STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DESA GUNUNGREJO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN.

(1)

STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SEKOLAH

DASAR NEGERI 2 DESA GUNUNGREJO KECAMATAN

KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

LUJENG LUTHFIANA

NIM. B05211027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SEKOLAH

DASAR NEGERI 2 DESA GUNUNGREJO KECAMATAN

KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

LUJENG LUTHFIANA

NIM. B05211027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Lujeng Luthfiana NIM : B05211027 Program Studi : Sosiologi

Yang berjudul: “Strategi Dalam Mencari Siswa Baru Di SDN 2 Desa Gunungrejo

Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan”, saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabaya, 07 Agustus 2015 Pembimbing

Amal Taufiq, S.Pd, M.Si NIP.197008021997021001


(4)

PENGESAHAN

Skripsi oleh Lujeng Luthfiana dengan judul: “Strategi Dalam Mencari Siswa

Baru Di SDN 2 Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten

Lamongan” telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Skripsi pada tanggal 07 Agustus 2015.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji I Penguji II

Amal Taufiq, S.Pd, M.Si Moh. Fathoni Hakim, M.Si

NIP. 197008021997021001 NIP. 198401052011011008

Penguji III Penguji IV

Dr. H.M. Shodiq, S.Ag., M.Si Hj. Siti azizah, S.Ag., M.Si

NIP. 197504232005011002 NIP. 197703012007102005

Surabaya, 07 Agustus 2015 Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dekan

Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad.Dip.SEA, M.Phil, Ph.D. NIP. 197402091998031002


(5)

PERNYATAAN

PERTANGGUNGJAWABAN PENULIS SKRIPSI

Bismillahirrahmanirrahim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Lujeng Luthfiana NIM : B05211027 Program Studi : Sosiologi

Judul Skripsi : Strategi Dalam Mencari Siswa Baru Di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan pada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2) Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain.

3) Apabila skripsi ini dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagai hasil plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.

Surabaya, 07 Agustus 2015 Yang menyatakan

Lujeng Luthfiana NIM: B05211027


(6)

ABSTRAK

Lujeng Luthfiana, 2015, Strategi Dalam Mencari Siswa Baru di SDN 2 Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Strategi, Siswa Baru

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni bagaimana persepsi masyarakat tentang sekolah SDN 2 Gunungrejo dan Strategi apa yang dilakukan oleh seorang guru atau tenaga pengajar dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, kemudian untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat realitas yang terjadi pada sekolah SDN 2 dalam mencari siswa baru adalah teori tindakan Max Weber.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo adalah dengan cara melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau staregi humas dimana seorang guru akan mendatangi rumah calon siswa dengan memberikan sesuatu baik itu berupa seragam maupun uang. Yang melandasi terjadinya strategi dalam mencari siswa baru dengan cara tersebut adalah dikarenakan adanya tiga lembaga pendidikan yang terdapat di desa Gunungrejo, sehingga persaingan antar lembaga dalam mencari siswa ini pun terjadi akibat banyaknya anak usia produktif yang akan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar dengan banyaknya lembaga yang ada di desa Gunungrejo yang tidak seimbang. Masyarakat menilai ini merupakan hal yang biasa, walaupun demikian anak-anak mereka mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik sehingga dapat tumbuh kembang menjadi anak yang cerdas dan tanggap.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Telaah Pustaka ... 7

G. Metode Penelitian... 24

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 24

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 26

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 27

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Teknik Analisis Data ... 33

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 34

H. Sistematika Pembahasan ... 35

BAB II : TEORI TINDAKAN MAX WEBER A. Sketsa Biografi ... 37

B. Teori Tindakan Max Weber ... 38

BAB III : STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SDN 2 DESA GUNUNGREJO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kapupaten Lamongan ... 41

B. Strategi Mencari Siswa Baru di SDN 2 Gunungrejo ... 45

1. Profil SDN 2 Gunungrejo ... 45

2. Keadaan Siswa dan Tenaga Edukatif ... 47


(8)

4. Strategi dalam mencari siswa baru ... 57 a. Latar Belakang Terjadinya Persaingan

dalam Mencari Siswa ... 57 b. Cara Mencari Siswa Baru... 61 c. Latar Belakang Wali Murid tidak Memilih

SDN 2 Gunungrejo ... 71 C. Analisis Teoritis Strategi dalam Mencari Siswa Baru

Kajian Teori Tindakan ... 78 BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

4. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 5. Biodata Penulis


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan antar sekolah kini seakan sudah menjadi realitas di masyarakat. Hal ini tentunya bisa menjadi sinyal positif bagi kualitas dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu dari suatu lembaga pendidikan. Sekolah-sekolah yang memposisikan dirinya sebagai sekolah unggulan ataupun sekolah favorit bukan menjadi pilihan utama bagi masyarakat saat ini, karena pilihan masyarakat ternyata tidak hanya melihat dari status sekolah yang terlihat sangat bonafit, favorit dan unggulan sebagai satu-satunya pertimbangan untuk memutuskan bersekolah dilembaga tersebut, akan tetapi sekolah yang tidak begitu membutuhkan biaya yang cukup mahal menjadi alternatif pertimbangan masyarakat. Namun demikian kualitas dari sekolah baik dari segi sarana dan prasarana maupun tenaga pengajar juga menjadi pertimbangan.

Para orang tua memilih sekolah yang dianggap baik untuk putra-putrinya. Yang diharapkan oleh para orang tua adalah anak mereka bisa memperoleh suatu pemahaman dan ilmu pengetahuan yang sesuai dan layak yang nantinya akan menghantarkan anak tersebut menjadi pribadi yang baik dan meraih kesuksesan serta keberhasilan di masa depan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang tua mempunyai pandangan seperti itu. Mereka para orang tua ada yang mempunyai anggapan bahwa yang penting


(10)

2

anak mereka bisa sekolah, terlebih jika sekolah tersebut bisa meringankan biaya pendidikan anaknya.

Seperti yang dikemukakan oleh Theodore Schultz, “pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting dalam mengubah human asset menjadi human capital. Demikian pula di dalam pembangunan, pendidikan menduduki peranan penting dalam upayanya meningkatkan kualitas manusia, baik sosial,

spiritual, intelektual maupun professional”.1

Pendidikan menjadi sarana yang penting untuk membentuk pola pikir dan karakter seseorang. Segala usaha dan jerih payah akan dilakukan oleh orang tua agar anaknya mendapatkan pendidikan dan pengalaman belajar sehingga diharapkan mampu bersaing dengan masyarakat luas di masa yang akan datang.

Sekarang ini seiring dengan berjalannya waktu, dunia pendidikan berkembang begitu pesat. Banyak sekolah-sekolah yang menawarkan berbagai macam kualitas kepada para orang tua mulai dari sarana dan prasarana, prestasi yang telah diraih oleh sekolah, prestasi gurunya, dan lain sebagainya. Semua itu tidak lain tujuannya adalah untuk menarik minat para orang tua agar menyekolahkan anaknya di tempat tersebut.

Kebijakan dan program-program yang di lakukan oleh pemerintah tidak bisa memberikan suatu jawaban bagi para orang tua yang berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Sehingga kualitas pendidikan bukan menjadi suatu yang utama. Mereka lebih memilih sekolah yang biayanya cenderung lebih murah karena itu tidak akan memberatkan beban ekonomi keluarga

1

T.O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 57.


(11)

3

daripada sekolah yang mempunyai kualitas baik namun biayanya sangat mahal. Dengan demikian, ini adalah merupakan suatu peluang yang dapat di capai oleh sekolah yang kurang banyak di minati oleh siswa maupun para orang tua, sekolah yang kurang diminati tersebut akan melakukan persaingan untuk meningkatkan jumlah siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa persaingan antar sekolah yang terjadi di Desa Gunungrejo ini terjadi diakibatkan karena jumlah lembaga yang ada dengan masyarakat itu sangat tidak seimbang. Adanya tiga lembaga yang terdiri dari dua SD yaitu SDN Gunungrejo I dan SDN Gunungrejo II, dan satu MI yaitu MI Tarbiyatul Aulad membuat para guru atau tenaga pengajar berlomba-lomba untuk mendapatkan murid.2

Sekolah negeri yang notabenenya semua biaya operasionalnya sudah ditanggung oleh pemerintah seharusnya tidak perlu khawatir masalah murid karena ada atau tidak adanya murid tidak menjadi masalah. Namun pada kenyataannya sekolah negeri yang ada di desa Gunungrejo berlomba-lomba dalam mencari murid. Cara yang dilakukan ini seakan sudah menjadi budaya di setiap tahun ajaran baru. Yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa sekolah negeri yang notabenenya biaya operasionalnya sudah ditanggung oleh pemerintah justru berlomba-lomba mencari murid, apakah dengan banyaknya siswa akan memberi keuntungan tersendiri bagi pihak sekolah.

