BITUMEN PADAT MUARA SELAYA
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN “OUTCROP DRILLING”
DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU
Oleh :
Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
ABSTRAK
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006 Kelompok Kerja Energi Fosil
telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan “outcrop drilling” didaerah Muara Selaya,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat
antara 0000’00,00” - 0007’00” Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00” Bujur Timur.
Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe “intra montane” yang
termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan
salah satu bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa
bitumen padat adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya
membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada
sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin
bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o. Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami
pensesaran yang berarah baratdaya-timurlaut.
Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada sayap sinklin bagian
timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya
berkisar antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya
sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin
bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar
150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya
berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk
sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m –
9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan
sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin
bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian timurlaut,
tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah
untuk meningkatkan kegiatan
pendataan dan informasi sumberdaya energi,
Pusat Sumberdaya Geologi Tahun Anggaran
2006 telah melakukan inventarisasi endapan
bitumen padat dengan outcrop drilling di
daerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau. Didaerah tersebut terdapat
potensi sumberdaya bitumen padat yang
mempunyai peluang untuk dikembangkan
menjadi sumberdaya energi alternatif.
Maksud dari inventarisasi ini adalah untuk
mendapatkan data bitumen padat dengan
melakukan beberapa outcrop drilling. Tujuan
outcrop drilling adalah untuk mengetahui
jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta
penyebarannya, yang pada akhirnya dapat
membantu korelasi lapisan bitumen padat.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Selain itu juga untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas sumberdaya bitumen padat di daerah
tersebut di atas.
Daerah inventarisasi termasuk dalam
wilayah Desa Muara Selaya, Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau. Secara geografis daerah ini terletak
diantara koordinat 0000’00,00” - 0007’00”
Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00”
Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar
60 km. sebelah baratdaya Pekanbaru.
2. GEOLOGI UMUM
Daerah Inventarisasi termasuk dalam Peta
Geologi Lembar Solok yang disusun oleh
Silitonga P.H. dan Kastowo (1995).
Berdasarkan kerangka tektonik Cekungan
Sedimen Tersier Indonesia bagian Barat
(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975)
Peta Geologi Lembar Solok merupakan bagian
dari Cekungan Sumatera Tengah. Didalam
Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa
sub
cekungan.
Daerah
Inventarisasi
merupakan sub cekungan kecil yang termasuk
dalam kelompok Cekungan ”Intra Montane”
(Sub Cekungan Sumatera Tengah) yang
dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai
batuan dasar.
Menurut Mertosono dan Nayoan (1974)
sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah
dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh
batulempung, serpih karbonan, batupasir halus
dan batulanau yang diendapkan pada
lingkungan
”fluvio”-”lacustrine”-”paludal”,
disebut
sebagai
Formasi
Pematang.
Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi fase
transgresi yang dicirikan oleh batupasir,
serpih, batulanau, batubara dan gamping yang
diendapkan dalam lingkungan ”fluvial
channel” hingga laut terbuka, disebut sebagai
Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Fase
regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio
Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abuabu kehijau-hijauan dan batupasir yang
disebut Formasi Petani, diendapkan dalam
lingkungan payau (”brackish”).
Pola tektonik Sumatera Tengah dicirikan
oleh struktur-struktur ”horst” & ”graben” atau
sesar bongkah dan sesar geser (Mertosono &
Nayoan, 1974). Sistim Sesar Bongkah yang
berarah
Baratlaut-Tenggara
membentuk
deretan horst & graben yang mengendalikan
pola pengendapan sedimen Tersier Awal.
3. GEOLOGI DAERAH
INVENTARISASI
Berdasarkan aspek morfologi daerah
inventarisasi dapat dipisahkan menjadi satuan
morfologi perbukitan berlereng landai dan
satuan morfologi perbukitan berlereng sedang.
Satuan morfologi berlereng landai menempati
bagian tengah daerah inventarisasi, ketinggian
satuan ini berkisar antara 100 m - 200 m diatas
permukaan laut, pola pengalirannya adalah
sub trellis. Litologi yang menyusun morfologi
satuan ini umumnya adalah batuan sedimen
berumur Tersier. Satuan morfologi berlereng
sedang mengelilingi perbukitan berlereng
landai, ketinggian satuan ini berkisar antara
100 m - 350 m, pola pengalirannya adalah
trellis. Litologi yang menyusun morfologi
satuan ini umumnya adalah batuan berumur
Pra Tersier.
