DUMMY LAPORAN PENDAHULUAN MASTERPLAN DR

Pekerjaan :

FASILITASI PENYUSUNAN MASTERPLAN SISTIM DRAINASE KOTA SAUMLAKI

Lokasi : KAB. MALUKU TENGGARA BARAT

Jasa Konsultan

BTN Kebun Cengkih Blok D1/07 - AMBON

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya dokumen LAPORAN PENDAHULUAN sebagai dokumen awal bagi kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki, yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

LAPORAN PENDAHULUAN ini secara umum merupakan sebuah laporan awal dari keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 6 (enam bulan) pekerjaan, di mana di dalam dokumen ini kurang lebih berisikan mengenai

PENDAHULUAN, di mana di dalamnya akan dibahas mengenai latar belakang kegiatan, maksud tujuan dan sasaran serta ruang lingkup pembahasan dari keseluruhan kegiatan Penyusunan Masterplan.

APRESIASI WILAYAH PERENCANAAN, di mana di dalamnya akan dibahas mengenai kondisi umum wilayah perencanaan, meliputi deliniasi wilayah dan batasan kawasan secara administratif, kondisi fisik wilayah, tata guna lahan, kondisi sarana prasarana serta kondisi kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat antara lain kegiatan pertanian, perikanan dan sektor ekonomi pendukung lainnya.

SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI TATA LAKSANA KEGIATAN, di mana di dalamnya akan dipaparkan mengenai kondisi awal wilayah perencanaan dalam hal drainase eksisting, rencana pengembangan drainase yang ada baik swadaya maupun program bantuan pemerintah, permasalahan dan potensi wilayah beserta alternatf-alternatif pengembangan yang dapat digunakan sebagai konsep perencanaan masterplan drainase.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI, di mana di dalamnya berisikan mengenai pendekatan dan metodologi perencanaan terkait pengembangan sistem drainase di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi eksisting yahng dijelaskan di dalam bab pembahasan sebelumnya.

PROGRAM KERJA, di mana di dalamnya dipaparkan mengenai struktur organisasi dari tim konsultan sebagai pihak penyusun pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki beserta rencana kerja sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah disepakati.

PENUTUP DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN, merupakan sebuah bab pelengkap yang berisikan mengenai penutup kegiatan Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN dari keseluruhan rangkaian kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki, yang dikerjakan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini.

Dalam penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN ini, pihak konsultan menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan dan kesalahan, untuk itu pihak konsultan mengharapkan adanya kritik dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak terkait sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi kegiatan selanjutnya (yaitu penyusunan LAPORAN ANTARA dan PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR) sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.

Pada akhirnya tim konsultan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan ini

Ambon,

Juni 2014

Penyusun

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Saumlaki merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Kota Saumlaki didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Saumlaki secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang beberapa sungai yang mengalir di Kota Saumlaki. Permasalahan banjir tidak luput dari buruknya drainase yang diakibatkan adanya pengembangan kawasan bisnis maupun perumahan sering mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari daerah pengaman dan daerah resapan seperti daerah sepadan sungai, kolam tempat penampung air sementara berubah menjadi area perumahan tempat dan pusat perdagangan.

Penyebab lainnya juga diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Kemiskinan di perkotaan sehingga banyak daerah sepadan sungai dijadikan tempat tinggal bahkan dibadan sungai didirikan tiang-tiang bangunan yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai serta menghambat aliran.

2. Kapasitas saluran belum cukup untuk mengalirkan beban drainase maksimum,

3. Penurunan kapasitas saluran akibat pendangkalan saluran,

4. Beban banjir puncak meningkat akibat penurunan kualitas dan kuantitas daerah aliran sungai.

5. Meningkatnya lahan terbangun di Kota Saumlaki sehingga angka resapan air/infiltrasi semakin menurun dan limpasan/run off semakin meningkat. Kota Saumlaki memerlukan suatu pendekatan yang menyeluruh/holistic karena sistem

drainase adalah suatu sistem yang mengatur air limpasan air hujan dari awal saluran (tributary) selama waktu jam puncak sehingga dari area hulu ke area hilir saluran dapat dialirkan dengan cepat ke badan penerima yaitu sungai yang melintasi Kota Saumlaki

Untuk pemahaman hal tersebut maka diperlukan pemahaman terhadap konsep hidrologi, ekosistem dan sosiosistem sangat diperlukan karena berkaitan satu sama lain.

Oleh karena itu, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen. Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Provinsi Maluku pada TA. 2014 menyelenggarakan kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki untuk menyusun rencana penanganan genangan atau banjir yang rinci dan menyeluruh dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan dan operasional, yang dapat dimanfaatkan hingga jangka panjang.

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud pelaksanaan kegiatan Masterplan Kota Saumlaki adalah :

1. Memberikan hasil pengamatan terhadap kondisi eksisting sistem drainase dan pengelolaan sistem drainase;

2. Tergambarnya secara lengkap potensi permasalahan sistem drainase dan penyebab banjir;

3. Memberikan hasil analisa dan skenario/alternatif pemecahan masalah genangan baik secara strukturan maupun non strukturalterhadap kondisi eksisting dan potensi permasalahan sistem drainase dengan memberikan rangking;

4. Memberikan suatu pedoman acuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk pengembangan pembangunan kedepan sistem drainase dengan memperhatikan perkembangan kota, pendanaan, penyediaan lahan, pendanaan operasi dan pemeliharaan, dan lain-lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengembangan pada tahap-tahap berikutnya;

5. Untuk rangking pertama, perlu dihitung secara lebih detil dan medalam dengan menghasilkan dokumen Detail Engineering Design (DED). Sedangkan Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah tersedianya perencanaan

dasar system drainase di Kota Saumlaki yang menyeluruh untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

Adapun Sasaran dari kegiatan Masterplan Kota Saumlaki adalah :

1. Tersedianya data dan informasi termasuk didalamnya pemetaan sistem drainase untuk penanggulangan genangan secara menyeluruh dan berkelanjutan

2. Terencananya sistem jaringan drainase di wilayah lokasi kegiatan;

3. Terukurnya daerah tangkapan air di wilayah lokasi kegiatan, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mempengaruhi sistem drainase perkotaan;

4. Teridentifikasikan permasalahan sistem drainase dan prakiraan luas area genangan;

5. Tersedianya analisa yang mendetil dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga nantinya dokumen yang dihasilkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah di dalam melakukan pembangunan sistem drainase;

6. Tersedianya rencana induk sistem drainase Kota Saumlaki yang dapat dipergunakan oleh Pemerintah setempat dalam pengembangan pembangunan drainase.

1.3 WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki dilaksanakan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender di Kota Saumlaki serta penyusunan laporan di Ambon.

1.4 RUANG LINGKUP

1.4.1 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1.4.1.1 Lingkup Kegiatan Umum Melakukan koordinasisecaran intensif kegiatan perencanaan sistem drainase baik

penyusunan Master Plan dan DED kepada instansi terkait khususnya Pemerintah Daerah agar nantinya perencanaan yang sudah dibuat dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

1.4.1.2 Lingkup Kegiatan Spesifik

a. Penyusunan Master Plan Drainase antara lain :

1. Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase

2. Pengambilan data primer dan sekunder berupa:

3. Data Klimatologi (hujan, angin, kelembaban, dan angin);

4. Data hidrologi (tinggi muka air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh air balik, peil banjir, karakteristik daerah aliran);

5. Data sistem drainase (kuantitatif banjir/genangan berikut permasalahannya, hasil rencana);

6. Data peta (peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan, peta topografi skala 1:5.000 sampai dengan 1:50.000 yang disesuaikan dengan tipologi kota, peta kontur);

7. Data kependudukan (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk, kepadatan bangunan, prasarana dan fasilitas kota yang ada dan rencana, sosial ekonomi;

8. Data tanah (morfologi, sifat tanah dan penurunan muka tanah);

9. Data lain-lain (rencana pengembangan kota, foto udara, pembiayaan, institusi/kelembagaan, dan peran serta masyarakat);

10. Membuat peta dasar wilayah pengamatan yang akan dijadikan dasar untuk menyusun kondisi dan analisis sistem drainase perkotaan yang mempengaruhi sistem drainase di wilayah perencanaan

11. Membuat peta dasar wilayah perencanaan Kota Saumlaki yang akan dijadikan dasar untuk menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, analisa subsistem daerah tangkapan air hujan, pemanfaatan ruang, peta genangandan lain-lain.

12. Menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, dimensi saluran, gambar dan bentuk penampang saluran, permasalah utama yang terjadi pada masing-masing saluran;

13. Membuat peta genangan termasuk didalamnya penyebab, besaran kerusakan/kerugian, luas, tinggi, lama, frekuensi dan waktu kejadian genangan;

14. Melakukan analisa kondisi terhadap sistem drainase;

15. Melakukan analisa kebutuhan seperti rencana alur saluran, kala ulang masing-masing saluran, debit rencana serta analisa perbedaan antara kebutuhan dan kondisi yang ada;

16. Melakukan usulan prioritas berdasarkan pembobotan dan rangking serta menyusun kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang;

17. Menyusun usulan biaya termasuk didalamnya biaya pembangunan, penyediaan lahan, operasi dan pemeliharaan;

18. Memberikan rekomendasi baik secara struktural dan non struktural yang mendetil dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Penyusunan Detail Engineering Design terhadap prioritas pertama antara lain :

1. Melakukan survey dasar yang meliputi pemetaan/pengukuran, penelitian tanah dan lain-lain yang diperlukan;

2. Gambar saluran seperti gambar detil lapangan berdasarkan pengukuran, gambar saluran baik potongan memanjang maupun melintang;

3. Analisa data hidrolika seperti dimensi saluran dan bangunan pelengkapnya;

4. Analisa data struktur seperti analisa hasil penyelidikan tanah, hitungan berat dan beban rencana saluran dengan kondisi struktur tanah, stabilitas struktur serta struktur kemiringan talud, struktur saluran dan bangunan pelengkap;

5. Gambar detil desain saluran; membuat gambar potongan memanjang horizontal skala 1:1000, vertikal skala 1:100 dan potongan melintang dengan skala 1:100.

6. Menentukan paket pekerjaan: paket-paket pekerjaan berdasarkan fungsi saluran dan bangunan pelengkapnya, volume pekerjaan per paket pekerjaan, RAB, Urutan prioritas paket pekerjaan yang dilaksanakan berdasar perkembangan daerah, pembobotan dan ketersediaan dana, jadual pekerjaan yang dibuat pertahun anggaran;

7. Nota perhitungan sebagai kumpulan dari hasil analisis hidrologi, analisis hidrolika, analisis struktur, kriteria-kriteria yang digunakan dan catatan lain yang dianggap perlu;

8. Dokumen pelelangan seperti dokumen prakualifikasi, undangan, instruksi peserta lelang, bentuk penawaran, bentuk jaminan, syarat teknis, syarat umum, syarat administrasidan gambar desain perencanaan;

c. Pelaporan

Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan baik berupa notulensi dan laporan master plan Kota Saumlaki.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah perencanaan dari pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Samulkai adalah Kota Saumlaki yang merupakan pengembangan ibukota kecamatan menjadi ibu kota kabupaten Maluku Tenggara Barat secara administratif berada di Kecamatan Tanimbar Selatan yang terdiri dari 7 Desa dengan pusat Ibukota berada di Kelurahan Saumlaki.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam Laporan Pendahuluan dari pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Saumlaki akan disajikan di dalam 5 (lima) Bab pembahasan, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini yang akan dibahas antara lain adalah latar belakang kegiatan, maksud tujuan dan sasaran serta ruang lingkup pembahasan dari keseluruhan kegiatan Penyusunan Masterplan

BAB II APRESIASI WILAYAH PERENCANAAN

Dalam bab ini, yang akan dibahas adalah kondisi umum wilayah perencanaan, meliputi deliniasi wilayah dan batasan kawasan secara administratif, kondisi fisik wilayah, tata guna lahan, kondisi sarana prasarana serta kondisi kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat antara lain kegiatan pertanian, perikanan dan sektor ekonomi pendukung lainnya

BAB III SURVEY PENDAHULUAN DAN STRATEGI TATA LAKSANA KEGIATAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai kondisi awal wilayah perencanaan dalam hal drainase eksisting, rencana pengembangan drainase yang ada baik swadaya maupun program bantuan pemerintah, permasalahan dan potensi wilayah beserta alternatf-alternatif pengembangan yang dapat digunakan sebagai konsep perencanaan masterplan drainase.

BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Dalam bab ini yang akan dibahas adalah pendekatan dan metodologi perencanaan terkait pengembangan sistem drainase di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi eksisting yahng dijelaskan di dalam bab pembahasan sebelumnya.

BAB V PROGRAM KERJA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai struktur organisasi dari tim konsultan sebagai pihak penyusun pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Saumlaki beserta rencana kerja sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah disepakati.

Saumlaki merupakan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sebagai ibukota kabupaten, Saumlaki merupakan suatu kawasan perkotaan yang memiliki peran utama sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan pada tingkat Kabupaten. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan Saumlaki sebagai salah satu Pusat Kegiatan Strategis Nasional. Yang dimaksud dengan Pusat Kegiatan Strategis Nasional berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 yang selanjutnya disingkat PKSN adalah kawasan perkotaan yang yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. PKSN dikembangkan untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara.

Kawasan perkotaan sendiri berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sebagai kawasan perkotaan. Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah menyiapkan materi teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Saumlaki. Berdasarkan rencana tata ruang tersebut, kawasan perkotaan Saumlaki meliputi 7 (tujuh) desa yang ada di Kecamatan Tanimbar Selatan, yaitu Desa Olilit, Desa Sifnana, Desa Saumlaki, Desa Lauran, Desa Kebrayat, Desa Ilngei, dan Desa Wowonda.

2.1 WILAYAH ADMINISTRATIF

Kawasan Perkotaan Saumlaki berada di Kecamatan Tanimbar Selatan. Berdasarkan RTR Kota Saumlaki, kawasan perkotaan Saumlaki meliputi wilayah Desa Olilit, Saumlaki, Sifnana, Lauran, Kabiarat, Ilngei, dan Bomaki.

Secara geografis Kecamatan Tanimbar Selatan terletak di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dgn posisi geografis antara 6o – 8o.30’ LS dan 125o45’ – 133o BT yang memiliki luas wilayah 4.331,17 Km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas 825,69 Km² (19 %) dan wilayah perairan seluas 3.505,48 Km² (81 %). Berdasarkan wilayah administrasi, Kecamatan Tanimbar Selatan terdiri dari dari 9 desa yakni Desa Saumlaki, Desa Olilit, Desa

Sifnana, Desa Lauran, Desa Kabyarat, Desa Ilngei, Desa Wowonda, Desa Lermatang dan Desa Letdalam. Secara administrasi Kecamatan Tanimbar Selatan berbatasan dengan:

• Sebelah Utara

: Tanimbar Utara

• Sebelah Selatan

: dengan Laut Timur dan Lautan Arafura

• Sebelah Barat : dengan Lautan Arafura / Kabupaten Maluku Barat Daya • Sebelah Timur

: dengan Laut Arafura

Untuk lebih jelasnya batas administrasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan Tanimbar Selatan

No Desa/Keluarahan

Luas (Km²)

2.2 KONDISI FISIK LINGKUNGAN

2.2.1 Kondisi Kemiringan Lereng

Berdasarkan kemiringan lereng Kecamatan Tanimbar Selatan merupakan wilayah datar dengan kemiringan lereng < 40%, Kemiringan lereng di Kecamatan Tanimbar Selatan terdiri dari dataran (0 – 3 %), landai/ berombak (3 – 8 %), bergelombang (8 – 15 %), agak curam (15 – 30 %), curam (30 – 50 %) Karakter bentang lahan daratan di Kecamatan Tanimbar Selatan, memang terdapat perbukitan. Sedangkan areal berkelerengan rendah terkonsentrasi di tengah-tengah menuju kearah pantai. Kawasan Perkotaan Saumlaki memiliki kemiringan lereng antara 0 – 15 %.

Tabel 2.2 Kemiringan Lereng di Kawasan Perkotaan Saumlaki

LUAS WILAYAH

Nama Desa

749,65 Desa Olilit

Saumlaki

1.246,40 Desa Sifnana

Grand Total

2.2.2 Kondisi Topografi

Berdasarkan topografinya Kecamatan Tanimbar Selatan merupakan wilayah yang datar, dimana umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan dibagian utara tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi, yaitu pebukitan, dataran rendah dan teras bahkan menjadi yang terluas diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Ketinggian di Kawasan Perkotaan Saumlaki hanya memiliki ketinggaran antara 0 – 100 mdpl, hal ini dikarenakan kawasan Perkotaan Saumlaki berada pada daerah pinggir pantai yang relatif datar. Untuk mengetahui lebih jelas ketinggian Kawasan Perkotaan Saumlaki dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.3 Ketinggian Kawasan Perkotaan Saumlaki

LUAS WILAYAH (HA) Nama Desa

KETINGGIAN 0-100

Total

m d.p.l

Saumlaki

749,65 Desa Olilit

1.246,40 Desa Sifnana

Grand Total

2.2.3 Iklim dan Cuaca

Keadaan iklim di Kecamatan Tanimbar Selatan sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dari dan menuju ekuator. Sehingga pola iklim di Tanimbar Selatan adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember / Januari dan April / Mei. Berdasarkan Peta Zona Agroklimat Propinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), Iklim di sekitar Kecamatan Tanimbar Selatan masuk kepada zona II3 dimana Curah hujan tahunan 1.500 – 1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 menurut Oldeman, dengan buan basah 3-4 bulan dan bulan kering 4-6 bulan.

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan. Di Kecamatan Tanimbar Selatan, rata-rata curah hujan selama tahun 2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah hujan rata-rata di Tanimbar Selatan sekitar 1.560,7 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari yaitu sebanyak 332 mm per hari.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Tanimbar Selatan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Banyaknya Hari Hujan di Kecamatan Tanimbar Selatan

Bulan

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan (hari)

2.2.4 Kondisi Geologi

Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau / Kepulauan di Maluku Tenggara Barat terbentuk/tersusun dari berbagai formasi batuan. Formasi-formasi tersebut didominsi oleh berbagai macam batuan, seperti: batuan metamorf, sedimen klastik, terumbu karang, batuan beku dan sedimen aluvial.

Formasi batuan di Kawasan Perkotaan Saumlaki meliputi formasi Batilembuti dan formasi Saumlaki. Formasi Batilembuti berumur Pliosen yang hampir seluruhnya terdiri dari napal berwarna putih kotor sampai kelabu muda dan bersifat pejal, kaya akan fosil plangton dan bentos; bagian atasnya berupa batugamping yang sangat raput, setempat napa kapuran berwarna putih dan ringan.

Diatas Formasi Batilembuti ini ditindih secara takselaras oleh Formasi Saumlaki; berumur Pliosen, terdiri dari batugamping koral, bersifat pejal, berwarna putih; setempat bersifat breksi. Di bagian bawah terdapat konglomerat dengan komponen utama rombakan batugamping, membundar bai, diameter > 1cm, terpilah buruk.

Sebagian besar wilayah Saumlaki merupakan wilayah dengan formasi Saumlaki

Tabel 2.5 Kondisi Geologi Perkotaan Saumlaki

Formasi

Nama Desa

Formasi Saumlaki

Grand Total

Batulembuti

Desa Olilit

1.246,40 Desa Sifnana

Grand Total

2.2.5 Kondisi Pesisir dan Kelautan

Kecamatan Tanimbar selatan umumnya berada pada pesisir pantai dan memiliki pulau-pulau kecil. Keberadaan pesisir Kecamatan Tanimbar selatan umumnya sangat landai dan memiliki pasir putih dan juga hutan bakau. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Tanimbar Selatan berjumlah 43 pulau dimana, 31 pulau didiami dan sekitar 12 pulau masih kosong atau tidak ada penghuni. Ketinggian Muka Air laut di Kecamatan Tanimbar Selatan dibagi dalam 3 kelas ketinggian, yaitu: daerah rendah (R) dengan ketinggian 0 – 100 m, daerah tengah (M) dengan ketinggian 100-500 m daerah tinggi (T) dengan ketinggian > 500 m. Desa-desa umumnya tersebar pada ketinggian 0 – 100 m.

2.2.6 Kondisi Kebencanaan

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berada dekat dengan zona subduksi, yaitu pertemuan antara 2 (dua) lempeng dunia, yaitu lempeng benua asia dan lempeng samudera hindia. Konsekuensi dari hal tersebut adalah tingginya frekuensi kejadian gempa bumi tektonik yang diakibatkan pergerakan kedua lempeng dunia tersebut. Gambar di bawah ini menunjukkan peta tektonik Indonesia yang menggambarkan lokasi pertemuan lempeng dunia.

Gambar 2.1 Peta Tektonik Indonesia

Berdasarkan catatan yang ada, gempabumi yang tercatat di stasiun Geofisika Saumlaki pada tahun 2008 terjadi setidaknya 537 kali gempabumi, dimana 291 kali diantaranya merupakan gempa dengan kekuatan di atas 4 Skala Richter.

Dari jumlah gempa sebesar itu, jumlah gempa yang dirasakan oleh penduduk hanya 1 (satu) kali, yaitu yang terjadi pada bulan Agustus yang mencapai besaran gempa sebesar 6,9 SR. Namun demikian, gempabumi tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti di kawasan perkotaan Saumlaki. Tabel berikut menunjukkan frekuensi kejadian gempabumi yang tercatat di stasiun geofisika Saumlaki tahun 2004 – 2008.

Tabel 2.6 Jumlah Gempa Bumi Yang Tercatat di Tahun 2004-2008

Gempa

Lokal Magnitude

GEMPA

JUMLAH

TAHUN Lokal

YANG DIRASAKAN

Berdasarkan peta rawan gempabumi yang disusun oleh Kertapati, et.al (2001), Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah rawan gempabumi dengan skala intensitas sebesar V – VII MMI (Modified Mercalli Intensity). Intensitas gempa skala V artinya gempabumi dirasakan hampir oleh semua orang, dimana pada malam hari sebagian besar orang tidur akan terbangun dan barang di atas meja terjatuh, plesteran tempok retak, dan barang-barang yang tidak stabil akan roboh. Sedang intensitas gempa skala VI artinya gempabumi dirasakan oleh semua orang, dimana banyak orang akan merasa ketakutan dan panik, berhamburan ke luar ruangan dan ditandai dengan banyaknya perabotan berat yang bergesar serta plesteran dinding retak dan terkelupas.

Skala MMI adalah skala yang menunjukkan intensitas gempabumi, yaitu tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya. Besarnya intensitas atau tingginya tingkat kerusakan akibat gempabumi tersebut bergantung pada beberapa faktor, seperti jarak lokasi terhadap sumber gempabumi dan kondisi geologi setempat, lamanya getaran, retakan tanah, gerakan tanah, pelulukan (likuifaksi), serta kekuatan bangunan. Semakin dekat suatu lokasi dengan sumber gempabumi, semakin besar intensitas gempa dan tingkat kerusakannya. Intensitas kerusakan berdasarkan Skala MMI di kawasan Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya tertera Gambar di bawah ini.

Berdasarkan peta gempabumi Indonesia yang baru saja diterbitkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum pada Juli 2010, kawasan Maluku Tenggara Barat termasuk dalam kategori gempabumi dengan PGA (peak ground accelleration) sebesar 0,2 – 0,25 g. Peta berikut menunjukkan peta gempabumi Indonesia 2010.

Gambar 2.2 Peta Gempa Bumi Indonesia

2.3 PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di Kecamatan Tanimbar Selatan sebagian besar terdiri dari tegalan dan perkebunan, pada peta penggunaan lahan yang ada di suatu daerah, dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tersebut, karena pola penggunaan lahan pada hakikatnya merupakan gabungan antara aktivitas manusia sesuai dengan tingkat teknologi, jenis usaha, kondisi fisik serta jumlah manusia yang ada di wilayah tersebut. Penggunaan lahan di Kecamatan Tanimbar Selatan belum mengalami perubahan yang begitu signifikan. Pada tahun 2009, dominasi penggunaan lahan adalah berupa semak belukar. Kegiatan permukiman penduduk hanya meliputi areal lebih kurang 5,1% dari luas lahan di 3 (tiga) desa.

Tabel 2.7 Penggunaan Lahan di Kawasan Perkotaan Saumlaki

Luas (Ha) Rumput/

Nama Desa

Semak / Tegalan/ Grand Hutan Rawa Perkebunan Permukiman

Belukar Ladang Total

Kosong

Saumlaki 2,19

1,55 749,65 Desa Olilit

165,88 1.246,40 Desa Sifnana

Grand Total 44,84

2.3 KONDISI KEPENDUDUKAN

Aspek kependudukan di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kawasan Perkotaan Saumlaki perkembangannya mencakup lima tahun terakhir yaitu mengenai jumlah dan sebaran penduduk tiap desa serta struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, dan mata pencaharian.

2.3.1 Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan pada tahun 2009 tercatat sebesar 26.032 jiwa, sedang jumlah penduduk di kawasan perkotaan Saumlaki berjumlah 17.125 jiwa atau sekitar 58,07 % dari jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan. Berdasarkan data tahun 2005 – 2009 laju pertambahan penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan tercatat sebesar 1,99 % per tahun.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan tercatat sebesar 31.833 jiwa, meliputi 30,20 % penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dibanding tahun 2000 saat Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditetapkan, Kecamatan Tanimbar Selatan telah meningkat cukup signifikan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat tercatat sebear 86.350 jiwa dengan jumlah penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan sebesar 22,22% atau 19.170 jiwa.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tersebut, laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan tercatat sebesar 6,6% per tahun, jauh lebih besar dibanding laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebesar 2,03% per tahun. Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut terutama disebabkan oleh berkembangnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara.

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009

Jumlah Penduduk (Jiwa)

No Desa

1 Saumlaki

7.770 7.925 2 Olilit

4.744 4.838 3 Sifnana

2.307 2.353 4 lauran

2.118 2.160 5 Kabyarat

1.630 1.662 6 Ilngei

1.177 1.200 7 Wowonda

1.881 1.918 8 lermatang

1.014 1.034 9 latdalam

Jumlah

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009

Jumlah Penduduk (Jiwa)

No Desa

Kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Saumlaki pada Tahun 2009 mencapai 5 jiwa/Ha, kepadatan tertinggi berada di Desa Saumlaki sebesar 3 jiwa/Ha, kemudian Desa Olilit sebesar 2 jiwa/Ha, dan yang terendah Desa Sifnana sebesar 1 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tersebut relatif cukup rendah oleh karena merupakan kepadatan kotor (gross density). Namun demikian, jika ditinjau berdasarkan kepadatan bersih, yaitu jumlah penduduk per satuan luas wilayah terbangun, maka terlihat bahwa kepadatan penduduk relatif cukup tinggi. Hal ini juga teramati dari konsentrasi permukiman penduduk yang cukup padat di sekitar kawasan pesisir Timur.

Berdasarkan perhitungan kepadatan bersihnya, maka kepadatan bersih rata-rata penduduk kawasan perkotaan Saumlaki yang berada di tiga desa adalah 24 jiwa/Ha. Kepadatan tertinggi tercatat di Desa Saumlaki, sedang kepadatan terendah tercatat di Desa Sifnana.

Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2005-2009

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) No

Desa

Luas (Km2)

Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009

Luas

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

No Desa

(Km2)

1 Saumlaki

2 2 3 3 3 2 Olilit

1 2 2 2 2 3 Sifnana

Jumlah

Tabel 2.12 Kepadatan Netto Penduduk Perkotaan Saumlaki 2005-2009

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

No Desa

Luas (Ha)

2.3.2 Struktur Penduduk

Struktur penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Kawasan Perkotaan Saumlaki terdiri dari struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, dan mata pencaharian.

2.3.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Tanimbar Selatan untuk

jenis kelamin laki laki berjumlah 13.033 jiwa sedangkan untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 12.999 jiwa, apabila dilihat dari jumlah jenis kelamin, jenis kelamin laki laki yang paling mendominasi di Kecamatan Tanimbar Selatan. Jumlah jenis kelamin laki laki terbanyak berada pada Desa Saumlaki dengan jumlah 4.193 jiwa dan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 3.732 jiwa.

Tabel 2.13 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan 2009

Penduduk Tahun 2009

No Desa Sex Rasio

Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kawasan Perkotaan Saumlaki untuk jenis kelamin laki laki berjumlah 7.781 jiwa sedangkan untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 7.335 jiwa, apabila dilihat dari jumlah jenis kelamin, jenis kelamin laki laki yang paling mendominasi di Kawasan Perkotaan Saumlaki.

Tabel 2.14 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki 2009

Penduduk Tahun 2009

No Desa Sex Rasio

2.3.2.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama Karakteristik penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Tanimbar Selatan, sebagian

besar penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan memeluk agama katolik dengan jumlah 14.044 jiwa dengan persentase sebanyak 53,95 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan Berdasarkan Agama

Jumlah Penduduk (Jiwa)

No Kelurahan

Bila dilihat struktur penduduk berdasarkan agama di Kawasan Perkotaan Saumlaki, sebagian besar penduduk di Kawasan Perkotaan Saumlaki memeluk agama katolik dengan jumlah 8.155 jiwa dengan persentase sebanyak 53,95 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Kawasan Perkotaan Saumlaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.16 Struktur Penduduk Perkotaan Saumlaki Berdasarkan Agama

Jumlah Penduduk (Jiwa)

No Kelurahan Jumlah

Islam

Protestan

Katolik

1 Saumlaki

7.925 2 Olilit

4.838 3 Sifnana

Jumlah

2.3.3.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Tanimbar Selatan

terdiri dari beberapa sektor. Struktur penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Tanimbar Selatan yang memiliki pekerjaan terbesar yaitu petani/perkebunan/perikanan sebanyak 15.042 jiwa dan penduduk yang tidak memiliki pekerjaan sebanyak 1.049 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.17 Struktur Penduduk Kecamatan Tanimbar Selatan Berdasarkan Profesi

No

Jenis Pekerjaan

Jumlah (Jiwa)

1 Pertanian, Kehutanan, Perikanan 15.042 2 Pertambangan dan Penggalian

141 3 Industri Pengolahan

141 4 Listrik, Gas & Air Minum

37 5 Bangunan

176 6 Perdagangan Besar, Eceran Dan Rumah Makan

1.910 7 Angkutan, Pergudangan Dan Komunikasi

338 8 Keuangan Dan Sejenisnya

116 9 Jasa Kemasyarakatan

2.3.3 Kondisi Sosial Budaya

Masalah sosial merupakan produk dari perubahan sosial dan timbul manakala terjadi ketidaksesuaian antara unsur yang ada dalam masyarakat yang dapat mengganggu tertib sosial. Berbagai masalah sosial yang terjadi di Kota Saumlaki tampak dari berbagai gejala- gejala sebagai berikut.

1. Masalah Kependudukan dan Urbanisasi Laju pertumbuhan penduduk Kota Saumlaki pada dekade terakhir rata-rata bertambah 1,06 % tiap tahun. Pertumbuhan itu di atas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional, bahkan berbeda dengan gejala pertumbuhan penduduk di MTB yang cenderung tidak bertambah karena adanya perpindahan penduduk ke daerah-daerah penyangga, seperti Pulau-pulau di MTB. Pertambahan penduduk yang besar terjadi karena urbanisasi, menyebabkan ketidakseimbangan penduduk dengan daya dukung perkotaan. Perkembangan angkatan kerja yang cukup tinggi telah menimbulkan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan perkotaan, meluasnya pemukiman kumuh dan sektor informal yang tidak terkendali.

2. Masalah Kesenjangan Sosial Peningkatan jumlah penduduk yang besar di Kota Saumlaki, di satu sisi dapat menjadi sumber daya manusia untuk membangun dan dapat menjadi pasar bagi produksi yang

dihasilkan oleh warga masyarakat. Di sisi lain akan menimbulkan masalah kesenjangan penduduk dari pendapatan ekonomi terhadap permasalahan lapangan pekerjaan, permukiman kumuh maupun munculnya masalah sosial lainnya. Kesenjangan yang terjadi di Kota Saumlaki berupa kesenjangan ekonomi yang terjadi antara masyarakat yang bermukim di sekitar koridor jalan-jalan utama yang ada di Kota Saumlaki dengan masyarakat yang bermukim jauh dari koridor jalan-jalan utama tersebut, kesenjangan lainnya yang terjadi adalah banyaknya penduduk pendatang yang bermukim. Banyaknya jumlah penduduk pendatang dibandingkan dengan tenaga kerja lokal disebabakan karena sumber daya manusia yang dimiliki tenaga kerja pendatang memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang dimiliki tenaga kerja lokal. Tenaga kerja lokal umumnya tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang tidak memadai untuk berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian terutama pada kegiatan industri.

3. Masalah Sosial Kemasyarakatan Terjadinya perubahan perilaku sosial masyarakat yang disebabkan karena tuntutan kebutuhan hidup yang tinggi, kesenjangan ekonomi, kemajuan teknologi, maupun dengan adanya perkembangan-perkembangan baru dalam kehidupan.

2.4 TRANSPORTASI

2.4.1 Transportasi Darat

2.4.1.1 Jaringan Jalan Jaringan jalan di kawasan perkotaan Saumlaki relatif masih terbatas. Hal ini

mengikuti perkembangan kota yang juga relatif masih terbatas. Jaringan jalan utama di kawasan perkotaan Saumlaki adalah jaringan jalan Nasional yang menghubungkan Saumlaki – Lorulun – Tutukembong – Larat yang merupakan jaringan jalan Trans Yamdena. Jaringan jalan Nasional ini merupakan jaringan jalan utama yang menghubungkan Saumlaki di bagian Selatan dengan Larat di bagian Utara. Di kawasan perkotaan Saumlaki, jaringan jalan ini membentang sepanjang pesisir dengan kondisi perkerasan aspalt.

Jaringan jalan lainnya yang ada di kawasan perkotaan Saumlaki merupakan jalan kabupaten. Jalan utama kawasan perkotaan yang menghubungkan kawasan pusat kota dengan pusat pemerintahan kabupaten adalah jalan lingkar. Jaringan jalan ini direnanakan sebagai jaringan jalan utama kota. Kondisi saat ini jaringan jalan dibangun dua lajur dengan pembatas jalan.

2.4.1.2 Terminal

Simpul transportasi darat di kawasan perkotaan Saumlaki yang tersedia saat ini berupa terminal angkutan kota yang melayani pergerakan penduduk dari dan ke luar Kota Saumlaki. Terminal angkutan antar-kota tersebut berada di Desa Sifnana dan merupakan Terminal dengan klasifikasi tipe C, yaitu terminal yang melayani kendaraan angkutan umum untuk angkutan pedesaan.

Berdasarkan KepMenHub Nomor 31 Tahun 1995, persyaratan bagi pembangunan Terminal Tipe C adalah berada dalam wilayah kabupaten, berada dalam jaringan trayek pedesaan, serta berada di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan minimal IIIA.

2.4.1.3 Angkutan Umum Jenis moda angkutan umum di kawasan perkotaan Saumlaki secara umum masih

terbatas dan terutama melayani angkutan umum dalam kawasan perkotaan Saumlaki serta melayani angkutan ke desa-desa di luar kawasan perkotaan Saumlaki.

Rute pelayanan angkutan umum di kawasan perkotaan Saumlaki meliputi: • Rute dalam kota, yaitu rute angkutan umum yang melayani angkutan umum di dalam kawasan perkotaan Saumlaki, meliputi: • Rute Saumlaki – Olilit Lama • Rute Saumlaki – Sifnana

Jenis moda angkutan yang digunakan umumnya kendaraan roda empat jenis minibus dengan kapasitas penumpang 10 – 12 penumpang. Selain moda angkutan umum roda empat, pelayanan angkutan umum juga dilayani dengan angkutan roda dua (ojeg) yang bersifat informal.

• Rute luar kota, yaitu rute angkutan umum yang melayani angkutan umum dari

kawasan perkotaan Saumlaki ke wilayah lainnya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Jenis moda angkutan yang digunakan berupa kendaraan roda empat jenis minibus dengan kapasitas 10 – 12 orang dan melayani rute Saumlaki – Lauran Kabiarat – Ilngei; serta jenis bis ukuran 24 penumpang dan melayani rute Saumlaki – Loworung – Wowonda – Tumbur – Aruwi – Tual.

2.4.1.4 Kelengkapan Jalan Fasilitas transportasi yang memadai akan mendukung sistem lalu lintas pada suatu

ruas dan simpang jalan. Sehingga jika pada ruas dan simpang tingkat konflik yang dirasakan tinggi, maka fasilitas yang ada perlu diperhatikan.

1. Halte Halte merupakan tempat pemberhentian kendaraan umum yang sebaiknya selalu ada pada jarak-jarak tertentu (dekat persimpangan atau perbatasan daerah). Oleh karena transportasi umum relatif masih terbatas dan pergerakan penduduk juga masih sedikit, halte sebagai tempat pemberhentian kendaraan umum di Saumlaki relatif belum tersedia. Penumpang dapat naik dan turun di mana saja.

2. Pedestrian Pedestrian berupa trotoar untuk pejalan kaki relatif masih terbatas, bahkan di jalan utama. Pedestrian umumnya hanya terdapat di sekitar pusat kota yang merupakan kawasan pusat perdagangan dan jasa dengan kondisi yang sangat terbatas. Jaringan jalan lainnya umumnya belum dilengkapi dengan jaringan pedestrian.

