DAKWAH DALAM PROGRAM “TILAWAH BY PHONE” RADIO SHAM (SUARA MUSLIM) 93,8 FM SURABAYA.

(1)

DAKWAH DALAM PROGRAM “TILAWAH BY PHONE” RADIO SHAM

(SUARA MUSLIM) 93,8 FM SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Haryani Siam Almahiroh NIM. B51211059

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015


(2)

DAKWAH DALAM PROGRAM “TILAWAH BY PHONE” RADIO

SHAM (SUARA MUSLIM) 93,8 FM SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Haryani Siam Almahiroh NIM. B51211059

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015


(3)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI

Bi smi I I aahirrohmaanirrohiim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama NIM Jurusan Prodi

Alamat

: Haryani Siam Almahiroh :851211059

:Komunikasi

: Komrurikasi Penyiaran Islam

: Jln. Taruna Baru No.lA RT 03 RW 05, Wage, Taman, Sidoarjo Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa.

1. skripsi

ini tidak pematr dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2.

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan hasil plagiasi atau karya orang lain.

3.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai

hasil plagrasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum

yang te{adi.

Surabay4 14 Agustus 2015 Yang menyatakan,

N

Harvani Siam Almahiroh NIM.851211059


(4)

?ENSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

&idG

nrrru saudara :

h

: Hul'mi Sirn Almahiroh

n

: B5t2ll059

h

: Kommilasi

hI

: Korrnrnikasi penyiaran Islam

rHeid

: Dakwah dalam program "Tilawah By phone,, Radio sham (suara

Muslim) 93.8 FM Surabaya

"H

dp€nr$a dm diadakan perbaikan untuk dapat diujikan guna memenuhi

h

lkodit semester Program

studi Komunikasi penyiaran Islam pada

&

Dah^/ah dan Komunikasi universitas Islam Negeri sunan Ampel

ffita.

Drt. H. Sulhawi Rubba. M.Fil.I

NIP. 195501161985031003

lll


(5)

.:t*-E\l :''g1

PENGESAHAN TIM PENGUJI

H::r enr Siam Almahiroh ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabay4 14 Agustus 2015

Ir- r:r s151125 Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Mengesahkan,

Dekan

Drs. H. Sulhawi Rubba. M.Fit.I

NIP. 195501 161985031003

Penguji

II

t969120419970s2007

Penguji

III

M. AnlJBachtiar. M.Fil.I

NIP. ry69 1 2192009011A02

NIP. 19780 4022008012026

lv


(6)

ABSTRAK

Haryani Siam Almahiroh, 2015 : Dakwah dalam Program “Tilawah By Phone” Radio Sham (Suara Muslim) 93,8 FM Surabaya.

Kata Kunci : Dakwah, Program, Tilawah, Tilawah By Phone, Radio.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : 1) Apa saja metode dakwah yang digunakan dalam program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM Surabaya?, 2) Bagaimana proses dakwah dalam program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM Surabaya?.

Radio Sham (Suara Muslim Surabaya) FM merupakan radio dengan format siaran Dakwah. Semua program dalam radio ini ditujukan untuk berdakwah, khususnya untuk mendakwahkan AlQur’an. Namun, fokus penelitian yang akan diteliti disini adalah program “Tilawah by Phone”, yang merupakan program pembelajaran AlQur’an melalui telepon, dengan cara mengajarkan langsung cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah Tajwid melalui telepon interaktif secara langsung.

Dalam mengidentifikasi penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis yang sangat mengandalkan metode partisipatoris. Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan analisis induktif.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa 1) Metode dakwah yang digunakan dalam program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM adalah metode dakwah bil-Lisan, dialog interaktif, dan diskusi atau tanya jawab. 2) Proses dakwah dalam program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM adalah melalui tahapan persiapan, kemudian tahapan proses, sesuai dengan teori proses dakwah menurut Prof. M. Ali Aziz, bahwa proses dakwah melalui tahapan-tahapan berikut, yaitu : tahap input (masukan), tahap konversi (perubahan), tahap output (keluaran), dan impact (dampak).

Berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, penelitian ini belum menjawab lebih jauh tentang bagaimana tanggapan masyarakat mengenai proses dakwah dalam program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM Surabaya, kiranya, tema ini dapat dijadikan masalah penelitian berikutnya.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Pertanggungjawaban ... ii

Persetujuan Pembimbing Skripsi ... iii

Pengesahan Tim Penguji Skripsi ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka teoritik 1. Tinjauan tentang Radio ... 17

a. Sejarah Radio ... 17

b. Program Siaran Radio ... 19

c. Teknik Penyiaran Radio ... 20

2. Metode Dakwah ... 23

3. Proses Dakwah ... 26

4. Dakwah melalui Radio ... 29

a. Proses Dakwah melalui Radio ... 29

b. Metode Dakwah melalui Radio ... 30

c. Efektivitas Dakwah di Radio ... 31

5. Tilawah ... 37

a. Pengertian Tilawah... 37

b. Tajwid dalam Tilawah... 38


(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 49

B. Kehadiran Peneliti ... 51

C. Objek dan Lokasi Penelitian ... 52

D. Jenis dan Sumber Data ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Teknik Validitas Data ... 58

H. Tahapan Penelitian ... 59

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Sejarah Radio Sham FM ... 64