Daerah Muara Selaya merupakan suatu
cekungan kecil yang disusun oleh batuan
berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai
batuan dasar dan batuan berumur Tersier,
urutan stratigrafi dari bawah ke atas adalah
sebagai berikut.
Batuan Pra Tersier
Anggota Bawah Formasi Kuantan terdiri
dari kuarsit dan batupasir sisipan filit,
batusabak, serpih, batuan gunungapi, tuf
klorit, konglomerat dan rijang. tersebar di
bagian baratdaya daerah inventarisasi, yaitu
disekitar daerah Ludai. Anggota Batugamping
Formasi Kuantan terdiri dari batugamping,
batusabak, filit, serpih terkersikan dan kuarsit,
tersingkap di S. Batukuda. Anggota Filit dan
Serpih Formasi Kuantan terdiri dari serpih,
filit sisipan batusabak, kuarsit, batulanau,
rijang dan aliran lava, tersingkap di bagian
hulu S. Lengkuas. Umur Formasi Kuantan
adalah Perm sampai Karbon (Silitonga PH dan
Kastowo, 1995).
Batuan Tersier
Anggota Bawah Formasi Telisa yang
dianggap mengandung endapan bitumen padat
terdiri dari batulempung, batulanau, batubara,
serpih dan batupasir, berumur Miosen Bawah.
Anggota Atas Formasi Telisa terletak selaras
diatas Anggota Bawah Formasi Telisa, terdiri
dari serpih dan batugamping napalan sisipan
tuf andesit, berumur Miosen tengah. Anggota
Bawah Formasi Palembang terletak selaras
diatas Anggota Atas Formasi Telisa, terdiri
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dari batulempung dengan sisipan batupasir dan
batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran jurus kemiringan lapisan batuan di
lapangan, daerah inventarisasi membentuk
sinklin yang sumbunya berarah baratlauttenggara. Kemiringan lapisan batuan pada
sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara
4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap
sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o75o. Besar sudut kemiringan yang sangat
bervariasi pada beberapa singkapan yang
jaraknya berdekatan mencirikan bahwa
didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran.
Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan
yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga
sesar yang berarah baratdaya-timurlaut.
4. BITUMEN PADAT
Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan
pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5
(lima) lubang bor. Didaerah inventarisasi
terdapat 5 blok singkapan, yaitu Blok I
terletak dibagian baratlaut atau sekitar S.
Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok
I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II,
Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan
Blok V terletak dibagian tenggara daerah
inventarisasi (lihat peta geologi dan sebaran
bitumen padat).
Berdasarkan data singkapan dan pemboran
terdapat banyak lapisan batuan yang dianggap
sebagai bitumen padat, yaitu coaly shale,
coaly clay, shale, carbonaceous shale,
carbonaceous clay dan dull coal. Walaupun
dull coal (batubara kusam) dianggap sebagai
bitumen padat tetapi tidak dijadikan target
utama karena didaerah ini juga telah dilakukan
inventarisasi batubara secara tersendiri, oleh
karena itu khusus untuk batubara tidak diambil
sampelnya.
Bitumen padat didaerah Muara Selaya
membentuk sinklin yang sumbunya berarah
baratlaut-tenggara. Bitumen padat di blok I
pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak
8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara
0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 300m. Pada sayap bagian baratdaya
terdiri dari 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar
antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 1 (satu) lapisan,
tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin
bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan,
tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap
sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua)
lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90
m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150
m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya terdiri
dari 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar
antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap
sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan,
tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah
jurus sekitar 200 m. Pada sayap sinklin bagian
baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan
sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan
1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian
timurlaut, tebal lapisan sekitar 4,00 m, panjang
sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
Jumlah lapisan batuan yang dianggap
sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya
cukup melimpah, namun kandungan minyak
dari lapisan-lapisan tersebut belum diketahui.