Peneliti melihat realita yang ada di masyarakat ketika tahun ajaran baru bahwa dari pihak sekolah tersebut seringkali mendatangi para orang tua

2

Wawancara dengan Ibu Parni. Pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 09.00 wib. Di SDN 2 Gunungrejo.


(12)

4

calon wali murid dengan memberikan sesuatu seperti memberi seragam sekolah untuk calon siswa atau memberikan uang. Cara yang demikian selalu dilakukan oleh guru SDN 2 ketika akan memasuki tahun ajaran baru yang mana cara tersebut tidak dilakukan oleh sekolah lain yang ada di desa Gunungrejo.

Realita yang terjadi di masyarakat seakan sudah bukan menjadi rahasia lagi karena dilakukan secara terang-terangan. Berdasarkan realita inilah yang menjadi alasan kenapa peneliti tertarik untuk mengangkat judul strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo karena pemberian seragam dan juga uang secara gratis ini tidak dilakukan oleh lembaga yang lain yang berada di desa Gunungerejo.

Alasan peneliti mengangkat judul strategi dalam mencari siswa baru yang dilakukan oleh guru di SDN 2 desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan tidak lain adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 dalam mencari siswa baru dan apakah strategi yang dilakukan itu dapat memberikan keuntungan bagi sekolah tersebut ataukah justru sebaliknya, serta dari manakah dana yang digunakan untuk diberikan kepada calon siswa baru. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana persepsi orang tua atau wali murid mengenai sekolah SDN 2 Gunungrejo.


(13)

5

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis merinci sebuah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi wali murid tentang sekolah SDN 2 di Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?

2. Strategi apa yang dilakukan oleh guru dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi wali murid tentang sekolah SDN 2 di Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. 2. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh guru dalam mencari

siswa baru di SDN 2 Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana umumnya karya ilmiah yang memiliki nilai guna, dalam penelitian ini peneliti harapan dapat memberikan manfaat secara teoretik dan juga praktis :

1. Manfaat Teoretik

Penelitian ini di samping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir dalam program strata satu (S1) Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, juga diharapkan mampu menambah keilmuan penelitian dalam bidang ilmu sosial secara mendalam.Kemudian sebagai kontribusi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosiologi


(14)

6

mengenai strategi dalam mencari siswa baru, Serta sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya dan perbendaharaan perpustakaan untuk kepentingan ilmiah selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Memberikan data dan informasi tentang strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan dan sebagai bahan penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh Mahasiswa diperkuliahan dan mengaplikasikannya di lapangan, serta sebagai pengetahuan baru bagi peneliti khususnya dan kepada masyarakat luas umumnya.

E. Definisi Konseptual

Definisi konsep disini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian yang ada dalam judul proposal, maka dari itu peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul proposal. Adapun istilah yang perlu dijelaskan ialah sebagai berikut:

1. Strategi

Strategi adalah suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau dapat juga diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jadi strategi disini adalah merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang tenaga pengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu yakni mencari siswa baru dimana strategi yang dilakukan adalah dengan cara kekeluargaan yaitu melakukan pendekatan kepada masyarakat


(15)

7

dengan mendatangi rumah para warga dan memberikan suatu barang berupa seragam maupun uang.

2. Siswa Baru

Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa baru adalah siswa yang baru masuk diawal masuk sekolah yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya. Seseorang atau individu yang akan masuk pada jenjang pendidikan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di dalam suatu lembaga pendidikan inilah yang disebut dengan siswa baru. Siswa baru yang dimaksud disini yaitu seorang anak/individu yang akan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar.

F. Telaah Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan judul yang diangkat oleh peneliti tentang strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan terdapat judul penelitian terdahulu yang menurut peneliti sangat relevan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu:

a. Skripsi yang ditulis oleh Atik Faridah pada tahun 2009, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah Jurusan Ilmu Komunikasi. Skripsinya berjudul Komunikasi Persuasi Lembaga


(16)

8

Pendidikan dalam Menarik Minat Calon Siswa Baru di Surabaya. Skripsi ini membahas tentang bagaimana suatu lembaga pendidikan itu dapat menarik minat calon siswa baru di tengah banyaknya lembaga pendidikan non formal. Alternatif yang dilakukan yaitu dengan melakukan proses komunikasi persuasi, dengan begitu diharapkan akan banyak siswa yang tertarik pada lembaga tersebut.

Skripsi yang peneliti tulis ialah mengenai strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Dalam skripsi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana cara menarik calon siswa baru di sekolah tersebut dan strategi apa yang dilakukan.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah sama-sama ingin mencari tahu bagaimana cara menarik minat calon siswa baru agar masuk pada lembaga tersebut. Sedangkan perbedaannya kalau penelitian terdahulu sudah di ketahui strategi yang di lakukan dalam menarik calon siswa baru sedangkan penelitian yang akan di lakukan ini masih ingin mencari tahu bagaimana strategi atau cara suatu lembaga pendidikan di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan dalam mencari siswa baru.

b. Skripsi yang ditulis oleh Puji Lestari pada tahun 2001, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama


(17)

9

Islam. Skripsinya berjudul Studi Korelasi Antara Hasil Seleksi Penerimaan Siswa Baru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SMU Tamansiswa Mojokerto Tahun Ajaran 2000/2001. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan seleksi penerimaan siswa baru. Dalam skripsi ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa seleksi penerimaan siswa baru di SMU Tamansiswa Mojokerto tahun ajaran 2000/2001 dilaksanakan dengan dua gelombang penyeleksian, yaitu: 1) Gelombang pertama (I) dengan seleksi minat

2) Gelombang kedua (II) dengan peringkat NEM

Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara NEM SLTP dengan nilai raport cawu I siswa baru yang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru gelombang dua. Adapun tingkat korelasinya rendah atau lemah.

Skripsi yang peneliti tulis ialah mengenai strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Dalam skripsi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana cara menarik calon siswa baru di sekolah tersebut dan strategi apa yang dilakukan.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah sama-sama ingin mencari tahu bagaimana siswa baru itu masuk pada suatu lembaga pendidikan. Sedangkan perbedaannya kalau penelitian terdahulu berbicara masalah seleksi penerimaan siswa baru di tingkat SMU


(18)

10

sedangkan penelitian yang akan di lakukan ini masih berada pada tingkat sekolah dasar (SD).

c. Skripsi yang ditulis oleh Siti Faridah pada tahun 2011, mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Skripsinya berjudul DINAMIKA PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LEMBAGA PENDIDIKAN (Studi Tentang Pandangan Masyarakat Terhadap Madrasah Ibtidaiyah dengan Sekolah Dasar Negeri di Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo). Skripsi ini membahas tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadap Madrasah Ibtidaiyah dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap Sekolah Dasar Negeri serta bagaimana pula dinamika persepsi masyarakat terhadap lembaga pendidikan di Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Dari penelitian terdahulu diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya dua lembaga pendidikan formal ini, maka masyarakat sangat selektif dalam memilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Ada sebagian masyarakat yang mempercayakan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri karena menganggap ilmu pengetahuan secara umum atau akademis sangat digalakkan sehingga sesuai dengan tuntutan masa depan. Namun ada sebagian masyarakat yang lebih percaya dengan Madrasah Ibtidaiyah, karena mereka menganggap bahwa Madrasah Ibtidaiyah selain dapat memberikan pendidikan dari segi akademisi juga dapat memberikan pendidikan religi.


(19)

11

Skripsi yang peneliti tulis ialah mengenai strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Dalam skripsi ini peneliti ingin mengetahui bagaimana cara menarik calon siswa baru di sekolah tersebut dan strategi apa yang dilakukan serta persepsi orang tua atau wali murid dan juga masyarakat terhadap SDN 2 Gunungrejo.

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah sama-sama ingin mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat terhadap Sekolah Madrasah dan juga Sekolah Negeri. Sedangkan perbedaannya kalau penelitian terdahulu memfokuskan pada dua lembaga pendidikan yakni Sekolah Dasar dan Madrasah, kemudian jenis penelitian menggunakan kuantitatif sedangkan penelitian yang diteliti ini lebih memfokuskan pada Sekolah Dasar, bagaimana Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungrejo dalam mencari siswa baru, strategi apa yang dilakukan dan persepsi wali murid terhadap sekolah SDN 2 Gunungrejo, kemudian jenis penelitian menggunakan kualitatif.

