= Jumlah Varians
kedabu memiliki pola adaptasi yang tinggi
terhadap
kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
di
hutan
pada
keadaan
habitat
tumbuhnya. Lokasi 2 terletak di muara
Populasi Sonneratia alba
sungai yang berbatasan langsung dengan
Penelitian telah dilakukan pada tiga lokasi
penelitian di kawasan hutan mangrove
Sembilan,
habitat
jumlah individu pada suatu lokasi sangat
tergantung
Gunung
bahwa
dan Indrawan (1978) banyaknya jenis dan
xN = Nilai atau jumlah kedabu
Desa
menunjukkan
mangrove tersebut. Menurut Soerianegara
Dimana: Var (X)1 = Varian ke-1
N
individu/ha dan pancang 480 individu/ha,
Hal
Reynolds. 1998):
[1/2(x2-
3 dengan nilai untuk stratifikasi pohon 60
Kecamatan
Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.
Nilai kepadatan kedabu tertinggi untuk
laut sehingga daerah ini memiliki tekstur
tanah lempung berpasir serta mendapat
masukan air tawar yang cukup yang
menyebabkan kedabu
tumbuh dengan
baik di lokasi in
masing-masing stratifikasi pertumbuhan
Tabel 1. Analisis Populasi Kedabu pada Lokasi Penelitian
Kepadatan Kedabu (ind/Ha)
Tingkat Stratifikasi
Lokasi 1
Lokasi 2
Pohon
200
300
Lokasi 3
60
Pancang
720
2080
480
Semai
1500
33500
-
15
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
.
Setyawan, dkk (2003) menyatakan
Kedabu di lokasi 2 ditemukan
bahwa hutan mangrove terbentuk karena
berupa pohon yang tinggi dan besar yang
adanya masukan air tawar, sedimentasi,
berada di barisan depan menghadap laut
aliran air pasang surut, dan suhu yang
terbuka. Sonneratia alba lebih banyak
hangat. Hal ini sama dengan penelitian
ditemukan pada daerah pantai yang
dari Pramudji (2003) di Pesisir Teluk
berbatasan langsung dengan perairan laut
Mandar, tepatnya di Pulau Panampeang
terbuka (Nursal, dkk. 2005). Jenis ini
yang terletak di teluk bagian luar hanya
dapat ditemukan sebagai tegakan pohon
ditemukan jenis Sonneratia alba yang
yang berukuran besar di tepi pantai.
mampu tumbuh pada kondisi lingkungan
Sedangkan tingkat pancang dan semai
dengan pukulan ombak yang relatif besar.
ditemukan tumbuh mengelompok dekat
Rendahnya nilai kepadatan kedabu
dengan
daratan.
Perkembangbiakan
pada lokasi 3, dapat disebabkan besarnya
kedabu dengan menggunakan biji yang
pengaruh antropogenik yang mengubah
mudah bergerak mengikuti arus pasang
habitat mangrove untuk kepentingan lain,
surut air laut menjadi penyebab perbedaan
sehingga luasan ekosistem ini terbatas,
tempat tumbuh. Setiap individu kedabu
dimana lokasi tersebut telah dikonversi
dapat ditemukan tumbuh di dekat daratan
menjadi sawah dan perkebunan penduduk.
atau menjauhi daratan. Tingginya nilai
Sebagian hutan mangrove di lokasi 3
kepadatan dari tingkat pancang dan semai
mengalami penebangan dan perluasan
menunjukkan bahwa tingkat regenerasi
perkebunan. Menurut Nursal, dkk. (2005)
kedabu pada lokasi 2 sangat tinggi. Hal ini
adanya
juga
dikarenakan bahwa lokasi 2 merupakan
berkurangnya
kawasan hutan mangrove yang masih
kepadatan vegetasi, terutama pada strata
alami dan jauh dari adanya aktivitas
pohon dan pancang. Selain itu, tidak
manusia dalam mengkorversi lahan.