Sebaran lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu
luas karena cekungan yang dianggap sebagai
wadah
formasi pembawa bitumen padat
hanya merupakan cekungan kecil.
Lokasi daerah inventarisasi masih agak
sulit untuk dicapai karena jalan masuk dari
Lipat Kain yang jaraknya sekitar 50 km masih
merupakan jalan tanah yang sebagian sudah
diperkeras, dan masih banyak jembatanjembatan yang kondisinya tidak sesuai untuk
dilalui kendaraan roda empat, terutama antara
Muara Selaya dengan Durian Tumbang.
Lapisan bitumen padat yang ditemukan
didaerah Muara Selaya cukup banyak, tetapi
sebarannya tidak terlalu luas, sehingga
sumberdayanya juga diperkirakan tidak akan
besar, selain itu kandungan minyaknya belum
diketahui. Hal ini akan berpengaruh terhadap
nilai ekonomisnya, jadi untuk menjawab
apakah bitumen padat daerah Muara Selaya
bisa dimanfaatkan atau tidak tergantung pada
kandungan minyak, sumberdaya dan akses
jalan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Berhubung kandungan minyak pada
bitumen padat daerah Muara Selaya belum
diketahui, maka prospek pemanfaatan dan
pengembangannya belum bisa dibahas.
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Daerah Muara Selaya merupakan suatu
cekungan kecil yang disusun oleh batuan
berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai
batuan dasar dan batuan berumur Tersier.
2. Anggota Bawah Formasi Telisa, dianggap
sebagai formasi yang mengandung endapan
bitumen padat terdiri dari batulempung,
batulanau, batubara, serpih dan batupasir,
berumur Miosen Bawah.
3. Didaerah Inventarisasi, Anggota Bawah
Formasi Telisa membentuk sinklin yang
sumbunya berarah baratlaut-tenggara.
4. Kemiringan lapisan batuan pada sayap
sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o85o, dan kemiringan lapisan pada sayap
sinklin bagian baratdaya berkisar antara
15o-75o. Besar sudut kemiringan yang
sangat bervariasi pada beberapa singkapan
yang jaraknya berdekatan mencirikan
bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi
pensesaran. Dari hasil rekonstruksi
singkapan-singkapan yang ditemukan
diperkirakan terdapat tiga sesar yang
berarah baratdaya-timurlaut.
5.Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan
pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5
(lima) lubang bor.
6.Singkapan
yang
terdapat
didaerah
inventarisasi
ditemukan
secara
berkelompok,
oleh
karena
itu
pembahasannya juga dikelompokan menjadi
5 kelompok atau blok. Blok I terletak
dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau,
Blok II terletak sebelah tenggara Blok I,
Blok III terletak sebelah tenggara Blok II,
Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III
dan Blok V terletak dibagian tenggara
daerah inventarisasi.
7. Endapan yang dianggap sebagai bitumen
padat didaerah Muara Selaya adalah sebagai
berikut
Di blok I pada sayap sinklin bagian
timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan,
tebalnya antara 0,20 m – 8,55 m, sebaran
kearah jurus ekitar 300 m. Pada sayap
bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan,
tebalnya antara 1,40 m – 2,85 m, sebaran
kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan,
tebalnya sekitar 2,55 m, sebaran kearah
jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada
sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak
1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, sebaran
kearah jurus sekitar 150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 2 (dua) lapisan,
tebalnya antara 0,30 m – 3,90 m, sebaran
kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat
pada sayap sinklin bagian baratdaya
sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan
antara 0,30 m – 9,25 m, sebaran kearah jurus
sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin
bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan,
tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah
jurus sekitar 200 m. Bitumen padat pada
sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1
(satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m,
sebaran kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1
(satu) lapisan pada sayap sinklin bagian
timurlaut, tebal total lapisan sekitar 4,00 m,
sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
-
Amarullah
D., 2001 : Penyelidikan
Pendahuluan Bitumen Padat
didaerah Tangko Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi
Riau, DIM, Laporan.
