PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENELITIAN T

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(ACTION RESEARCH)
Makalah ini akan membahas dua topik besar yaitu Penelitian dan
Pengembangan dan Penelitian Tindakan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
terlebih dahulu Penelitian dan Pengembangan.
A. Penelitian dan Pengembangan (Research and development)
1. Pendahuluan
Penelitian dan Pengembangan mengalami evolusi baru menjadi
Desain dan Pengembangan Penelitian (Design and Development Research).
Istilah Desain dan Pengembangan dapat ditemui dalam berbagai literatur
selama empat dekade. Dalam perkembangannya akhir-akhir ini muncul
potensi baru dalam oreintasi penelitian dan manfaat yang ditawarkan pada
masing-masing disiplin ilmu (Richey dan Klein (2007). Secara lebih detail
mengenai istilah akan dijelaskan lebih lanjut, pada pembahasan kemudian.
Namun pada makalah ini, Penulis akan menggunakan istilah Desain dan
Pengembangan Penelitian (Design and Development Research).
Fokus dalam makalah ini akan membahas mengenai kajian desain
dan pengembangan dalam hal perencanaan, produksi, atau evaluasi.
Pendekatan inipun akan berpusat pada desain dan pengembangan produk
dan alat atau pengembangan, validasi dan penggunaan desain dan

pengembangan model.
Borg dan Gall dalam Semiawan (2008) mengemukakan bahwa pada
bagian awalnya Penelitian

dan Pengembangan (R & D) bersumber dari

pengamatan berbagai gejala yang muncul di masyarakat pendidikan yang
menuntut penanganan produk pendidikan berjangka panjang yaitu proses
yang diupayakan melahirkan produk yang memiliki kesahihan dalam
pengembangannya. Selanjutnya, sebagai penelitian kualitatif hal tersebut
cenderung

fenomenologis,

artinya

mengamati

suatu


gejala

dengan

memfokuskan penerapannya dari segi pandangan yang diteliti, apa yang

dihayati oleh subyek peneliti dari dalam diri mereka. Selain itu, siklus dasar R
& D ini selalu mencakup siklus kajian – evaluasi - pengembangan.
Makalah ini akan membahas tentang beberapa hal, antara lain: 1. Definisi,
Wilayah Kajian, dan Tali-temali tekait dengan Penelitian dan Pengembangan
(R &D), 2. Gambaran singkat Desain dan Penelitian Pengembangan (an
overview of Design and Development Research), 3. Desain dan Metodologi
Pengembangan

Penelitian

(Design

and


Development

Research

Methodology), 4. Produk dan Alat Penelitian: Metode dan Strategi (Product
and Tool Research), 5.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan, 6.
Sitematika Laporan Penelitian dan Pengembangan juga beberapa contoh
judul Penelitian dan Pengembangan.
2. Permasalahan
Dengan mencermati pendahuluan dari Penelitian dan Pengembangan
(R&D), tentunya merupakan suatu hal yang menarik tentang efektivitas R&D
yang menuntut penanganan produk pendidikan berjangka panjang yaitu
proses yang diupayakan melahirkan produk yang memiliki kesahihan dalam
pengembangannya. Sehingga memunculkan pertanyaan:
a. Seperti apa Desain dan Pengembangan Penelitian?
b. Bagaimana melakukan Penelitian dan Pengembangan?

3. Pembahasan
a. Beberapa Definisi, Wilayah Kajian, dan Tali-temali tekait dengan
Penelitian dan Pengembangan

Seperti telah dijelaskan di awal istilah Penelitian dan Pengembangan
menjadi perdebatan yang panjang sebab definisi atau terminologi kata
“Pengembangan” (“development”) dalam berbagai bidang menimbulkan
makna yang ambigu. Sebetulnya, ambigu tersebut pada konteks
membedakan

islilah

antara

instructional

design

dan

instructional

development. Pandangan mengenai istilah “desain” merupakan fase
perencanaan secara spesifik dan konstruktif, dan “pengembangan”


merupakan fase produk dngan suatu desain secara spesifik dan telah
diaktualisasikan. (Seel dan Richey (1994).
Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Untuk menghasilkan

produk tertentu terlebih dahulu

dilakukan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan. Kemudian untuk
menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat
luas, maka dilakukanlah penelitian. Jadi penelitian dan pengembangan
bersifat longitudinal (bertahap bahkan multiyears).
Metode R&D telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam
dan Tekhnik, karena dari sanalah sebenarnya metode ini berasal. Pada
umumnya produk tekhnologi seperti alat-alat elektronik, kendaraan
bermotor, pesawat terbang, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran dsb
diproduksi dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan.
Namun demikian metode ini juga dapat digunakan dalam ilmu-ilmu sosial
seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dll. Namun pada

kenyataannya penelitian dan pengembangan dalam ilmu-ilmu sosial ini
masih sangat kurang. Padahal banya produk tertentu dalam bidang sosial
misalnya pendidikan perlu melalui Research and Development.
b. Gambaran singkat Desain dan Penelitian Pengembangan (an
overview of Design and Development Research)
1) Desain dan Pengembangan sebagai sebuah ilmu (science)
Opini mengenai aturan penelitian desain dan pengembangan
tergantung pada cara memandang suatu konsepsi tertentu. Kita
menggunakan istilah desain dan pengembangan sebagai sebuah ilmu
(science). Dikemukakan oleh Visscher-Voerman dan Gustafson’s
(2004) study of practicing instructional designers shows that some
designers follow an instrumental design aradigm that is rooted in the
natural science. Jika sebagai sebuah science maka hal tersebut
haruslah dipahami sebagai replika penelitian secara empiris. Model

dan prosedur haruslah valid. Solusi masalahnya haruslah didukung
oleh data.
Sementara ada pandangan yang mengatakan bahwa design and
development as a holistic process, one that cannot simply analyzed
and dissected (Davies,1981). Pandangan ini menekankan bahwa

desain dan pengembangan ada di dalam system secara sistemik.
2) Dasar Pengetahuan Desain dan Pengembangan
Menurut Richey dan Klein (2007) ada enam fokus dalam elemen
desain dan pengembangan, yakni: (a)