2. Kajian Pustaka a. Strategi

Strategi dalam buku pembaharuan strategi pendidikan diartikan sebagai pola perilaku yang dirancang untuk meraih kerjasama dari para pengikut dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Setiap strategi memandang sekolah dengan kacamata yang berbeda, dengan


(20)

12

memberikan penekanan pada sifat tertentu dan memandang baik tindakan tertentu.3

Kini, para pemimpin sekolah bisa memilih strategi yang dapat mereka pakai dalam mengembangkan pendidikan, strategi itu diantaranya yaitu hirarkis, transformasional, dan fasilitatif dimana masing-masing dari strategi itu mempunyai keunggulan dan kelemahan. Ketiganya menawarkan serangkaian pilihan.

Bagaimana Pemimpin Menggunakan Strategi Hirarkis?

Secara historis, sekolah-sekolah berjalan seperti birokrasi yang menekankan kepada otoritas dan akuntabilitas. Strategi-strategi hirarkis bergantung pada pendekatan top-down yang di dalamnya, pemimpin menggunakan analisis rasional untuk menentukan cara terbaik untuk bertindak, lalu menekankan otoritas formalnya untuk menjalankan cara terbaik itu. Disebutkan bahwa strategi hirarkis ini adalah sebagai kepemimpinan teknis, yang membuat kepala sekolah bertindak sebagai perencana, pengatur alokasi sumber daya, supervisor, penyebar informasi dan analis.

Strategi-strategi hirarkis memberikan cara yang langsung, cara yang secara luas diterima untuk mengelola organisasi. Menjanjikan efisiensi dan rutinitas yang terduga. Disini hirarki di nilai cenderung mengurangi kreativitas dan komitmen, membelokkan relasi antara pegawai dan sekolah semata-mata hanya menjadi transaksi ekonomi.

3

Achmad Sanusi, Pembaharuan Strategi Pendidikan (Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2014), 125.


(21)

13

Bagaimana Pemimpin Menggunakan Strategi Transformasional? Strategi transformasional didasarkan pada persuasi, idealisasi, dan kemampuan intelektual yang memotivasi pegawai melalui seperangkat nilai, simbol dan visi bersama. Kepala sekolah membentuk kultur sekolah dengan mendengarkan secara cermat mimpi terdalam yang mengarahkan masa depan komunitas sekolah dalam prosesnya, kepala sekolah memainkan peran sebagai sejarawan, penyair, penyembuh, dan detektif antropologis.

Pemimpin transformasional berusaha melindungi penerimaan atas tujuan kelompok, menyampaikan keinginan untuk mencapai kinerja yang tinggi, dan menawarkan model-model yang tepat melalui perilakunya sendiri. Jika di lihat dari sisi yang lain, strategi transformasional ini sulit untuk dijalankan mengingat strategi ini mensyaratkan pengembangan keterampilan intelektual yang lebih jauh lagi. Kepuasan emosional di tempat kerja tidaklah secara otomatis akan menghasilkan pencapaian tujuan organisasi.

Bagaimana Pemimpin Menggunakan Strategi Fasilitatif?

Kepemimpinan yang fasilitatif disini diartikan sebagai perilaku yang memperkaya kemampuan kolektif sekolah untuk beradaptasi, memecahkan masalah, dan memperbaiki kinerja. Hal ini bisa dicapai dengan keterlibatan aktif para pegawai dalam proses pembuatan keputusan. Peran pemimpin bukanlah untuk memecahkan masalah


(22)

14

secara pribadi, namun untuk melihat bagaimana cara masalah tersebut dipecahkan.

Seperti halnya strategi transformasional, strategi fasilitatif juga mengajak pengikutnya untuk mengerahkan segenap daya dan energi psikis untuk menemukan penyebab bersama. Namun, apabila pemimpin fasilitatis bekerja secara top-down, strategi fasilitatif memberi para guru kemitraan sehari-hari dalam mewujudkan misi ke dalam kehidupan. Pemimpin hanya bekerja di belakang layar dan bukan di atas pentas.

Disini kepala sekolah bertindak sebagai fasilitatif manakala mereka mengatasi kendala sumberdaya, membentuk tim, memberikan umpan balik, melakukan koordinasi, memanajemen konflik dan membangun jaringan komunikasi. Memfasilitasi maka akan melahirkan suatu kolaborasi, lingkungan yang berorientasi pada perubahan yang memungkinkan guru mengembangkan kemampuan kepemimpinannya dengan mengejar tujuan bersama, menghasilkan lingkungan kerja yang demokratis.

Menurut Arifin dalam buku komunikasi dengan peserta didik menyatakan bahwa sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. 4 Jadi, strategi adalah suatu cara yang telah dipertimbangkan sebelumnya yang dipergunakan untuk mencapai

4

Dirman dan Cicih Juarsih, Komunikasi Dengan Peserta Didik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014), 27.


(23)

15

suatu tujuan tertentu. Untuk menyusun suatu strategi maka perlu yang namanya komunikasi. Strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan guna mencapai efektivitas.

Dengan strategi komunikasi ini berarti untuk mencapai suatu tujuan maka dapat di tempuh dengan berbagai cara dengan memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri masyarakat secara umum dengan cepat dan mudah. Strategi komunikasi ini merupakan suatu perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain strategi yang sudah peneliti paparkan diatas, terdapat pula strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari sistem kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.5

b. Siswa baru

siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

5

http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-konsep-definisi-pemasaran,diakses 27 Juni 2015.


(24)

16

Siswa baru adalah calon siswa yang akan masuk ke sebuah lembaga utamnya adalah belajar dalam memasuki lingkungan baru dengan melakukan pendaftaran yaitu dengan cara melakukan pengisian formulir pendaftaran dan pengisisan data serta melakukan pembayaran registrasi siswa baru.6Pengertian siswa menurut Wikipedia adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya di proses dalam proses pendidikan. Sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Antara lain pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.7

1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari

6

Ahmad Jaelani, Perancangan Sistem Penerimaan Calon Siswa Baru Berbasis Web Pada Smk Putra Rifara Tangerang ( Tangerang: Stmik Raharja, 2011), 36.

7

http://www.rpp-silabus.com/2012/06/pengertian-siswa-dan-istilahnya.html,diakses 27 Juni 2015.


(25)

17

masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial emosional personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dalam diri seseorang, takni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

3. Pendekatan edukatif/pedagogis, merupakan pendekatan pendidikan yang menempatkan siswa sebagai unsur penting yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.


(26)

18

c. Sekolah

Sekolah adalah tempat anak belajar. Tempat berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama. 8 Sekolah merupakan suatu lembaga formal, pada tingkat Sekolah Dasar pertumbuhan fisik anak berjalan dengan wajar. Pada umumnya anak-anak yang sudah berusia enam tahun telah masuk Sekolah Dasar. Anak-anak pada usia 6-7 tahun yang telah masuk Sekolah Dasar ia telah mampu memahami suatu hal yang abstrak, pemikiran yang logis mulai tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu anak-anak usia Sekolah Dasar telah mampu memahami pelajaran yang memerlukan pemikiran, dan mereka sudah mampu untuk dilatih mengikuti disiplin yang ringan dan sederhana.

Ketika seorang anak masuk pada Sekolah Dasar, ia telah memiliki kadar pengalaman yang membantu peletakan dasar-dasar keagamaan, akhlak, dan kepribadian yang sesuai dengan lingkungan keluarga yang selama ini telah mengasuh dan mendidiknya. Mereka ada yang taat pada agama dan ada pula yang acuh. Pengalaman dan pendidikan itu telah mempengaruhi tumbuh kembang si anak.

Sekolah juga diartikan sebagai suatu lembaga pendidikan yang melaksanaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan

8


(27)

19

terencana.9 Seorang guru yang melaksanakan tugasnya yaitu tugas pembinaan, pendidikan, dan pengajaran mereka adalah orang-orang yang telah dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang anak didik, dan telah mampu untuk melaksanakan tugas kependidikan. Semua guru yang mengajar pada Sekolah Dasar hendaknya dapat menjadi contoh dan suri tauladan yang baik bagi anak didiknya, terutama dalam keimanan, akhlak, sikap hidup serta cara berpikirnya. Pendidikan yang baik yang diterapkan oleh seorang guru akan mampu memantulkan sikap dan cara berpikir yang baik pula kepada anak didiknya.

Sekolah (lembaga pendidikan) adalah merupakan bagian dari sistem sosial, sehingga keberadaannya seolah tidak bisa terlepas dari pengaruh dan interaksi dengan masyarakat. Sekolah berperan penting dalam membangun kesadaran, mendidik dan merubah masyarakat secara positif, sementara masyarakat juga memiliki peran strategis dalam mempengaruhi, mendorong serta mengendalikan proses pendidikan.