- Ari Dinarna T., 2004 : Inventarisasi dan
Evaluasi Endapan Bitumen
Padat Kab. Kuantan Singingi
dan Kab. Kampar, Prov. Riau,
DIM, Laporan.
- De Coster G.L., 1974 : The Geology of
Central Sumatera Basins,
Proceeding Indonesian
Petroleum Assoc., 4th Annual
Convention.
- Koesoemadinata R.P. & Hardjono,
1977 :Kerangka
SedimenterEndapan Batubara
Tersier Indonesia, Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ke VI, IAGI.
- Koesoemadinata R.P. & Pulunggono A.,
1975 : Geology of The
Shouthern Sunda in reference
to the tectonic framework of
Tertiary sedimentary basins of
Western Indonesia, IAGI,
Vol.2.
- Mertosono S. & Nayoan G.A.S., 1974 : The
Tertiary Basinal area of
Central Sumatera, Proceeding
Indenesian Petroleum Assoc.,
3rd Annual Convention.
- Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta
Geologi Lembar Solok,
Sumatera, Peta Geologi
bersistem Sumatera, PPPG,
Bandung.
Tabel 1. Stratigrafi Daerah Muara Selaya
(sumber : Silitonga & Kastowo,1995)
UMUR
AKHIR
TERSIER
MIOSEN
TENGAH
AWAL
FORMASI &
ANGGOTA
PEMERIAN
Anggota Bawah
F.Palembang
Batulempung sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan
Anggota Atas F.Telisa
Serpih,batugamping napalan sisipan tuf andesit
Anggota Bawah
F.Telisa
Batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir
OLIGOSEN
EOSEN
TRIAS
PERM
KARBON
Anggota Filit &
Serpih
F. Kuantan
Anggota
Btgamping
F.Kuantan
Anggota
Bawah
F.Kuantan
Angota Filit &serpih terdiri dari serpih,filit sisipan
slate,kuarsit,batulanau,rijang &lava
Anggota Btgamping terdiri dari btgamping,slate,
kuarsit,serpih terkersikan
Anggota Bawah terdiri dari kuarsit, batupasir,filit,
slate,tuf klorit,serpih,rijang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 2. Endapan Bitumen Padat Daerah Muara Selaya
Blok
Jenis
Bitumen
Padat
Tebal
lapisan
(m)
Panjang
Sebaran
(m)
> 0,20
100
1,85
300
8,55
300
I-3BD
I-4BD
Dull coal
Coaly shale
sisipan dull
coal
Dull
coal,coaly
shale & coaly
clay
Coaly clay &
dull coal
Dull coal
Carbonaceous
clay
Coaly shale
Dull coal &
coaly shale
Coaly shale &
dull coal
Coaly shale &
dull coal
Coaly shale
Coaly shale
1
II-1TL
Coaly clay
1
II-1BD
Jumlah Nomor
Lapisan Lapisan
I-1TL
I-2TL
I-3TL
8
I-4TL
I
I-5TL
I-6TL
I-7TL
I-8TL
I-1BD
4
II
I-2BD
III-1TL
III
2
III-2TL
III-1BD
III-2BD
III-3BD
III-4BD
III
8
III-5BD
III-6BD
III-7BD
III-8BD
1
IV-1TL
1
IV-1BD
1
V-1TL
IV
V
Dull coal &
coaly clay
Coaly shale
Carb.shale,
coaly shale,
dull coal,carb
clay
Coaly shale
Dull coal
Dull coal
Coaly shale,
Coaly shale,
dull coal, carb
clay
Dull coal
Dull coal
Coaly shale &
dull coal
Dull coal &
coaly shla
Dull coal &
coaly shla
Dull coal &
coaly shla
3,50
300
0,60
100
>1,00
300
0,30
100
1,10
300
1,40
250
2,85
250
2,20
2,10
250
250
2,55
150
>1,20
150
0,30
100
3,50
150
1,49
0,80
0,40
2,53
400
100
100
400
2,65
100
0,35
0,35
100
100
9,25
400
2,80
200
7,60
400
4,10
300
Keterangan
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN “OUTCROP DRILLING”
DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU
Oleh :
Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
ABSTRAK
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006 Kelompok Kerja Energi Fosil
telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan “outcrop drilling” didaerah Muara Selaya,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat
antara 0000’00,00” - 0007’00” Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00” Bujur Timur.
Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe “intra montane” yang
termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan
salah satu bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa
bitumen padat adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya
membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada
sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin
bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o. Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami
pensesaran yang berarah baratdaya-timurlaut.
Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada sayap sinklin bagian
timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya
berkisar antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya
sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin
bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar
150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya
berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk
sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m –
9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan
sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin
bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian timurlaut,
tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
1. PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kebijakan
pemerintah
untuk meningkatkan kegiatan
pendataan dan informasi sumberdaya energi,
Pusat Sumberdaya Geologi Tahun Anggaran
2006 telah melakukan inventarisasi endapan
bitumen padat dengan outcrop drilling di
daerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau. Didaerah tersebut terdapat
potensi sumberdaya bitumen padat yang
mempunyai peluang untuk dikembangkan
menjadi sumberdaya energi alternatif.
Maksud dari inventarisasi ini adalah untuk
mendapatkan data bitumen padat dengan
melakukan beberapa outcrop drilling. Tujuan
outcrop drilling adalah untuk mengetahui
jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta
penyebarannya, yang pada akhirnya dapat
membantu korelasi lapisan bitumen padat.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Selain itu juga untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas sumberdaya bitumen padat di daerah
tersebut di atas.
Daerah inventarisasi termasuk dalam
wilayah Desa Muara Selaya, Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau. Secara geografis daerah ini terletak
diantara koordinat 0000’00,00” - 0007’00”
Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00”
Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar
60 km. sebelah baratdaya Pekanbaru.
2. GEOLOGI UMUM
Daerah Inventarisasi termasuk dalam Peta
Geologi Lembar Solok yang disusun oleh
Silitonga P.H. dan Kastowo (1995).
Berdasarkan kerangka tektonik Cekungan
Sedimen Tersier Indonesia bagian Barat
(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975)
Peta Geologi Lembar Solok merupakan bagian
dari Cekungan Sumatera Tengah. Didalam
Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa
sub
cekungan.
Daerah
Inventarisasi
merupakan sub cekungan kecil yang termasuk
dalam kelompok Cekungan ”Intra Montane”
(Sub Cekungan Sumatera Tengah) yang
dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai
batuan dasar.
Menurut Mertosono dan Nayoan (1974)
sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah
dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh
batulempung, serpih karbonan, batupasir halus
dan batulanau yang diendapkan pada
lingkungan
”fluvio”-”lacustrine”-”paludal”,
disebut
sebagai
Formasi
Pematang.
Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi fase
transgresi yang dicirikan oleh batupasir,
serpih, batulanau, batubara dan gamping yang
diendapkan dalam lingkungan ”fluvial
channel” hingga laut terbuka, disebut sebagai
Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Fase
regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio
Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abuabu kehijau-hijauan dan batupasir yang
disebut Formasi Petani, diendapkan dalam
lingkungan payau (”brackish”).
Pola tektonik Sumatera Tengah dicirikan
oleh struktur-struktur ”horst” & ”graben” atau
sesar bongkah dan sesar geser (Mertosono &
Nayoan, 1974). Sistim Sesar Bongkah yang
berarah
Baratlaut-Tenggara
membentuk
deretan horst & graben yang mengendalikan
pola pengendapan sedimen Tersier Awal.
3. GEOLOGI DAERAH
INVENTARISASI
Berdasarkan aspek morfologi daerah
inventarisasi dapat dipisahkan menjadi satuan
morfologi perbukitan berlereng landai dan
satuan morfologi perbukitan berlereng sedang.
Satuan morfologi berlereng landai menempati
bagian tengah daerah inventarisasi, ketinggian
satuan ini berkisar antara 100 m - 200 m diatas
permukaan laut, pola pengalirannya adalah
sub trellis. Litologi yang menyusun morfologi
satuan ini umumnya adalah batuan sedimen
berumur Tersier. Satuan morfologi berlereng
sedang mengelilingi perbukitan berlereng
landai, ketinggian satuan ini berkisar antara
100 m - 350 m, pola pengalirannya adalah
trellis. Litologi yang menyusun morfologi
satuan ini umumnya adalah batuan berumur
Pra Tersier.