Pembelajar dan bagaimana

mereka belajar, (b) konteks dimana proses belajar dan perfomasi, (c)
kealamiahan isi dan bagaimana hal tersebut berjalan dan berfungsi
(the nature of content and how it is sequenced), (d) strategi
instruksional dan kegiatan (instructional strategies and activities
employed, (e) media dan system yang dipergunakan (the media and
delivery

systems

used),

(f)Pembuat


desain

dan

proses

penggunaannya (the designers themselves and the process they use).
Ada tiga hal yang mendasari penelitian desain dan pengembangan
yakni:
 Psikologi, teori pembelajaran, dan penelitian
 Teori instruksional dan
penelitian pengajaran-pembelajaran


(teaching-learning research)
Teori komunikasi dan message design research

3) Wilayah Penelitian Desain dan Pengembangan
Penelitian
desain dan pengembangan mencakup spektrum

kegiatan dan potensi yang luas di antaranya (a) mencermati kajian
proses dan dampak penelitian desain dan pengambangan ,(b) proses
kajian tentang desain dan pengembangan merupakan proses secara
utuh juga spesifik.
Sementara itu, sasaran penelitian desain dan pengembangan
mencakup: (a) produk dan alat penelitian, (b) Penelitian model (model
research).
4) Desain dan Metodologi

Pengembangan

Development Research Methodology)

Penelitian

(Design

and

Bagian terberat dalam melakukan penelitian adalah pada saat

menentukan metode dan stategi apa yang tepat sehingga menghasilkan
data yang bermakna dan kesimpulan yang bermanfaat. Jika desain
penelitian kita lemah maka akan menghabiskan waktu, bahkan hasil
penelitian menjadi tidak bermakna.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat akan
mendesain proyek penelitian (Frankfort-Nachmias,2000):
 Menentukan validitas dari hasil penelitian (kesimpulan)
 Menentukan kondisi sebab akibat pada saat melakukan penelitian
 Mendukung dan memfasilitasi pada saat melakukan generalisasi dan
interpretasi
 Mengantisipasi berbagai masalah yang timbul pada saat melakukan
penelitian.
Sementara

Richey dan Klein (2007) menjelaskan beberapa

komponen yang harus dipertimbangkan pada saat menentukan desain
penelitian:



Jenis observasi seperti apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan,



sebab hal ini terkait dengan data
Strategi seperti apa yang tepat untuk mengobservasi pada metode





tertentu
Partisipan seperti apa pada proyek penelitian tersebut.
Instrumen dan pengukuran apa yang tepat
Analisis data.

Berikut ini adalah table mengenai Metode

di dalam Desain dan

Pengembangan Penelitian. (Common Methods Employed in Design and
Development Research) Richey & Klein (2007)
Type of Research
Product & Tool

Project Emphasis
Comprehensive Design

Research Method
Employed
Case study, Content

Research

&Development Project

Analysis, Evaluation,
Field Observation, In

Product & Tool

Phases of design

Depth Interview
Case Study, Content

Research

&Development

Analysis, Expert
Review, Field
Observation, In-Dept

Product& Tool

Tool Development& Use

Interview
Evaluation, Expert

Research

Review, In-Depth

Model Research

Interview, Survey
Case Study, In-Depth

Model Development

Interview, Literature
Review, Survey, ThinkModel Research

Model Validation

Aloud Methods
Experimental, Expert
Review, In-Depth

Model Research

Model Use

Review
Case Study, Content
Analysis, Field
Observation, In-Depth
Interview, Survey, ThinkAloud Methods.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat membuat desain penelitian, yakni:
 Sesuaikan metode dan pertanyaan penelitian
 Klasifikasi desain dan tujuan pengembangan penelitian
 Sesuaikan tujuan penelitian dan metode
5) Produk dan Alat Penelitian: Metode dan Strategi (Product and Tool
Research: Methods and Strategies)
Banyak kajian Desain dan Pengembangan secara spesifik fokus pada
produk dan program. Jenis penelitian seperti ini akan fokus pada analisis dan
evaluasi. Sementara ada beberapa penelitian yang hanya konsentrasi pada

satu atau dua fase pada desain dan pengembangan. Berikut ini akan dibahas
mengenai produk, program, tool studies dan penelitian.
a. Strategi pada Pengembangan Produk Penelitian
Kajian pengembangan produk secara klasik yakni penelitian deskriptif
dengan menggunakan metode penelitian kasus (case study method). Banyak
kajian yang mengembangakan proses pengembangan produk secara detail
(Russel,1990, Savage,1999). Amirault dan Kuiper (2002) menjelaskan bahwa
“design and development product study, describing the project from its initial
pilot study through a yearlong tryout and evaluation product.”
Untuk pengembangan produk penelitian dapat dilakukan