2. Profil Radio Sham FM ... 66

3. Format Siaran Radio Sham FM... 67

4. Visi dan Misi Radio Sham FM... 68

5. Jadwal Siaran Program Radio Sham FM ... 70

6. Teknologi yang digunakan Radio Sham FM ... 73

B. Penyajian Data ... 74

1. Program “Tilawah By Phone” Radio Sham FM Surabaya ... 74

2. Latar Belakang Program “Tilawah By Phone” ... 78

3. Profil Ustadz Pemateri Program “Tilawah By Phone” ... 80

4. Materi yang Disampaikan dalam Program “Tilawah By Phone” ... 84

5. Proses Dakwah dalam Program “Tilawah By Phone” ... 85

C. Analisis Data ... 112

D. Temuan Penelitian ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 125

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam melakukan proses dakwah, tentunya diperlukan sebuah media atau sarana guna menjembatai proses itu agar berhasil dan membawa pengaruh yang positif. Dakwah dapat dilakukan melalui berbagai macam media. Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung dari tujuannya. Media dakwah tidak hanya sebatas media lisan maupun tulisan, tetapi juga melalui media elektronik, seperti televisi, internet, dan radio. Semakin berkembangnya zaman dan meluasnya ilmu pengetahuan manusia, membuat semakin luas juga kreativitas yang dimiliki manusia dalam membuat program, tayangan, lagu, film, sinetron, majalah, tabloid, dan berbagai media yang bernuansa islami, sebagai tujuan untuk berdakwah, menyampaikan pesan-pesan ke-Islam-an kepada masyarakat luas.

Salah satu media yang cukup efektif dalam menyampaikan dakwah adalah radio. Sebagai media auditif (media dengar), radio memiliki banyak sekali kelebihan sehingga dianggap efektif sebagai media dakwah. Diantara kelebihan radio sebagai media dakwah adalah : Bersifat Langsung, untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang


(10)

2

kompleks sebagaimana penyampaian pesan dakwah melalui pers, majalah, dan sebagainya. Dengan mempersiapakan secarik kertas, pendakwah dapat langsung menyampaikan pesannya didepan mikrofon. Siaran Radio tidak mengenal jarak dan rintangan, siaran radio memiliki daya tarik yang kuat, alat komunikasi yang relatif murah, harganya yang relatif murah, mampu menjangkau tempat-tempat terpencil,tidak terhambat kemampuan baca-tulis.1

Radio merupakan media auditif atau media yang hanya bisa di dengar, murah, merakyat, dan bisa dibawa kemana saja, juga berfungsi sebagai media pendidikan, ekspresi, komunikasi, dakwah, informasi, dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara dan memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi factual di telinga pendengarnya. 2

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki radio itulah yang mampu membuat radio sebagai media dakwah yang paling efektif. Radio dimiliki siapa saja, dimana saja, karena harganya yang murah, dan tidak terbatas ruang dan waktu untuk mendengarkannya. Tidak seperti media massa lainnya yang membutuhkan waktu khusus untuk meniikmatinya.

Pada saat ini, terdapat puluhan channel Televisi yang ada di Indonesia, puluhan sinetron bernuansa religi (islami) disajikan, hampir setiap channel Televisi memiliki program religi unggulan, dapat berupa Sinetron,

1

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Kencana, 2009), h. 412

2


(11)

3

FTV (Film Televisi), acara Ceramah Keagamaan, Tabligh, dan juga Talk Show Islami. Begitu juga dengan radio. Di setiap frekuensi radio yang ada di Indonesia, pasti juga terdapat satu atau dua program religi yang disajikan didalamnya. Namun tak semua radio memiliki program Islami. Tergantung pada segmentasi radio tersebut. Dari kurang lebih 40 radio yang ada di Surabaya, terdapat beberapa radio yang memiliki format siaran religi. Salah satunya adalah radio Sham FM (Suara Muslim Surabaya), dengan frekuensi 93,8 FM. Radio yang bertempat di Jalan Dinoyo nomor. 57 Surabaya ini merupakan radio yang murni berformat siaran Islami. Seluruh program yang ada di radio ini di desain sedemikian rupa dengan tujuan untuk bersyiar. Salah satu program unggulan dalm radio ini adalah ―Tilawah by Phone‖. Program ini disajikan setiap hari Jum‘at pukul 05.30 sampai 06.30, dan pada hari Minggu pukul 19.15-20.30 WIB.