Daerah Muara Selaya merupakan suatu
cekungan kecil yang disusun oleh batuan
berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai
batuan dasar dan batuan berumur Tersier,
urutan stratigrafi dari bawah ke atas adalah
sebagai berikut.
Batuan Pra Tersier
Anggota Bawah Formasi Kuantan terdiri
dari kuarsit dan batupasir sisipan filit,
batusabak, serpih, batuan gunungapi, tuf
klorit, konglomerat dan rijang. tersebar di
bagian baratdaya daerah inventarisasi, yaitu
disekitar daerah Ludai. Anggota Batugamping
Formasi Kuantan terdiri dari batugamping,
batusabak, filit, serpih terkersikan dan kuarsit,
tersingkap di S. Batukuda. Anggota Filit dan
Serpih Formasi Kuantan terdiri dari serpih,
filit sisipan batusabak, kuarsit, batulanau,
rijang dan aliran lava, tersingkap di bagian
hulu S. Lengkuas. Umur Formasi Kuantan
adalah Perm sampai Karbon (Silitonga PH dan
Kastowo, 1995).
Batuan Tersier
Anggota Bawah Formasi Telisa yang
dianggap mengandung endapan bitumen padat
terdiri dari batulempung, batulanau, batubara,
serpih dan batupasir, berumur Miosen Bawah.
Anggota Atas Formasi Telisa terletak selaras
diatas Anggota Bawah Formasi Telisa, terdiri
dari serpih dan batugamping napalan sisipan
tuf andesit, berumur Miosen tengah. Anggota
Bawah Formasi Palembang terletak selaras
diatas Anggota Atas Formasi Telisa, terdiri
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dari batulempung dengan sisipan batupasir dan
batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran jurus kemiringan lapisan batuan di
lapangan, daerah inventarisasi membentuk
sinklin yang sumbunya berarah baratlauttenggara. Kemiringan lapisan batuan pada
sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara
4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap
sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o75o. Besar sudut kemiringan yang sangat
bervariasi pada beberapa singkapan yang
jaraknya berdekatan mencirikan bahwa
didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran.
Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan
yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga
sesar yang berarah baratdaya-timurlaut.
4. BITUMEN PADAT
Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan
pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5
(lima) lubang bor. Didaerah inventarisasi
terdapat 5 blok singkapan, yaitu Blok I
terletak dibagian baratlaut atau sekitar S.
Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok
I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II,
Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan
Blok V terletak dibagian tenggara daerah
inventarisasi (lihat peta geologi dan sebaran
bitumen padat).
Berdasarkan data singkapan dan pemboran
terdapat banyak lapisan batuan yang dianggap
sebagai bitumen padat, yaitu coaly shale,
coaly clay, shale, carbonaceous shale,
carbonaceous clay dan dull coal. Walaupun
dull coal (batubara kusam) dianggap sebagai
bitumen padat tetapi tidak dijadikan target
utama karena didaerah ini juga telah dilakukan
inventarisasi batubara secara tersendiri, oleh
karena itu khusus untuk batubara tidak diambil
sampelnya.
Bitumen padat didaerah Muara Selaya
membentuk sinklin yang sumbunya berarah
baratlaut-tenggara. Bitumen padat di blok I
pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak
8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara
0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 300m. Pada sayap bagian baratdaya
terdiri dari 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar
antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 1 (satu) lapisan,
tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin
bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan,
tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap
sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua)
lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90
m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150
m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya terdiri
dari 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar
antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap
sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan,
tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah
jurus sekitar 200 m. Pada sayap sinklin bagian
baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan
sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan
1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian
timurlaut, tebal lapisan sekitar 4,00 m, panjang
sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
Jumlah lapisan batuan yang dianggap
sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya
cukup melimpah, namun kandungan minyak
dari lapisan-lapisan tersebut belum diketahui.
Sebaran lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu
luas karena cekungan yang dianggap sebagai
wadah
formasi pembawa bitumen padat
hanya merupakan cekungan kecil.