dengan

beberapa strategi Richey & Klein (2007):
 A Representative Mixed Methods Case Study
 A Representative Multiple Qualitative Methods Study
b. Strategi Pengembangan Program Penelitian
Proyek penelitian pengembangan tidak hanya pada produk tapi juga
pada pengembangan dan evalusi program, bahkan ada yang menggunakan
keduanya produk dan program. Evalusi program biasanya akan difokuskan
pada Instructional System Design (ISD) dengan melihat efektifitas dan
dampak dari suatu program. Hal ini dikemukakan oleh Sullivan, Ice, dan
Niedermeyer’s (2000) study is representative of program development
research that focus on the impact of instructional program rather than the
design and development procedure.
c. Strategi untuk Desain dan Pengembangan Fase atau Tahapan
Penelitian
Di samping dua hal di atas produk dan program yang dievaluasi pada
R & D, maka ada pula evalusi pada setiap tahapan pengembangan.
Misalnya: 1. dengan melihat post test nilai pengetahuan setiap kursus, 2.
Post test nilai performasi, 3. Penilaian sikap berdasarkan survey, dll.
Ada dua strategi jika ingin melihat fase atau tahapan desain dan
pengembangan penelitian, yakni:
 A Representative Mixed Method Study of Formative Evaluation
 A Representative Multiple Quantitative Method Study of Integrated
Evaluation.
d. Strategi untuk Pengembangan dan Penggunaan Alat
Melihat fungsi penggunaan suatu alat, misalnya computer-based tools
untuk mendukung proses belajar mengajar juga masuk ke dalam wilayah

kajian R & D. Atau misalnya dalam bahasa melihat evaluasi penggunaan alat
ukur untuk melihat kemampuan mendengar, berbicara, menulis, ataupun
membaca. Untuk mengkaji penggunaan suatu alat maka dapat melakukan
kajian pengembangan penelitian melalui:
 A Representative Tool Development Case Study
 A Representative Tool Use Study
6) Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Pola umum prosedur R&D menurut Semiawan (2008) mencakup:
1). Pengembangan bentuk produk awal, 2). Test awal di lapangan, 3) Revisi
produk, 4) Kajian Lapangan, 5) Revisi produk secara operasional, 6). Kajian
lapangan operasional, dan 7) Difusi.
Dalam makalah ini langkah-langkah atau prosedur penelitian dan
pengembangan yang akan kami gunakan adalah yang diajukan Sugiono
(2008) yang terdiri dari 10 langkah yang akan dijelaskan satu persatu sebagai
berikut.
1). Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.
Sebagai contoh, di pantai selatan pulau Jawa terdapat potensi angin dan
sinar matahari. Kedua potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energy
mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan sesuatu misalnya untuk
generator pembangkit listrik atau untuk turbin air. Dalam bidang social dan
pendidikan misalnya kita mempunyai potensi penduduk usia kerja yang cukup
banyak, sehingga melalui model pendidikan tertentu dapat diberdayakan
sebagai tenaga kerja pertanian atau industry yang berbasis bahan mentah
alam Indonesia.
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang
terjadi. Pengangguran misalnya adalah masalah social yang dapat pula
dilihat sebagai masalah pendidikan, dapat berindikai bahwa mutu pendidikan
kita masih di bawah standar yang oleh karena itu kurang mampu

menghasilkan lulusan yang siap kerja. Masalh ini dapat di atasi melalui R &
D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau
system penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
Sugiono menegaskan bahwa potensi dan masalah yang dikemukakan
dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empiric. Data tentang
potensi dan masalah tersebut tidak harus dicari sendiri. Tetapi bisa
berdasarkan laporan penelitian yang sudah ada, atau dokumentasi laporan
kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.
2). Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara factual dan up
to date, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diarapkan
dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan penelitian tersendiri
yang metodenya tergantung pada permasalahan dan tujuan yang ingin
dicapai. Pada tahap ini setelah peneliti mengamati suatu masalah tertentu
dalam pendidikan, ia lalu mengumpulkan informasi atau data. Kemudian data
yang diperoleh dari berbagai sumber digali dan diarahkan pada sasaran
tertentu dimana berbagai data, teori, dan literature dikaji.

3). Desain Produk
Bila informasi yang dikumpulkan sudah memadai proses selanjutnya
adalah desain produk. Produk yang dihasilkan dalam penelitian R & D bisa
bermacam-macam. Dalam bidang teknologi, orientasi produk yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dalah produk yang berkualitas,
hemat energy, menarik praktis, harga terjangkau, bobot ringan, ergonomis,

dan bermanfaat ganda. Contohnya adalah computer atau lat rumah tangga
yang umumnya dapat berfungsi ganda.
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui
penelitian dan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan, misalnya lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan
relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum
yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media
pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, system
evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk pembelajar
tertentu, dll.
Misalnya peneliti akan menghasilkan produk berupa metode mengajar
baru maka peneliti harus membuat rancangan metode mengajar baru yang
dibuat berdasarkan penilaian terhadap metode mengajar lama. Dengan jalan
ini mungkin akan ditemukan kelemahan-kelemahan metode tersebut. Selain
itu peneliti juga harus melakukan penelitian pada sekolah- sekolah lain yang
dipandang metode mengajarnya bagus. Di samping itu pula peneliti juga
sebaiknya mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan metode mengajar
yang modern beserta indikator pelaksanaannya dan hasil kerjanya.
Desain produk harus diwujudkan dalam bentu gambaratau bagan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuat
produk baru tersebut. Dalam produk yang berupa system, misalnya, perlu
dijelaskan mekanisme penggunaan system tersebut, cara kerja, dan juga
kelebihan serta kekurangannya.
Pada contoh tentang roduk pendidikan di atas, hasil akhir dari kegiatan
ini adalah berupa desain metode yaitu rancangan metode pembelajaran baru.
Desain metode ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum
terbukti. Efektif tidaknya metode tersebut dapat diketahui setelah melalui
pengujian-pengujian. Metode tersebut baru dianggap efektif bila ia memenuhi

