Desain Pembelajaran PMRI: Gantungan Baju untuk Membandingkan Berat Dua Benda | Mathematics is in our lives desain ke empat

(1)

Desain Pembelajaran PMRI Keempat: Gantungan Baju untuk Membandingkan Berat Dua Benda

Achmad Dhany Fachrudin1 Ummy Salmah2, dan Sitti Busyrah3

International Master Program on Mathematics Education (IMPoME 2012) email: dh4nyy@gmail.com, ummysalmah@ymail.com, sittibusyrah@yahoo.co.id

I. Pendahuluan

Salah satu prinsip dalam pembelajaran matematika adalah siswa diarahkan untuk benar-benar dapat memahami konsep yang diajarkan. Untuk dapat memahami konsep matematika yang diajarkan, suatu pengetahuan atau konsep matematika tersebut harus bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses belajar melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dalam dan dengan menggunakan konteks (Wijaya, 2008). Oleh karena itu dalam pembelajaran kita tidak dapat menempatkan matematika sebagai objek yang terpisah dari realita yang mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut membuat pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna dan mudah dilupakan oleh siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan agar pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna adalah dengan menempatkan matematika itu sendiri sebagai bagian dari pengalaman hidup siswa (Wijaya, 2008).

Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran matematika yang bermakna tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kaitan antara pengalaman hidup siswa dengan pembelajaran matematika, salah satunya yaitu pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI merupakan suatu pendekatan yang diadaptasi dari pendidikan matematika realistik (Realistic Mathematics Education) yang telah dikembangkan di Belanda yang menekankan pada kebermaknaan suatu konsep matematika untuk siswa itu sendiri melalui penggunaan konteks atau permasalahan realistic. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk mendesain suatu pembelajaran pada jenjang sekolah dasar (SD) dengan menggunakan pendekatan PMRI


(2)

Materi yang dipilih oleh peneliti pada pengembangan desain pembelajaran dengan pendekatan PMRI kali ini adalah pengukuran dengan sub materi membandingkan berat benda dengan satuan tidak baku dan satuan baku. Desain pembelajaran tersebut akan diterapkan pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. Di sini peneliti menggunakan berbagai permasalahan realistik seperti pengukuran berat yang dilakukan pedagang di pasar atau toko dan penimbangan berat badan sebagai titik awal pengmbangan ide dan konsep matematika. Sedangkan alat peraga yang digunakan adalah bermacam-macam benda-benda yang akan di ukur beratnya dengan menggunakan tangan dan gantungan baju sebagai alat ukur dengan satuan tidak baku, dan timbangan meja sebagai alat ukur dengan satuan baku.

Lebih lanjut tentang bagaimana proses tim peneliti bersama guru mendesain pembelajaran, mengimplementasikan pada pembelajaran di kelas serta bagaimana analisis retrospektif peneliti akan dijelaskan pada bagian desain pembelajaran di bawah ini.

II. Desain Pembelajaran

Adapun tahapan yang dilakukan adalah Preliminary design (analisis kurikulum dan penentuan indikator dan tujuan pembelajaran), dilanjutkan dengan penerapan/ uji coba desain (teaching experiment) dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan (analisis retrospektif/ retrospektive analysis) yang akan dideskripsikan sebagai berikut.

1. Preliminary Design

Pada tahap ini langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi yang akan diajarkan, merumuskan tujuan dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, menentukan konteks yang sesuai dengan materi, serta menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil diskusi pertama tim peneliti dengan guru mitra (ibu Tartilah), materi yang akan diajarkan adalah pengukuran berat. Indikator yang dipilih adalah membandingkan berat benda dengan satuan tidak baku dan


(3)

satuan baku. Pembelajaran akan dilangsungkan satu kali pertemuan atau dalam waktu 2 jam pelajaran. Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran dengan baik, maka tim peneliti bersama guru merancang perangkat pembelajaran yang dibutuhkan yaitu RPP dan LKS yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PMRI.