Program yang sejenis seperti ―Tilawah By Phone‖ yang ditayangkan di Televisi adalah program ―Teletilawah‖ yang tayang di TVRI sejak tahun 2000. Pogram tersebut tayang tiap hari Jumat pukul 05.00-06.00 WIB. Tujuannya pun juga untuk meningkatkan minat membaca AlQur‘an secara tartil (baik dan benar) kepada masyarakat. Namun, prosedurnya adalah dengan cara dilombakan. Lomba atau kuis dengan cara membaca ayat-ayat suci AlQur‘an sesuai hukum tajwid, dan lomba menjawab penafsiran maknanya melalui telepon interaktif. Setelah itu, ayat tersebut dibahas


(12)

4

tafsirnya oleh Mufasir dan dibahas hukum bacaannya oleh narasumber.3 Persamaan Program ―Teletilawah‖ dengan ―Tilawah By Phone‖ adalah sama -sama mengajak pemirsa atau pendengar untuk bergabung membaca ayat-ayat AlQur‘an secara interaktif. Hanya perbedaannya, dalam Program ―Tilawah By Phone‖ tidak dilombakan dan tidak ada pelajaran tafsir ayat.

Latar belakang dibuatnya program dakwah ―Tilawah by Phone‖ di Radio SHAM FM ini adalah dilandasi dari kondisi di masyarakat saat ini, khususnya masyarakat muslim, banyak sekali masyarakat muslim yang belum bisa membaca alqur‘an yang merupakan petunjuk hidup umat Islam yang datangnya langsung dari Allah. Tetapi, ada banyak juga masyarakat yang sudah bisa membaca AlQur‘an, namun belum sesuai dengan kaidah membaca qur‘an dengan baik dan benar. Seperti pembacaan panjang pendek (mad), dengung, tajwid, cara melafalkan huruf, dan sebagainya. Bahkan lebih mirisnya lagi, ada beberapa orang dikalangan orang yang kita anggap harusnya menguasai pembacaan AlQur‘an dengan baik dan benar, ternyata masih ada beberapa kekurangan dalam membaca AlQur‘an, seperti para imam di masjid, atau imam di mushola. 4

Selama ini memang sudah banyak lembaga-lembaga yang memberikan pembelajaran tentang masalah ini. Namun mereka enggan untuk mendatangi, dengan alasan sudah merasa mampu membaca al-qur‘an. Padahal

3

Mardhiyah, Nurul, Skripsi “Analisis Program Teletilawah Di TVRI Pusat Jakarta”,

(UIN Jakarta : 2008), h. 4

4 Wawancara dengan salah satu perintis program ―Tilawah by Phone‖, Riffhan Halili

. (Tanggal 3-11-2014, pukul 11.30)


(13)

5

sebenarnya masih banyak kelirunya. Sham FM memiliki lembaga, yang masih satu yayasan, dimana masyarakat bisa belajar langsung disana. Yaitu Griya Al-Qur‘an, yang lokasinya tidak jauh dari studio Sham FM. Bagi mereka yang merasa belum ada ketertarikan untuk belajar disana maka di buatlah program ―Tilawah by Phone‖ ini sebagai dakwah di radio, dan ternyata hasilnya positif, banyak orang yang tadinya merasa sudah bisa membaca al-qur‘an, setelah intensif mendengarkan program ini, mereka sadar bahwa bacaan mereka masih banyak salahnya. Hal ini secara tidak langsung, mengetuk hati mereka, karena mereka mendengar, jadi tidak terkesan ―digurui‖, karena mereka menyimak radio. mereka sadar sendiri akan kesalahan-kesalahan dalam membaca al-qur‘an. Lalu akhirnya mereka aktif berpartisipasi dalam program ini.

Program ini dibuat se-sederhana mungkin acaranya, agar mudah dipahami para pendengar. Yang paling penting Poinnya adalah untuk mengajarkan kepada masyarakat cara membaca AlQur‘an dengan baik dan benar.

Program ―Tilawah by Phone‖ ini ada sejak awal Radio Sham FM didirikan. Yaitu tanggal 1 Ramadhan 1431 H dan di Produseri Oleh Ustaz Abdul Qohar. Radio yang terletak di Jalan Dinoyo 57 Surabaya ini, memang hanya ingin fokus pada bidang dakwah dan alquran, sehingga pembelajaran al-qur‘an menjadi program yang utama. Tujuan dari program ini adalah ingin mengetuk hati masyarakat, mengajarkan kepada masyarakat untuk bisa membaca AlQur‘an dengan baik dan benar tanpa mereka merasa tersinggung.