criteria antara lain; mudah diimplementasikan, suasana belajar menjadi
kondusif, dan hasil pembelajaran meningkat.
4). Validasi Desain
Validasi desain dilakukan untuk menilai rancangan produk, apakah
metode yang baru tersebut secara rasional lebih efektif disbanding model
yang lama. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat
penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk ini dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
beberapa pakar yang sudah berpengalaman untuk menilai rancangan produk
baru tersebut, apa kelemahan dan keunggulannya. Pertemuan ini dapat
berupa forum diskusi, dimana sebelum diskusi oleh pakar, si pemneliti
terlebih dahulu menyajikan proses penelitian sampai ditemukannya desain
baru tersebut.
5). Perbaikan Desain
Proses selanjutnya adalah perbaikan desain yang tentu saja dilakukan
oleh peneliti berdasarkan hasil pembahasan dari pakar tentang produk baru
tersebut. Salah satu tujuan utamanya adalah meminimalisir kekurangan yang
ditemukan dengan cara memperbaiki desain.
6). Ujicoba Produk
Langkah berikutnya adalah ujicoba produk. Dalam bidang pendidikan,
desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diujicoba
setelah divalidasi dan direvisi. Proses ujicoba biasanya didahului dengan
simulasi baru kemudian diujicobakan pada kelompok yang terbatas.
Pengujian yang bertujuan untuk melihat efektivitas metode baru tersebut
dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas
metode lama dan yang baru. Indikator efktivitas antara lain: kecepatan

pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan melalui metode
baru tersebut lebih tinggi, bertambah kreatif, tidak cepat bosan, dan hasil
belakar lebih

meningkat.

Percobaab

ini

biasanya

dikaukan

dengan

membandingkan keadaan sebelum dan sesudah metode baru ini digunakan.
7). Revisi Produk
Apabila ujicoba produk sudah dilakukan maka langkah selanjutnya
adalah merevisi produk baru tersebut, karena produk tersebut adalah metode
mengajar, maka hal-hal yang perlu direvisi mungkin berupa perbaikan teknikteknik

yang

dilakukan

dalam

penerapan

metode

tersebut

ataupun

pengurangan terhadap hal-hal yang tidak terlalu signifikan.
8). Ujicoba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk
yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup
lembaga pendidikan yang luas. Dalam proses tersebut, tetap harus dinilai
kelemahan ataupun hambatan yang ditemui ketika menerapkan metode baru
tersebut untuk perbaikan lebih lanjut.
Pada tahap ini produk baru yang ditawarkan sudah harus jadi dengan
mengkaji dampak aplikasinya. Asumsi kebermaknaannya dapat dicek melalui
desain eksperimental, atau melalui observasi dan refleksi (Semiawan,2008).
9). Revisi Produk
Revisi produk yang kedua ini dilakukan apabila dalam ujicoba
penggunaan metode baru tersebut pada lembaga pendidikan yang lebih luas
masih ditemukan kelemahan atau kekurangan. Dalam ujicoba pemakaian
sebaiknya membuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk
(metode mengajar) tersebut untuk penyempurnaan berikutnya.
10).Pembuatan Produk Massal

Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah
dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode tersebut
dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.
7)

Sistematika Laporan Penelitian dan Pengembangan
Sebagaimana diketahui bahwa metode R & D merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti yang pada akhirnya menghasilkan
produk baru setelah melalui berbagai proses. Sehubungan dengan hal itu
maka laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk
yang dihasilkan berikut spesifikasinya dan penjelasannya. Lampitran berupa
produk yang dihasilkan tersebut dibuat dalam buku tersendiri dan dijelaskan
tentang keunggulan produk tersebut berdasarkan hasil ujicoba serta cara
menggunakannya.
Sistematilka Laporan Penelitian R & D
Halaman judul
Abstrak
Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian
B. Metode Penelitian Tahap I
1. Populasi Sampel sumber data
2. Tekhnik Pengumpulan Data
3. Instrument Penelitian
4. Analisis Data
5. Perencanaan Desain Produk
6. Validasi desain
C. Metode Penelitian tahap II
1. Model Rncangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang
2.
3.
4.
5.

telah dirancang
Populasi dan Sampel
Tekhnik Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
Tekhnik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Desain Awal Produk (Gambar dan Penjelasan)
Hasil Pengujian Pertama
Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya)
Hasil Pengujian Tahap II
Revisi Produk (Gambar setelah revisi dan penjelasannya)
Tahap Pengujian III (bila perlu)
Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya)
Pembahasan Produk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANNYA
A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN

LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN

PRODUK

YANG

DIHASILKAN

DISERTAI

BUKU

PENJELASAN
Berikut contoh Judul Penelitian dan Pengembangan
1.

Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia bagi Anak

2.

Berbakat Intelektual
Kosakata dan Struktur Bahasa Indonesia untuk Sekolah dasar (Sebuah

3.

Analisis Isi) untuk Menghasilakan materi Pelajaran
Pengembangan Sistem Pembelajaran Bahasa

4.

Menyenangkan Peserta Didik
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Muatan lokal

Indonesia

yang

untuk Pembelajaran Mate-matika
5.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, tujuan utama Penelitian dan Pengembangan adalah untuk
mengembangkan suatu

produk tertentu bukan untuk merumuskan atau

mengkaji teori tertentu. Produk yang dikembangkan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan khusus tertentu sehingga prosedurnyapun sangat
ekstensif dalam arti sasaran waktu dan ataupun sumber daya manusia. Dalam
penelitian pendidikan misalnya, pada umumnya tujuannya adalah untuk
peningkatan proses belajar mengajar.
Kedua, siklus Penelitian dan Pengembangan ini apabila dilakukan dengan
tuntas merupakan penelitian yang sangat ‘makan waktu’ (time-consuming), oleh
karena itu dibutuhkan kesabaran dan keuletan dari peneliti.
Ketiga, Seperti pada penelitian kualitatif lainnya

Penelitian

dan

Pengembangan ini lebih mementingkan kegunaan suatu produk misalnya dalam
lingkunga pendidikan. Dengan kata lain, penelitian semacam ini lebih
mementingkan perubahan yang membawa perbaikan (what works better),
daripada kemengapaan (why).

B. PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)
Penelitian tindakan atau action research ini dipelopori oleh seorang ahli
psikologi sosial bernama Kurt Lewin pada tahun 1940-an di Amerika yang
kemudian dikembangkan tidak saja untuk bidang psikologi dan sosial, tetapi juga
untuk pendidikan. Penelitian tindakan sebagai suatu proses yang "memberikan
kepercayaan untuk pengembangan kekuatan reflektif, diskusi untuk pengambilan
keputusan

dan tindakan oleh

orang-orang berpartisipasi dalam penelitian

secara kolektif pada masalah pribadi yang memiliki kesamaan (Mills, 2003:5).
Penelitian tersebut lebih dikenal dengan istilah kelas (PTK). Inti gagasan Lewin
ini selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lainnya seperti Stephen Kemmis,
Robin Mc Tanggart, John Elliot dan Dave Ebbutt. Selanjutnya penelitian ini
berkembang di Inggris dan Australia. Di Indonesia penelietian ini baru di lakukan
di tahun 1980.
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus
sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi
dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata
lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan
dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang
dirasakan belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.
Penelitian tindakan dapat dikategorikan sebagai penelitian campuran (Mixed
Research) karena dapat dilakukan dengan metode campuran antara kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian tindakan adalah persuasif dan otoritatif relevan dan
mudah diakses, penelitian tindakan menantang kedegilan reformasi sistem
pendidikan dan bukan sekedar iseng saja gambaran yang lebih komprehensif
mengenai action research, maka akan dijelaskan secra singkat hal-hal sebagai
berikut: 1) Pengertian penelitian tindakan; 2) Prinsip-prinsip penelitian tindakan;

3) Tujuan penelitian tindakan; 4) Jenis-jenis penelitian tindakan; 5) Metode
penelitian tindakan; 6) Model-model penelitian tindakan; 7) Karakteristik
Penelitian Tindakan.
1. Pengertian Penelitian Tindakan (Action Research)
Menurut Gay (2009:486)

Penelitian tindakan dalam pendidikan adalah

suatu penelitian yang dilaksanakan secara sistematis oleh guru, kepala
sekolah, konselor atau pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan
belajar mengajar untuk mendapatkan wawasan, mengembangkan praktik
reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam lingkungan sekolah (dan
pada praktek pendidikan pada umumnya) untuk meningkatkan hasil belajar.
Aksi penelitian dalam pendidikan adalah setiap pertanyaan sistematis yang
dilakukan oleh para peneliti guru, kepala sekolah, konselor sekolah, atau
pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan teaching-learning yang
melibatkan pengumpulan informasi tentang cara-cara mengajar di mana
mereka bekerja.
Penelitian tindakan dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal,
kualitatif, formatif, subjektif, interpretative, reflektif, dan suatu model
penelitian pengalaman di mana semua individu dilibatkan dalam studi
sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong Hopkin (Emzir,
2007:233). Hal ini dipertegas oleh Kemmis yang dikuti oleh Hopkin (1985)
bahwa penelitian tindakan adalah bentuk penelitian reflektif diri (selfreflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial (termasuk
pendidikan) dalam rangka meningkatkan (a) keadilan dan rasionalitas praktik
social dan pendidikan mereka sendiri; (b) pemahaman mereka tentang
praktik tersebut; dan (c) situasi tempat praktik tersebut dilakukan. Hal ini
sangat rasional bila dilakukan oleh para partisipan.
Penelitian

tindakan

merupakan

suatu

pencarian

sistematik

yang

dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam

pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam
mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan
hambatan yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan
kegiatan-kegiatan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008:140). Alat untuk
memecahkan masalah yang dilakukan diagnosis tertentu. Alat pelatihan
dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan
ketrampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam
kemampuan analisisnya, dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan
kekurangan pada dirinya. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan
atau yang inovatif pada pengajaran. Alat untuk meningkatkan komunikasi
antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan
penelitian tradisional. Alat untuk menyediakan alternative yang lebih baik
untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam
memecahkan masalah di dalam kelas.
Kerangka kerja penelitian tindakan merupakan yang paling sesuai untuk
para partisipan yang mengenali eksistensi kekurangan dalam aktivitas
pendidikan mereka yang bermaksud mengadopsi beberapa pendirian awal
yang berhubungan dengan masalah, merumuskan rencana, melaksanakan
intervensi, mengevaluasi hasilnya, dan mengembangkan strategi lebih lanjut
dalam pertunjukan berulang. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurangkurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan; informasi dari siklus
yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu
siklus yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum
siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan
masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.
Banyak nama lain untuk penelitian tindakan (action research) di
antaranya,

penelitian

partisipatori

(partisipatory

research),

penelitian

kolaboratif (collaborative inquiri), penelitian emansipatori (emancipator
research), pembelajaran tindakan (action learning) dan penelitian tindakan
kontekstual (contextual antion rsearch), tetapi semuanya bervariasi pada

suatu tema. Secara sederhana penelitian tindakan merupakan penelitian
“belajar dengan melakukan” (learning by doing): suatu kelompok orang
mengidentifikasi suatu masalah, melakukan sesuatu untuk memecahkannya,
mengamati bagaimana keberhasilan usaha mereka, dan jika belum
memadai, mereka mencoba lagi.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penelitian reflektif
diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran serta pemahaman mengenai praktik ini terhadap
situasi tempat dilakukan praktik pembelajaran. Pada umumnya penelitian ini
cocok untuk meningkatkan subjek yang diteliti. Subjek penelitian biasanya
berupa kelompok orang yang ingin meningkatkan kualitas kerjanya.
Penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, untuk diri
mereka sendiri tidak dipaksakan pada mereka oleh orang lain. Kelas dalam
hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas' adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama juga.
2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan
Emzir

(2007:236-239) mengutip pendapat Winter (1998) dalam O’Brein

(1998:5-6) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip penelitian tindakan
mencakup kritik reflektif, kritik dialektik, sumber daya kolaboratif, ambil
resiko, struktur jamak dan teori, praktik dan transformasi.
a.

Kritik reflektif
Dalam ranah sosial seringkali dokumen ataupun catatan pejabat
memiliki kebenaran yang tersirat. Dengan prinsip kritik reflektif ini
menyakinkan peneliti untuk merefleksi isu dan proses serta membuat

interpretasi, asumsi dan penyimpangan dalam dokumen tersirat menjadi
lebih jelas terungkap. Dengan cara ini, perhitungan praktis dapat
memberikan kemajuan pada pertimbangan teori.
b.

Kritik Dialektika
Dalam

memahami

fenomena

sosial,

fenomena

tersebut

dikonseptualisasikan dalam bentuk dialog uraian pemahaman. Oleh
karena itu, suatu kritik dialektika dibutuhkan untuk menghayati
serangkaian

hubungan

antar

fenomena

dan

konteksnya,

serta

antarunsur-unsur pembentuk fenomena tersebut. Dalam fenomena
sosial ada kalanya unsur-unsur tersebut saling bertentangan, yang
ketidaksetabilan. Kondisi yang demikian dapat menciptakan suatu
perubahan.
c.

Sumber Daya Kolaboratif
Dalam penelitian tindakan, penelitian dilakukan secara kolaboratif
memberikan gagasan yang berkedudukan sama pentingnya sebagai
sumber daya potensial untuk menciptakan kategori analisis interpretasi.
Walaupun para partisipan berkedudukan sebagai pembantu peneliti.
Peneliti

utama

sebagai

pemilik

gagasan

merundingkan

dengan

sistematis dan kritis dan menyimpulkan segala pertentangan antara
sudut pandang tunggal yang seoptimal mungkin mengakomodasi
gagasan berbagai pihak.
d.

Ambil Resiko
Pemrakasa penelitian tindakan harus berani mengambil resiko
dalam hal perubahan yang terjadi, karena adanya proses perubahan
yang dapat mengancam semua cara yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini dapat mempengaruhi suasana psikis para praktisi. Salah satu
masalah tersebut yang paling krusial adalah masalah ego yang

berpangkal dari perbedaan diskusi terbuka tentang penafsiran, gagasan
dan pertimbangan seseorang. Untuk mengatasi masalah ini, pemrakasa
penelitian mengundang keikutsertaan dengan menunjukkan bahwa
mereka juga akan tunduk proses yang sama dan apapun hasilnya
pelaksanaan penelitian akan tetap berlangsung.
e. Struktur Jamak
Dengan adanya berbagai sudut pandang, gagasan dan penafsiran
dari peneliti utama dan partisipan, sifat alami penelitian menjadi serba
ragam. Dengan demikian struktur jamak dari penelitian ini memerlukan
suatu teks jamak untuk dilaporkan. Ini berarti ada ragam perhitungan
perlu disusun secara jelas dan lugas dengan mengakomodasikan
pertentangan yang muncul dan perlu juga diperhitungkan rentangan
pilihan untuk tindakan yang akan dilakukan. Oleh karena itu suatu
laporan

berfungsi

sebagai

suatu

dukungan

yang

berkelanjutan

antarkolaborator daripada menjadi suatu kesimpulan final atau akhir dari
fakta.
f.

Teori, Praktik, dan Transformasi
Dalam penelitian tindakan teori memperkuat praktik, dan praktik
memperbaiki teori. Hal ini dilaksanakan dalam suatu transformasi yang
berkelanjutan dalam suatu tindakan yang
berdasarkan

asumsi-asumsi

yang

dilakukan masyarakat

dikemukakan

secara

implisit.

Selanjutnya asumsi tersebut diperkuat dengan hipotesis dan dibuktikan
dengan teori untuk melakukan praktiknya. Aplikasi berikutnya dilakukan
analisis lebih lanjut dalam suatu siklus transformative yang secara
berkelanjutan mengubah penekanan antara teori dan praktik.
Senada dengan pendapat di atas dikemukakan juga mengenai
prinsip-prinsip penelitian tindakan berikut:

a.

Kegiatan nyata dalam situasi rutin. Penelitian tindakan dilakukan oleh
peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika penelitian
dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan dapat
dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal
yang sudah ada. peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan
dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal
yang sudah ada.

b.

Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap
manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan
sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini
dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya
sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik
yang datang susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan
dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain,
tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu
hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan
belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.

c.

SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri
dari unsur-unsur S (Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan,
O (Opportunity) - kesempatan, dan T (Threat) - ancaman. Empat hal
tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang
dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan,
penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan
antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja

pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakan yang akan
dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
d.

Upaya empirik dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga.
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru
melakukan penelitian tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait
dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang
terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus
juga memikirkan tentang sarana pendukung dan hal-hal yang terkait
dengan cara baru tersebut.

e.

Ikuti SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam
proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna.
• S - Specific, khusus, tidak terlalu umum
• M- Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
• A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat
dicapai, dijangkau
• R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan
• T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang
disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus,
tidak sulit dilakukan, dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan dan

lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai
tindakan. Selain itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut
sudah tertentu jangka waktunya. Penelitian tindakan dapat direncanakan
dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.
f. Bukan seperti biasanya, tetapi harus cemerlang
Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang
diberikan kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa
dilakukan. Sesuai dengan prinsip nomer 2, yaitu adanya kesadaran dan
keinginan untuk meningkatkan diri, apa yang sudah ada, tindakan yang
dilakukan harus berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru
melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih
baik.
g. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil
Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau
peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil , dengan mengubah
cara, metode, pendekatan atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara,
metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang harus
diamati secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan
penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai,
dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses. Sejauh mana proses
ini sudah memenuhi harapan, lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu
atau dua kali tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam melaksanakan
penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi
mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dampak
dari prosesnya.

3. Tujuan Penelitian Tindakan (Action Research)
Tujuan penelitian tindakan adalah untuk:
a. Membantu guru/peneliti menyelesaikan masalah sehari-hari di sekolah
sehingga mereka dapat meningkatkan belajar siswa dan guru secara
efektif.
b. Membantu guru untuk mengembangkan profesional guru, agar terus
menerus belajar di kelas.
c. Menyediakan peneliti/guru dengan sebuah metode untuk memecahkan
masalah sehari-hari di sekolah sehingga mereka dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan efektivitas guru dalam penerapan metode yang
digunakan.
d. Peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok
subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat
tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat
penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik
e. Guru dapat menerapkan model bagi siswa tidak hanya keterampilan yang
diperlukan untuk belajar efektif tetapi juga rasa ingin tahu dan semangat
tentang memperoleh pengetahuan baru (Gay, 2009:494)
Kennedy lebih lanjut berpendapat bahwa salah satu tujuan
penelitian pendidikan adalah untuk meningkatkan kepastian dengan
menciptakan prediktabilitas dalam kelas. Sebuah hasil penelitian tindakan
adalah bahwa hal itu memenuhi keinginan bahwa semua guru harus
meningkatkan prediktabilitas apa yang terjadi di kelas mereka khususnya, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa kurikulum yang
diberikan, strategi instruksional atau penggunaan teknologi positif akan
mempengaruhi mahasiswa hasil. Dengan kata lain, hasil penelitian
tindakan yang relevan dengan pekerjaan peneliti guru individu.

4. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan (Action Research)
Menurut O’Brien dalam Emzir (2010:246-248) ada 4 jenis penelitian tindakan
yaitu:
a. Penelitian tindakan tradisional
Penelitian tindakan tradisional cenderung konservatif yang umumnya
solusi yang masih berorientasi pada status Quo pada struktur kekuatan
organisasi. Penelitian tindakan jenis ini berakar pada karya awal Kurt
Lewin tentang organisasi yang meliputi kosep dan praktik. Penelitian jenis
ini berkisar pada wilayah pengembangan, mutu kehidupan kerja, sistem
sosio teknik, demokrasi organisatoris. Semua ini pada hakikatnya
mementingkan pertumbuhan hubungan labour-management.
b. Penelitian Tindakan Kontekstual (Contextual Action Research)
Penelitian jenis ini disebut juga action learning merupakan suatu
pendekatan yang diturunkan dari karya Trist tentang hubungan-hubungan
antarorganisasi. Disebut sebagai kontekstual, karena solusi yang
dibutuhkan berasal dari masalah-masalah untuk menyusun kembali
hubungan struktural antarpara actor dalam suatu lingkungan sosial yang
berbasis domain. Hubungan ini merujuk pada keterlibatn semua pihak di
organisasi seperti stakeholder, holographic, masing-masing partisipan
bertindak sesuai dengan rancangan proyek dan pembantu peneliti.
Penelitian jenis ini dapat berupa penelitian tentang konsep ekologi
organisasi dan penggunaan konferensi penelitian (serach conference).
c. Penelitian Tindakan Radikal
Jenis penelitian radikal memfokuskan penelitiannya pada masalahmasalah

emansipasi

sebagai

akibat

ketidakseimbangan

kekuatan/kekuasaan. Konsep pemikiran penelitian ini berakar pada

Marxism yang berorientasi pada materialisme dialektika dan Antonio
gramsci. Penelitian tindakan Feminist termasuk pada jenis yang mencari
solusi dalam perubahan bentuk sosial melalui suatu proses pembelaan
untuk memperkuat kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat
seperti kaum perempuan, kelompok etnis minoritas.
d. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan
Penelitian ini di bidang pendidikan berawal dari tulisan John Dewey yang
mempercayai

bahwa

pendidik

professional

hanya

mampu

juga

memecahkan masalah dalam masyarakat. Para pendidik juga bekerja
dalam konteks sosial yang terkait dengan pengembangan kurikulum,
pengembangan professional, dan penerapan belajar. Proyek-proyek
masyarakat sering dilakukan oleh peneliti berbasis universitas bekerja
sama antara para guru, para murid dan pihak sekolah.
5. Metode Penelitian Tindakan
Menurut Baskerville dan Wood-Harper (1996) dalam Baskerville (1999:8-9)
dalam Emzir (2010:248-251) terdapat tujuh strategi kunci dalam pelaksanaan
penelitian tindakan untuk meningkatkan Rigor dan kontribusi peneliti, yaitu:
a. Mempertimbangkan Pergantian Paradigma
Karena penelitian tindakan tidak muncul dalam filosofi ilmiah positivist
tradisional dan memiliki suatu daerah petanyaan penelitian ideal, perlu
diyakini bahwa penelitian tindakan layak untuk pertanyaan penelitian dan
akan menarik bagi seseorang oudiens yang menerima post-positivist
learning.
b. Menetapkan suatu kesepakatan Penelitian Formal
Menjamin subyek manusia dari studi yang memberikan “informed
consent”. Beberapa badan peninjau penelitian subjek manusia dapat

meninjau pelaksanaan penelitian tindakan yang sangat dibedakan dalam
pembimbingan sebagai praktik yang

tidak etis. Konsentrasi dan

kesepakatan pengungkapan hanya merupakan salah satu bagian
infrastruktur clint-system. Peneliti

juga harus mengatur dengan jelas

untuk menjamin bahwa tim penelitian diizinkan untuk memulai tindakan
dalam organisasi.
c. Menyiapkan Suatu Pernyataan Masalah Teoretis
Kerangka teoretis harus dikemukakan sebagai suatu premis. Kalau tidak,
tindakan intervensi tidak akan valid sebagai suatu penelitian. Dokumen
Diagnosis harus mencakup dasar teoretis eksplisit. Sebagai kemajuan
penelitian, pentingnya teori harus dicatat secara cermat dalam catatan
penelitian.
d. Merencanakan Metode Pengumpulan Data
Penelitian tindakan bersifat empiris. Kendati demikian, data yang
dikumpulkan biasanya bersifat kualitatif dan interpretif. Data yang
dikumpulkan melalui observasi audio-tape, wawancara, eksperimen
tindakan diikuti diskusi dengan subjek ‘on the spot” selama melakukan
tindakan.

Sementara

kasus-kasus

tertulis

partisipan

merupakan

pengumpulan kembali tulisan subjek mengikuti pelaksanaan tindakan.
Para peneliti atau tim dapat menyimpan catatan-catatan terstruktur, desain
yang cermat, dan teknik-teknik pengumpulan data yang spesifik secara
jelas ketika menyusun infrastruktur penelitian dan merevisi isu ini saat
perencanaan tindakan.
e. Memelihara Kolaborasi dan Pembelajaran Subjek
Penelitian tindakan memerlukan preservasi yang cermat dari kolaborasi
dengan subjek. Khususnya untuk penelitian tindakan partisipatori, subjek
akan memiliki pengetahuan kunci, kedua sting teori dan praktik, yaitu kritis

terhadap peneluan aspek-aspek teori penting di bawah pengujian. Hindari
pendominasian tahap diagnosis dan perencanaan tindakan (seperti
mengajak peran autoritatif dan konsultasi eksternal).
f. Mengulangi Peningkatan
Penelitian tindakan biasanya juga bersifat siklus. Kegagalan tindakan
(dalam istilah situasi masalah langsung) sebagai suatu yang penting,
mungkin lebih penting dari keberhasilan tindakan. Tindakan harus
dilanjutkan hingga situasi masalah langsung dapat diatasi. Tindakan yang
mengatasi seting masalah langsung merupakan bukti kuat dari keefektifan
praktis teori yang digarisbawahi.
g. Membuat Generalisasi yang Berdasar
Penggeneralisasian teori yang dikembangkan dalam tindakan didasarkan
pada

generalisasi

penggeneralisasian

deduktif
ini

(Baskerville

didukung

dengan

dan

Lee,

eksperimen

1999).

Jenis

laboratories.

Pernyataan umum tidak akan dibuat berdasarkan jumlah abservasi, tetapi
lebih pada sampel representative. Penggeneralisasian harus diimbangi
dengan insterpretasi luar dari setting yang sama di mana teori teori
tersebut diharapkan dapat diterapkan.
Penelitian tindakan merupakan pendekatan yang lebih holistic untuk
pemecahan masalah, daripada metode tunggal untuk pengumpulan dan
penganalisisan

data.

Dengan

demikian,

penelitian

tindakan

mempertimbangkan penggunaan berbagai instrument penelitian yang
berbeda dalam suatu proyek yang diseleggarakan berbagai metode yang
biasanya digunakan dalam paradigma penelitian kualitatif meliputi
pemeliharaan jurnal penelitian, daftar pertanyaan survey, wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur, serta studi kasus.

6. Model-Model Penelitian Tindakan
Ada enam model penelitian tindakan yaitu 1) Model Lewin menurut Kemmis;
2) Model Gerald Susman; 3) Lewin menurut Elliot; 4) Model Spiral Kemmis
dan Taggrat; 5) Model Ebbut dan 6) Model Mckerman.
Penelitian tindakan menurut Elliot (dalam Mac Isaac, 1996:2) memiliki siklussiklus yang secara berkelanjutan dilakukan sampai tercapai solusi dari
permasalahan yang diteliti untuk perbaikan. Tiap-tiap siklus menunjukkan
tahapan sebagai berikut:
a. The Reconnaisance General Plan
Sebagai awal tindakan suatu kesepakatan untuk eksplorasi sudah harus
ditentukan yang dilanjutkan dengan pengembangan masalah dan
merencanakan beberapa bentuk strategi intervensi.
b. The Action in Action Research
Dalam tahap ini intervensi dilakukan yang bersamaan dilakukan juga
pengamatan dalam berbagai bentuk seperti observasi, wawancara, dan
kuesioner dll.
c. Reflection and Revision
Strategi-strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi
dengan mengadakan pemahaman-pemahaman diperoleh dengan cukup
serta

disertai

perbaikan-perbaikan

(revisi)

sampai

memungkinkan

menerapkan solusi yang mampu mengatasi masalah yang dihadapi.
Stringer (1999) secara sederhana memformulasikan hakikat rutinitas
kegiatan penelitian ini di dalam satu siklus terdiri dari 3 tahap yaitu
observasi, reflection and action yang secara empiris disebutkan sebagai
kegiatan “look, think, act”. Kegiatan dilakukan secara berulang-ulang

sampai dicapai suatu solusi yang disepakati dengan alur seperti spiral.
Namun demikian dalam melakukannya hal ini tidak selalu berurutan tahap
demi tahap secara linier, dapat juga dilakukan secara “backward through
the routines, repeating the process, revising procedures, rethinking
interpretation, leapfrogging steps or stages, and sometime making radical
changes steps or stages, and sometime making radical changes in
direction”(Stringer:1998:19).
Pada umumnya, model-model penelitian tindakan berkisar pada kegiatankegiatan “observasi, reflection, and action”, tetapi dalam model-model
penelitian tindakan berikutnya ada beberapa penambahan sebagai
pengembangan yang menciptakan model-model pengemban