Dalam penyusunan perangkat pembelajaran tersebut tim peneliti dan guru melakukan diskusi sebanyak dua kali. Pada diskusi pertama, penentuan materi ajar dan konteks untuk materi yang akan diajarkan. Sedangkan yang kedua adalah diskusi tentang draft LKS, RPP dan alat peraga yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan saran guru mitra. Kemudian peneliti melakukan revisi terhadap LKS dan RPP berdasarkan saran dari guru mitra.

Berdasarkan hasil diskusi tersebut, konteks pengukuran berat badan dan benda-benda yang ada disekitar siswa dijadikan sebagai langkah awal dalam pembentukan konsep pengukuran berat. Alat peraga yang digunakan oleh peneliti adalah gantungan baju yang akan digunakan sebagai alat ukur tidak baku dan timbangan sebagai alat ukur baku. Beberapa benda dan bahan pokok, seperti tepung terigu, garam, piring, sendok dan lain-lain, dipilih sebagai benda-benda yang akan diukur dan dibandingkan beratnya.

Pada tahap preliminary design ini, peneliti bersama guru membagi pembelajaran dalam beberapa aktivitas, antara lain.

a. Aktivitas 1: memperkenalkan siswa pada konteks permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan pengukuran berat.

Pada aktivitas ini, konteks yang dikenalkan antara lain pengukuran berat badan dan benda atau buah di toko atau pasar dengan tujuan untuk mengarahkan siswa pada konsep membandingkan berat benda dengan satuan tidak baku dan baku.

b. Aktivitas 2: siswa membandingkan berat dua benda dengan menggunakan tangan sebagai alat ukur tidak baku. Tujuan dari kegiatan ini adalah menekankan kepada siswa bahwa tangan merupakan alat ukur tidak baku yang dapat digunakan untuk membandingkan berat suatu benda.


(4)

c. Aktivitas 3: siswa kembali membandingkan berat dua benda dengan alat ukur tidak baku, tetapi kali ini menggunakan gantungan baju. Alat tersebut digunakan untuk memudahkan dan memberi pemahaman kepada siswa bahwa ada beberapa benda yang tidak dapat dibandingkan beratnya dengan menggunakan tangan, yaitu benda yang mempunyai selisih berat sangat kecil.

d. Aktivitas 4. Siswa membandingkan berat dua benda menggunakan timbangan sebagai alat ukur baku.

Berikut adalah rancangan iceberg pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dan guru.

Gambar 1. Iceberg 2. Teaching Experiment

Pembelajaran kali ini diawali dengan menyampaikan konteks yang berhubungan dengan pengukuran berat. Di awal pembelajaran, guru menanyakan kepada siswa apakah mereka pernah membeli buah. Sebagian besar siswa menjawab pernah. Kemudian guru melanjutkan kembali pertanyaannya. Berapa banyak buah yang kalian beli di pasar? Berbagai jawaban siswa muncul saat itu. Ada yang mengatakan 1 kg, 2kg, dan sebagainya. Kemudian siswa diberi pertanyaan lagi. Apa yang dilakukan penjual untuk mengetahui 1 kg, 2 kg dan


(5)

seterusnya? Salah seorang siswa kemudian menjawab yaitu dengan menimbangnya dengan timbangan.

Pengantar tersebut cukup untuk memperkenalkan materi yang akan mereka pelajari hari itu. Setelah kegiatan tersebut, guru kemudian mengajak siswa untuk mengikuti kegiatan inti. Kegiatan inti tersebut terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan pertama membandingkan berat dua benda dengan menggunakan tangan, kegiatan kedua yaitu membandingkan berat dua benda dengan menggunakan gantungan pakaian (hanger) yang dijadikan sebagai alat ukur tidak baku, sementara kegiatan ketiga yaitu membandingkan berat dua benda dengan menggunakan timbangan yang biasanya digunakan untuk menimbang gula atau terigu. Sebelum melakukan kegiatan tersebut, sebelumnya siswa dibagi ke dalam 11 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok dibagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