Lokasi daerah inventarisasi masih agak
sulit untuk dicapai karena jalan masuk dari
Lipat Kain yang jaraknya sekitar 50 km masih
merupakan jalan tanah yang sebagian sudah
diperkeras, dan masih banyak jembatanjembatan yang kondisinya tidak sesuai untuk
dilalui kendaraan roda empat, terutama antara
Muara Selaya dengan Durian Tumbang.
Lapisan bitumen padat yang ditemukan
didaerah Muara Selaya cukup banyak, tetapi
sebarannya tidak terlalu luas, sehingga
sumberdayanya juga diperkirakan tidak akan
besar, selain itu kandungan minyaknya belum
diketahui. Hal ini akan berpengaruh terhadap
nilai ekonomisnya, jadi untuk menjawab
apakah bitumen padat daerah Muara Selaya
bisa dimanfaatkan atau tidak tergantung pada
kandungan minyak, sumberdaya dan akses
jalan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Berhubung kandungan minyak pada
bitumen padat daerah Muara Selaya belum
diketahui, maka prospek pemanfaatan dan
pengembangannya belum bisa dibahas.
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Daerah Muara Selaya merupakan suatu
cekungan kecil yang disusun oleh batuan
berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai
batuan dasar dan batuan berumur Tersier.
2. Anggota Bawah Formasi Telisa, dianggap
sebagai formasi yang mengandung endapan
bitumen padat terdiri dari batulempung,
batulanau, batubara, serpih dan batupasir,
berumur Miosen Bawah.
3. Didaerah Inventarisasi, Anggota Bawah
Formasi Telisa membentuk sinklin yang
sumbunya berarah baratlaut-tenggara.
4. Kemiringan lapisan batuan pada sayap
sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o85o, dan kemiringan lapisan pada sayap
sinklin bagian baratdaya berkisar antara
15o-75o. Besar sudut kemiringan yang
sangat bervariasi pada beberapa singkapan
yang jaraknya berdekatan mencirikan
bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi
pensesaran. Dari hasil rekonstruksi
singkapan-singkapan yang ditemukan
diperkirakan terdapat tiga sesar yang
berarah baratdaya-timurlaut.
5.Dari hasil pemetaan geologi ditemukan
sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan
pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5
(lima) lubang bor.
6.Singkapan
yang
terdapat
didaerah
inventarisasi
ditemukan
secara
berkelompok,
oleh
karena
itu
pembahasannya juga dikelompokan menjadi
5 kelompok atau blok. Blok I terletak
dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau,
Blok II terletak sebelah tenggara Blok I,
Blok III terletak sebelah tenggara Blok II,
Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III
dan Blok V terletak dibagian tenggara
daerah inventarisasi.
7. Endapan yang dianggap sebagai bitumen
padat didaerah Muara Selaya adalah sebagai
berikut
Di blok I pada sayap sinklin bagian
timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan,
tebalnya antara 0,20 m – 8,55 m, sebaran
kearah jurus ekitar 300 m. Pada sayap
bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan,
tebalnya antara 1,40 m – 2,85 m, sebaran
kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan,
tebalnya sekitar 2,55 m, sebaran kearah
jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada
sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak
1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, sebaran
kearah jurus sekitar 150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin
bagian timurlaut sebanyak 2 (dua) lapisan,
tebalnya antara 0,30 m – 3,90 m, sebaran
kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat
pada sayap sinklin bagian baratdaya
sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan
antara 0,30 m – 9,25 m, sebaran kearah jurus
sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin
bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan,
tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah
jurus sekitar 200 m. Bitumen padat pada
sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1
(satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m,
sebaran kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1
(satu) lapisan pada sayap sinklin bagian
timurlaut, tebal total lapisan sekitar 4,00 m,
sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
DAFTAR PUSTAKA
-
Amarullah
D., 2001 : Penyelidikan
Pendahuluan Bitumen Padat
didaerah Tangko Kabupaten
Kuantan Singingi, Provinsi
Riau, DIM, Laporan.