Untuk mengatasi masalah tersebut sebenarnya masalahnya yang pokok adalah sejauh mana kemampuan Kepala Sekolah memimpin sekolahnya terutama dalam usaha menjawab segala persoalan yang menyangkut perkembangan dinamis masyarakat itu. Yang mana apabila sistem kepemimpinan Kepala Sekolah itu pasif , maka status sosial dari sekolah tersebut akan tengelam dalam

9

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Sekolah (Jakarta: CV Ruhama, 1995),77


(28)

20

kemunduran masyarakatnya. Sebaliknya jika kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dinamis dan responsif terhadap perkembangan kehidupan yang perlu ditingkatkan, maka sekolah tersebut akan dapat menjadi agen of change. Oleh karena itu kedudukan sekolah dengan segala perangkatnya menjadi cermin dan ukuran dari masyarakat.10

Hubungan masyarakat (humas) merupakan aspek terpenting dalam mengembangkkan manajemen pendidikan, terutama manajemen sekolah. Pengembangan hubungan antara sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan kerjasama antara orang tua atau masyarakat dalam kegiatan sekolah (pendidikan). Hal ini pula yang diterapkan oleh sekolah dasar negeri (SDN 2). Berdasarkkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan kognitif para siswa sangat ditentukan oleh:

a. Pengaruh yang sangat kuat dari dorongan keluarga dan masyarakat. b. Sikap dan kehidupan rumah tangga dan keluarga.

c. Sikap positif dari para siswa terhadap keluarga dan rumah tangga. d. Peranan orang tua sebagai pengembang yang menunjukkan sikap

positif terhadap sekolah dan pendidikan.11

Pemahaman tentang hubungan masyarakat tersebut dapat diidentifikasi dalam dua hal. Pertama, kepentingan sekolah, yakni proses penyampaian informasi sekolah kepada masyarakat sehingga masyarakat memiliki pemahaman dan pandangan tentang keberadaan

10

H.M. Arifin. Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 181. 11


(29)

21

sekolah. Kedua, kepentingan masyarakat, dimana masyarakat dapat mengambil manfaat dan menyerap hasil pemikiran dan perkembangan keilmuan yang berguna bagi masyarakat.

Menurut Fruth (1976) landasan pengembangan hubungan masyarakat didasarkan pada beberapa asumsi:

a. Siswa merupakan bagian yang paling penting di lingkungan sekolah.

b. Program hubungan sekolah dan masyarakat yang efektif memerlukan kerjasama yang dekat dengan orang tua.

c. Para staf sekolah perlu mempergunakan sumber-sumber pendidikan yang tersedia dalam masyarakat.

d. Anggota staf sekolah harus mengembangkan konsep tentang sekolah.

e. Program hubungan antara sekolah dengan masyarakat melibatkan lebih banyak menggunakan media komunikasi secara efektif. f. Banyaknya kelompok manusia yang berbeda memiliki sedikit

hubungan langsung dengan sekolah.

g. Manfaat perubahan pembelajaran atau organisasi harus dibuat secara jelas dan nyata bagi individu dan kelompok yang berbeda di masyarakat.

Untuk membangun asumsi positif terkait dengan hubungan antara sekolah dengan masyarakat, maka perlu dilandasi beberapa prinsip, diantaranya:


(30)

22

a. Keterpaduan (integrating)

Hubungan antara kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.

b. Berkesinambungan (continuiting)

Proses hubunga tersebut berkembang terus menerus dan saling mendukung satu sama lain.

c. Menyeluruh (coverage)

Bahwa hubungan antara sekolah dan masyarakat menyangkut berbagai aspek kehidupan yang relevan dengan konteks pendidikan. d. Sederhana (simplicity)

Informasi yang diberikan kedua belah pihak harus sederhana, jelas, dan mudah dipahami sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan.

e. Konstruktif (constructiveness)

Artinya informasi yang diberikan harus memiliki nilai positif bagi pengembangan kualitas pendidikan di sekolah.

f. Kesesuaian (adaptability)

Program yang dijalankan harus sesuai dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan masyarakat maupun sekolah.

g. Luwes (flexibility)

Dalam arti program yang sewaktu-waktu mampu menerima perubahan yang terjadi.12

12


(31)

23

Terkait dengan hubungan efektif antara sekolah dan masyarakat adalah tentang pola interaksi dari berbagai komponen. Komponen sekolah mencakup keberadaan guru, kepala sekolah dan pengawas pendidikan. Di sektor masyarakat terkait dengan keberadaan siswa, keluarga, masyarakat sekolah dan masyarakat di tingkat wilayah tertentu. Kedua bagian tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan bersama.

Hubungan sekolah dan masyarakat memegang berperan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003 pasal 54 menyebutkan bahwa: peran serta masyarakat dalam pendidikaan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Selain itu, pada pasal 56 juga disebutkan bahwa: masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah. Jadi, antara dua komponen yakni masyarakat dengan sekolah adalah saling mempengaruhi. Peningkatan mutu pelayanan pendidikan sangat dipengaruhi oleh masyarakat dan masyarakat juga sangat dibutuhkan keberadaannya oleh Sekolah.


(32)

24

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi mempelajari bagaimana kehidupan sosial ini berlangsung dan melihat tingkah laku manusia yang meliputi apa yang dikatakan dan diperbuat sebagai hasil dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya.13Dalam pendekatan fenomenologi untuk dapat memahami sepenuhnya bagaimana kehidupan sosial tersebut berlangsung maka harus memahaminya dari sudut pandang pelaku itu sendiri. Disini peneliti ingin memfokuskan diri pada suatu permasalahan sebagaimana yang diarahkan kepada objek dan kebenarannya terhadap objek sebagaimana telah ditemukan permasalahannya yaitu strategi yang dilakukan dalam mencari siswa maka peneliti ingin menkonfirmasi kebenarannya kepada tenaga pengajar dan komite sekolah.

b. Jenis penelitian

Metode penelitian kualitatif dimana data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif adalah ingin meggambarkan realita empirik dibalik fenomena

13


(33)

25

secara mendalam, rinci dan tuntas.14Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif. Atau dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.15Metode deskriptif itu sendiri adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian diskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Peneliti memilih metode ini karena ingin mencari data secara lebih mendalam supaya data yang diperoleh lebih akurat dengan mengenal objek dan subjek penelitian yang berjudul strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Dipilihnya lokasi ini karena di dasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu SDN 2 ini adalah sekolah dasar negeri yang di anggap kurang banyak peminatnya menurut pandangan

14

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 131. 15


(34)

26

sekelompok kecil masyarakat karena di desa tersebut terdapat beberapa sekolah dasar dan SDN 2 ini bukanlah sekolah dasar satu-satunya. Di SDN 2 ini tidak dipungut biaya SPP dan bisa dikatakan sekolah gratis akan tetapi justru pada kenyataannya hanya sedikit saja siswa yang mau masuk pada sekolah tersebut. Dengan demikian peneliti ingin mencari tahu strategi apa yang dilakukan oleh SDN 2 dalam mencari siswa baru.

Saat penelitian ini dilakukan peneliti pertama kali menghubungi salah satu tenaga pengajar yang berada di SDN 2 yang kebetulan sudah di kenal baik oleh peneliti, kemudian disarankan untuk mendatangi langsung sekolah tersebut. Ketika peneliti datang dan memposisikan diri sebagai seorang peneliti yang akan melakukan penelitian sambutan hangat diberikan oleh Ibu kepala sekolah beserta bapak dan ibu guru. Akhirnya penelitian pun bisa dengan segera dilakukan dan peneliti mendapatkan data-data yang cukup valid untuk disajikan pada laporan penelitian ini. Karena fenomena ini adalah termasuk fenomena sosial tentang strategi dalam mencari siswa baru. Penelitian ini akan dilakukan dalam kurun waktu bulan Mei - Juni.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian ialah seseorang yang mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan strategi dalam mencari siswa baru. Dalam kondisi ini peneliti memilih subyek penelitian para guru yang berada di SDN 2, komite sekolah dan orang tua atau wali murid kemudian sebagai pendukung data peneliti juga memilih subyek penelitian masyarakat yang


(35)

27

mana mereka adalah orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya di SDN 2 Gunungrejo.

4. Tahap- Tahap Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahap ini peneliti sudah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini adalah tahap lanjutan dari proses sebelumnya yang mana peneliti sudah mulai masuk pada proses penelitian, peneliti sudah memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Mengolah Data

Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data sebanyak-banyaknya di lapangan sesuai dengan yang diinginkan.kemudian dilakukan proses pemilihan data yang sesuai dengan rumusan penelitian dan setelah data terkumpul dan dirasa sudah cukup mewakili selanjutnya peneliti membandingkan dan melakukan analisis data yang terkumpul dengan teori yang digunakan oleh peneliti serta menyimpulkan penelitian yang dilakukan itu.


(36)

28

d. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana peneliti melakukan penyusunan laporan penelitian, kemudian mengkomunikasikan masalah yang diteliti, hal ini dilakukan untuk mendukung keabsahan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian di samping menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Teknik pengumpulan data yakni berbicara mengenai bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.16Tetapi yang perlu diamati hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relevan dengan data yang dibutuhkan. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. 17 Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diteliti secara

16

Ghoni Djunaidy,Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 165. 17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,2002) 145.


(37)

29

langsung strategi dalam mencari siswa baru, dengan menggunakan alat pengumpulan data yang berupa rekaman dan tulisan tangan.

Tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti yakni pertama adalah melakukan pengamatan kemudian mencoba melakukan pendekatan dengan wali murid dan juga guru di SDN 2 dengan menyinggung sedikit mengenai hal yang akan di teliti oleh peneliti yaitu mengenai strategi dalam mencari siswa baru, setelah itu peneliti mendatangi salah seorang guru yang bernama bapak Pujianto untuk memastikan bahwa penelitian ini bisa di terima di sekolah tersebut atau tidak. Setelah mendapat signal positif dari bapak Pujianto, kemudian yang terakhir dilakukan oleh peneliti adalah dengan mendatangi sekolah yang akan peneliti jadikan sebagai objek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaanya diajukan peneliti kepada subjek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab.18

Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data tentang bagaimana strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Desa Gunungrejo, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara atau instrument yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang

18


(38)

30

ditujukan kepada tenaga pengajar di SDN 2 Desa Gunungrejo, komite sekolah dan para orang tua wali murid.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.19

Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan juga termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Disini peneliti mengumpulkan data dengan cara mencari buku-buku dan artikel yang berhubungan dengan judul yang sudah ditentukan yakni strategi dalam mencari siswa guna untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Sebagai usaha untuk memperoleh data yang valid maka peneliti juga menggunakan sumber data. Sumber data dalam penelitian kualitatif disebut juga informan. Dalam hal ini ada informan kunci dan informan pelengkap. Data yang diperoleh melalui sumber data merupakan informasi yang sangat penting.Sumber data adalah orang atau orang yang terkait langsung dengan permasalahan penelitian yang dipilih peneliti sebagai sumber informasi.

19

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar (Surabaya: SIC, 1996) 83.


(39)

31

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada dua, diantaranya:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari informan atau sumbernya yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui observasi dan diperoleh dari informan melalui wawancara dengan narasumber terkait20 yaitu tenaga pengajar di SDN 2, komite sekolah dan orang tua wali murid.

Tabel 1.1

Daftar informan tenaga pengajar

No Nama Guru Usia Jabatan di sekolah

1 Juwari, S.Pd 51 Tahun Kepala SD 2 Suparni, S.Pd 60 Tahun Guru Kelas III 3 Pujianto, S.Pd 52 Tahun Guru Kelas V

4 Abdul Muhid M, S.Pd 33 Tahun Guru Kelas IV B.Inggris 5 Aris Eko P 33 Tahun Guru Olah Raga

Sumber: Hasil observasi dan wawancara Tabel 1.2

Daftar informan komite sekolah

No Nama Komite Usia Jabatan di sekolah

1 Poso 61 Tahun Komite SDN 2

Gunungrejo Sumber: Hasil observasi dan wawancara

Tabel 1.3

Daftar informan wali murid SDN 2 Gunungrejo

No Nama Umur Pekerjaan

1 Pariani 38 Tahun Ibu Rumah Tangga/Petani 2 Suminten 43 Tahun Ibu Rumah Tangga/Petani 3 Sumisih 45 Tahun Ibu Rumah Tangga/Petani 4 Tutik Hariati 33 Tahun Ibu Rumah Tangga 5 Windarti 31 Tahun Wira swasta

Sumber: Hasil observasi dan wawancara

20


(40)

32

b. Data Sekunder

Data Sekunder yakni data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Data ini bisa berupa buku, dokumen, majalah dan berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan dengan penelitian.21

Tabel 1.4

Daftar informan sekunder wawancara

No Nama Umur Pekerjaan

1 H. Djuraimi 75 Tahun Pensiunan 2 Lilik Handayani 34 Tahun Wira Swasta

3 Mujiati 50 Tahun Petani

4 Listiani 41 Tahun Ibu Rumah Tangga

5 Suryani 42 Tahun Ibu Rumah Tangga/Penjahit Sumber : Hasil observasi dan wawancara

Dalam penggalian sumber data penelitian memanfaatkan informan sebagai snowballing sampling (teknik sampel bola salju). Snowballing sampling adalah penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju. Snowballing merupakan salah satu teknik yang dianjurkan dalam penelitian kualitatif. Teknik ini termasuk teknik yang diperoleh dari beberapa individual yang memiliki potensi serta bersedia diwawancarai.22Pemilihan subjek penelitian ini melibatkan orang-orang yang dianggap mengetahui dan bisa memberikan informasi mengenai strategi dalam mencari siswa baru.

Proses penggalian sumber data yang dilakukan peneliti ialah pertama mendatangi salah satu guru di SDN 2 kemudian beliau

21

Joko Subagyo,Metode Penelitian dalam Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87-88. 22

Juliansyah Noor,Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 156.


(41)

33

menyarankan kepada peneliti untuk mendatangi sekolah dan bertemu langsung dengan kepala sekolah, setelah bertemu kepala sekolah peneliti di arahkan kepada salah seorang guru yang bernama ibu Parni dimana beliau adalah guru yang biasa bertugas untuk mendatangi rumah calon siswa baru, kemudian setelah itu peneliti juga mengkonfirmasi kebenaran berbagai informasi yang sudah di dapat dengan mendatangi komite sekolah SDN 2 Gunungrejo yakni bapak Poso dan juga orang tua atau wali murid supaya data yang dihasilkan lebih valid.

6. Teknik Analisis data

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus, penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk melakukan analisa data selama dilapangan yang menurut milles dan Huberman ialah: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

a. Reduksi data ialah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyempurnaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Atau singkatnya, data yang nantinya didapatkan dari lapangan begitu banyak, maka perlu adanya proses analisis dan pengurangan data yang tidak ada hubungannya dengan maksud penelitian, hal ini dilakukan agar lebih terfokuskan dengan apa yang ingin diteliti.


(42)

34

b. Penyajian data ialah setelah mendapatkan data yang terfokus dengan penelitian, maka peneliti melakukan analisis dengan penyajian data agar mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi menurut Miles dan Huberman proses ini merupakan pengambilan kesimpulan dan verifikasi.23

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan saat penelitian dan sesudah penelitian. Analisis data saat penelitian dilakukan dengan cara proses pemilihan, pemusatan perhatian serta pengelompokan data yang lebih terfokuskan. Sedangkan analisis data setelah peneletian dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data primer maupun data sekunder kemudian data tersebut dideskripsikan dan direlevansikan dengan teori yang ada.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menguji keabsahan data adalah dengan cara melakukan strategi triangulasi. Langkah pertama dalam teknik triangulasi adalah dengan cara triangulasi pengumpul data yang artinya penulis mengkomparasikan hasil data yang diperoleh dari observasi dengan wawancara. Kemudian dengan cara triangulasi dari berbagai sumber dalam arti mengkomparasikan hasil temuan data dari informan yang satu dengan yang lainnya di tempat dan waktu yang berbeda. Langkah selanjutnya adalah menggunakan triangulasi teoritik dalam arti data yang diperoleh saat di

23

Mattew B. Milles dan A.Michael Huberman,Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1984), 21.


(43)

35

lapangan dan setelah dari lapangan diabstraksikan dengan perspektif teoritik yang relevan.24

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan atau penulisan terdiri dari empat bab, yang rincianya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan secara rinci mengenai objek yang diteliti yang didalamnya membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan dan jadwal penelitian.

BAB II TEORI TINDAKAN MAX WEBER

Pada bab ini menjelaskan tentang teori apa yang digunakan dan keterkaitan teori dengan realitas yang ada di lapangan kemudian teori tersebut digunakan untuk menganalisis masalah penelitian. Kerangka teoritik ialah sebuah model konseptual tentang bagaimana teori digunakan serta berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penelitian. Serta, pada bab ini juga membahas kajian pustaka.

24

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial-Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 166.


(44)

36

BAB III STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SDN 2 DESA

GUNUNGREJO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN

LAMONGAN

Pada bab penyajian data ini, peneliti memberikan gambaran mengenai data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data ini dapat dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan tabel, gambar dan bagian lain yang mendukung data. Kemudian, akan dilakukan analisa data dengan menggunakan teori yang relevan.

Dalam bab ini peneliti juga menyajikan data-data yang sudah diperoleh selama di lapangan dalam bentuk analisis deskripsi yang kemudian di kaitkan dengan teori yang di anggap relevan yakni mengenai strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo.

BAB IV PENUTUP

Pada bab penutup peneliti menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran.


(45)

37

BAB II

TEORI TINDAKAN MAX WEBER

A. Sketsa Biografi

Max Weber lahir di Erfurt, Jerman pada 21 April 1864 kedalam keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi politik yang relatif penting. Sedangkan ibunya adalah seorang Calvinis yang salih, beliau adalah seorang perempuan yang berusaha menjalani kehidupan asketis yang tidak banyak terlibat ke dalam kenikmatan duniawi seperti yang di dambakan oleh suaminya. Weber tidak dibesarkan dengan kehidupan keluarga yang harmoni kerana secara prinsip kepribadian antara Ayah dan Ibu Weber sangat berbeda. Perbedaan tajam yang terjadi di antara kedua orang tuanya menyebabkan ketegangan dalam rumah tangga, dan perbedaan serta ketegangan tersebut membawa dampak besar bagi Weber.

Pada usia 18 tahun, Max Weber mendaftarkan diri ke Universitas Heidelberg sebagai mahasiswa hukum, meskipun ia mahasiswa hukum, Weber juga menghadiri kuliah ekonomi, belajar medieval history dan teologi dan secara bersela bergabung dangan tentara Jerman di Strasbourg. Pada tahun 1884 Weber kembali ke rumah orang tuanya dan belajar di Universitas di Berlin. Disana ia menyelesaikan studinya, meraih gelar doktor, menjadi pengacara, dan mulai mengajar di Universitas Berlin. Dalam proses ini minatnya lebih banyak beralih ke persoalan-persoalan sepanjang masa yakni ekonomi, sejarah, dan sosiologi.


(46)

38

Pada tahun 1896, giatnya dalam bekerja membawanya pada posisi sebagai seorang profesor di Heidelberg. Namun, pada tahun 1897 ketika karier akademiknya mulai berkembang, ayahnya meninggal dunia setelah bertengkar hebat dengannya. Setelah ayahnya meninggal Weber mengalami kegamangan dan insomnia. Kejadian ini memaksanya untuk mengurangi aktivitas mengajar. Pada tahun 1904 Weber menerbitkan karya yang banyak diperbincangkan yaitu The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism. B. Teori Tindakan Max Weber

Max Weber, seorang ilmuan dari Jerman, berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Weber juga terkenal dengan teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.

Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan atau yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Dari sudut waktu tindakan sosial dapat dibedakan menjadi tindakan yang diarahkan untuk waktu sekarang, masa lalu dan masa yang akan datang sedangkan dari sudut sasaran tindakan sosial dapat berupa seorang individu atau sekumpulan orang.

Bagi Weber, konsep rasionalitas merupakan kunci untuk membuat analisa obyektif mengenai arti subyektif tindakan manusia dan juga


(47)

39

merupakan dasar perbandingan tentang jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah tindakan rasional dan nonrasional. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan sedangkan tindakan yang non rasional adalah tindakan yang tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu.

Yang dimaksudkan dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan bagi orang lain.25Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakannya ke dalam 4 tipe, antara lain:

a. Rasional Instrumental: Tindakan diarahkan apabila tujuan, alat dan akibatnya diperhitungkan dan dipertimbangkan secara rasional. Tindakan ini ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain, harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional.

b. Rasionalitas Nilai: Tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya.

25


(48)

40

c. Tindakan Tradisional: Tindakan yang dilakukan karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Menurut weber tindakan ini bersifat non rasional. Umumnya tindakan ini biasa dilakukan secara turun-temurun. d. Tindakan Afektif: Tindakan ini ditentukan oleh kondisi perasaan dan

emosi seseorang, tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar, kurang pertimbangan logis. Menurut Weber tindakan ini tidak rasional.26

Dalam konteks ini peneliti menganggap bahwa teori tindakan dari Max Weber relevan dengan strategi dalam mencari siswa baru, dengan melakukan penelitian ini maka akan diketahui strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mencari siswa baru, bagaimana mereka mampu menarik minat siswa maupun yang dilakukan oleh masyarakat alasan dalam memilihkan sekolah anaknya. Akan tetapi tidak semua tindakan yang telah didefinisikan oleh Max Weber relevan dengan judul yang diangkat oleh peneliti.

Dari ke empat tindakan yang telah dibedakan oleh Max Weber menurut peneliti yang sangat relevan dengan judul penelitian strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo yaitu teori rasional instrumental dan tindakan tradisional.

26


(49)

41

BAB III

STRATEGI DALAM MENCARI SISWA BARU DI SDN 2 DESA GUNUNGREJO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN

LAMONGAN

A. Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kapupaten Lamongan

Gunungrejo merupakan sebuah desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan. Di desa Gunungrejo terdapat 899 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 3.821 jiwa yang terdiri dari 1.939 jiwa laki-laki dan 1.882 jiwa perempuan. Gunungrejo terpencil di ujung selatan Lamongan dengan jarak sekitar 6 KM dari pusat kota kecamatan dan 32 KM dari pusat kota kabupaten. Desa ini dikelilingi oleh batuan kapur dan tegalan yang membentang luas di sekitar pemukiman warga dengan kondisi jalan yang sebagian masih berbatu.

Dengan letak geografis yang seperti itu, desa Gunungrejo sedikit kesulitan dalam mendapatkan air bersih ketika musim kemarau. Walaupun disana terdapat sarana air bersih yaitu HIPPAM Tirto Mulyo akan tetapi keberadaannya sangat terbatas karena hanya ada satu sumber air bersih yang harus dialirkan pada lima dusun, diantaranya dusun Banyu urip, Banan, Plongko, Bulu, dan Ngadipiro. Di desa ini hanya cocok untuk menanam tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai serta tanaman jangka panjang seperti pohon jati. Biasanya tanaman tersebut hanya ditanam ketika musim penghujan dan apabila musim kemarau para warga biasanya menggunakan kesempatan ini untuk menanam tembakau.


(50)

42

Masyarakat desa Gunugrejo mayoritas bekerja pada sektor agraris dengan pekerjaan sampingan sebagai pengrajin industri rumah tangga yaitu pengrajin tikar. Hampir di setiap rumah dapat kita jumpai para ibu-ibu yang menganyam anyaman tikar. Biasanya anyaman yang sudah selesai di buat akan di ambil oleh tengkulak untuk di jual ke luar daerah. Selain itu ada pula yang bekerja sebagai buruh migran, pegawai negeri sipil, pedagang keliling, peternak, TNI, POLRI, pengusaha kecil dan menengah. Kemudian terdapat pula lembaga ekonomi seperti usaha jasa keterampilan tukang kayu, tukang batu, tukang jahit/bordir, tukang cukur, tukang service elektronik, tukang besi, tukang pijat/urut/pengobatan. Disana terdapat pula usaha jasa dan perdagangan seperti usaha toko/kios, usaha peternakan, pengolahan kayu dan usaha air minum kemasan/isi ulang. Dengan beragamnya pekerjaan yang ada pada masyarakat Gunungrejo, bekerja pada sektor agraris menjadi pekerjaan yang mayoritas karena mengingat tingkat pendidikan yang mereka tempuh sebagian besar masih berada pada tingkat pendidikan yang rendah. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pada masyarakat desa Gunungrejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Potensi Sumber Daya Manusia

Tingkatan Pendidikan Laki-Laki Perempuan Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 62 orang 59 orang Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play Group 59 orang 57 orang Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 0 orang 0 orang Usia 7-18 tahun yang masih sekolah 345 orang 342 orang Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 0 0

Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 76 75

Tamat SD/sederajat 726 716

Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 147 135


(51)

43

Tamat SMP/sederajat 472 463

Tamat SMA/sederajat 321 307

Tamat D-1/sederajat 0 0

Tamat D-2/sederajat 0 0

Tamat D-3/sederajat 0 4

Tamat S-1/sederajat 6 7

Tamat S-2/sederajat 2 1

Tamat S-3/sederajat 0 0

Tamat SLB A 0 0

Tamat SLB B 0 0

Tamat SLB C 0 0

Jumlah 1.939 1.882

Jumlah Total 3.821

Sumber: Diambil dari data profil desa Gunungrejo tahun 2013 Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat desa Gunungrejo masih tergolong rendah. Pendidikan akan menentukan tingkat kesejahteraan seseorang, tingkat kesejahteraan keluarga pada masyarakat desa Gunungrejo dapat dikatakan stabil apabila dilihat dari jumlah penduduk. Berikut adalah tingkat kesejahteraan keluarga di desa Gunungrejo:

Tabel 3.2

Kesejahteraan Keluarga

1 Jumlah keluarga prasejahtera 404 keluarga 2 Jumlah keluarga sejahtera 1 128 keluarga 3 Jumlah keluarga sejahtera 2 133 keluarga 4 Jumlah keluarga sejahtera 3 124 keluarga 5 Jumlah keluarga sejahtera 3 plus 110 keluarga 6 Total jumlah kepala keluarga 899 keluarga Sumber : Diambil dari data profil desa Gunungrejo tahun 2013

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat desa Gunungrejo. Melihat dari keadaan masyarakat setiap harinya yakni mayoritas sebagai petani dan tidak sedikit yang berprofesi sebagai buruh tani dimana pekerjaan yang mereka jalani setiap harinya merupakan skill yang mereka miliki akibat rendahnya tingkat pendidikan yang mereka tempuh.


(52)

44

Untuk mengetahui keadaan desa Gunungrejo, bisa dilihat pada peta sebagai berikut:

dff

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Dokumentasi Desa Gunungrejo


(53)

45

B. Strategi Mencari Siswa Baru di SDN 2 Gunungrejo

Sebelum melangkah lebih jauh mengenai strategi dalam mencari siswa baru, peneliti ingin memberikaan gambaran tentang SDN 2 terlebih dahulu dengan menyajikan profil, yakni sebagai berikut:

1. Profil SDN 2 Gunungrejo

a. Nama dan Alamat Sekolah : SDN 2 GUNUNGREJO

Jalan : Desa Gunungrejo

Kecamatan : Kedungpring

Kabupaten : Lamongan

b. Status Sekolah : Negeri c. Tahun didirikan : 1975 d. Tahun beroprasi : 1975 e. Status Tanah : Hak Pakai f. Jumlah Siswa 3 (tiga) tahun terakhir:

Tabel 3.3 Jumlah Siswa SDN 2

Kelas Jumlah Siswa

2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015

I 12 16 9 16

II 11 9 17 6

III 16 9 9 17

IV 14 16 10 8

V 14 13 16 10

VI 15 11 13 15

Jumlah 82 74 74 72

Sumber data: Diambil dari dokumentasi SDN 2 Gunungrejo g. Jumlah Rombongan Belajar

1) Kelas I : I Rombongan Belajar 2) Kelas II : I Rombongan Belajar 3) Kelas III : I Rombongan Belajar


(54)

46

4) Kelas IV : I Rombongan Belajar 5) Kelas V : I Rombongan Belajar 6) Kelas VI : I Rombongan Belajar h. Data Ruang Kelas

1) Kelas I : I Ruang dengan Kondisi Baik 2) Kelas II : I Ruang dengan Kondisi Baik 3) Kelas III : I Ruang dengan Kondisi Baik 4) Kelas IV : I Ruang dengan Kondisi Baik 5) Kelas V : I Ruang dengan Kondisi Baik 6) Kelas VI : I Ruang dengan Kondisi Baik i. Data Guru

Tabel 3.4

Tingkat Pendidikan Tenaga Pengajar

No Guru Tingkat Pendidikan

SLTP SLTA D1 D2 D3 S1 S2

1 GURU TETAP - - - 1 - 6 -

2 GURU TIDAK

TETAP - 2 - - - 4 -

3 GURU BANTU

SEMENTARA - - - -

Jumlah - 2 - 1 - 10 -

Sumber data: Diambil dari dokumentasi SDN 2 Gunungrejo j. Ruang perpustakaan: Belum Ada


(55)

47

Gambar 3.2 Tenaga pengajar SDN 2 Gunungrejo Sumber: Diambil dari dokumentasi SDN 2 Gunungrejo 2. Keadaan Siswa dan Tenaga Edukatif

SDN 2 merupakan satu dari tiga lembaga pendidikan yang ada di desa Gunungrejo, disini adalah yang paling sedikit siswanya namun dengan jumlah siswa yang sedikit bukan berarti kualitas dari siswa dan tenaga pengajar rendah, justru dengan siswa yang sedikit SDN 2 mampu menunjukkan kualitas yang dimilikinya. Seperti penuturan pak Pujianto (52) salah satu tenaga pengajar di SDN 2 saat peneliti bertanya mengenai keunggulan yang dimiliki oleh sekolah SDN 2 di bandingkan dengan sekolah yang lain, beliau menuturkan:

...Lulusan dari sini rata-rata jadi orang mbak lut, contohnya pak Mustari jadi lurah, lurah Budi iku yo lulusan sini, yang jadi guru juga banyak, ada juga yang jadi polisi, wes pokok’e semua lulusan dari sini rata-rata jadi orang semua...27

27

Wawancara dengan Pak Pujianto. Pada tanggal 19 Mei 2015 pukul 10.00 wib. Di SDN 2 Gunungrejo.


(56)

48

Selain itu di katakan pula oleh Bu Juwari (51) beliau adalah Kepala Sekolah di SDN 2, menurutnya:

...banyak mbak lulusan sini yang berhasil, kemarin saja ada yang dapat beasiswa S3 ke Jepang, namanya Candra kemarin datang untuk legalisir katanya dapat beasiswa ke Jepang...28

Melihat pernyataan tersebut bahwa dengan jumlah murid yang sedikit bukan berarti tidak mempunyai keunggulan atau kalah nilai akademisnya dengan sekolah yang lain. Justru dengan murid yang sedikit tersebut para guru dapat memaksimalkan proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya menjadi pribadi yang sukses dimasa depan.

Untuk mengetahui keadaan siswa SDN 2 Gunungrejo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi jumlah siswa menurut jenis dan jumlahnya

Kelas Tahun Pelajaran 2014/2015

Laki-laki Perempuan Jumlah

I 7 9 16

II 6 0 6

III 5 12 17

IV 3 5 8

V 3 7 10

VI 10 5 15

Sumber data: Diambil dari dokumentasi SDN 2 Gunungrejo

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa secara keseluruhan pada SDN 2 Gunungrejo tidak lebih dari 72 siswa terhitung dari kelas satu sampai kelas tiga. Sedikit bukan berarti tanpa kualitas, itulah sekiranya yang menjadi pegangan dari para guru disana. Dengan sedikit maka akan mampu membawa kepada perubahan. Pribadi yang sukses bukanlah merupakan yang kelak di masa depan ia mempunyai uang

28

Wawancara dengan Ibu Juwari. Pada tanggal 19 Mei 2015 pukul 10.10 wib. Di SDN 2 Gunungrejo.


(57)

49

yang banyak dan bisa membeli apapun yang ia inginkan, pribadi yang sukses adalah mereka yang mampu menerapkan ilmu yang telah mereka peroleh ketika masih duduk di bangku sekolah, ketika ia masih mencari ilmu di dunia pendidikan dengan baik dan benar. Walaupun sekolah negeri, SDN 2 selalu menerapkan nilai-nilai keagamaan seperti halnya sekolah swasta yang masih berbau agama seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI). Seperti contoh berdo’a ketika akan memasuki ruang kelas, membaca surat-surat pendek ketika akan memulai pelajaran dan berdo’a ketika akan pulang. Selain itu melaksanakan shalat berjamaah seperti di bawah ini:

Gambar 3.3 Shalat Dhuha Berjama’ah Sumber: Hasil observasi di SDN 2 Gunungrejo

Walaupun bukan sekolah Madrasah Ibtidaiyah yang sangat peka terhadap agama namun para guru tidak lupa membawa unsur agama walau tidak sebanyak seperti yang diterapkan di sekolah Madrasah. Seorang guru akan masuk ke dalam kelas dengan membawa seluruh unsur kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Semua yang ada


(58)

50

pada dirinya akan dapat mempengaruhi sikap dan cara berpikir anak didiknya seperti misalnya bagaimana seorang guru berpenampilan, pakaiannya, cara berbicara, cara bergaul dan memperlakukan anak bahkan emosi dan keadaan kejiwaan yang sedang dialaminya yang terkadang itu semua terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengn anak didiknya. Kesemuanya itu akan terserap oleh si anak tanpa disadari oleh guru dan orang tua.

Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh lingkungan yang berada di sekitarnya dimana ia berada, lingkungan itu bisa dari keluarga atau sekolah sebagai lembaga yang formal dimana ia bisa menghabiskan separuh dari harinya untuk berada disana. Semakin kecil si anak maka semakin besar pengaruh guru terhadapnya. Anak-anak yang berada di Sekolah Dasar pertumbuhan secara fisik berjalan dengan wajar. Pertumbuhan yang dialaminya tersebut telah memungkinkannya untuk melakukan kegiatan yang memerlukan keserasian gerak, seperti melukis, menggambar, dan melakukan gerakan shalat. Perkembangan ini pula yang dirasakan oleh para orang tua yang menyekolahkan anaknya di SDN 2, saat peneliti bertanya mengenai perkembangan apa yang diperoleh anak selama berada di SDN 2, berikut penuturan dari Ibu Suminten (43):

...Kemajuane arek iki maeng yo iso moco, iso nulis, dadi bocah iku yo ngerti lan cepet tanggep. Gurune iku disiplin nek ngulang, nek ate melbu iku yo baris terus berdo’a, nek muleh yo berdo’a.

(kemajuan yang diperoleh anak ya bisa membaca, bisa menulis, jadi anak bisa lebih cepat tanggap. Gurunya itu disiplin kalau mengajar, kalau mau masuk kelas diadakan baris terlebih dahulu lalu berdo’a, kalau pulang ya berdo’a terlebih dahulu)...29

29

Wawancara dengan Ibu Suminten. Pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 20.10 wib. Di Ds. Gunungrejo


(59)

51

Selain itu dari nara sumber yang lain juga mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh ibu Suminten, yakni ibu Windarti (31) yang mengatakan:

...arek iki mau iso moco, iso nulis karo apal surat-surat pendek, tambah pinter.

(anak ini bisa membaca dan menulis sama hafal surat-surat pendek, anak semakin pintar)...30

Dari pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan oleh para orang tua bisa dilihat bahwa pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang mampu membantu tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat. Inilah yang seyogyanya menjadi PR bagi semua guru. Salah satu yang menjadi permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Menurut Abdul Rachman Shaleh pendidikan adalah:

Suatu proses dari usaha dasar yang secara sengaja mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang, untuk mengaktualkan potensi kemampuan keimanan (tauhid), potensi kecerdasan (akal), potensi kemampuan memikul amanat dan tanggung jawab, serta potensi berkomunikasi melalui bahasa (al-bayan) agar menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah, yaitu kepatuhan untuk menjalankan perintah dan menghindari larangannya dengan ikhlas dan ikhsan. Kepatuhan dan ketakwaan itu dikembangkan dan dipupuk adri dalam diri seseorang sesuai dengan potensi warisan yang dibawanya serta sesuai dengan tujuan kejadiannya untuk mengabdi kepada Allah dan mengemban misi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dengan demikian potensi-potensi tersebut harus dikembangkkan menjadi kenyataan berupa keimanan dan akhlak serta kemampuan beramal kebaikan dengan menguasai ilmu (dunia dan akhirat) dan keahlian tertentu sehingga mampu memikul amanat dan tanggung jawabnya sebagai muslim yang takwa.31

30

Wawancara dengan Ibu Windarti. Pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 20.35 wib. Di Ds. Gunungrejo

31

Abdul Rachman Shaleh. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 8.


(1)

80

memikirkan perlengkapan sekolah untuk anak-anaknya.56 Sejauh cara ini

dilakukan selalu tepat pada sasaran, dimana tindakan seorang guru yang diarahkan kepada calon siswa baru ditanggapi positif oleh masyarakat sehingga mereka pun memilih sekolah SDN 2 sebagai tempat menimba ilmu untuk putra putrinya. Jadi, terdapat flash-back antara guru dan juga orang tua calon wali murid.

2. Tindakan Tradisional

Teori ini biasa dilakukan karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan dan umumnya tindakan ini dilakukan secara turun temurun. Strategi dalam mencari siswa baru yang terjadi di SDN 2 ini sudah menjadi budaya di setiap tahunnya yang mana dilakukan oleh guru secara turun menurun dari tahun ke tahun. Di setiap tahun ajaran baru guru akan mendatangi rumah calon siswa dengan memberikan seragam dan uang dengan tujuan supaya para orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Hal ini sudah dilakukan sejak lama dari beberapa tahun yang lalu semenjak terjadi konflik antara SDN 1 Gunungrejo dengan SDN 2 Gunungrejo. Dengan adanya budaya memberi seragam dan uang dalam mencari siswa baru yang sudah menjadi budaya inilah maka strategi dalam mencari siswa baru di SDN 2 Gunungrejo termasuk kedalam tindakan tradisional.

56


(2)

81

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah peneliti paparkan diatas dapat di ketahui bahwa dalam meningkatkan jumlah siswa, SDN 2 menggunakan strategi humas yakni suatu cara yang mengandalkan modal sosial sebagai tindakan utamanya. Bentuk dari strategi humas yang di lakukan oleh SDN 2 yakni dengan cara kekeluargaan, maksudnya adalah dari pihak sekolah yang mempunyai saudara bisa di masukkan pada sekolah tersebut, atau kedekatan yang terjalin antara guru dengan masyarakat yang akhirnya membuat masyarakat memilih untuk menyekolahkan anaknya disana. Seorang guru biasanya akan melakukan pendekatan dengan mendatangi rumah calon siswa baru dengan memberikan sesuatu berupa seragam maupun uang. Masyarakat menganggap itu sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja karena sudah menjadi budaya. Cara yang dilakukan itu semata-mata hanya untuk meningkatkan jumlah murid karena adanya persaingan antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Tidak ada keuntungan tersendiri untuk para guru dengan jumlah murid yang banyak, akan tetapi cara itu dilakukan untuk menghidupkan suasana sekolah, terutama kelas.

Menurut pandangan sebagian orang tua yang menyekolahkan anaknya di sana, SDN 2 termasuk sekolah yang bagus dan tidak membebankan mereka, di sana anak-anak mereka memperoleh pengalaman dan pengetahuan dengan


(3)

82

baik dari para guru sehingga menjadikan anak lebih tanggap dan santun. Walaupun Sekolah Negeri namun suasana yang di tanamkan kepada peserta didik tidak jauh berbeda dengan Madrasah Ibtidaiyah, misalnya berdo’a sebelum masuk kelas dan ketika akan pulang, membaca surat-surat pendek

sebelum memulai pelajaran, dan shalat berjama’ah. Anak-anak mulai

diperkenalkan pada nilai-nilai yang agamis sejak dini sehingga mereka mampu menerapkannya di rumah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang berupa karya tulis skripsi ini peneliti merasa masih banyak yang perlu untuk dikembangkan mengenai strategi dalam mencari siswa baru. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk mengorek lebih dalam hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini sehingga akan lebih sistematis lagi.

Untuk para guru yang menjadi tauladan bagi anak didiknya supaya bisa menjadi pendidik yang profesional dan mampu memikul tanggung jawab yang telah diberikan oleh para orang tua dengan mempercayakan anak mereka kepadanya. Sebagai seorang guru saya sarankan supaya tidak hanya sebagai tenaga pengajar akan tetapi sebagai tenaga pendidik.

Untuk orang tua sebagai agen yang pertama supaya memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya yang tetap sesuai dan menurut norma yang ada agar anak menjadi pribadi yang baik serta generasi yang


(4)

83

unggul di masa yang akan datang, dandiharapkan untuk para orang tua supaya tetap berjuang untuk mencerdaskan putra-putrinya.

Untuk masyarakat supaya tidak memandang sebelah mata pada lembaga pendidikan yang kurang di sukai karena pada dasarnya tidak ada suatu lembaga pendidikan manapun yang salah. Lembaga pendidikan selalu berusaha mencetak anak didiknya menjadi lulusan yang unggul dan berkualitas.

Untuk Pemerintah supaya tidak membangun suatu lembaga dengan jarak yang cukup dekat karena jarak antara lembaga dan pemukiman masyarakat sangat mempengaruhi jumlah siswa yang masuk pada lembaga tersebut. Kemudian apabila sudah terdapat Sekolah Dasar kenapa harus didirikan Sekolah Dasar lagi. Seharusnya alangkah lebih baiknya didirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena belum adanya SMP disana supaya masyarakat setempat juga tidak perlu menempuh jarak yang jauh dengan menyeberangi gunung untuk dapat melanjutkan Sekolah pada jenjang SMP.


(5)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M.. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,2002.

Burhan,Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali press, 2003.

Danim, Sudarwan. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia, 2002. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Dirman dan Cicih Juarsih. Komunikasi Dengan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014.

Djunaidy, Ghoni. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Haris, Abd. Kepemimpinan Pendidikan. Sidoarjo: Al-Afkar Press, 2006.

Jaelani, Ahmad. Perancangan Sistem Penerimaan Calon Siswa Baru Berbasis Web Pada Smk Putra Rifara Tangerang. Tangerang: Stmik Raharja, 2011. Milles, Mattew B., dan A.Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif, Buku

Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1984.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Noor,Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana, 2011.


(6)

85

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC, 1996.

Salim, Agus. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.

Sanusi, Achmad. Pembaharuan Strategi Pendidikan. Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia, 2014.

Setiadi, Elly M., dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana, 2011. Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2006.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial-Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. ---. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2010.

T.O. Ihromi, T.O.. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Sumber Internet:

http://www.bphn.go.id.diakses 27 Juni 2015.

http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30/pengertian-konsep-definisi-pemasaran.diakses 27 Juni 2015.

http://www.rpp-silabus.com/2012/06/pengertian-siswa-dan-istilahnya.html.diakses 27 Juni 2015.