(a) (b)

Gambar 2. (a) Kegiatan membagi siswa ke dalam 11 kelompok, (b) Siswa membaca instruksi pada LKS

Kegiatan pertama yaitu membandingkan berat dua benda dengan menggunakan tangan. Sebelum kegiatan ini dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan. Lima pasang benda yang telah disediakan diletakkan di lima meja yang berbeda. Di masing-masing meja, disediakan dua pasang benda yang sama. Sehingga setiap meja, ada dua kelompok yang melakukan kegiatan yang sama.


(6)

Gambar 3. Benda-benda yang akan dibandingkan oleh siswa

Untuk membandingkan pasangan benda yang pertama, setiap dua kelompok diminta untuk berdiri di satu meja yang telah diletakkan benda-benda yang akan dibandingkan nanti. Misalnya kelompok pertama dan kedua akan mengukur benda di meja pertama. Kelompok 3 dan 4 mengukur benda di meja kedua,dan seterusnya. Untuk mengorganisir semua kelompok, guru memberikan aba-aba untuk berpindah dan membandingkan pasangan benda berikutnya yang terletak di meja yang lain. Guru memberikan aba-aba dengan meneriakkan kata-kata

“berpindah” sambil bertepuk tangan. Semua kelompok melakukan kegiatan

tersebut dengan antusias. Hasil kegiatan yang mereka lakukan kemudian dituliskan di LKS yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok. Meskipun ada beberapa siswa yang tampak berebutan untuk melakukan kegiatan tersebut, kegiatan tetap berlangsung dengan tertib. Jika ada anggota kelompok yang bertengkar atau saling berebutan, guru berusaha untuk mengarahkan mereka. Setelah kegiatan membandingkan berat dua benda dengan menggunakan tangan, selanjutnya siswa mendiskusikan hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan.

Gambar 4. Siswa membandingkan berat dua benda dengan menggunakan kedua tangannya

Setelah kegiatan pertama selesai, siswa kemudian melanjutkan mengerjakan kegiatan kedua pada LKS. Kegiatan kedua yaitu siswa membandingkan berat dua buah benda dengan menggunakan gantungan pakaian


(7)

(hanger). Benda yang diukur tetap sama, hanya alat yang digunakan yang berbeda. Sebelumnya kedua benda yang dibandingkan, dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian plastik tersebut digantungkan pada ujung kiri dan kanan hanger. Salah seorang anggota kelompok diminta untuk memegang gagang hanger. Hasil penimbangan yang siswa lakukan kemudian dituliskan di lembar LKS.

Gambar 5. Suasana siswa sedang membandingkan berat dua benda dengan menggunakan hanger sebagai alat ukur tidak baku

Di kegiatan yang kedua ini pula, guru memberikan aba-aba seperti pada kegiatan pertama untuk mengorganisir siswa saat berpindah ke meja di mana benda yang lain yang akan mereka ukur berada. Siswa terlihat sangat antusias melakukan aktivitas ini. Hal ini tampak saat mereka saling berebutan untuk memilih hanger sesuai warna kesukaan mereka dan saat menggunakan hanger tersebut untuk membandingkan berat dua benda. Setelah kegiatan ini selesai mereka pun begitu

riang dengan meneriakkan kata “hore”. Tanda bahwa mereka telah berhasil

melakukan aktivitas ini. Aktivitas ini diakhiri dengan kegiatan diskusi di masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS.


