Pengertian hukum NPWP DAN PPKP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nampaknya sudah mulai populer
dikalangan masyarakat seiring dengan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh
Direktorat Jendera Pajak mengenai kewajiban untukmemiliki NPWP. Sosialisasi
tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui iklan yang terkeal
dengan slogan “ Punya penghasilan tapi tidak punya NPWP ? Apa kata dunia ?”
NPWP juga telah enjadi satu bahan pembicaraan setelah munculnya program
Sunset Policy oleh Dirjen Pajak. Dalam Undang-undang KUP, pasal 1 NPWP
dijelaskan sebagai berikut : Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpaakan yang dipergunaan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajkannya.
Wajib Pajak (WP), berdasarkan pasal 2 UU KUP, yang telah memenuhi
persyaratan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Kepemilikan NPWP
sangat terkait dengan adanya subjek dan objek pajak. Sebagai karyawan jika telah
memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tentunya telah
memenuhi unsur subjek dan objek pajak.
Jika tidak memiliki NPWP, wajib pajak akan mengalami berbagai kesulitan
dalam melaksanaan kewajiban perpajakan dan hal lain yang berkaitan dengan NPWP.
Beberapa kesulitan diantaranya adalah berupa sanksi kekurangan dan denda
berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU KUP Tahun 2000 yang pada intinya menyatakan
bahwa
setiap
orang
yang
dengan
sengaja
tidak
mendaftarkan
diri,
atau
menyalahgunakan atau menggunakan NPWP tanpa hak, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, daripada dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling tingi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau urang
dibayar.
1
Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang
mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminatif tarif, dimana wajib pajak orang
pribadi atau badan yang memiliki NPWP akan dilakukan pajak lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Pemerintah juga akan
mengenakan tarif pajak lebih besar kepada para karyawan/pegawai yang belum meiliki
nomor pokok wajib pajak (NPWP). Diskriminasi tersebut mislanya pembebanan tarif
pajak PPh 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki
NPWP. Antara lain, Direktorat jenderal pajak menetapkan tarif fiskal ke luar negeri
bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, naik menjadi Rp 2,5 juta untuj jalur
udara dan Rp 1 juta untuk jalur laut. Tujuan Ditjen Pajak menaikan tarif fiskal tersebut
adalah semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP) dalam hal
kepemilikan NPWP.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk memperjelas ruang ligkup yang menjadi sasaran dalam maklah ini, maka
perlu diadakan rumusan masalah. Berikut rumusan masalah tersebut :
1. Pengertian dasar pajak ?
2. Mengapa ada dikriminasi tarif pajak antara orang priadi atau badan yang tidak
memiliki NPWP dengan wajin pajak yang memilki NPWP ?
3. Tarif pemotongan pajak yang manakah yang akan menetapkan tarif lebih tinggi
kepada orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP ?
4. Bagaiman sistem penerapan tarif pajak kepada orang pribadi atau badan yang
tidak memiliki NPWP ?
5. Bagaimana perbandingan tarif pajak antara orang pribadi atau badan yang tidak
memiliki NPWP denganwajib pajak yang dimiliki NPWP ?
2
1.3
Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di identifikasikan
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
Kurangnya
perhatian
masyarakat
untuk
memiliki
NPWP
khususnya
karyawan/pegawai dan membayar wajib pajak.
1.4
Grand Teori
Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Berdasarkan Pasal 1
angka 6 Undang-undang KUP (Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir
diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Dalam terminologi Pajak Penghasilan, seseorang atau badan yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif akan menjadi Wajib Pajak. Setiap Wajib
Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif ini wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP ).
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, seseorang memenuhi syarat subjektif jika
orang tersebut berada atau bertempat tinggal di Indonesia melebihi 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan. Syarat objektif terpenuhi jika orang tersebut mendapatkan atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PTKP dalam satu (1) tahun pajak.
3
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian dasar pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU. Dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Wajib pajak adalah seorang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak, atau pemotongan pajak tertentu.
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang
pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Wajib pajak dapat mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak tempat
domisili yang bersangkutan atau melalui pendaftaran via internet.