(14)

6

Terkadang saat belajar mengaji, jika disalahkan, di tegur, di kritik, orang tersebut akan merasa tersinggung. Oleh karena latar belakang inilah program ―Tilawah by Phone‖ ini dibuat. Mereka akan tersadar sendiri saat mendengar radio, untuk mengoreksi dan memperbaiki bacaannya. Dan pada akhirnya banyak juga para pendengar yang terketuk hatinya, setelah sadar, mereka mendatangi Griya Al-qur‘an atau Radio Sham FM untuk belajar membaca AlQur‘an lebih baik lagi.5

Sebagai Umat muslim, kita tentu harus mampu membaca AlQur‘an dan memahami makna-makna yang terkandung didalamnya, memahami asbabun-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat), hingga memahami tafsirnya. Karena Al-Qur‘an adalah kalamullah, perkataan Allah yang disampaikan kepada Nabi terakhir, Nabi Muhammad S.A.W melalui Malaikat Jibril. AlQur‘an merupakan petunjuk hidup bagi manusia. AlQur‘an merupakan penerang kegelapan. Segala yang terjadi di dunia ini, baik yang belum terjadi, sudah terjadi, ataupun akan terjadi, semua tertulis didalamnya, segala yang ada di muka bumi ini, segala solusi dari semua masalah, semua ada dalam kitab suci umat Islam ini. Tak ada yang diragukan dalam Al-Qur‘an. Karena Allah yang menjamin keabadian dan kemurniannya. Dalam membaca al-qur‘an pun harus sesuai dengan kaidah, tajwid yang benar, dan pembacaan huruf yang sesuai dengan makhroj dan sifat huruf, agar tidak terjadi kesalahan dalam menerjemahkannya. Karena, keliru sedikit saja dalam membaca ayat

5Wawancara dengan salah satu perintis program ―Tilawah by Phone‖,

Usataz Riffhan Halili. (Tanggal 3-11-2014, pukul 11.30)


(15)

7

qur‘an, dapat merubah makna yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita diharuskan memiliki kemampuan membaca Alqur‘an dengan baik agar mempermudah juga dalam membaca Kalamullah sebagai petunjuk hidup di dunia, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Program ―Tilawah By Phone‖ adalah program pembelajaran AlQur‘an melalui telepon, dimana para pendengar bisa belajar membaca Al Qur‘an dengan kaidah tajwid yang baik dan benar melalui telepon interaktif, tanpa harus bertatap muka dengan Ustaznya. Program ini pastilah sangat bermanfaat untuk mereka umat muslim yang ingin belajar membaca Alqur‘an dengan baik dan benar namun memiliki beragam keterbatasan. Seperti, karena kesibukan kerja atau pekerjaan rumah tangga, sehingga tidak memungkinkan untuk belajar mengaji secara intensif dengan pembimbing (guru mengaji), keterbatasan lingkungan, seperti, kurang adanya guru mengaji, dan jarang ada tempat untuk belajar mengaji.

Dari fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai proses dakwah dalam program ―Tilawah by Phone‖ ini mulai dari pemilihan pemateri, pemilihan materi, pemilihan waktu siaran, hingga proses penyampaian materi kajian (berupa sifat huruf, makhroj huruf, tajwid, ghorib) yang dianggap tidak mudah dalam penyampaiannya karena tidak langsung bertatap muka dengan pendengar, sedangkan pendengar diharapkan mampu mencerna dan mengaplikasikannya agar dapat membaca Al Qur‘an dengan baik dan benar.


(16)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang di atas, maka untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai fokus yang akan diteliti, perlu diketahui rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa saja metode dakwah yang digunakan dalam program ―Tilawah by Phone‖ Radio Sham FM Surabaya ?

2. Bagaimanakah proses dakwah dalam program ―Tilawah by Phone‖ Radio Sham FM Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode dakwah apa saja yang digunakan dalam program ―Tilawah by Phone‖ Radio Sham FM Surabaya.

2. Untuk mengetahui proses dakwah pada program ―Tilawah by Phone‖ Radio Sham FM Surabaya.

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi peneliti. Ini merupakan wahana untuk mempertajam daya kritis dan nalar serta mempertajam kepekaan terhadap keadaan yang terjadi di sekitarnya. Disamping itu untuk memenuhi satuan kredit semester yang mengakhiri mata kuliah.

2. Sebagai bahan kajian dan rujukan dalam memahami metode dakwah dan proses dakwah dalam program ―Tilawah by Phone‖.


(17)

9

3. Bagi akademisi, penelitian ini berguna sebagai bahan tambahan referensi dalam kajian IImu Dakwah, khususnya untuk program studi KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) yang ada di PTAI/N di Indonesia.

E.Definisi Konsep

Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman makna dan kata dalam penelitian ini. Maka, peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Dakwah

Kata ―Da‘wah‖ menurut asalnya berasal dari bahasa Arab, yaitu dara kata : ―da‘a- yad‘u yang berarti mengajak, menyeru, memanggil, mengundang. Kata da‘wah mempunyai arti : seruan, ajakan, undangan, panggilan. Kata-kata tersebut dijumpai dalam firman Allah Q.S Yunus ayat 25 :

Artinya :

“Dan Allah menyeru (manusia) kepada tempat keselamatan (Surga) dan Ia menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan

yang lurus (Islam).6

Sedangkan Dakwah Menurut terminologi (istilah), banyak para Ulama dan sarjana muslim yang telah memberikan batasan-batasan atau definisi-definisi tentang kata dakwah. Diantaranya :

6

Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010),


(18)

10

Definisi dakwah menurut Syekh Ali Mahfudz sebagai berikut : “Mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang dari perbuatan

mungkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. 7

Definisi dakwah Menurut Abu Bakar Zakaria mengatakan dakwah adalah : “Usaha Para Ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan Pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan.”