keterbukan
diindikasikan
dari
lahan
ditemukannya tingkat semai (anakan) dari
Kemampuan regenerasi vegetasi
kedabu pada lokasi 3 menunjukkan bahwa
mangrove berdasarkan perbandingan nilai
pada lokasi tersebut tingkat regenarasi
kerapatan antara vegetasi strata pohon
kedabu tergolong rendah, hal ini dapat
dengan
disebabkan oleh sifat buahnya yang dapat
pancang dan semai dapat dilihat pada
langsung
manusia
Tabel 4.1. Secara umum kerapatan
maupun hewan pemakan buah. Sehingga
vegetasi strata pohon pada masing-masing
biji kedabu tidak dapat berkembang biak.
lokasi kurang dari 1000 individu/ha.
dikonsumsi
oleh
permudaannya
pada
strata
16
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
dalam
Keputusan
Menteri
Negara
Pola Distribusi Sonneratia alba
Lingkungan Hidup RI No.201 Tahun 2004
Setiap individu yang ada di dalam suatu
dalam Nursal, dkk. (2005) tentang Kriteria
populasi
Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
(distribusi) di dalam habitatnya. Pola
Mangrove, kawasan hutan mangrove Desa
distribusi
Gunung Sembilan dapat dikategorikan
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
sebagai kawasan hutan mangrove yang
Sembilan,
sudah rusak. Kemampuan regenerasi
menggunakan metode varians terhadap
vegetasi pada tiga lokasi yang diteliti
jumlah kedabu yang ditemukan pada
dianggap masih baik, ditunjukkan dengan
lokasi
kepadatan anakan (semai) lebih dari 1000
perhitungan analisis varian kedabu di
individu/ha dan kepadatan pancang lebih
lokasi penelitian dapat diketahui pola
dari 240 individu/ha, kecuali pada lokasi 3
distribusi kedabu pada ketiga lokasi
dimana strata semai tidak ditemukan.
menunjukkan pola berbeda (Gambar 4.1).
mengalami
kedabu
dapat
penelitian.
yang
penyebaran
terdapat
diketahui
Berdasarkan
di
dengan
hasil
1400
12
a)
10
b)
1300
8
1200
6
4
1100
2
1000
0
varian 1
varian 2
varian 3
varian 1 varian 2 varian 3 varian 4
varian 4
10
c)
8
6
4
2
0
varian 1
varian 2
varian 3
varian 4
Gambar 2. Pola Distribusi Kedabu a). Lokasi 1; b). Lokasi 2; c). Lokasi 3
Kedabu di lokasi penelitian 1
Rawang, dan lokasi 3 Dusun Sebadal
Dusun Nirmala, lokasi 2 Dusun Tambak
secara umum memiliki pola distribusi
17
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
cenderung mengelompok (Gambar 2.a-c).
KESIMPULAN
Pola distribusi mengelompok pada kedabu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menunjukkan
dilakukan di kawasan hutan mangrove
bahwa
kondisi
habitat
tersebut cenderung heterogen dan sebagai
Desa
akibat dari proses reproduksi kedabu pada
Sukadana
lokasi tersebut. Hal ini relevan dengan
kepadatan kedabu tertinggi untuk masing-
kesimpulan Barbour, dkk (1987) dalam
masing stratifikasi pertumbuhan pohon,
Djufri (2002) bahwa pola distribusi
pancang, dan semai terdapat di lokasi 2
spesies
cenderung
dengan nilai masing-masing
tumbuhan
ind/ha, 2080 ind/ha, dan 33.500 ind/ha dan
tumbuhan
mengelompok,
sebab
Gunung
dapat
Sembilan
Kecamatan
disimpulkan
nilai
yaitu 300
bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat
pola
induknya atau dengan rimpang yang
penelitian cenderung mengelompok.
distribusi
kedabu
pada
lokasi
menghasilkan anakan vegetatif masih
dekat dengan induknya.
DAFTAR PUSTAKA
Pola distribusi dari kedabu yang
mengelompok dipengaruhi oleh pola
reproduksi
dari
kedabu.
bereproduksi secara generatif
Kedabu
dengan
Djufri. 2002. Penentuan pola distribusi,
asosiasi, dan interaksi spesies
tumbuhan khususnya padang
rumput di Taman Nasional
Baluran,
Jawa
Timur.