(8)

Gambar 6. Suasana diskusi yang terjadi

Kegiatan ketiga dilanjutkan untuk menimbang berat benda dengan menggunakan timbangan yang sebenarnya, yaitu timbangan yang biasa digunakan untuk menimbang terigu ataupun gula pasir. Karena timbangan yang disediakan untuk menimbang setiap benda hanya ada satu buah saja, maka dalam kegiatan menimbang ini, hanya beberapa siswa saja yang diminta untuk melakukan penimbangan. Sebagai langkah awal, guru memberikan contoh cara menimbang benda. Di awal penimbangan siswa diminta untuk menentukan dahulu menunjukkan skala berapa satuankah hasil penimbangannya.

Gambar 7. Siswa sedang menimbang benda dengan menggunakan timbangan

Setelah itu, barulah siswa dibimbing untuk menentukan berapa gram hasil penimbangan mereka. Misalnya saat menimbang berat buku, skala yang ditunjuk oleh jarum timbangan adalah 35, berarti berat buku tersebut adalah 350 gram. Demikian pula untuk benda yang lainnya. Siswa tampak antusias dalam kegiatan ini. Terkadang terjadi perdebatan saat membaca skala yang ditunjukkan pada timbangan. Beberapa siswa juga tampak kebingungan dan melakukan kesalahan untuk menentukan berapa gramkah berat benda yang mereka ukur. Mereka juga saling berebutan dan mengangkat tangan dengan antusias agar mendapatkan


(9)

kesempatan menimbang benda. Hasil pengukuran kemudian dituliskan di papan tulis agar semua siswa dapat melihat hasilnya.

Gambar 8. Siswa sedangn berdiskusi

Gambar 9. Siswa menuliskan hasil penimbangan di papan tulis

Setelah semua benda ditimbang, guru kemudian mengajak siswa untuk membandingkan kembali benda manakah yang lebih berat berdasarkan hasil penimbangan yang telah mereka lakukan. Selanjutnya mereka mendiskusikan apakah hasil yang mereka peroleh dari kegiatan pertama saat menimbang dengan menggunakan tangan, dengan menggunakan hanger pada kegiatan kedua serta dengan timbangan pada kegiatan terakhir tetap sama atau tidak. Sebagai kegiatan akhir, siswa diminta untuk menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini mengenai membandingkan berat dua benda.

3. Retrospective Analysis: Analisis Retrospektif

Secara umum proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik dan lancar. Siswa terlihat antusias mengikuti setiap kegiatan yang diberikan oleh guru. Setiap kelompok menunjukkan kerjasama yang baik dan kompak dalam mengerjakan setiap aktivitas yang diberikan. Di awal pembelajaran, saat guru menanyakan kegiatan atau aktivitas yang pernah dialami siswa yang berkaitan dengan pengukuran berat. Beberapa siswa menjawab kegiatan pengukuran berat


(10)

seperti menimbang berat berat badan atau proses penimbangan sayuran dan bahan makanan yang mereka lihat pada saat menemani ibu ke pasar. Mereka juga memperhatikan dengan seksama saat guru memberikan arahan tentang apa yang akan mereka lakukan bersama kelompok masing-masing.

Gambar 10. Siswa memperhatikan arahan guru dengan seksama Di kegiatan pertama pada LKS pertama, setiap kelompok bekerja secara kompak. Mereka tidak mengalami kesulitan saat membandingkan berat dua benda yang selisih beratnya cukup signifikan dengan menggunakan telapak tangan seperti garam dengan kapas, buku dengan gabus, dan gula 1 kg dengan tepung terigu ½ kg. Akan tetapi, tidak mudah bagi siswa membandingkan dua benda yang mempunyai berat yang sama, yakni sendok dan gelas. Beberapa kelompok menjawab gelas yang lebih berat, dan lainnya menjawab sendok. Hanya ada satu kelompok yang menjawab berat kedua benda tersebut sama.

Gambar 11. Siswa tampak antusias membandingkan berat benda dengan menggunakan telapak tangan

Sebelum memulai kegiatan kedua, seluruh kelompok kembali ke tempat semula untuk mendengarkan arahan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu membandingkan berat dua benda dengan menggunakan gantungan baju. Saat ditanya, bagaimana cara menggunakan gantungan baju untuk membandingkan dua benda, beberapa siswa terlihat kebingungan dan ragu.


