TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI dari batulempung dengan sisipan batupasir dan
batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas. Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengukuran jurus kemiringan lapisan batuan di lapangan, daerah inventarisasi membentuk
sinklin yang sumbunya berarah baratlaut- tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada
sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4
o
-85
o
, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15
o
- 75
o
. Besar sudut kemiringan yang sangat bervariasi pada beberapa singkapan yang
jaraknya berdekatan mencirikan bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran.
Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga
sesar yang berarah baratdaya-timurlaut.
4. BITUMEN PADAT
Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan
pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5 lima lubang bor. Didaerah inventarisasi
terdapat 5 blok singkapan, yaitu Blok I
terletak dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok
I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II, Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan
Blok V terletak dibagian tenggara daerah inventarisasi lihat peta geologi dan sebaran
bitumen padat.
Berdasarkan data singkapan dan pemboran terdapat banyak lapisan batuan yang dianggap
sebagai bitumen padat, yaitu coaly shale, coaly clay, shale, carbonaceous shale,
carbonaceous clay dan dull coal. Walaupun dull coal batubara kusam dianggap sebagai
bitumen padat tetapi tidak dijadikan target utama karena didaerah ini juga telah dilakukan
inventarisasi batubara secara tersendiri, oleh karena itu khusus untuk batubara tidak diambil
sampelnya.
Bitumen padat didaerah Muara Selaya membentuk sinklin yang sumbunya berarah
baratlaut-tenggara. Bitumen padat di blok I pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak
8 delapan lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 300m. Pada sayap bagian baratdaya terdiri dari 4 empat lapisan, tebalnya berkisar
antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.
Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1 satu lapisan,
tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin
bagian baratdaya sebanyak 1satu lapisan, tebalnya 1,20 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 150 m.
Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 dua
lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150
m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya terdiri dari 8 delapan lapisan, tebal lapisan berkisar
antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 satu lapisan,
tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus sekitar 200 m. Pada sayap sinklin bagian
baratdaya hanya 1 satu lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus
sekitar 400 m.
Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 satu lapisan pada sayap sinklin bagian
timurlaut, tebal lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.
Jumlah lapisan batuan yang dianggap sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya
cukup melimpah, namun kandungan minyak dari lapisan-lapisan tersebut belum diketahui.
Sebaran lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu luas karena cekungan yang dianggap sebagai
wadah formasi pembawa bitumen padat hanya merupakan cekungan kecil.
Lokasi daerah inventarisasi masih agak sulit untuk dicapai karena jalan masuk dari
Lipat Kain yang jaraknya sekitar 50 km masih merupakan jalan tanah yang sebagian sudah
diperkeras, dan masih banyak jembatan- jembatan yang kondisinya tidak sesuai untuk
dilalui kendaraan roda empat, terutama antara Muara Selaya dengan Durian Tumbang.
Lapisan bitumen padat yang ditemukan didaerah Muara Selaya cukup banyak, tetapi
sebarannya tidak terlalu luas, sehingga sumberdayanya juga diperkirakan tidak akan
besar, selain itu kandungan minyaknya belum diketahui. Hal ini akan berpengaruh terhadap
nilai ekonomisnya, jadi untuk menjawab apakah bitumen padat daerah Muara Selaya
bisa dimanfaatkan atau tidak tergantung pada kandungan minyak, sumberdaya dan akses
jalan.
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Berhubung kandungan minyak pada
bitumen padat daerah Muara Selaya belum diketahui, maka prospek pemanfaatan dan
pengembangannya belum bisa dibahas.
4. KESIMPULAN