Biodiversitas 3(1). 181-188
menggunakan biji (Santoso, dkk., 2005).
Tipe biji
kedabu berbentuk bundar
dengan diameter 3,4-4,5 cm, dalam satu
buah berisi benih 150-200 biji. Biji
kedabu akan jatuh berkumpul dekat
dengan induknya atau hanyut terbawa arus
dan berkelompok pada suatu tempat di
dekat daratan yang mengakibatkan kedabu
tumbuh berkelompok. Pola distribusi
mengelompok
menandakan
terjadinya
interaksi positif antara individu tanaman
tersebut
atau
sistem
regenerasinya
cenderung dilakukan secara vegetatif atau
kemampuan penyebaran bijinya terbatas
(Djufri, 2005).
Djufri. 2005. Pola distribusi dan asosiasi
tumbuhan bawah pada tegakan
akasia (Acacia nilotica ) (L.)
Willd. ex. Del. di Savana
Kramat
Taman
Nasional
Baluran Jawa Timur. Enviro
5(1). 48-54
Kusuma, C., Onrizal, dan Sudarmaji.
2003.
Jenis-Jenis
Pohon
Mangrove di Teluk Bintuni,
Papua.
Diterbitkan
atas
kerjasama Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dan
PT. Bintuni Utama Murni.
Bogor: Wood Industries
Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1998.
Statistical Ecology a Primer on
Methods and Computing, New
York: Penerbit John Wiley @
Son.
18
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
Nursal, Fauziah. Y., dan Ismiati. 2005.
Struktur
dan
komposisi
vegetasi mangrove Tanjung
Sekodi Kabupaten Bengkalis
Riau. Biogenesis 2(1). 1-7
Onrizal dan Kusmana C. 2005. Ekologi
Hutan
Indonesia .
Medan:
Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Pramudji. 2003. Keanekaragaman flora di
hutan mangrove
kawasan
pesisir Teluk Mandar, Polewali,
Propinsi Sulawesi Selatan:
Kajian pendahuluan. Biota 8(3).
135-142
Santoso. N., Bayu C. N., Ahmad F. S., dan
Ida F. 2005. Resep Makanan
Berbahan Baku Mangrove dan
Pemanfaatan Nipah. Jakarta:
Lembaga
Pengkajian
dan
Pengembangan Mangrove
Setyawan, A. D. 2005. Keanekaragaman
Tumbuhan Mangrove di Pantai
Utara dan Selatan Jawa
Tengah.
Tesis. Surakarta:
Program
Studi
Ilmu
Lingkungan
Universitas
Sebelas Maret
Soerianegara. I dan Indrawan A. 1978.
Ekologi Hutan. Bogor: Pusat
Pendididikan
Lembaga
Kerjasama Fakultas Kehutanan
19
POPULASI DAN POLA DISTRIBUSI KEDABU (Sonneratia alba J. Smith)
DI HUTAN MANGROVE KALIMANTAN BARAT
Adi Bejo Suwardi 1) dan Zidni Ilman Navia2)
1)
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Samudra
Kampus UNSAM Meurandeh, Provinsi Aceh 24116
2)
Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Kampus UNTAN Jl. Ahmad Yani Pontianak, Kalimantan Barat 78214
email: adi.bsw@gmail.com
Abstrak
Suatu eksplorasi tentang kedabu (Sonneratia alba) telah dilakukan di kawasan hutan mangrove di Kecamatan
Sukadana, Kalimantan Barat dari bulan Oktober 2010 hingga Maret 2011. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengkaji populasi dan pola distribusi kedabu serta faktor fisika -kimia yang mempengaruhinya. Eksplorasi
dilakukan tiga Dusun yaitu Nirmala, Tambak Rawang, dan Sebadal, Desa Gunung Sembilan, Kecamatan
Sukadana. Metode yang dilakukan kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Hasil penelitian
ini didapatkan total individu kedabu 139 individu, tingkat pohon 28 individu, pancang 41 individu, dan semai
70 individu. Kepadatan populasi kedabu pada lokasi penelitian tingkat pohon berkisar 60-300 ind/Ha,
pancang 480-2080 ind/Ha, dan semai 1500-33.500 ind/Ha. Kedabu memiliki pola distribusi mengelompok.