Sedangkan dakwah menurut Syekh Muhammad Al-Rawi, dakwah adalah : “Sistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk (agama) : sekaligus menguak berbagai kebathilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode, dan media yang lain.”8

2. Tilawah

Tilawah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti : Pembacaan ayat Alqur‘an dengan baik dan indah.9

Tilawah secara bahasa artinya Tabi‘a-mutaba‘ah artinya mengikuti. Bisa dengan cara mengikuti badannya atau orang. Mengikuti hukumnya, dan mengikuti bacaannya dengan memperhatikan, mengkaji isi yang terkandung di dalamnya. Atau dengan kata lain, Tilawah berarti membaca, dan memahami karena harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kebaikan.

7

Tualeka Hamzah, PengantarIlmu Dakwah, (Surabaya:Alpha, 2005), hh. 1-2

8

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:Kencana, 2009), h. 11

9


(19)

11

Sedangkan Qira‘ah, memiliki makna yang berbeda dengan tilawah. Qira‘ah berasal dari kata Qara‘a artinya menggabungkan huruf -huruf dan kalimat-kalimat antara satu dengan yang lainnya dalam bacaan dengan tartil. Tartil adalah membaca dengan pelan-pelan dan memperhatikan tajwidnya. 10

Allah S.W.T berfirman dalam Q.S Faatir : 29

Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah (Al-Qur,an) dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi‖11

Selain itu, dalam Q.S Al-Baqoroh ayat : 121

10

http//www.catur-wijayanti.blogspot.com.es/2013/06/konsep-at-tiawah-at-ta‘lim

-dan-at.html?m=1(diakses 30/10/14, pukul : 13.21)

11

Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010),


(20)

12

Artinya:

“Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Al-Qur‟an) kepadanya, mereka membacanya dengan sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar

kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.‖12

Makna dari ayat ini mereka yang bertilawah Al-Qur‘an secara benar adalah dengan Ittiba‘/ mengikutinya. Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan setelah memaparkan tilawah ada dua yakni Tilawah lafdziyah dan Tilawah makna. Tilawah Lafdziyah adalah membaca ayat-ayat AlQur‘an. Ada begitu banyak dalil yang menyebutkan keutamaan membaca AlQur‘an. Disebutkan dalam shahih Bukhari dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‗anhu, Rasulullah shollallahu ‗alahi wasallam bersabda :

ُ هَمَ َع َو

َُنآ ْر قْلا

ََُ َعَت

ُْنَم ُْ ك رْيَخ

Artinya :

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari

AlQur‟an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhori, dari Ustman bin Affan. Hadist no.5027)13

Intinya, tilawah yang hakiki adalah tilawah/ membaca makna dari ayat-ayat Allah, ittiba‘/ mengikutinya, membenarkan semua beritanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, mematuhi seluruh tuntunannya. Kemudian Beliau Rohimahullah mengatakan : ―Tilawah

12

Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010),

h. 19

13

Imam Abi Abdullah Muhammad, SAHIH AL-BOUKHARI Vol.6 (Beyrouth Liban :


(21)

13

makna kedudukannya lebih mulia daripada sekadar Tilawah lafdziyah, dan orang yang mengerjakannya adalah orang yang dikatakan sebagai ahli Al-Qur‘an yang teruntuk bagi mereka pujian di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya mereka itulah yang dikatakan sebagai ahli Tilawah dan Ittiba‘ yang sebenarnya.‖14

Namun, Tilawah yang digunakan dalam program ―Tilawah By Phone‖ adalah Tilawah yang berarti pembacaan ayat AlQur‘an dengan baik dan indah. Seperti dalam buku ―Tilawah AlQur‘an Al Majid‖ karangan Syaikh Abdullah Sirajuddin, mengartikan bahwa Tilawah menurut istilah adalah membaca kalimat dan huruf-huruf AlQur‘an. Para pendengar bisa membaca ayat-ayat AlQur‘an secara interaktif melalui telepon dan mempelajari kaidah bacaan tajwid yang ada didalamnya, dengan dipandu oleh Ustad yang ahli AlQur‘an dan Tajwid.

3. Program Tilawah by Phone

Salah satu program di Radio Sham FM (Suara Muslim Surabaya) yang merupakan program pembelajaran AlQur‘an melalui telepon, dimana para pendengar bisa belajar membaca AlQur‘an dengan kaidah tajwid yang baik dan benar melalui telepon interaktif, tanpa harus bertatap muka dengan Ustaznya.