(11)

Namun salah seorang anggota kelompok 3 dengan percaya diri maju mendemonstrasikan di depan teman-temanya. Guru kemudian menambahkan cara memegang gantungan baju dengan benar agar proses penimbangan nanti memperoleh hasil yang akurat. Guru juga memancing siswa bagaimana cara menentukan benda mana yang berat dengan melihat posisi kedua ujung gantungan.

Gambar 12. Aktivitas siswa membandingkan berat benda dengan menggunakan gantungan baju

Di kegiatan ini siswa sudah mampu menentukan benda yang lebih berat dengan melihat posisi benda pada ujung gantungan miring ke bawah. Namun beberapa kelompok masih mengalami kendala saat menuangkan alasan mereka pada Lembar Kerja Siswa. Hal yang menarik, yakni beberapa kelompok masih keliru saat menimbang dua benda yang sama berat, yaitu gelas dan sendok yang disebabkan kesalahan anggota kelompok yang bertugas memegang gantungan baju. Hal ini menjadi bahan diskusi internal kelompok. Karena ada sebagian anggota yang melihat bahwa posisi ujung gantungan baju saat menimbang kedua benda tersebut seimbang, namun anggota kelompok yang lain menyanggah pernyataan temannya. Dari perbedaan pendapat tersebut, dengan didampingi oleh peneliti mereka berembug, menyimpulkan kemudian menuliskan hasilnya pada


(12)

LKS. Situasi tersebut menampakkan prinsip pembelajaran matematika realistik yakni adaknya interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Selain itu, hal ini dapat melatih kemampuan berpikir siswa secara kritis.

Secara keseluruhan dari kegiatan kedua ini hampir seluruh kelompok menjawab bahwa sendok dan gelas mempunyai berat yang sama dibanding pada saat mereka membandingkan dengan hanya menggunakan telapak tangan. Namun, alasan tentang cara mereka mengetahui benda mana yang lebih berat bervariasi. Beberapa kelompok mengemukakan karena bahwa benda yang lebih berat karena ukurannya lebih besar, atau isinya lebih banyak, atau benda tersebut terbuat dari apa atau dengan memperhatikan posisi ujung gantungan baju yang miring ke bawah.

Gambar 13. Alasan siswa menentukan benda yang lebih berat dengan menggunakan gantungan baju

Konsep pengukuran berat dengan menggunakan satuan tidak baku dan baku seharusnya dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Sehingga pembelajaran matematika pada hari itu yang seharusnya selesai pada pukul 11.10 WIB dilanjutkan sampai pukul 11.30 WIB. Proses belajar mengajar dilanjutkan dengan menimbang semua benda (buku, gula, terigu, gabus, garam, kapas, mangkuk, piring, sendok, gelas) dengan menggunakan timbangan yang angka skalanya ditutupi. Hal ini untuk menjembatani pemahaman siswa mengarah pada satuan baku berat yakni gram, kilogram, dan ons. Siswa sangat antusias melakukan penimbangan yang dibimbing oleh guru. Mereka menghitung skala timbangan tersebut dan menuliskan hasilnya di papan tulis. Hal yang tidak diduga oleh peneliti adalah seorang siswa menimbang gula dan menjawab beratnya 1 kg. Padahal guru belum memberikan penjelasan tentang satuan baku tersebut.