Kata kunci: Kedabu, mangrove, Sonneratia alba, pola distribusi, populasi
PENDAHULUAN
buahnya dapat dimanfaatkan sebagai
Kedabu (Sonneratia alba ) tergolong jenis
bahan
tumbuhan mangrove yang umumnya
batangnya digunakan sebagai kayu bakar,
ditemui hidup di daerah lempung berpasir
peralatan rumah tangga, dan kertas.
yang menghadap laut. Kedabu dapat juga
Tumbuhan hutan mangrove termasuk
ditemui hidup di daerah berlumpur dalam
kedabu memiliki nilai ekonomi tinggi,
disepanjang tepian sungai atau rawa-rawa
antara lain sebagai sumber kayu bakar,
yang masih dipengaruhi oleh pasang surut
bahan bangunan, bahan makanan dan
air laut. Kedabu sebagai salah satu
bahan obat-obatan (Setyawan, 2005).
makanan
dan
obat-obatan,
komponen penyusun hutan mangrove
Saat ini pemanfaatan kedabu oleh
memberikan manfaat tidak langsung bagi
masyarakat Desa Gunung Sembilan cukup
manusia. Antara lain penjaga kestabilan
tinggi. Masyarakat memanfaatkan buah
garis pantai atau tebing sungai dari abrasi
kedabu sebagai bahan makanan dan
atau erosi, menahan tiupan angin laut,
memanfaatkan batangnya sebagai kayu
sebagai tempat penghasil oksigen dan
bakar dan peralatan
penyerap karbondioksida. Serta sebagai
Pemanfaatan kedabu, khususnya batang
tempat untuk tinggal, mencari makan dan
kedabu secara terus menerus tanpa
berkembang biak bagi hewan. Manfaat
diimbangi dengan upaya pelestarian dapat
langsung kedabu bagi manusia adalah
mengancam keberadaan kedabu di masa
rumah tangga.
13
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
mendatang.
Oleh
sebab
itu,
perlu
dan
interaksinya
dengan
kedabu
dilakukan penelitian tentang populasi dan
menggunakan
pola distribusi kedabu di kawasan hutan
Sampling. Berdasarkan kondisi tersebut
mangrove
Sembilan,
ditetapkan 3 lokasi pengamatan kedabu
Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong
yaitu di Dusun Nirmala (lokasi I), Dusun
Utara, Kalimantan Barat.
Tambak Rawang (lokasi II), dan Dusun
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Sebadal (lokasi III).
desa
Gunung
populasi dan pola distribusi kedabu di
metode
Masing-masing
Purposive
lokasi
dibuat
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
transek tegak lurus garis pantai dengan
Sembilan,
ukuran 10x50 m. Setiap transek diambil
Kecamatan
Sukadana,
Kabupaten Kayong Utara.
data
vegetasi
dengan
metode
garis
berpetak sebanyak 5 petak pengamatan
METODE PENELITIAN
(plot) dengan ukuran plot disesuaikan
Penelitian telah dilakukan pada bulan
tingkat stratifikasi tumbuhan kedabu,
Oktober 2010 hingga Maret 2011 di
yaitu
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
berukuran 10x10 m2, pancang berdiameter
Sembilan,
Sukadana,
2-10 cm berukuran 5x5 m2, dan tingkat
Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan
semai berukuran 2x2 m2. Kedabu yang
Barat.
diperoleh pada setiap lokasi dicatat jenis
Kecamatan
Penentuan
lokasi
penelitian
dilakukan berdasarkan pada pendekatan
pohon
berdiameter
>10
cm
dan jumlahnya.