14

http//www.Alhijroh.com/tafsir/makna-tilawah/ penjelasan ini diringkas dari Miftah

Daris Sa‘adah wa Mansyur Walayata Ahlil Ilmi wal Irodah hal.202-203. Dar Ibnu ‗Affan, Kairo, Mesir.cet.pertama 1425 H [2004 M] (diakses : 30/10/14, pukul : 13.25)


(22)

14

4. Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut seperti molekul udara.

Pesawat radio yang kecil dan harganya murah ternyata dapat memberikan hiburan, penerangan, dan pendidikan. Sedangkan untuk menikmatinya, seseorang membutuhkan indera pendengaran. Ia dapat melakukannya sambil duduk-duduk, sambil minum, sambil tidur, sambil makan, dan sambil bekerja. Tidak heran jika hingga akhir ini pesawat radio masih diminati orang .mulai dari kota besar, hingga desa terpencil, kini, hampir di setiap pedesaan, pegunungan, serta lembah-lembah, terdapat radio.15

Pada awal kelahirannya, radio digunakan untuk mengirim berita dalam jarak jauh tanpa melalui kabel seperti yang dilakukan Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu pesawat telegrap tanpa kawat yaitu pada tahun 1804. Pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda oleh kawat itu oleh Marconi telah dapat digunakan untuk melintasi Samudra Atlantik. 16

15

Aep Kurniawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung : Benang Merah Press,

2001), h. 51

16


(23)

15

Radio Siaran menurut sejarahnya telah dimulai sejak tahun 1920, oleh stasiun Radio KDKA Dits Burg di AS. Pada saat itu radio tersebut menyiarkan kegiatan Pemilihan Umum untuk Presiden (Nardig Cox Presidental Selection), sejak saat itu dianggap sebagai penyiaran berita pertama yang disiarkan secara luas teratur di masyarakat.

Demikian pula di Indonesia, sejarah telah menunjukkan besarnya peranan radio dalam perjuangan kemerdekaan kita. Melalui radiolah rakyat mengetahui bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya dan melalui radio, rakyat mengerti apa yang harus diperbuat.

F.Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami isi penulisan skripsi ini, Maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain :

BAB I : Pendahuluan

Pada Bab ini meliputi langkah-langkah yang berkaitan dengan racangan pelaksanaan penelitian secara umum terdiri dari sub-sub tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan yang dipakai dalam skripsi ini.

BAB II : Kajian Kepustakaan

Pada Bab ini berisikan tentang kajian Kepustakaan, yang meliputi kerangka teoritik, dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian


(24)

16

kualitatif kajian kepustakaan diarahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung gambaran umum tentang fokus penelitian meliputi : pengertian tinjauan tentang radio, proses dakwah melalui radio, metode dakwah melalui radio, efektivitas dakwah di radio, pengertian tilawah, tajwid dalam tilawah, dan tilawah melalui media elektronik.

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada Bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, sasaran penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

BAB IV : Penyajian Data dan Temuan Penelitian

Pada Bab ini memaparkan tentang hasil yang didapat selama penelitian. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subjek yang terkait dengan rumusan masalah, hal ini akan dijelaskan dengan secukupnya agar pembaca mengetahui hal-ikhwal sasaran penelitian.

BAB V : Penutup


(25)

17

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. KERANGKA TEORITIK

1. Tinjauan tentang Radio

a. Sejarah Radio

Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Upaya Hertz itu kemudian dilanjutkan oleh Guglielmo Marconi (1874-1937) dari Italia yang sukses mengirimkan sinyal morse—berupa titik dan garis—dari sebuah pemancar kepada suatu alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu berhasil menyebrangi Samudra Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan gelombang elektromagnetik.

Sebelum Perang Dunia 1 meletus, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric (GE) Corporation Amerika berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirimkan suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909, ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil


(26)

18

menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan laut dan tenggelam. Radio menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga kemudian semua orang mulai melirik media ini.

Pesawat radio yang pertama kali diciptakan memiliki bentuk yang sangat besar dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari batre yang berukuran besar. Pada tahun 1926, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis, menggunakan dua knop untuk mencari sinyal.

Pada pertengahan tahun 1930-an, Edwin Howard Amstrong, berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi modulasi (FM). Radio penemuan Amstrong berbeda dengan radio yang banyak di pasaran ketika itu menggunakan frekuensi AM (Amplitudo Modulasi). Radio FM memiliki kualitas suara yang lebih bagus, jernih, dan bebas dari gangguan siaran (static)17

17

Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori dan Praktik (Bandung: Mandar Maju,


(27)

19

b. Program Siaran Radio

Tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audience. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Pringle-Starr-Mc Cavit (1991), menjelaskan bahwa : “Program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama dikenal

dengan format”.

Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan makin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audien. Ruang lingkup format siaran tidak saja menetukan bagaimana mengelola program siaran (programming) tetapi juga bagaimana memasarkan program siaran itu (marketing).

Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Bersasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya.


