Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012 damiri dedi bptpbkl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN
DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU
Ahmad Damiri, Dedi Sugandi dan Eddy Makruf
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK
Kentang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang dari waktu ke waktu semakin banyak diusahakan
oleh petani Kabupaten Rejang Lebong, namun produktivitas yang dihasilkan masih rendah karena penerapan teknologi
budidaya yang belum baik. Pengkajian bertujuan untuk : a) membandingkan paket dosis pupuk terhadap pertumbuhan,
komponen produksi dan produksi Kentang Merah, b) membandingkan pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan,
komponen produksi dan produksi Kentang Merah. Metode pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan
empat ulangan yang diuji lanjut dengan LSD. Perlakuan terdiri dari kombinasi antara paket pupuk dan jarak tanam dalam
bedengan. Paket pupuk terdiri dari : a) paket yang dicoba petani yaitu pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha
dan b) paket dosis pupuk anjuran Kentang Granola secara umum yaitu pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak
tanam dalam bedengan terdiri dari : a) 30 cm, b) 35 cm, dan c) 40 cm). Pengkajian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan
Agustus 2012. Paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
Kentang Merah umur 6 mst, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Kombinasi paket pupuk NPK
Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan tinggi tanaman tertinggi
(75,800 cm) dan berbeda dengan kombinasi lainnya pada tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket pupuk NPK Phonska
1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm menunjukkan berat umbi pertanaman tertinggi
(1,1989 kg). Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35

cm yang 22,500 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha
dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang 19,750 ton dan paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha
dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang 18,000 ton.
Kata Kunci : kentang merah, dosis pupuk, jarak tanam, produksi

PENDAHULUAN
Kentang adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya dan
dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung zat karbohidrat,
protein, mineral dan vitamin yang cukup baik, sedikit lemak dan tidak mengandung kolesterol, sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal
sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi bahan pangan lain berasal dari beras, jagung
(Departemen Pertanian, 2009).
Menurut Adiyoga et al., (2004), beberapa penelitian di negara berkembang mengindikasikan
adanya hubungan positif antara pendapatan dan konsumsi kentang. Pada tingkat pendapatan per kapita
yang relatif rendah, konsumsi kentang ternyata masih jauh dari titik saturasi. Dengan demikian,
sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi kentang di negara-negara berkembang juga akan
semakin meningkat. Disamping pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kentang per kapita
juga dipengaruhi oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat pertumbuhan ini juga
merupakan fungsi dari selera, preferensi serta berbagai faktor demografis dan kultural. Di negara
maju, kentang secara tipikal dianggap sebagai komoditas murah yang merupakan bahan baku

pati/tepung, sedangkan di negara berkembang cenderung dikategorikan sebagai sayuran mahal dan
terkadang mewah. Sejalan dengan membaiknya perekonomian di Asia serta meningkatnya pendapatan
pada beberapa dekade terakhir, konsumen semakin terdorong untuk melakukan diversifikasi pangan
dan peningkatan konsumsi kentang termasuk di dalam upaya tersebut.
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kentang sumatera, dimana
produksi kentang Bengkulu banyak dijual ke provinsi tetangga selain dijual di dalam Provinsi
Bengkulu sendiri, hal ini karena Provinsi Bengkulu memiliki dataran tinggi yang cocok untuk
pengembangan kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Rejang Lebong terletak di punggung
pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian antara 600 sampai lebih dari 1.000 meter di atas
permukaan air laut, sebagai daerah penghasil sayuran. berbagai sayuran yang dihasilkan diantaranya
adalah cabe, wortel, terung, timun, kacang panjang, buncis selain kentang itu sendiri.

Kabupaten Rejang Lebong mempunyai karakteristik wilayah dan agroekosistem yang
sesuai, namun untuk pengembangannya, masih mempunyai keterbatasan teknologi produksi. Tingkat
produktivitas kentang baru 13,65 ton/ha masih jauh dibawah produktivitas nasional (16,09 ton/ha),
tingkat produktivitas di sentra produksi di pulau Jawa sebesar 17,81 ton/ha ataupun rekomendasi
teknologi yang bisa diatas 30 ton/ha. Dengan demikian dalam penerapan budidaya di daerah ini
masih belum begitu baik, sementara potensi pegembangan produksi melalui perluasan areal maupun
peningkatan produktivitas masih sangat memungkinkan di daerah ini (Bahar, 2009).
Sebagai daerah penghasil kentang, saat ini banyak petani yang menanam Kentang Merah