(13)

Dari kegiatan ini siswa diarahkan menemukan sendiri berapa berat masing-masing benda yang telah ditimbang (menggunakan gantungan baju) dalam satuan gram dengan menggunakan timbangan. Dengan penjelasan guru bahwa satu satuan skala sama dengan 10 gram, masih banyak siswa yang belum mampu menuliskan berat satuan menjadi gram. Contohnya, pada saat menuliskan 3 satuan sama dengan 30 gram, namun ketika 35 satuan mereka masih menuliskan 35 gram, bahkan ada yang menuliskan 305 gram. Hal ini dikarenakan siswa kelas dua belum mempelajari konsep perkalian dan konsep bilangan ratusan mereka belum mantap. Salah seorang siswa yaitu Gempar, yang menurut wali kelasnya adalah siswa yang cerdas, mampu menuliskan semua berat benda dari berat satuan ke satuan baku yakni gram.

Dengan kegiatan menimbang berat benda dengan menggunakan timbangan, siswa mampu menentukan benda yang lebih berat yakni benda yang mempunyai angka hasil timbang yang lebih besar. Di akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk melihat hasil penimbangan berat gula yakni 100 satuan atau sama dengan 1000 gram yang telah dituliskan salah satu temannya tadi. Kemudian guru memperlihatkan angka 1 kg yang tertera pada kemasan gula tersebut. Sehingga, dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan bahwa 1000 gram sama dengan 1 kg.

Gambar 14. Jawaban siswa (berat satuan dan gram)

III. Kesimpulan

Mengajarkan konsep pengukuran berat dapat dimulai dengan konteks yang dikenal oleh siswa seperti menimbang bahan makanan yang dibeli di warung atau di pasar. Selanjutnya indikator membandingkan berat dua benda dapat dilakukan dengan menggunakan gantungan baju. Dengan menggunakan gantungan baju siswa mampu memahami konsep berat yang dapat mengarahkan siswa pada alat ukur dan satuan baku.


(14)

Secara umum pembelajaran tentang mengukur berat dengan menggunakan gantungan baju berjalan dengan lancar. Indikator pembelajaran yakni mengukur berat benda dengan menggunakan satuan baku dan tidak baku dapat terlaksana dengan baik meskipun masih terdapat kendala dan permasalahan yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa tampak antusias dan bekerja dengan sangat kompak di kelompok masing-masing saat membandingkan berat berbagai macam benda yang diberikan baik dengan menggunakan telapak tangan maupun dengan menggunakan gantungan baju. Hal ini juga dikarenakan metode rolling kelompok ketika menimbang benda-benda tersebut. Siswa sangat menikmati kegiatan tersebut, karena siswa belajar sambil bermain. Begitu pula saat mereka menimbang dengan menggunakan timbangan yang angka skalanya ditutupi menjadi jembatan dari berat satuan menuju pemahaman mengukur berat benda dengan menggunakan satuan baku (gram dan kg). Meskipun siswa masih ada yang tampak kebingungan dan keliru saat menuliskan berat satuan ke dalam satuan gram, siswa tetap terlihat antusias saat mengukur berat berbagai macam benda tersebut.

Berikut adalah iceberg pembelajaran tentang cara mengukur berat yang telah dilakukan di MIN 1 Palembang.

Gambar 15. Iceberg Pembelajaran Konsep Pengukuran Berat

Contoh permasalahan kontekstual untuk pengukuran berat

Penggunaan tangan sebagai model of dan gantungan baju sebagai model for untuk membandingkan berat dua benda Formal abstrak: mengukur berat benda dengan menggunakan timbangan dan satuan baku gram


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Ariyadi. 2012. Penidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(1)

seperti menimbang berat berat badan atau proses penimbangan sayuran dan bahan makanan yang mereka lihat pada saat menemani ibu ke pasar. Mereka juga memperhatikan dengan seksama saat guru memberikan arahan tentang apa yang akan mereka lakukan bersama kelompok masing-masing.