(28)

20

Menurut Joseph Dominick (2001) format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu :

1) Kepribadian (personality) penyiar dan reporter 2) Pilihan music dan lagu

3) Pilihan musik dan gaya bertutur (talk), dan

4) Spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.18

c. Teknik Penyiaran Radio

Kata ―Siaran‖ merupakan padanan dari kata broadcast dalam bahasa Inggris. Undang-undang penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang berbentuk interaktif ataupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerimaan suara.

Terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran.

1) Harus tersedia spectrum frekuensi radio 2) Harus ada sarana pemancaran/transmisi

3) Harus adanya perangkat penerimaan siaran (receiver) 4) Harus adanya siaran (program atau acara)

5) Harus dapat diterima secara serentak/bersamaan.

18

Morrisan, Manajemen Media Penyiaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


(29)

21

Dalam menyelenggarakan suatu siaran, radio atau televisi, mutlak diperlukan adanya spectrum frekuensi radio. Spectrum frekuensi dapat diasumsikan sebagai suatu jalur atau jalan tempat merambatnya sinyal yang membawa suara, gambar, dan sebagainya. Menurut Undang-undang Penyiaran, ―Spectrum frekuensi radio adalah kumpulan pita frekuensi radio yang berbentuk gelombnag elektromagnetik serta memiliki lebar tertentu. Spectrum frekuensi radio terdiri atas kanal frekuensi radio yang ditetapkan untuk suatu system radio‖.

James Clerk Maxwell menemukan, cepat rambat gelombang elektromagnetik di dalam ruang hampa adalah 300.000 km/detik yang berarti sama dengan cepat rambat cahaya. Setiap gelombang elektromagnetik memiliki frekuensi tertentu. Secara umum, frekuensi dapat didefinisikan sebagai jumlah pengulangan getaran dalam satu detik yang dihitung dalam satuan cycle atau Hertz. Suara yang dapat diterima telinga manusia, memiliki frekuensi yang sangat rendah, yaitu antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. 19

Siaran radio sebagai ouput stasiun penyiaran yang dikelola oleh organisasi penyiaran, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat

19

Morrisan, Manajemen Media Penyiaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


(30)

22

keras dan perangkat lunak. Kedua perangkat tersebut, sebagai unsur siaran radio, dapat diperinci sebagai berikut : 20

1) Perangkat keras

a) sarana dan prasarana

b) pemancar dan perangkatnya 2) Perangkat Lunak

a) manusia pengelola b) program.

Proses produksi siaran di radio diawali dari suara penyiar yang ditangkap oleh mikrofon, oleh mikrofon getaran yang mekanis ini berubah menjadi getaran elektris. Akan tetapi, getarannya terlalu lemah untuk dapat didengar oleh telinga manusia, atau disiarkan melalui udara. Oleh karena itu, untuk dapat didengar dan disiarkan getaran ini diperkuat oleh sebuah alat yang disebut ―amplifier‖, suatu alat yang terdiri dari lampu radio, transformator, kendensator, weerstand, potentiometer, dan lain-lain alat teknis yang kecil. Jadi, pada mikrofon penyiar, pemateri, dan semua yang terlibat dalam siaran radio disediakan sebuah penguat suara (amplifier). Sejumlah alat penguat suara ini disatukan sehingga menjadi satu unit, yang dinamakan ―main amplifier‖. Kemudian, produksi siaran yang keluar

20

Aep Kusnawan, dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah


(31)

23

dari main amplifier tadi dapat didengar keras oleh siapa saja di ruangan kompleks studio, dan dapat didengar oleh pendengar di rumah setelah dipancarkan oleh transmitter (pemancar).21

2. Metode Dakwah

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu ―meta‖ (melalui) dan ―hodos‖ (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata

methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.

Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Maka, metode dakwah berarti cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‘i (komunikator) kepada mad‘u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.22

Ada juga yang menyebutkan Istilah metode, berasal dari bahasa Inggris, method, yang berarti systemic arrangement (penataan yang sistematis); ordely procedure (prosedur yang rapih); mode of handling intelectual problema (cara penanganan masalah secara cerdik) (Webster‘s Tower Dictionary), Hornby

21

Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran Teori dan Praktek (Bandung: Mandar Maju,

1990), hh.70-73

22


(32)

24

menjelaskannya sebagai Way of doing something (cara mengerjakan sesuatu); system (susunan) dan oderlines (keteraturan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara menyusun tatanan kerja yang rapih, gunan menangani suatu masalah. Apabila dhubungkan kata Dakwah, maka pengertiannya adalah cara melakukan kegiatan dakwah guna menghasilkan manusia yang Islami.23 Ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah menurut para Ulama‘, antara lain :

Albayanuni mengemukakan definisi metode dakwah sebagai

berikut : “Yaitu cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi dakwah”.