selain Granola. Selama ini pemasaran kentang merah mengalami kesulitan karena banyak masyarakat
yang belum mengenal Kentang Merah bahkan masih banyak yang menganggap kentang merah
sebagai ubi rambat. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin banyak masyarakat yang sudah
mengenal kentang merah dan pemasarannya sudah tidak mengalami permasalahan lagi, bahkan
harganya dipasaran lebih mahal dibandingkan dengan kentang lain yang lebih dahulu dikenal
masyarakat. Saat ini sebagian petani mencoba menanam Kentang Merah, sehingga dari waktu
kewaktu petani yang menanam Kentang Merah semakin banyak. Oleh karena itu, pengkajian
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi Kentang Merah melalui
penerapan paket dosis pemupukan dan jarak tanam dalam barisan.
BAHAN DAN METODA
Pengkajian dilaksanakan di agroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim basah pada
bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012 di Desa Talang Lahat, Kecamatan Sindang Kelingi,
Kabupaten Rejang Lebong menggunakan lahan petani dan melibatkan petani secara partisipatif,
sehingga apa yang dilakukan diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan.
Paket dosis pupuk yang digunakan terdiri dari : a) paket dosis pupuk yang dicoba petani
(1.400 kg NPK Phonska dan 400 kg SP-36/ha) dan b) dosis pemupukan anjuran Kentang Granola
secara umum (NPK Phonska sebanyak 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak tanam dalam bedengan masingmasing : a) 30 cm dengan luas lahan 18 x 45 cm = 810 m2, b) 35 cm dengan luas lahan 21 x 45 m =
945 m2, dan c) 40 cm dengan luas lahan 24 x 45 m = 1.080 m2. Ukuran bedengan; lebar 60 cm, jarak
antar bedengan 40 cm dan setiap perlakuan dalam bedengan ditanam sebanyak 30 bibit dengan sistem
tanam 1 baris. Untuk itu ukuran bedengan digunakan berbeda-beda panjangnya, tergantung jarak

tanam yang digunakan.
Selanjutnya data ditabulasi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang, terdiri 6
kombinasi perlakuan yaitu 2 paket dosis pupuk dan 3 jarak tanam dalam bedengan yang ulangan
sebanyak 4 kali dan di uji lanjut menggunakan LSD bila menunjukan perbedaan yang nyata antar
perlakuan. Data yang diamati terdiri dari komponen pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman),
komponen hasil (hasil per tanaman dan rata-rata bobot umbi berdasarkan ukurannya), dan hasil per
hektar yang hitung dari konversi hasil ubinan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah
Lokasi pengkajian berada di Desa Talang Lahat, yang terletak lebih kurang 3 km dari ibu
kota Kecamatan yaitu Sindang Kelingi dan lebih kurang 25 km dari ibu kota Kabupaten yaitu Curup.
Luas wilayah Desa Talang lahat sekitar 340 ha dengan luas lahan tegalan 285 ha (83,82%), luas lahan
perkebunan 30 ha (8,82%), dan pemukiman, pekarangan dan lain-lain seluas 25 ha (7,36%) dengan
komoditas hortikultura yang diusahakan yaitu : cabai, kubis, sawi, kol bunga, tomat, daun bawang,
wortel, kentang, terong, dan buncis.

Karakteristik tanah di Desa Talang Lahat dengan tofografi datar, bergelombang, hingga
berbukit dengan tingkat kemiringan antara 8 – 60%. Tingkat kemasaman tanah antara 5,5 – 6,5
dengan ketinggian tempat antara 750 sampai lebih dari 1.000 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh jenis
andosol dengan drainase baik dan lapisan olah (top soil) 42 cm dan curah hujan rata-rata 2.850 mm

per tahun dengan penyebaran hampir merata sepanjang tahun yang terdiri dari 9 bulan basah dan 3
bulan kering (Rohadin. 2011).
Tinggi Tanaman
Paket dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 minggu setelah tanam
(mst), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Paket dosis pupuk yang
dicoba petani (P1) menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkan tinggi tanaman dengan dosis pupuk anjuran secara umum kentang Granola (P2) pada
umur 6 mst, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst.
Namun tanaman umur 9 mst, daun sudah kelihatan mulai layu pada bagian atas (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman umur 6 dan 9 minggu setelah tanam, paket dosis pupuk dan jarak
tanam dalam bedengan.
Rata-rata tinggi
tanaman umur 6 mst
(cm)

Rata-rata tinggi
tanaman umur 9 mst
(cm)

Paket dosis pupuk

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg
P2. NPK Phonska 1.000 kg

69,100 a
64,167 b

72,133 a
69,433 a

Jarak tanam dalam bedengan
JT 1. 30 cm
JT 2. 35 cm
JT 3. 40 cm

70,350 p
67,000 q
62,550 r

72,700 p
70,050 p

69,600 p

Perlakuan

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Pada Tabel 1 terlihat paket dosis pupuk yang dicoba petani menunjukkan pertumbuhan
tinggi tanaman yang lebih tinggi pada tanaman umur 6 mst, diduga karena selain dosis pupuk NPK
Phonska yang lebih tinggi, juga karena adanya pupuk SP-36. Menurut Hakim et al., (1986), fosfor
berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel dan juga berperan pada perkembangan akar.
Gejala yang umum bila kekurangan fosfor adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serta
perakaran miskin dan produksi merosot. Akar berfungsi untuk mendukung tanaman secara kukuh dan
melayani tanaman dengan pengambilan air dan hara (Fisher dan Dunham, 1992).
Begitu juga jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6
mst, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Pada jarak tanam 30 cm
dalam bedengan menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman dengan jarak tanam dalam bedengan 35 maupun 40 cm pada umur 6 mst, namun tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Hal ini diduga karena selain
karena dosis pupuk, juga pengaruh persaingan terhadap sinar matahari yang merupakan sumber energi
bagi tumbuhan untuk fotosintesis. Selain itu pada tanaman yang rapat, akan memberikan tanggapan

dalam memacu tinggi tanaman untuk mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan. Menurut
Sitompul dan Bambang (1991), tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang berbeda akan selalu
dihadapkan pada keadaan yang berbeda, karena perubahan pada satu unsur lingkungan sering disertai
dengan perubahan satu atau lebih unsur lain.
Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket dosis pupuk P1 dan JT1 menunjukkan rata-rata
tinggi tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan kombinasi lainnya seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi
tanaman umur 6 mst.
Paket dosis pupuk
P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg
P2. NPK Phonska 1.000 kg

Tinggi tanaman 6 mst pada masing-masing
jarak tanam dalam bedengan (cm)
30 cm (JT1)
35 cm (JT2)
40 cm (JT3)
75,800 a
64,900 b


66,600 b
67,400 b

64,900 b
60,200 c

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata tinggi tanaman umur 9 mst. Dimana kombinasi paket dosis pupuk P2 dengan JT2, tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P 1 dengan JT1 dan P1 dengan JT3 namun
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P1 dengan JT2, P2 dengan JT1 dan P2
dengan JT3 seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi
tanaman umur 9 mst.
Paket dosis pupuk
P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg
P2. NPK Phonska 1.000 kg

Tinggi tanaman 9 mst pada masing-masing

jarak tanam dalam bedengan (cm)
30 cm (JT1)
35 cm (JT2)
40 cm (JT3)
74,900 ab
65,200 d

69,700 bcd
75,700 a

71,800 abc
67,400 cd

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Pada tanaman umur 9 mst, daun tanaman sudah mulai layu pada bagian atas. Berdasarkan
pengalaman sebelumnya, umur 9 mst tanaman sudah mulai layu dan berangsur-angsur mati. Hal ini
menyebabkan tinggi tanaman tidak terlihat jelas apakah pengaruh paket pupuk atau jarak tanam atau
kombinasinya.
Berat Umbi Per Tanaman

Rata-rata berat umbi per tanaman dihitung dari rata-rata 10 tanaman yang diambil secara
acak. Paket dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg).
Berdasarkan Tabel 4, paket dosis pupuk yang dicoba petani (P1) menunjukkan rata-rata berat umbi
per tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat umbi per tanaman
dengan dosis pupuk anjuran secara umum Kentang Granola (P2). Berdasarkan pengkajian yang
pernah dilakukan sebelumnya, bahwa tanaman Kentang Merah lebih besar pertumbuhan batangnya
dibandingkan dengan Kentang Granola. Dengan demikian paket dosis pupuk yang diberikan
berdasarkan dosis umum Kentang Granola diduga masih kurang bagi kebutuhan tanaman Kentang
Merah.
Jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman
(kg). Dimana jarak tanam 35 cm dalam bedengan menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang
lebih tinggi dan berbeda nyata dengan rata-rata berat umbi per tanaman dengan jarak tanam dalam
bedengan 30 maupun 40 cm (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata berat umbi per tanaman dengan perlakuan pupuk dan jarak tanam dalam
bedengan.
Perlakuan

Berat umbi per tanaman (kg)

Paket dosis pupuk
P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg
P2. NPK Phonska 1.000 kg
Jarak tanam dalam bedengan
JT 1. 30 cm
JT 2. 35 cm
JT 3. 40 cm

0,8469 a
0,5585 b
0,3501 r
1,0247 p
0,7334 q

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata berat umbi per tanaman (kg). Kombinasi paket dosis pupuk P1 dengan jarak tanam JT2,
menunjukkan rata-rata berat umbi tertinggi dan beda nyata terhadap semua kombinasi lainnya seperti
terlihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata berat
umbi per tanaman.
Paket dosis pupuk
P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg
P2. NPK Phonska 1.000 kg

Rata rata berat umbi pada masing-masing jarak
tanam dalam bedengan (cm)
30 cm (JT1)
35 cm (JT2)
40 cm (JT3)
0,4996 d
0,2005 e

1,1989 a
0,8504 b

0,8423 bc
0,6245 cd

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom maupun lajur berbeda nyata pada uji 0.05.

Menurut Badan Litbang Pertanian (1989), pada hasil panen kentang selalu di dapat umbi
yang bervariasi besarnya mulai dari yang berukuran kurang dari 20 gram sampai yang lebih dari 150
gram. Apabila dikelompokkan berdasarkan besarnya maka persentase tiap kelompok selalu berbeda
setiap pertanaman dan varietas, tergantung pada kesuburan, macam bibit yang ditanam (mutu dan
besar), iklim dan faktor lainnya. Grading umbi secara keseluruhan (sesuai dengan sistem petani
Pengalengan dan Wonosobo) seperti Tabel 6.
Tabel 6. Kelas umbi berdasarkan ukuran umbi hasil panen sesuai dengan sistem petani Pengalengan
dan Wonosobo.
Kelas umbi
Umbi konsumsi
Umbi klas A (bibit besar)
Umbi klas B (bibit sedang)
Umbi klas C (bibit)
Umbi Ares (bibit kecil dan kriil)

Ukuran berat umbi (gram)
80
60 – 80
45 – 60
30 – 45
< 30

Bila dilihat umbi yang dihasilkan, terlihat bahwa kombinasi antara P1 maupun P2 terhadap
JT2 dan JT3 menunjukkan jumlah umbi berukuran besar >50% yang merupakan umbi konsumsi.
Sedangkan kombinasi P1 maupun P2 terhadap JT1 menunjukkan 80 gram).
Sedangkan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) maupun
(NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan kurang dari
50% umbi berukuran besar.
4. Kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam
dalam bedengan 35 cm yang produktivitasnya 22,50 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam
bedengan 35 cm yang produktivitasnya 19,75 t/ha dan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska
1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya
18,00 t/ha. Kombinasi ini berbeda nyata dengan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000
kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya 12,75 t/ha; paket dosis
pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang
produktivitasnya 12,00 t/ha; dan paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha)
dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang produktivitasnya 10,00 t/ha.

DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W., S. Rachman, T. Agoes, S. Budi. J, K. U. Bagus, R. Rini dan M. Darkam. 2004. Profil
Komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 1989. Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bdg.
Bahar,
Y.H.
2009.
Panen
Perdana
Kentang
Granola.
http://ditsayur.hortikultura.
deptan.go.id/index.php?itemid=39&id=43&option=com (03 Nov 09).
Departemen Pertanian. 2009. Prosd. Seminar Nasional Pekan Kentang 2008, Lembang 20 - 21
Agustus 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Fisher, N.M. dan R.J. Dunham. 1992. Morfologi Akar dan Pengambilan Zat Hara. Institute For
Agricultural Research, Ahmadu Bello University, PMB 1044, Zaria, Nigeria. Fisiologi
Tanaman Budidaya Tropik. Fakultas Pertanian; Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim, N., N. Yusuf, A.M. Lubis, G.N. Sutopo, S. Rusdi, M. Amin. D, Go. B.H dan H.H. Bailey.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Rohadin. 2011. Data Potensi Wilayah dan Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) Tahun 2011.
Desa Binaan Talang Lahat. BPP Mojorejo. Kab. Rejang Lebong.
Sitompul, S.M dan G. Bambang. 1991. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Gajah Mada University Press.