konseptual dengan melihat rona biologis
Gambar 1. Skema pengambilan sampel
14
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
pohon, pancang, dan semai terdapat pada
Analisis Data
kedabu
lokasi 2 dengan nilai masing-masing yaitu
menggunakan rumus berikut (Onrizal dan
300 individu/ha, 2080 individu/ha, dan
Kusmana. 2005):
33.500 individu/ha. Sementara itu, nilai
Perhitungan
kepadatan
a
Kepadatan (K) =
a
a
a
kepadatan kedabu terendah yaitu di lokasi
Penghitungan pola distribusi pada kedabu
menggunakan metode varians kuadrat
berpasangan
atau
Paried
Quadrat
Variance Methode (PQV) (Ludwig and
Var (X)1 = [1/(N-1)] {[1/2 (x1-x2)2] +
x3)3] + … + [1/2(xN-1-xN)2]}
namun pada lokasi 3 tidak ditemukan
adanya tingkat stratifikasi semai (Tabel 1).
ini
= Jumlah Varians
kedabu memiliki pola adaptasi yang tinggi
terhadap
kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN
di
hutan
pada
keadaan
habitat
tumbuhnya. Lokasi 2 terletak di muara
Populasi Sonneratia alba
sungai yang berbatasan langsung dengan
Penelitian telah dilakukan pada tiga lokasi
penelitian di kawasan hutan mangrove
Sembilan,
habitat
jumlah individu pada suatu lokasi sangat
tergantung
Gunung
bahwa
dan Indrawan (1978) banyaknya jenis dan
xN = Nilai atau jumlah kedabu
Desa
menunjukkan
mangrove tersebut. Menurut Soerianegara
Dimana: Var (X)1 = Varian ke-1
N
individu/ha dan pancang 480 individu/ha,
Hal
Reynolds. 1998):
[1/2(x2-
3 dengan nilai untuk stratifikasi pohon 60
Kecamatan
Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.
Nilai kepadatan kedabu tertinggi untuk
laut sehingga daerah ini memiliki tekstur
tanah lempung berpasir serta mendapat
masukan air tawar yang cukup yang
menyebabkan kedabu
tumbuh dengan
baik di lokasi in
masing-masing stratifikasi pertumbuhan
Tabel 1. Analisis Populasi Kedabu pada Lokasi Penelitian
Kepadatan Kedabu (ind/Ha)
Tingkat Stratifikasi
Lokasi 1
Lokasi 2
Pohon
200
300
Lokasi 3
60
Pancang
720
2080
480
Semai
1500
33500
-
15
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
.
Setyawan, dkk (2003) menyatakan
Kedabu di lokasi 2 ditemukan
bahwa hutan mangrove terbentuk karena
berupa pohon yang tinggi dan besar yang
adanya masukan air tawar, sedimentasi,
berada di barisan depan menghadap laut
aliran air pasang surut, dan suhu yang
terbuka. Sonneratia alba lebih banyak
hangat. Hal ini sama dengan penelitian
ditemukan pada daerah pantai yang
dari Pramudji (2003) di Pesisir Teluk
berbatasan langsung dengan perairan laut
Mandar, tepatnya di Pulau Panampeang
terbuka (Nursal, dkk. 2005). Jenis ini
yang terletak di teluk bagian luar hanya
dapat ditemukan sebagai tegakan pohon
ditemukan jenis Sonneratia alba yang
yang berukuran besar di tepi pantai.
mampu tumbuh pada kondisi lingkungan
Sedangkan tingkat pancang dan semai
dengan pukulan ombak yang relatif besar.
ditemukan tumbuh mengelompok dekat
Rendahnya nilai kepadatan kedabu
dengan
daratan.
Perkembangbiakan
pada lokasi 3, dapat disebabkan besarnya
kedabu dengan menggunakan biji yang
pengaruh antropogenik yang mengubah
mudah bergerak mengikuti arus pasang
habitat mangrove untuk kepentingan lain,
surut air laut menjadi penyebab perbedaan
sehingga luasan ekosistem ini terbatas,
tempat tumbuh. Setiap individu kedabu
dimana lokasi tersebut telah dikonversi
dapat ditemukan tumbuh di dekat daratan
menjadi sawah dan perkebunan penduduk.
atau menjauhi daratan. Tingginya nilai
Sebagian hutan mangrove di lokasi 3
kepadatan dari tingkat pancang dan semai
mengalami penebangan dan perluasan
menunjukkan bahwa tingkat regenerasi
perkebunan. Menurut Nursal, dkk. (2005)
kedabu pada lokasi 2 sangat tinggi. Hal ini
adanya
juga
dikarenakan bahwa lokasi 2 merupakan
berkurangnya
kawasan hutan mangrove yang masih
kepadatan vegetasi, terutama pada strata
alami dan jauh dari adanya aktivitas
pohon dan pancang. Selain itu, tidak
manusia dalam mengkorversi lahan.
keterbukan
diindikasikan
dari
lahan
ditemukannya tingkat semai (anakan) dari
Kemampuan regenerasi vegetasi
kedabu pada lokasi 3 menunjukkan bahwa
mangrove berdasarkan perbandingan nilai
pada lokasi tersebut tingkat regenarasi
kerapatan antara vegetasi strata pohon
kedabu tergolong rendah, hal ini dapat
dengan
disebabkan oleh sifat buahnya yang dapat
pancang dan semai dapat dilihat pada
langsung
manusia
Tabel 4.1. Secara umum kerapatan
maupun hewan pemakan buah. Sehingga
vegetasi strata pohon pada masing-masing
biji kedabu tidak dapat berkembang biak.
lokasi kurang dari 1000 individu/ha.
dikonsumsi
oleh
permudaannya
pada
strata
16
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
dalam
Keputusan
Menteri
Negara
Pola Distribusi Sonneratia alba
Lingkungan Hidup RI No.201 Tahun 2004
Setiap individu yang ada di dalam suatu
dalam Nursal, dkk. (2005) tentang Kriteria
populasi
Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan
(distribusi) di dalam habitatnya. Pola
Mangrove, kawasan hutan mangrove Desa
distribusi
Gunung Sembilan dapat dikategorikan
kawasan hutan mangrove Desa Gunung
sebagai kawasan hutan mangrove yang
Sembilan,
sudah rusak. Kemampuan regenerasi
menggunakan metode varians terhadap
vegetasi pada tiga lokasi yang diteliti
jumlah kedabu yang ditemukan pada
dianggap masih baik, ditunjukkan dengan
lokasi
kepadatan anakan (semai) lebih dari 1000
perhitungan analisis varian kedabu di
individu/ha dan kepadatan pancang lebih
lokasi penelitian dapat diketahui pola
dari 240 individu/ha, kecuali pada lokasi 3
distribusi kedabu pada ketiga lokasi
dimana strata semai tidak ditemukan.
menunjukkan pola berbeda (Gambar 4.1).
mengalami
kedabu
dapat
penelitian.
yang
penyebaran
terdapat
diketahui
Berdasarkan
di
dengan
hasil
1400
12
a)
10
b)
1300
8
1200
6
4
1100
2
1000
0
varian 1
varian 2
varian 3
varian 1 varian 2 varian 3 varian 4
varian 4
10
c)
8
6
4
2
0
varian 1
varian 2
varian 3
varian 4
Gambar 2. Pola Distribusi Kedabu a). Lokasi 1; b). Lokasi 2; c). Lokasi 3
Kedabu di lokasi penelitian 1
Rawang, dan lokasi 3 Dusun Sebadal
Dusun Nirmala, lokasi 2 Dusun Tambak
secara umum memiliki pola distribusi
17
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
cenderung mengelompok (Gambar 2.a-c).
KESIMPULAN
Pola distribusi mengelompok pada kedabu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menunjukkan
dilakukan di kawasan hutan mangrove
bahwa
kondisi
habitat
tersebut cenderung heterogen dan sebagai
Desa
akibat dari proses reproduksi kedabu pada
Sukadana
lokasi tersebut. Hal ini relevan dengan
kepadatan kedabu tertinggi untuk masing-
kesimpulan Barbour, dkk (1987) dalam
masing stratifikasi pertumbuhan pohon,
Djufri (2002) bahwa pola distribusi
pancang, dan semai terdapat di lokasi 2
spesies
cenderung
dengan nilai masing-masing
tumbuhan
ind/ha, 2080 ind/ha, dan 33.500 ind/ha dan
tumbuhan
mengelompok,
sebab
Gunung
dapat
Sembilan
Kecamatan
disimpulkan
nilai
yaitu 300
bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat
pola
induknya atau dengan rimpang yang
penelitian cenderung mengelompok.
distribusi
kedabu
pada
lokasi
menghasilkan anakan vegetatif masih
dekat dengan induknya.
DAFTAR PUSTAKA
Pola distribusi dari kedabu yang
mengelompok dipengaruhi oleh pola
reproduksi
dari
kedabu.
bereproduksi secara generatif
Kedabu
dengan
Djufri. 2002. Penentuan pola distribusi,
asosiasi, dan interaksi spesies
tumbuhan khususnya padang
rumput di Taman Nasional
Baluran,
Jawa
Timur.
Biodiversitas 3(1). 181-188
menggunakan biji (Santoso, dkk., 2005).
Tipe biji
kedabu berbentuk bundar
dengan diameter 3,4-4,5 cm, dalam satu
buah berisi benih 150-200 biji. Biji
kedabu akan jatuh berkumpul dekat
dengan induknya atau hanyut terbawa arus
dan berkelompok pada suatu tempat di
dekat daratan yang mengakibatkan kedabu
tumbuh berkelompok. Pola distribusi
mengelompok
menandakan
terjadinya
interaksi positif antara individu tanaman
tersebut
atau
sistem
regenerasinya
cenderung dilakukan secara vegetatif atau
kemampuan penyebaran bijinya terbatas
(Djufri, 2005).
Djufri. 2005. Pola distribusi dan asosiasi
tumbuhan bawah pada tegakan
akasia (Acacia nilotica ) (L.)
Willd. ex. Del. di Savana
Kramat
Taman
Nasional
Baluran Jawa Timur. Enviro
5(1). 48-54
Kusuma, C., Onrizal, dan Sudarmaji.
2003.
Jenis-Jenis
Pohon
Mangrove di Teluk Bintuni,
Papua.
Diterbitkan
atas
kerjasama Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dan
PT. Bintuni Utama Murni.
Bogor: Wood Industries
Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1998.
Statistical Ecology a Primer on
Methods and Computing, New
York: Penerbit John Wiley @
Son.
18
Jurnal Jeumpa, 2 (1) – Juni 2015
Nursal, Fauziah. Y., dan Ismiati. 2005.
Struktur
dan
komposisi
vegetasi mangrove Tanjung
Sekodi Kabupaten Bengkalis
Riau. Biogenesis 2(1). 1-7
Onrizal dan Kusmana C. 2005. Ekologi
Hutan
Indonesia .
Medan:
Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Pramudji. 2003. Keanekaragaman flora di
hutan mangrove
kawasan
pesisir Teluk Mandar, Polewali,
Propinsi Sulawesi Selatan:
Kajian pendahuluan. Biota 8(3).
135-142
Santoso. N., Bayu C. N., Ahmad F. S., dan
Ida F. 2005. Resep Makanan
Berbahan Baku Mangrove dan
Pemanfaatan Nipah. Jakarta:
Lembaga
Pengkajian
dan
Pengembangan Mangrove
Setyawan, A. D. 2005. Keanekaragaman
Tumbuhan Mangrove di Pantai
Utara dan Selatan Jawa
Tengah.
Tesis. Surakarta:
Program
Studi
Ilmu
Lingkungan
Universitas
Sebelas Maret
Soerianegara. I dan Indrawan A. 1978.
Ekologi Hutan. Bogor: Pusat
Pendididikan
Lembaga
Kerjasama Fakultas Kehutanan
19