Gambar 10. Siswa memperhatikan arahan guru dengan seksama Di kegiatan pertama pada LKS pertama, setiap kelompok bekerja secara kompak. Mereka tidak mengalami kesulitan saat membandingkan berat dua benda yang selisih beratnya cukup signifikan dengan menggunakan telapak tangan seperti garam dengan kapas, buku dengan gabus, dan gula 1 kg dengan tepung terigu ½ kg. Akan tetapi, tidak mudah bagi siswa membandingkan dua benda yang mempunyai berat yang sama, yakni sendok dan gelas. Beberapa kelompok menjawab gelas yang lebih berat, dan lainnya menjawab sendok. Hanya ada satu kelompok yang menjawab berat kedua benda tersebut sama.

Gambar 11. Siswa tampak antusias membandingkan berat benda dengan menggunakan telapak tangan

Sebelum memulai kegiatan kedua, seluruh kelompok kembali ke tempat semula untuk mendengarkan arahan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu membandingkan berat dua benda dengan menggunakan gantungan baju. Saat ditanya, bagaimana cara menggunakan gantungan baju untuk membandingkan dua benda, beberapa siswa terlihat kebingungan dan ragu.


(2)

Namun salah seorang anggota kelompok 3 dengan percaya diri maju mendemonstrasikan di depan teman-temanya. Guru kemudian menambahkan cara memegang gantungan baju dengan benar agar proses penimbangan nanti memperoleh hasil yang akurat. Guru juga memancing siswa bagaimana cara menentukan benda mana yang berat dengan melihat posisi kedua ujung gantungan.

Gambar 12. Aktivitas siswa membandingkan berat benda dengan menggunakan gantungan baju

Di kegiatan ini siswa sudah mampu menentukan benda yang lebih berat dengan melihat posisi benda pada ujung gantungan miring ke bawah. Namun beberapa kelompok masih mengalami kendala saat menuangkan alasan mereka pada Lembar Kerja Siswa. Hal yang menarik, yakni beberapa kelompok masih keliru saat menimbang dua benda yang sama berat, yaitu gelas dan sendok yang disebabkan kesalahan anggota kelompok yang bertugas memegang gantungan baju. Hal ini menjadi bahan diskusi internal kelompok. Karena ada sebagian anggota yang melihat bahwa posisi ujung gantungan baju saat menimbang kedua benda tersebut seimbang, namun anggota kelompok yang lain menyanggah pernyataan temannya. Dari perbedaan pendapat tersebut, dengan didampingi oleh peneliti mereka berembug, menyimpulkan kemudian menuliskan hasilnya pada


(3)

LKS. Situasi tersebut menampakkan prinsip pembelajaran matematika realistik yakni adaknya interaksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Selain itu, hal ini dapat melatih kemampuan berpikir siswa secara kritis.

Secara keseluruhan dari kegiatan kedua ini hampir seluruh kelompok menjawab bahwa sendok dan gelas mempunyai berat yang sama dibanding pada saat mereka membandingkan dengan hanya menggunakan telapak tangan. Namun, alasan tentang cara mereka mengetahui benda mana yang lebih berat bervariasi. Beberapa kelompok mengemukakan karena bahwa benda yang lebih berat karena ukurannya lebih besar, atau isinya lebih banyak, atau benda tersebut terbuat dari apa atau dengan memperhatikan posisi ujung gantungan baju yang miring ke bawah.

Gambar 13. Alasan siswa menentukan benda yang lebih berat dengan menggunakan gantungan baju

Konsep pengukuran berat dengan menggunakan satuan tidak baku dan baku seharusnya dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Sehingga pembelajaran matematika pada hari itu yang seharusnya selesai pada pukul 11.10 WIB dilanjutkan sampai pukul 11.30 WIB. Proses belajar mengajar dilanjutkan dengan menimbang semua benda (buku, gula, terigu, gabus, garam, kapas, mangkuk, piring, sendok, gelas) dengan menggunakan timbangan yang angka skalanya ditutupi. Hal ini untuk menjembatani pemahaman siswa mengarah pada satuan baku berat yakni gram, kilogram, dan ons. Siswa sangat antusias melakukan penimbangan yang dibimbing oleh guru. Mereka menghitung skala timbangan tersebut dan menuliskan hasilnya di papan tulis. Hal yang tidak diduga oleh peneliti adalah seorang siswa menimbang gula dan menjawab beratnya 1 kg. Padahal guru belum memberikan penjelasan tentang satuan baku tersebut.


(4)

Dari kegiatan ini siswa diarahkan menemukan sendiri berapa berat masing-masing benda yang telah ditimbang (menggunakan gantungan baju) dalam satuan gram dengan menggunakan timbangan. Dengan penjelasan guru bahwa satu satuan skala sama dengan 10 gram, masih banyak siswa yang belum mampu menuliskan berat satuan menjadi gram. Contohnya, pada saat menuliskan 3 satuan sama dengan 30 gram, namun ketika 35 satuan mereka masih menuliskan 35 gram, bahkan ada yang menuliskan 305 gram. Hal ini dikarenakan siswa kelas dua belum mempelajari konsep perkalian dan konsep bilangan ratusan mereka belum mantap. Salah seorang siswa yaitu Gempar, yang menurut wali kelasnya adalah siswa yang cerdas, mampu menuliskan semua berat benda dari berat satuan ke satuan baku yakni gram.

Dengan kegiatan menimbang berat benda dengan menggunakan timbangan, siswa mampu menentukan benda yang lebih berat yakni benda yang mempunyai angka hasil timbang yang lebih besar. Di akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk melihat hasil penimbangan berat gula yakni 100 satuan atau sama dengan 1000 gram yang telah dituliskan salah satu temannya tadi. Kemudian guru memperlihatkan angka 1 kg yang tertera pada kemasan gula tersebut. Sehingga, dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan bahwa 1000 gram sama dengan 1 kg.

Gambar 14. Jawaban siswa (berat satuan dan gram) III. Kesimpulan

Mengajarkan konsep pengukuran berat dapat dimulai dengan konteks yang dikenal oleh siswa seperti menimbang bahan makanan yang dibeli di warung atau di pasar. Selanjutnya indikator membandingkan berat dua benda dapat dilakukan dengan menggunakan gantungan baju. Dengan menggunakan gantungan baju siswa mampu memahami konsep berat yang dapat mengarahkan siswa pada alat ukur dan satuan baku.


(5)

Secara umum pembelajaran tentang mengukur berat dengan menggunakan gantungan baju berjalan dengan lancar. Indikator pembelajaran yakni mengukur berat benda dengan menggunakan satuan baku dan tidak baku dapat terlaksana dengan baik meskipun masih terdapat kendala dan permasalahan yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa tampak antusias dan bekerja dengan sangat kompak di kelompok masing-masing saat membandingkan berat berbagai macam benda yang diberikan baik dengan menggunakan telapak tangan maupun dengan menggunakan gantungan baju. Hal ini juga dikarenakan metode rolling kelompok ketika menimbang benda-benda tersebut. Siswa sangat menikmati kegiatan tersebut, karena siswa belajar sambil bermain. Begitu pula saat mereka menimbang dengan menggunakan timbangan yang angka skalanya ditutupi menjadi jembatan dari berat satuan menuju pemahaman mengukur berat benda dengan menggunakan satuan baku (gram dan kg). Meskipun siswa masih ada yang tampak kebingungan dan keliru saat menuliskan berat satuan ke dalam satuan gram, siswa tetap terlihat antusias saat mengukur berat berbagai macam benda tersebut.

Berikut adalah iceberg pembelajaran tentang cara mengukur berat yang telah dilakukan di MIN 1 Palembang.

Gambar 15. Iceberg Pembelajaran Konsep Pengukuran Berat

Contoh permasalahan kontekstual untuk pengukuran berat

Penggunaan tangan sebagai model of dan gantungan baju sebagai model for untuk membandingkan berat dua benda Formal abstrak: mengukur berat benda dengan menggunakan timbangan dan satuan baku gram


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Ariyadi. 2012. Penidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.