3. SPBU Jumlah SPBU eksisting di Kawasan Perkotaan Saumlaki ada 2 (dua), keduanya terletak di Desa Olilit dan Saumlaki. SPBU baru di Desa Sifnana masih dalam taraf pembangunan. Kegunaan SPBU bagi kegiatan transportasi yaitu untuk mendukung kegiatan transportasi yaitu memperlancar pergerakan moda angkutan yang merupakan alat untuk melakukan transportasi.

4. Perparkiran Kebutuhan parkir sebagai komplemen pergerakan penduduk yang menggunakan moda pribadi tentu saja harus terpenuhi atau akan timbul ”ketidakseimbangan” sistem lalu lintas akibat gangguan yang ditimbulkan pada lalu lintas. Penyediaan lebar khusus bagi jalur lambat atau bagi kendaraan parkir adalah bentuk aksi untuk menjawab kebutuhan parkir. Kondisi perparkiran di Kawasan Perkotaan Saumlaki saat ini masih menggunakan sisi jalan sebagai tempat perparkiran, sedangkan lahan perparkiran untuk perkantoran sudah tersedia di masing-masing perkantoran.

2.4.2 Transportasi Laut

2.4.2.1 Pelabuhan Laut Saat ini pelabuhan laut di kawasan perkotaan Saumlaki terdiri dari pelabuhan umum

dan pelabuhan khusus. Pelabuhan umum Saumlaki saat ini berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan, bongkar-muat barang, serta pangkalan pendaratan ikan. Hal tersebut terlihat dari berbagai aktivitas yang dilayani di pelabuhan tersebut serta berbagai jenis kapal dan perahu yang bersandar di pelabuhan Saumlaki. Pelabuhan Saumlaki saat ini berada di bawah kewenangan Departemen Perhubungan dan merupakan pelabuhan nasional kelas IV. Pelabuhan Saumlaki memiliki 2 (dua) dermaga, masing-masing untuk bongkar-muat angkutan barang serta angkutan penyeberangan. Dermaga Pelabuhan Saumlaki saat ini memiliki panjang 100 meter dengan lebar 8 meter dan kedalaman kolam 5 meter. Dengan demikian Pelabuhan Saumlaki mampu dilabuhi oleh kapal dengan bobot hingga 1.500 DWT.

Sedang pelabuhan khusus yang ada saat ini adalah pelabuhan Pertamina yang melayani kegiatan khusus PT Pertamina.

2.4.2.2 Sarana Transportasi Laut Angkutan penyeberangan yang dilayani di Pelabuhan Saumlaki dilayani oleh kapal

penumpang milik PELNI, ASDP, dan perusahaan swasta (perintis). Sarana transportasi laut yang melayani pergerakan antar kepulauan terdiri dari kapal PELNI, kapal nusantara, kapal perintis, dan kapal pelayaran rakyat (pelra) yang dikelola oleh pemerintah, perusahaan swasta, dan perorangan.

Rute pelayaran yang dilayani meliputi:

1. Rute pelayaran nusantara, yaitu menghubungkan Saumlaki dengan kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Kupang, Tual, hingga Merauke. Pelayaran nasional yang dilayani oleh PT PELNI dan melayani wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menggunakan kapal motor yang semuanya singgah di pelabuhan Saumlaki. Kapal yang digunakan antara lain KM Kelimutu, KM Tatamailau berkapasitas 969 penumpang dan KM Pangrango berkapasitas 554 penumpang dengan rute sebagai berikut: • KM Kelimutu melayani rute Makassar – Bau Bau – Ambon – Saumlaki – Tual –

Dobo – Timika. • KM Tatamaiiau melayani rute Surabaya – Kupang – Saumlaki – Timika. • KM Pangrango melayani rute Papua – Saumlaki – Ambon.

• Selain kapal milik PT PELNI, terdapat juga angkutan penyeberangan dengan jalur

Tual – Larat – Saumlaki – Larat – Tual (pp) menggunakan kapal ferry KM Kormomolin.

2. Rute pelayaran perintis, terutama menghubungkan Saumlaki dengan ibukota kecamatan yang tersebar di kepulauan Tanimbar, seperti rute Larat – Saumlaki – Tepa – Serwaru – Wonreli (pp). Terdapat 7 (tujuh) rute pelayaran perintis yang singgah di Pelabuhan Saumlaki, yaitu: • Rute Ambon – Geser – Gerom – Kesui – Tior – Kaimeer – Kur – Tayando – P.

Molu – Larat – Tutukembong – Saumlaki; • Rute Ambon – Tual – Larat – Saumlaki – Adaut – Dawera – Kroing – Marsela –

Tepa – Pulau Lulau di Kabupaten Maluku Barat Daya – Kupang • Rute Ambon – Babar – Wulur – Romang – Ilwaki – Kisar – Leti – Moa – Lakor –

Tepa – Dai – Dawera – Saumlaki – Tual; • Rute Tual – Tayando – Kaimeer – Kur – P. Molu – Larat – Saumlaki – Kroing –

Pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya – Makassar; • Rute Tual – Elat – Dobo – Larat – Saumlaki – Kroing – Tepa – Pulau-pulau di

Kabupaten Maluku Barat Daya – Kalabahi – Surabaya; • Rute Saumlaki – Ambon; dan • Rute Saumlaki – Tepa – Bebar – Wulur – Romang – Leti – Kisar – Ilwaki –

Kupang.

2.4.2.3 Angkutan Penumpang dan Barang Ditinjau dari jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki, pada tahun 2008

tercatat 470 kapal yang sandar. Jumlah kapal yang sandar tiap bulan berkisar antara 24 hingga 47 kapal per bulan. Bulan Januari mencatat jumlah kapal terendah yang sandar di Pelabuhan Saumlaki, sedang bulan Mei mencatat jumlah terbesar.

Berdasarkan pertumbuhan tahunan, jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki relatif bervariasi. Pada tahun 2005, tercatat pertumbuhan jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki sebesar 27,56% dibanding tahun 2004. Namun pada tahun 2006 dan 2007 terjadi penurunan jumlah kapal yang sandar hingga mencapai 305 pada tahun 2006 dan 301 pada tahun 2007. Akan tetapi pada tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah kapal yang sandar hingga mencapai 470 kapal.

Jumlah penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki secara umum relatif lebih banyak dibanding jumlah penumpang yang naik (berangkat) dari Pelabuhan Saumlaki. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 11.221 penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki dan 25.819 penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki atau lebih dari dua kali lipat dari jumlah penumpang yang naik. Hal ini kemungkinan mengindikasikan jumlah penduduk yang migrasi ke Saumlaki.

Berbeda dengan jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Saumlaki, jumlah penumpang yang naik dan turun di Pelabuhan Saumlaki relatif meningkat selama periode 2004 – 2008. Namun demikian jumlah kenaikan jumlah penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki tidak terlalu signifikan dibanding jumlah penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki. Jika pada tahun 2004 jumlah penumpang yang naik dari Pelabuhan Saumlaki tercatat hanya berjumlah 3.203 penumpang, pada tahun 2008 meningkat hingga 11.221 penumpang. Sedang penumpang yang turun di Pelabuhan Saumlaki pada tahun 2004 tercatat sebesar 8.225 penumpang, pada tahun 2008 meningkat hingga 25.819 penumpang.

Jumlah angkutan barang yang dimuat di Pelabuhan Saumlaki pada tahun 2008 tercatat sebesar 5.531 ton sedang jumlah barang yang dibongkar sebesar 65.545 ton atau kira-kira 11,8 kali lebih besar dibanding jumlah barang yang dimuat. Ditinjauu dari aspek ekonomi, hal tersebut menunjukkan lebih banyak barang yang didatangkan dari luar Saumlaki dibanding barang yang diekspor ke luar wilayah.

Ditinjau dari jenis barang yang dibongkar di Pelabuhan Saumlaki, sebagian besar berupa bahan bakar minyak (BBM) yang pada tahun 2008 tercatat sebesar 31.741 ton. Jenis barang lain yang dibongkar di Pelabuhan Saumlaki adalah semen sebesar 15.510 ton, beras sebesar 3.347 ton, gula sebesar 149 ton, tepung terigu sebesar 207 ton, dan barang campuran sebesar 14.591 ton. Secara ekonomi, terlihat bahwa Saumlaki masih menggantungkan bahan kebutuhan pokok, seperti beras dan gula dari luar wilayah.

Tabel 2.18 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki

JUMLAH BARANG (ton) BULAN

JUMLAH PENUMPANG (orang)

JUMLAH KAPAL

NAIK

TURUN

MUAT

BONGKAR

Januari

7.062 Februari

5.839 Maret

6.827 April

4.620 Mei

6.728 Juni

3.867 Juli

4.746 Agustus

6.211 September

JUMLAH BARANG (ton) BULAN

JUMLAH PENUMPANG (orang)

JUMLAH KAPAL

Tabel 2.19 Jumlah Penumpang dan Barang di Pelabuhan Saumlaki Tahun 2004-2008

BARANG (ton) TAHUN

PENUMPANG (orang)

JUMLAH KAPAL

Tabel 2.20 Tingkat Pertumbuhan Penumpang dan Barang

BARANG TAHUN

PENUMPANG

JUMLAH KAPAL

2.4.3 Transportasi Udara

Bandar udara Olilit di Saumlaki merupakan bandara yang sangat penting bagi Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam menunjang kegiatan ekonomi wilayah. Saat ini status bandar udara Olilit adalah bandara kelas Satker.

Bandar udara Olilit terletak di Desa Olilit, tepatnya berada pada 070 59’ 19,86” LS dan 1310 18’ 22,30” BT. Bandar udara ini memiliki landasan pacu sepanjang relatif pendek, yaitu hanya 1.200 meter dengan lebar landasan 23 meter. Dengan kondisi panjang landasan yang relatif pendek, jenis pesawat yang dapat singgah di bandara tersebut relatif terbatas. Jenis pesawat terbesar yang dapat singgah adalah jenis DASH-8. Bandar udara Olilit saat ini merupakan bandar udara milik TNI – AU yang digunakan juga untuk kepentingan komersil.

Jarak bandar udara Olilit relatif sangat dekat dengan pusat kota, yaitu kira-kira hanya

2 km dari pusat kota. Perkembangan kota dan kebutuhan untuk pengembangan bandara mendorong pemindahan lokasi bandar udara baru ke wilayah yang relatif lebih jauh dari pusat kota untuk alasan keselamatan penerbangan. Direncanakan bandar udara Olilit akan dipindahkan ke Desa Lorulun, yaitu pada lokasi 070 51’ 08,51’ LS dan 1310 20’ 43,495 BT. Di masa depan direncanakan Bandara Saumlaki Baru ini akan menjadi bandar udara internasional yang melayani rute internasional, khususnya Saumlaki – Darwin (Australia).

Bandar udara Olilit saat ini merupakan pintu gerbang yang sangat penting bagi Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam memperlancar arus penumpang dan barang. Saat ini rute arah dan tujuan penerbangan yang melalui Bandara Olilit masih relatif terbatas. Rute utama yang dilalui adalah Ambon – Saumlaki – Tual – Ambon (pp). Operator penerbangan yang beroperasi saat ini tercatat 3 (tiga) buah, yaitu Trigana Air, Express Air, dan Merpati Nusantara. Meskipun tidak semua operator penerbangan beroperasi setiap hari, tetapi penerbangan dari dan menuju Saumlaki dilayani setiap hari oleh operator penerbangan secara bergantian. Hanya Express Air yang melayani penerbangan dari dan menuju Saumlaki setiap hari. Sedang Trigana Air hanya melayani menerbangan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Terbatasnya rute dan jumlah penerbangan di dari dan menuju Saumlaki menjadi kendala dalam pengembangan kegiatan ekonomi wilayah Saumlaki.

Data statistik menujukkan pada tahun 2008 tercatat 330 pesawat yang datang dan berangkat dari Bandara Olilit di Saumlaki. Sementara jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Olilit tercatat sebesar 7.111 penumpang dan penumpang yang berangkat dari Bandara Olilit tercatat sebesar 8.736 penumpang.

Tabel 2.21 Jumlah Pesawat, Penumpang dan Barang di Bandara Olilit

JUMLAH PESAWAT (unit) JUMLAH PENUMPANG (orang) BULAN BERANGKAT

2.5 KEGIATAN PEREKONOMIAN

Kegiatan pertanian di Kota Saumlaki meliputi kegiatan pertanian, perternakan dan perdagangan. Kegiatan pertanian merupakan penghasil PDRB terbesar di pulau Tanimbar Bagian Selatan.