- Ari Dinarna T., 2004 : Inventarisasi dan
Evaluasi Endapan Bitumen
Padat Kab. Kuantan Singingi
dan Kab. Kampar, Prov. Riau,
DIM, Laporan.
- De Coster G.L., 1974 : The Geology of
Central Sumatera Basins,
Proceeding Indonesian
Petroleum Assoc., 4th Annual
Convention.
- Koesoemadinata R.P. & Hardjono,
1977 :Kerangka
SedimenterEndapan Batubara
Tersier Indonesia, Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ke VI, IAGI.
- Koesoemadinata R.P. & Pulunggono A.,
1975 : Geology of The
Shouthern Sunda in reference
to the tectonic framework of
Tertiary sedimentary basins of
Western Indonesia, IAGI,
Vol.2.
- Mertosono S. & Nayoan G.A.S., 1974 : The
Tertiary Basinal area of
Central Sumatera, Proceeding
Indenesian Petroleum Assoc.,
3rd Annual Convention.
- Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta
Geologi Lembar Solok,
Sumatera, Peta Geologi
bersistem Sumatera, PPPG,
Bandung.
Tabel 1. Stratigrafi Daerah Muara Selaya
(sumber : Silitonga & Kastowo,1995)
UMUR
AKHIR
TERSIER
MIOSEN
TENGAH
AWAL
FORMASI &
ANGGOTA
PEMERIAN
Anggota Bawah
F.Palembang
Batulempung sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan
Anggota Atas F.Telisa
Serpih,batugamping napalan sisipan tuf andesit
Anggota Bawah
F.Telisa
Batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir
OLIGOSEN
EOSEN
TRIAS
PERM
KARBON
Anggota Filit &
Serpih
F. Kuantan
Anggota
Btgamping
F.Kuantan
Anggota
Bawah
F.Kuantan
Angota Filit &serpih terdiri dari serpih,filit sisipan
slate,kuarsit,batulanau,rijang &lava
Anggota Btgamping terdiri dari btgamping,slate,
kuarsit,serpih terkersikan
Anggota Bawah terdiri dari kuarsit, batupasir,filit,
slate,tuf klorit,serpih,rijang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tabel 2. Endapan Bitumen Padat Daerah Muara Selaya
Blok
Jenis
Bitumen
Padat
Tebal
lapisan
(m)
Panjang
Sebaran
(m)
> 0,20
100
1,85
300
8,55
300
I-3BD
I-4BD
Dull coal
Coaly shale
sisipan dull
coal
Dull
coal,coaly
shale & coaly
clay
Coaly clay &
dull coal
Dull coal
Carbonaceous
clay
Coaly shale
Dull coal &
coaly shale
Coaly shale &
dull coal
Coaly shale &
dull coal
Coaly shale
Coaly shale
1
II-1TL
Coaly clay
1
II-1BD
Jumlah Nomor
Lapisan Lapisan
I-1TL
I-2TL
I-3TL
8
I-4TL
I
I-5TL
I-6TL
I-7TL
I-8TL
I-1BD
4
II
I-2BD
III-1TL
III
2
III-2TL
III-1BD
III-2BD
III-3BD
III-4BD
III
8
III-5BD
III-6BD
III-7BD
III-8BD
1
IV-1TL
1
IV-1BD
1
V-1TL
IV
V
Dull coal &
coaly clay
Coaly shale
Carb.shale,
coaly shale,
dull coal,carb
clay
Coaly shale
Dull coal
Dull coal
Coaly shale,
Coaly shale,
dull coal, carb
clay
Dull coal
Dull coal
Coaly shale &
dull coal
Dull coal &
coaly shla
Dull coal &
coaly shla
Dull coal &
coaly shla
3,50
300
0,60
100
>1,00
300
0,30
100
1,10
300
1,40
250
2,85
250
2,20
2,10
250
250
2,55
150
>1,20
150
0,30
100
3,50
150
1,49
0,80
0,40
2,53
400
100
100
400
2,65
100
0,35
0,35
100
100
9,25
400
2,80
200
7,60
400
4,10
300
Keterangan
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
Sayap sinklin bagian
baratdaya
Sayap sinklin bagian
timurlaut
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI