2. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH TE

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI
“PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN
ERITROSIT”

Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun Oleh :
Nama: Sofyan Dwi Nugroho
NIM : 16708251021
Prodi : Pendidikana IPA

PRODI PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KEGIATAN 2

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN
ERITROSIT
A. TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah :

1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai
konsentrasi larutan.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kecepatan hemolisis dan krenasi
eritrosit.
B. LANDASAN TEORI
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon diogsida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh.
Darah adalah cairan yang tersusun atas plasma cair (55%), yang komponen
utamanya adalah air, dan sel-sel yang mengambang di dalamnya (45%). Plasma
kaya akan protein-protein terlarut lipid, dan karbohidrat. Limfe sangat mirip
dengan plasma, hanya saja kosentrasinya sedikit lebih rendah total tubuh darah
sendiri merupakan satu per dua belas berat tubuh, dan pada manusia umumnya
volume darah adalah kurang dari lima liter (George, 1999).
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh
dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi,
oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat,
protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan
plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Menurut Djukri dan Heru (2015), cairan tubuh hakekatnya merupakan
pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai
macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh
sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh

kehangatan (suhu), kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat yang
diperlukan sel antara lain:
1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi ensimatis.
2. Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan asam
amino) untuk membentuk energi, dinding sel, dan sintesa protein.
3. Vitamin
4. Mineral sebagai katalisator proses ensimatis.
5. Air untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel.
Zat-zat yang dihasilkan oleh sel anatara lain:
1. Karbon dioksida dari proses pembakaran.

2. Protein dari sintesis di ribosoma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cairan interseluler antara lain:
1. Suhu,
2. Derajat keasaman (pH), dan
3. Kekentalan (viskositas) cairan.
Bila sel dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel
membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis, oleh karena tidak terjadi
perubahan osmosis, yang terjadi hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel.
Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5% merupakan contoh larutan isotonis. Larutan
isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam
darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan
ekstrasel dan intrasel (Siregar, 1995).
Cairan yang memiliki kekentalan atau konsentarasi sama dengan cairan
dalam sel disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada dalam sel
disebut hipertonis, dan lebih rendah

daripada sel disebut hiipotonis. Cairan

hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma eritrosit ke luar
sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan dan membran selnya tampak

berkerut-kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis. Sebaliknya, cairan
hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma eritrosit sehingga
eritrosit akan menggembung (plasmoptysis) yang kemudian pecah (hemolisis)
(Djukri dan Heru, 2015)
Krenasi merupakan proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan
hipotonis dan hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis

yang menyebabkan adanya pergerakan air
dalam sel sehingga ukuran sel menjadi
berkurang atau mengecil. Proses yang
sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu
plasmolisis dimana sel tumbuhan juga
mengecil karena dimasukkan dalam larutan
hipertonik.

Krenasi

ini

dapat


dikembalikkan dengan cara menambahkan
cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (Watson, 2002).
Menurut Lakitan (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
osmotik larutan adalah:
a.

Konsentrasi: peningkatan konsentrasi larutan mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan osmosis.

b.

Ionisasi molekul terlarut: tekanan osmosis.

c.

Hidrasi molekul terlarut: air yang berikatan dengan molekul terlarut disebut
hidrasi air. Hidrasi air dapat meningkatkan tekanan osmosis.


d.

Temperatur:

tekanan

osmosis

meningkat

seiring

denganpeningkatan

temperatur.
Mekanisme mengembang dan mengkerut sel saat sel dalam larutan
diakibatkan karena aliran air keluar dari vakuola tengah. Vakuola tengah akan
mengkerut dan protoplasma serta dinding sel yang menempel juga akan keluar
bersama vakuola itu, jika penurunannya terlalu besar maka protoplasma akan
terlepas dari dinding sel waktu mengkerut itulah protoplasma akan mengalami

serangkaian bentuk tidak beraturan, akhirnya berbentuk membulat yang dianggap
terpengaruh oleh gaya permukaan. Jika telah terlepas dari pengaruh tegangan,
dinding sel tidak lagi mengkerut bersama protoplasma sebab dinding sel lebih
kaku sifatnya. Ruang yang terbentuk antara dinding sel dan protoplasma yang
mengkerut akan terisi oleh larutan yang masuk dengan lebar melalui dinding yang
permeabel.

Potensial osmotik mempunyai pengertian yaitu zat cair dalam vakuola dan
bagian-bagian sel lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya, artinya
zat cair tersebut adalah suatu larutan dan potensial airnya (seandainya dikeluarkan
dari sel adalah potensial larutan atau potensial osmotik yang nilainya lebih rendah
daripada potensial air murni.sedangkan potensial tekanan yaitu keadaan dinding
sel yang cukup mengandung air memberikan tekanan pada isi sel yang arahnya ke
luar sel. Akibatnya di dalam sel timbul tekanan hidrostatik yang arahnya ke luar
sel. Tekanan hidrostatik yang arahya keluar sel disebut turgor. Sementara
plasmolisis yaitu peristiwa keluarnya isi sel ke lingkungan akibat meningkatnya
konsentrasi zat terlarut di lingkungan. Semakin besar konsentrasi larutan maka
akan semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan osmosis anatara lain konsentrasi, ionisasi molekul,
hidrasi, dan temperatur.

C. METODE PRAKTIKUM
C.1 Jenis kegiatan : Observasi
C.2 Objek pengamatan : Sel darah merah manusia
C.3 Bahan dan Alat :
a) Mikroskop cahaya
b) Stopwatch
c) Kaca benda dengan cekungan dan gelas penutup (Cover Glass),
d) Pipet pasteur
e) Garam fisiologis 3%, 0,9 %, 0,7 %, 0,5 %
f) Vaselin album,
g) Antikoagulan (Heparin atau Kalium Oksalat)
h) Darah perifer (probandus)
C.4 Prosedur Percobaan:
a) Mengambil darah perifer dari ujung jari manis sesuai SOP (standar
operasional prosedur aseptis)
b) Meneteskan 1 tetes darah di atas cekungan kaca objek, kemudian
menambahkan 1 tetes NaCl 0,7 %, mengamati di bawah mikroskop dengan
hati-hati dan mengamati kapan eritrosit tampak mulai hemolisis.
c) Melakukan seperti cara 1 untuk larutan NaCl 0,5% dan aquades, mencatat
hasilnya dalam table.


d) Untuk mengetahui kecepatan terjadinya reaksi melakukan seperti di atas
dengan menggunakan larutan NaCl lebih pekat daripada 0,7%. Mencatat
hasilnya dalam tabel.

D. HASIL PERCOBAAN:
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan
pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit yaitu:

N
o

Laruta
n NaCl

1.

0,5 %

2.


0,7 %

3.

0,9 %

4.

3,0 %

Kel 1
(SDN &
GSW)
8.40
6.45
(H)
9.40
7.20
(H)

6.35
5.40
(K)

Waktu Hemolisis / Krenasi (menit)
Kel 2
Kel 3
Kel 4
Kel 5
(ANS & (EKA & (PRM & (CLR &
LWH)
ERW)
EKO)
OVI)
16:35
10.51
12:03
16:15
15:40
11.57
11:20
13:17
(H)
(H)
(H)
(H)
13:06
3.28
13:15
14:20
12:27
2.33
13:20
11:04
(H)
(H)
(H)
(H)
9:35
8.55
(K)

2.20
3.10
(K)

5.30
5:58
3.25
3.23
4:45
2.57
(K)
(K)
(K)
Ket: H = terjadi hemolysis; K = terjadi krenasi

Kel 6
(ERW &
LMP)
15:07
15:12
(H)
12:05
14:36
(H)

8:40
9:01
(K)

6:10
6:26
(K)

11.15
14.21
(K)

5:30
4.00
(K)

4:30
2:00
(K)

10:23
10.09
(K)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa eritrosit mengalami hemolysis
pada konsentrasi larutan NaCl 0,5% dan 0,7%, sedangkan eritrosit yang
mengalami krenasi terjadi pada konsentrasi larutan NaCl 0,9% dan 3,0%.

E. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan dan
faktor yang mempengaruhi kecepatan hemolysis dan krenasi eritrosit pada

berbagai konsentrasi larutan. Praktikum ini dilakukan dengan mengambil darah
perifer ujung jari secara aseptis yang ditempatkan pada cekungan gelas objek, lalu
ditetesi dengan berbagai konsentrasi larutan NaCl untuk kemudian diamati di
bawah mikroskop dan dicatat waktu terjadinya hemolysis atau krenasi.
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik diketahui bahwa pada larutan
NaCl konsentrasi 0,5% dan 0,7% eritrosit nampak menggembung atau bengkak
sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi tersebut eritrosit mengalami
hemolysis. Hal tersebut terjadi karena larutan NaCl pada konsentrasi 0,5% dan
0,7% bersifat hipotonik (lebih encer), sehingga terjadi osmosis atau perpindahan
cairan dari konsentrasi rendah yaitu larutan NaCl 0,5% dan 0,7% menuju ke
cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu sitoplasma eritrosit, dengan kata lain
air dari larutan NaCl tersebut akan ditarik masuk ke dalam eritrosit sehingga
mengembang dan pecah atau lisis.
Peristiwa krenasi ditunjukkan pada eritrosit yang berada pada larutan NaCl
0,9% dan 3% yaitu eritrosit nampak mengecil dan mengkerut ketika diamati
dengan mikroskop. Hal tersebut terjadi karena larutan NaCl pada konsentrasi
tersebut bersifat hipertonik (lebih pekat), sehingga terjadi osmosis atau
perpindahan cairan dari konsentrasi rendah yaitu sitoplasma eritrosit menuju ke
cairan yang berkonsentrasi lebih tinggi yaitu larutan NaCl 0,9% maupun 3%.
Dengan kata lain cairan sitoplasma di dalam eritrosit ditarik keluar sehingga
selnya kehilangan air yang mengakibatkan sel nampak mengkerut.
Adanya pertimbangan bahwa kepekatan cairan di luar sel akan
berpengaruh terhadap peristiwa hemolysis atau krenasi, maka dapat dikatakan
bahwa kecepatan hemolysis dan kecepatan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan
cairan di luar sel eritrosit. Semakin encer cairan di luar sel maka semakin cepat sel
tersebut mengalami hemolysis, dan semakin pekat cairan di luar sel maka semakin
cepat pula terjadinya krenasi. Dengan kata lain kecepatan hemolysis dan
kecepatan krenasi dipengaruhi oleh adanya peristiwa osmosis. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Watson (2002) yang menyatakan bahwa faktor penyebab krenasi

yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya pergerakan air dalam
sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses yang sama juga
terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil
karena dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan
dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan hemolisis dan krenasi pada tabel
1 diketahui bahwa ada kelompok yang menunjukkan kecepatan hemolisis eritrosit
pada NaCl 0,5% lebih lambat daripada NaCl 0,7%. Seharusnya semakin encer
cairan di luar sel seharusnya semakin cepat sel mengalami hemolisis. Sedangkan
pada larutan NaCl semakin pekat larutannya yaitu 0,9% dan 3% maka potensi
kecepatan eritrosit seharusnya semakin tinggi. Kemudian ada kelompok yang
menunjukan semakin pekat larutan NaCl semakin lambat kecepatan krenasi
eritrosit yang terjadi. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan
adanya human error seperti ketidaktelitian pengamat saat mencatat waktu pada
stopwatch ketika mengamati dengan mikroskop, atau karena kalibrasi mikrokskop
yang sulit difokuskan sehingga memperlambat pengamat untuk mencatat waktu
krenasi dan hemolisis eritrosit.

F.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah:
1. Eritrosit mengalami hemolysis pada larutan hipotonis NaCl 0,5% dan 0,7%,
dan mengalami krenasi pada larutan hipertonis NaCl 0,9% dan 3%.
2. Kecepatan hemolysis dan krenasi dipengaruhi oleh kepekatan cairan di luar
sel.

G. DAFTAR PUSTAKA

Djukri dan Heru N. 2015. Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta: PPs
UNY.
George, F. 1999. Schaum's Outline of Theory and Problems og Biology. Jakarta:
Airlangga
Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta :
EGC Buku Kedokteran.
Siregar. 1995. Neuro Fisiologi edisi kelima. Bagian ilmu faal. Fakultas
Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

H. LAMPIRAN

(a). Sel yang mengalami Hemolysis

(b). Sel yang mengalami Krenasi