Adanya ketentuan perpajkan yang baru semakin mendorong agar perorangan
segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dengan menawarkan manfaat
tambahan apabila memiliki NPWP dan pemberian saksi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Selain itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
benar-benar akan “memaksa”. Wajib Pajak untuk memiliki NPWP. Beberapa ketentuan
dalam UU ini memberikan intensif dan disinsentif agar orang mau secara sukarela
memiliki NPWP. Salah satu ketentuan yang akan mendorong orang pribadi untuk
memiliki NPWP adalah adanya ketentuan tarif pemotongan Pajak Penghasilan yang
lebih dibandingkan tarif normal.
Degan adanya peraturan pemerintah yang baru berlakutersebut, masyarakat
menjadi resah karena aturan pajak yang bar menyebutkan bahwa tarif pajak untuk wajib
pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak
yang memiliki NPWP.Disisi lain, kerugian bagi orang pribadi yang tidak memiliki
NPWP akan dikenakan pembayaran fiskal ketika akan pergi ke Luar Negeri. Tujuan
dari peraturan pemerintahtersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan keputusan
wajib pajak dalam hal kepemilikan NPWP. Sehingga diharapkan pada tahun 2011
semua wajib pajak (orang pribadi)yang wajib memiliki NPWP telah milikili NPWP.
Dengan demikian kewajiban pembayaran fiskal untuk Indonesia dapat di hapuskan.
4
Diskriminasi tarif pajak bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP yaitu
pada Pajak Penghasilan (PPh). Tarif pemotongan pajak yang lebih tinggi ini diterapkan
pada pajak penghasilan (PPh) dimana terdapat perbedaan persembahan yang benar
antara tarif pajak bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dengan tarif pajak orang
pribadi yang tidak memiliki NPWP.
1.2 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
1. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
2. Fungsi NPWP
Fungsi NPWP adalah:
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
1.3 PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK ( PPKP )
1. Pengertian
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PPKP) adalah pengusaha yang melalkukan
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dikenal pajak berdasarkan
undnag-undang pajak pertumbuhan nilai 1984 dan perubahannya. Tidak termasuk
pengusaha kecil yang batas enghasilan minial ditetapkan oleh menteri keuangan.
Dalam pasal 2 ayat (2) UU KUP disebutkan seperti berikut:
“Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan pengusaha, saha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha kena pajak.”
Pengusaha kena pajak terdaftar adalah Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan
telah diberikan surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
5
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
bentuk usaha menghasilkan barang, mengimpor barang, mengespor barang, melakukan
usaha perdagangan dll.
Pengusaha kena pajak adalah (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak
berdasarkan undang-undang pajak pertanbahan nilai 1984 dan perubahannya1[5].
Pengusaha
kecil
sebagaimana
dimaksud
dalam
undang-undang
pajak
pertanbahan nilai 1984 yaitu:
a. Memilih sebagai usaha kena pajak
b. Tidak memilih sebagai usaha kena pajak tetapi sampai dengan suatu bulan
dalam suatu tahun buku jumlah peredaran bruto atas penyerahan barang kena
pajak telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.
2. Fungsi Pengukuhan PKP
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
b. Melaksanakan hak dan kewajiban dibidang pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah.
c. Pengawasan administrasi perpajakan.
3. Tempat pengukuhan PKP
Bagi wajib pajak sebagai mana yang memenuhi syarat sebagai PKP wajib
melaporkan usahanya kekantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kegiatan usaha wajib pajak atau kekantor pelayanan pajak tersebut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam hal tempat tinggal berada dalam 2
wilayah tempat kerja kantor pelayanan pajak, direktur jendral pajak dapat menempatkan
kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar.
2.4. TATA CARA PENDAFTARAN ATAU PEMBERIAN NPWP SERTA
PELAPORAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Pendaftaran NPWP
Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak orang pribadi yg
berstatus sebagai karyawan melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi menggunakan
sarana sebagai berikut:
1
6
Surat permintaan bantuan pendaftaran Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus
sebagai karyawan.
Daftar karyawan yg memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak orang pribadi
Surat permintaan keterangan data Wajib Pajak orang pribadi yg bertatus sebagai
karyawan
Surat himbauan pendaftaran NPWP
Surat tugas pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus sebagaia
karyawan
Surat pemberitahuan tentang pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg
berstatus sebagai karyawan
Laporan hasil pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus sebagai
karyawan
Surat Pemberitahuan pemberian NPWP oaring pribadi yg berstatus sebagai
karyawan
Pendaftaran atau Pelaporan Kegiatan Usaha
Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor pokok wajib
pajak paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Wajib
Pajak orang
pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan satu
bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak setahun,wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Wajib Pajak orang pribadi selain yang ada diatas (1 dan 2) yang memerlukan
Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena pajak sebelum melakukan penyerahan Barang kena pajak dan atau jasa
kena pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagia Pengusaha Kena Pajak.
Wajib pajak sebagai Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undangundang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang mewah,
yang:
7
a. Memilih sebagai Pengusaha kena pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah wajib pajak
yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang diatas (1,2,3,4, dan 5)
diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak secara jabatan.
2.5 PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PPKP
Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal :
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan atau pencabutan
pengukuhan PKP dalam hal :
1. Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian
atau penggabungan usaha;
Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Tata cara penghapusan NPWP
Wanita Kawin dilakukan dengan ketentuan :
Berkas Wajib Pajak Wanita Kawin dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dimana suaminya terdaftar untuk digabungkan
Jika suami isteri berada di dalam satu wilayah KPP, berkas Wajib Pajak Wanita
Kawin digabungkan dengan berkas suaminya
Berlaku sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkawinan dilaksanakan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi
atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan
diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara
lain karena:
8
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan
dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; atau
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
Pencabutan Pengukuhan sebagai PKP dapat dilakukan dalam hal :
Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
lain
PKP tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP termasuk PKP yang jumlah
peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi
2.6 SANKSI
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi
Administrasi dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelangaran suatu norma perpajakan
ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi
pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada konsekuensinya. Pada sanksi
administrasi, konsekuensinya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa bunga
dan kenaikan, sedangkan pada sanksi pidana, konsekuensinya adalah
siksaan atau
penderitaan.
1. Sanksi Administrasi
a. Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,
presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi
pidana. Pelanggaran yang dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya
alpa atau disengaja. Untuk mengetahui lebih lanjut, dalam tabel berikut dimuat hal-hal
yang dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda,
dan besarnya denda.
9
Tabel 1.1
Denda Sanksi Administrasi
No
1.
Masalah
Tidak / terlambat memasukkan / menyampaikan
Cara Membayar/menagih
STP ditambah Rp 100.000,- atau Rp
2.
SPT.
Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa
500.000,- atau Rp 1.000.000,SSP ditambah 15%
3.
tetapi belum di sidik.
Khusus PPN:
a.
Tidak melaporkan usaha
SSP/SPKPB ditambah 2% denda dari
b.
Tidak membuat / mengisi faktur
dasar pengenaan
c.
Melanggar larangan membuat Faktur (PKP yang
tidak dikukuhkan)
Khusus PBB:
4.
a.
STP, SKPKB tidak / kurang dibayar atau
STP + denda 2% (maksimum 24 bulan).
terlambat dibayar
b.
Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar
SKPKB + denda administrasi dari selisih
pajak yang terutang
b.
Bunga 2% per bulan
Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran, bunga
penagihan dan bunga ketetapan.
Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada
waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan
berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Dengan demikian bunga pembayaran umumnya
dibayar dengan menggunakan SSP, yaitu meliputi antara lain:
Bunga karena pembetulan STP.
Bunga karena angsuran / penundaan pembayaran.
Bunga karena terlambat membayar.
Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutag dan pajak
sementara.
Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan
surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu
pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat pasal 19 ayat 1
KUP).
10
Bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak tambahan
pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga ketetapan
umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 ayat 2 KUP).
N
Masalah
Cara Membayar/menagih
o
1.
Pembetulan sendiri SPT (tahunan atau masa) tetapi belum
SSP/STP
2.
diperiksa.
Dari penelitian rutin:
PPh pasal 25 tidak/kurang dibayar.
SSP/STP
PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPn yang terlambat
SSP/STP
bayar.
SKPKB,
STP,
SKPKBT
tidak/kurang
dibayar
atau
SSP/STP
terlambat dibayar.
SPT salah tulis/hitung.
3.
Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar (maksimum
4.
5.
24 bulan).
Pajak diangsur/ditunda; SKPKB, SKKPP, STP.
SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar.
SSP/STP
SSP/SPKB
SSP/STP
SSP/STP
Tabel 2
Bunga 2% per bulan Sanksi Administrasi
c. Kenaikan
11
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi
yang paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,
jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan
pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak
tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah
pajak terutang.
Tabel 1.3
Kenaikan Sanksi Administrasi
No
1.
Masalah
Dikeluarkan
SKPKB
Cara
dengan
penghitungan secara jabatan:
a.
Membayar/menagih
SKPKB ditambah
kenaikan 50%
Tidak memasukkan SPT:
(a) SPT tahunan (PPh 29)
SKPKB ditambah
(b) SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPN)
kenaikan 100%
b.
Tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam dalam
SKPKB
Pasal 28 KUP
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23,
c.
Tidak memperlihatkan buku/dokumen,
26, dan PPN
tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran pemerik-
SKPKB
saan, sebagaimana
50% PPh pasal 29
dimaksud dalam
pasal 29
2.
Dikeluarkan
100% PPh pasal 21, 23,
SKPKBT
karena:
26, dan PPN.
SKPKBT 100%
ditemukan data baru, data semula yg
belum terungkap setelah dikeluarkan
3.
SKPKB.
Khusus PPN:
Dikeluarkan SKPKB karena pemerik-
SKPKB 100%
saan, dimana PKP tidak seharusnya
mengompensasi selisih lebih, menghitung tariff 0% diberi restitusi pajak.
12
2.
Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi
pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.
1. Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga
kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan
kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
2. Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan
diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan
dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekiat
itu diganti dengan pidana kurunga selama-lamanya sekian.
3. Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan
kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara
tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib
Pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan dalam
UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985
sebagai-mana telah diubha dengan UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
BAB III
PENUTUP
13
KESIMPULAN
Kebanggaan dalam memiliki kartu NPWP ini akan tercipta apabila transaksi
antara wajib pajak dengan pemrintah dapat berjalan dengan baik, dan tentunya
pelayanan pemrintah yang akan mempengaruhi kepuasan transaksi ini akan di tentukan
oleh 4 hal :
1. Adanya pemberian informasi tentang pajak dengan jelas.
2. Adanya penyederhanaan sistem dan formulir perpajakan.
3. Perlakuan yang adil kepada semua pembayar pajak.
4. Pemberian pelayanan yang baik oleh pemerintah.
SARAN
Dewasa kini keberadaan NPWP sangat penting untuk masyarakat Indonesia
yang sudah tergolong kedalam wajib pajak. Namun, peranan tersebut tidak sejalan
dengan kesadaran masyarakat dan upaya pemerintah untuk mensosialisasikan akan
pentingnya NPWP. Untuk itu, diperlukan sosialisasi yang maksimal dari pemerintah
dan Direktorat Jenderal Pajak agar kesadaran masyarakat semakin meningkat. Disisi
lain, prosedur untuk mendapatkan NPWP jangan dipersulit sehingga masyarakat tidak
mengabaikan kewajibannya. Menurut penulis, dengan adanya diskriminasi tarif pajak
terhadap WP yang tidak memiliki NPWP merupakan satu langkah yang bagus untuk
mendorong orang pribadi untuk memiliki NPWP. Tetapi perlu diawasi pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
14
[2] Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana telah diubha dengan
UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
[3] Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
[4] Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
[5] Wajib-pajak.html Amastasia Diana,. SE., Akt, Lilis setawan. 2004,PERPAJAKAN
INDONESIA, Yogyakarta, penerbit Andi
[6] ttp://wibwo-pajak.blogspot.com/2012/02/pengertian-npwp-nomor-pokok
[7] http://kedanta.tripod.com/karya.html diakses pada tanggal 17 Maret 2017
[8]
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-npwp-nomor-pokok-wajib-
pajak.html diakses pada tanggal 17 Maret 2017
15
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nampaknya sudah mulai populer
dikalangan masyarakat seiring dengan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh
Direktorat Jendera Pajak mengenai kewajiban untukmemiliki NPWP. Sosialisasi
tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui iklan yang terkeal
dengan slogan “ Punya penghasilan tapi tidak punya NPWP ? Apa kata dunia ?”
NPWP juga telah enjadi satu bahan pembicaraan setelah munculnya program
Sunset Policy oleh Dirjen Pajak. Dalam Undang-undang KUP, pasal 1 NPWP
dijelaskan sebagai berikut : Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpaakan yang dipergunaan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajkannya.
Wajib Pajak (WP), berdasarkan pasal 2 UU KUP, yang telah memenuhi
persyaratan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Kepemilikan NPWP
sangat terkait dengan adanya subjek dan objek pajak. Sebagai karyawan jika telah
memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tentunya telah
memenuhi unsur subjek dan objek pajak.
Jika tidak memiliki NPWP, wajib pajak akan mengalami berbagai kesulitan
dalam melaksanaan kewajiban perpajakan dan hal lain yang berkaitan dengan NPWP.
Beberapa kesulitan diantaranya adalah berupa sanksi kekurangan dan denda
berdasarkan Pasal 39 ayat (1) UU KUP Tahun 2000 yang pada intinya menyatakan
bahwa
setiap
orang
yang
dengan
sengaja
tidak
mendaftarkan
diri,
atau
menyalahgunakan atau menggunakan NPWP tanpa hak, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, daripada dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling tingi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau urang
dibayar.
1
Berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang
mulai berlaku tahun 2009 menganut diskriminatif tarif, dimana wajib pajak orang
pribadi atau badan yang memiliki NPWP akan dilakukan pajak lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP. Pemerintah juga akan
mengenakan tarif pajak lebih besar kepada para karyawan/pegawai yang belum meiliki
nomor pokok wajib pajak (NPWP). Diskriminasi tersebut mislanya pembebanan tarif
pajak PPh 20% lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki
NPWP. Antara lain, Direktorat jenderal pajak menetapkan tarif fiskal ke luar negeri
bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, naik menjadi Rp 2,5 juta untuj jalur
udara dan Rp 1 juta untuk jalur laut. Tujuan Ditjen Pajak menaikan tarif fiskal tersebut
adalah semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP) dalam hal
kepemilikan NPWP.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk memperjelas ruang ligkup yang menjadi sasaran dalam maklah ini, maka
perlu diadakan rumusan masalah. Berikut rumusan masalah tersebut :
1. Pengertian dasar pajak ?
2. Mengapa ada dikriminasi tarif pajak antara orang priadi atau badan yang tidak
memiliki NPWP dengan wajin pajak yang memilki NPWP ?
3. Tarif pemotongan pajak yang manakah yang akan menetapkan tarif lebih tinggi
kepada orang pribadi atau badan yang tidak memiliki NPWP ?
4. Bagaiman sistem penerapan tarif pajak kepada orang pribadi atau badan yang
tidak memiliki NPWP ?
5. Bagaimana perbandingan tarif pajak antara orang pribadi atau badan yang tidak
memiliki NPWP denganwajib pajak yang dimiliki NPWP ?
2
1.3
Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di identifikasikan
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
Kurangnya
perhatian
masyarakat
untuk
memiliki
NPWP
khususnya
karyawan/pegawai dan membayar wajib pajak.
1.4
Grand Teori
Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Berdasarkan Pasal 1
angka 6 Undang-undang KUP (Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir
diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Dalam terminologi Pajak Penghasilan, seseorang atau badan yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif akan menjadi Wajib Pajak. Setiap Wajib
Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif ini wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP ).
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, seseorang memenuhi syarat subjektif jika
orang tersebut berada atau bertempat tinggal di Indonesia melebihi 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan. Syarat objektif terpenuhi jika orang tersebut mendapatkan atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PTKP dalam satu (1) tahun pajak.
3
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian dasar pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU. Dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Wajib pajak adalah seorang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak, atau pemotongan pajak tertentu.
Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang
pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Wajib pajak dapat mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak tempat
domisili yang bersangkutan atau melalui pendaftaran via internet.
Adanya ketentuan perpajkan yang baru semakin mendorong agar perorangan
segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dengan menawarkan manfaat
tambahan apabila memiliki NPWP dan pemberian saksi kepada wajib pajak yang tidak
memiliki NPWP. Selain itu dengan berlakunya Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
benar-benar akan “memaksa”. Wajib Pajak untuk memiliki NPWP. Beberapa ketentuan
dalam UU ini memberikan intensif dan disinsentif agar orang mau secara sukarela
memiliki NPWP. Salah satu ketentuan yang akan mendorong orang pribadi untuk
memiliki NPWP adalah adanya ketentuan tarif pemotongan Pajak Penghasilan yang
lebih dibandingkan tarif normal.
Degan adanya peraturan pemerintah yang baru berlakutersebut, masyarakat
menjadi resah karena aturan pajak yang bar menyebutkan bahwa tarif pajak untuk wajib
pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi jika dibandingkan dengan wajib pajak
yang memiliki NPWP.Disisi lain, kerugian bagi orang pribadi yang tidak memiliki
NPWP akan dikenakan pembayaran fiskal ketika akan pergi ke Luar Negeri. Tujuan
dari peraturan pemerintahtersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan keputusan
wajib pajak dalam hal kepemilikan NPWP. Sehingga diharapkan pada tahun 2011
semua wajib pajak (orang pribadi)yang wajib memiliki NPWP telah milikili NPWP.
Dengan demikian kewajiban pembayaran fiskal untuk Indonesia dapat di hapuskan.
4
Diskriminasi tarif pajak bagi orang pribadi yang tidak memiliki NPWP yaitu
pada Pajak Penghasilan (PPh). Tarif pemotongan pajak yang lebih tinggi ini diterapkan
pada pajak penghasilan (PPh) dimana terdapat perbedaan persembahan yang benar
antara tarif pajak bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dengan tarif pajak orang
pribadi yang tidak memiliki NPWP.
1.2 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)
1. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
2. Fungsi NPWP
Fungsi NPWP adalah:
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
1.3 PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK ( PPKP )
1. Pengertian
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PPKP) adalah pengusaha yang melalkukan
penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dikenal pajak berdasarkan
undnag-undang pajak pertumbuhan nilai 1984 dan perubahannya. Tidak termasuk
pengusaha kecil yang batas enghasilan minial ditetapkan oleh menteri keuangan.
Dalam pasal 2 ayat (2) UU KUP disebutkan seperti berikut:
“Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan pengusaha, saha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha kena pajak.”
Pengusaha kena pajak terdaftar adalah Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan
telah diberikan surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
5
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
bentuk usaha menghasilkan barang, mengimpor barang, mengespor barang, melakukan
usaha perdagangan dll.
Pengusaha kena pajak adalah (PKP) adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak
berdasarkan undang-undang pajak pertanbahan nilai 1984 dan perubahannya1[5].
Pengusaha
kecil
sebagaimana
dimaksud
dalam
undang-undang
pajak
pertanbahan nilai 1984 yaitu:
a. Memilih sebagai usaha kena pajak
b. Tidak memilih sebagai usaha kena pajak tetapi sampai dengan suatu bulan
dalam suatu tahun buku jumlah peredaran bruto atas penyerahan barang kena
pajak telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.
2. Fungsi Pengukuhan PKP
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
b. Melaksanakan hak dan kewajiban dibidang pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah.
c. Pengawasan administrasi perpajakan.
3. Tempat pengukuhan PKP
Bagi wajib pajak sebagai mana yang memenuhi syarat sebagai PKP wajib
melaporkan usahanya kekantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kegiatan usaha wajib pajak atau kekantor pelayanan pajak tersebut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam hal tempat tinggal berada dalam 2
wilayah tempat kerja kantor pelayanan pajak, direktur jendral pajak dapat menempatkan
kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar.
2.4. TATA CARA PENDAFTARAN ATAU PEMBERIAN NPWP SERTA
PELAPORAN DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Pendaftaran NPWP
Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP Wajib Pajak orang pribadi yg
berstatus sebagai karyawan melalui Kantor Pelayanan Pajak Lokasi menggunakan
sarana sebagai berikut:
1
6
Surat permintaan bantuan pendaftaran Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus
sebagai karyawan.
Daftar karyawan yg memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak orang pribadi
Surat permintaan keterangan data Wajib Pajak orang pribadi yg bertatus sebagai
karyawan
Surat himbauan pendaftaran NPWP
Surat tugas pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus sebagaia
karyawan
Surat pemberitahuan tentang pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg
berstatus sebagai karyawan
Laporan hasil pencarian dat Wajib Pajak orang pribadi yg berstatus sebagai
karyawan
Surat Pemberitahuan pemberian NPWP oaring pribadi yg berstatus sebagai
karyawan
Pendaftaran atau Pelaporan Kegiatan Usaha
Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor pokok wajib
pajak paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Wajib
Pajak orang
pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan satu
bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak setahun,wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Wajib Pajak orang pribadi selain yang ada diatas (1 dan 2) yang memerlukan
Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena pajak sebelum melakukan penyerahan Barang kena pajak dan atau jasa
kena pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagia Pengusaha Kena Pajak.
Wajib pajak sebagai Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undangundang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang mewah,
yang:
7
a. Memilih sebagai Pengusaha kena pajak, wajib mengajukan pernyataan tertulis
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
b. Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai dengan suatu masa
pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah wajib pajak
yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang diatas (1,2,3,4, dan 5)
diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak secara jabatan.
2.5 PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PPKP
Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal :
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan atau pencabutan
pengukuhan PKP dalam hal :
1. Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian
atau penggabungan usaha;
Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Tata cara penghapusan NPWP
Wanita Kawin dilakukan dengan ketentuan :
Berkas Wajib Pajak Wanita Kawin dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dimana suaminya terdaftar untuk digabungkan
Jika suami isteri berada di dalam satu wilayah KPP, berkas Wajib Pajak Wanita
Kawin digabungkan dengan berkas suaminya
Berlaku sejak awal tahun berikutnya setelah tahun perkawinan dilaksanakan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi
atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan
diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara
lain karena:
8
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan
dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; atau
Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
Pencabutan Pengukuhan sebagai PKP dapat dilakukan dalam hal :
Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak
lain
PKP tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP termasuk PKP yang jumlah
peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi
2.6 SANKSI
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi
Administrasi dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelangaran suatu norma perpajakan
ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi
pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan pidana.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada konsekuensinya. Pada sanksi
administrasi, konsekuensinya adalah pembayaran kerugian kepada negara berupa bunga
dan kenaikan, sedangkan pada sanksi pidana, konsekuensinya adalah
siksaan atau
penderitaan.
1. Sanksi Administrasi
a. Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,
presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi
pidana. Pelanggaran yang dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya
alpa atau disengaja. Untuk mengetahui lebih lanjut, dalam tabel berikut dimuat hal-hal
yang dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda,
dan besarnya denda.
9
Tabel 1.1
Denda Sanksi Administrasi
No
1.
Masalah
Tidak / terlambat memasukkan / menyampaikan
Cara Membayar/menagih
STP ditambah Rp 100.000,- atau Rp
2.
SPT.
Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa
500.000,- atau Rp 1.000.000,SSP ditambah 15%
3.
tetapi belum di sidik.
Khusus PPN:
a.
Tidak melaporkan usaha
SSP/SPKPB ditambah 2% denda dari
b.
Tidak membuat / mengisi faktur
dasar pengenaan
c.
Melanggar larangan membuat Faktur (PKP yang
tidak dikukuhkan)
Khusus PBB:
4.
a.
STP, SKPKB tidak / kurang dibayar atau
STP + denda 2% (maksimum 24 bulan).
terlambat dibayar
b.
Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar
SKPKB + denda administrasi dari selisih
pajak yang terutang
b.
Bunga 2% per bulan
Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran, bunga
penagihan dan bunga ketetapan.
Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada
waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan
berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Dengan demikian bunga pembayaran umumnya
dibayar dengan menggunakan SSP, yaitu meliputi antara lain:
Bunga karena pembetulan STP.
Bunga karena angsuran / penundaan pembayaran.
Bunga karena terlambat membayar.
Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutag dan pajak
sementara.
Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan
surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu
pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat pasal 19 ayat 1
KUP).
10
Bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak tambahan
pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga ketetapan
umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 ayat 2 KUP).
N
Masalah
Cara Membayar/menagih
o
1.
Pembetulan sendiri SPT (tahunan atau masa) tetapi belum
SSP/STP
2.
diperiksa.
Dari penelitian rutin:
PPh pasal 25 tidak/kurang dibayar.
SSP/STP
PPh pasal 21, 22, 23, dan 26 serta PPn yang terlambat
SSP/STP
bayar.
SKPKB,
STP,
SKPKBT
tidak/kurang
dibayar
atau
SSP/STP
terlambat dibayar.
SPT salah tulis/hitung.
3.
Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar (maksimum
4.
5.
24 bulan).
Pajak diangsur/ditunda; SKPKB, SKKPP, STP.
SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar.
SSP/STP
SSP/SPKB
SSP/STP
SSP/STP
Tabel 2
Bunga 2% per bulan Sanksi Administrasi
c. Kenaikan
11
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi
yang paling ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,
jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan
pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak
tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah
pajak terutang.
Tabel 1.3
Kenaikan Sanksi Administrasi
No
1.
Masalah
Dikeluarkan
SKPKB
Cara
dengan
penghitungan secara jabatan:
a.
Membayar/menagih
SKPKB ditambah
kenaikan 50%
Tidak memasukkan SPT:
(a) SPT tahunan (PPh 29)
SKPKB ditambah
(b) SPT tahunan (PPh 21, 23, 26 dan PPN)
kenaikan 100%
b.
Tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam dalam
SKPKB
Pasal 28 KUP
50% PPh pasal 29
100% PPh pasal 21, 23,
c.
Tidak memperlihatkan buku/dokumen,
26, dan PPN
tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran pemerik-
SKPKB
saan, sebagaimana
50% PPh pasal 29
dimaksud dalam
pasal 29
2.
Dikeluarkan
100% PPh pasal 21, 23,
SKPKBT
karena:
26, dan PPN.
SKPKBT 100%
ditemukan data baru, data semula yg
belum terungkap setelah dikeluarkan
3.
SKPKB.
Khusus PPN:
Dikeluarkan SKPKB karena pemerik-
SKPKB 100%
saan, dimana PKP tidak seharusnya
mengompensasi selisih lebih, menghitung tariff 0% diberi restitusi pajak.
12
2.
Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi
pidana, yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.
1. Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga
kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan
kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
2. Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan
diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan
dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekiat
itu diganti dengan pidana kurunga selama-lamanya sekian.
3. Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan
kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara
tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib
Pajak.
Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur/ditetapkan dalam
UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985
sebagai-mana telah diubha dengan UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
BAB III
PENUTUP
13
KESIMPULAN
Kebanggaan dalam memiliki kartu NPWP ini akan tercipta apabila transaksi
antara wajib pajak dengan pemrintah dapat berjalan dengan baik, dan tentunya
pelayanan pemrintah yang akan mempengaruhi kepuasan transaksi ini akan di tentukan
oleh 4 hal :
1. Adanya pemberian informasi tentang pajak dengan jelas.
2. Adanya penyederhanaan sistem dan formulir perpajakan.
3. Perlakuan yang adil kepada semua pembayar pajak.
4. Pemberian pelayanan yang baik oleh pemerintah.
SARAN
Dewasa kini keberadaan NPWP sangat penting untuk masyarakat Indonesia
yang sudah tergolong kedalam wajib pajak. Namun, peranan tersebut tidak sejalan
dengan kesadaran masyarakat dan upaya pemerintah untuk mensosialisasikan akan
pentingnya NPWP. Untuk itu, diperlukan sosialisasi yang maksimal dari pemerintah
dan Direktorat Jenderal Pajak agar kesadaran masyarakat semakin meningkat. Disisi
lain, prosedur untuk mendapatkan NPWP jangan dipersulit sehingga masyarakat tidak
mengabaikan kewajibannya. Menurut penulis, dengan adanya diskriminasi tarif pajak
terhadap WP yang tidak memiliki NPWP merupakan satu langkah yang bagus untuk
mendorong orang pribadi untuk memiliki NPWP. Tetapi perlu diawasi pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
14
[2] Tata Cara Perpajakan dan UU No.12 Tahun 1985 sebagai-mana telah diubha dengan
UU No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
[3] Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undangundang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
[4] Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
[5] Wajib-pajak.html Amastasia Diana,. SE., Akt, Lilis setawan. 2004,PERPAJAKAN
INDONESIA, Yogyakarta, penerbit Andi
[6] ttp://wibwo-pajak.blogspot.com/2012/02/pengertian-npwp-nomor-pokok
[7] http://kedanta.tripod.com/karya.html diakses pada tanggal 17 Maret 2017
[8]
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-npwp-nomor-pokok-wajib-
pajak.html diakses pada tanggal 17 Maret 2017
15