Menurut „Abd al-Karim Zaidan , metode dakwah (uslub al-da‘wah) adalah : “Ilmu yang terkait dengan cara melangsungkan

penyampaian pesan dakwah dan mengatasi

kendala-kendalanya.”24

Dalam al-Qur‘an, metode dakwah diajarkan Allah S.W.T dalam Surat An-Nahl ayat 125 .

                                           23

Kustadi Suhandag, Ilmu Dakwah (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 166

24


(33)

25

Artinya :

“Dan serulah manusia ke dalam jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa hendaklah melakukan kegiatan dakwah dengan tiga cara : yaitu dengan hikmah, mau‘idhah hasanah (pengajaran yang baik), dan dengan mujadalah (berdebat atau diskusi). Ketiga dakwah tersebut dapat dioperasionalkan dalam bentuk dakwah lisan, tulisan, dan peragaan seperti kial, isyarat, teladan, dan sebagainya.

Dakwah lisan dimaksudkan sebagai dakwah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan lisan dalam bahasa yang bisa dipahami mad‘u dengan mudah, cotohnya seperti ceramah, khotbah, seminar, diskusi, dan sebagainya. Dakwah tulisan, adalah dakwah dalam bentuk tulisan yang dimuat di media massa seperti cerpen, artikel, novel, sajak, buku pelajaran Agama. Adapun dakwah peragaan (bil-hal) adalah dakwah yang dilakukan lewat sikap terpuji atau teladan yag baik. 25

Adapun metode dakwah Rosulullah Muhammad S.A.W yang juga banyak diterapkan di zaman Rosulullah antara lain ; metode dakwah bil Lisan (khutbah/ceramah, dialog), bil-Qalam (karya tulis), bil-Hikmah (pendidikan), bil Jidaal (tukar pikiran), bil

25


(34)

26

(Gambar Alur Kerja Tahapan Proses. Tabel 2.1)

Nikah (pernikahan), bil Haal (santunan sosial), bil Yad (kekasaan politik), bil Qolbi (doa/harapan), bil Maal (perekonomian/shodaqoh), bil Hijrah (transmigrasi dan imigrasi), bil-Rihlah (perjalanan religi/umroh), bil Taubah (ampunan dosa), bil Qitaal (peperangan).26

3. Proses Dakwah

Proses adalah rentetan kejadian atau peristiwa yang berlangsung secara bertahap. Setiap tahapan proses melalui perjalanan masukan (input), konversi (perubahan), keluaran (output), dampak (impact), dan umpan balik (feedback). Ada pula yang cukup dengan input, konversi, dan output saja. Pergerakan ini tidak berhenti, tetapi berhenti sebentar pada suatu titik tujuan tahapan.

Alur kerja Tahapan proses di atas terus bergulir melalui jalan tujuan proses hingga tujuan tahapan tertentu, kecuali system menjadi rapuh, rusak, atau hancur. Kita perlu mencerna terlebih dahulu istilah tujuan proses dan tujuan harapan. Untuk mencapai suatu tujuan,

26

Sheh Sulhawi Rubba, Dakwah bil-Rihlah (Sidoarjo : Garisi, 2013), hh. 24-27

Impact output

ut

konversi Input


(35)

27

terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan. Contohnya, kita ingin masyarakat secara keseluruhan melaksanakan sholat wajib (tujuan proses), salah satu tahapan yang dibuat adalah mengadakan pengajian tentang tata cara sholat (tujuan harapan). Dengan adanya tahapan, batasan kajian Ilmu Dakwah menjadi semakin jelas dan tidak biasa.

a. Input

Input terdiri dari masukan utama (raw input), masukan alat, dan masukan lingkungan. Apapun tahapan yang akan dikelola, ketiga bentuk masukan tersebut harus dijadikan kategori. Ada bahan yang berasal dari kemampuan kita, ada alat, mesin, atau manajemen yang kita pilih, dan ada juga bahan yang berasal dari orang lain untuk dipertimbangkan. Masih dalam contoh pengajian agama tentang sholat. Masukan utama yang dibutuhkan adalah penceramah, media masjid, metode diskusi, jamaah pengajian, dan pesan sholat. Ada yang mengusulkan masukan alat seperti, pengeras suara, makalah, computer, dan sebagainya.

b. Konversi (perubahan).

Konversi adalah kegiatan yang dilakukan untuk terjadinya perubahan yang diinginkan. Setelah menentukan bahan yang menjadi masukan, kemudian menentukan langkah-langkahnya. Secara berurutan, kelima bentuk konversi tahapan proses adalah : Taktik, Teknik, Metode, Strategi, dan Pendekatan. Pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap suatu masalah. Strategi adalah rencana kegiatan


(36)

28

untuk mencapai sesuatu. Metode adalah cara untuk mencapai sesuatu. Agar strategi mencapai hasil optimal, maka diperlukan metode. Suatu strategi bisa menggunakan beberapa metode. Teknik adalah cara yang lebih khusus dalam penerapan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode. Taktik sifatnya lebih individual. Namun, dalam penelitian ini, khusus membahas metode dakwah yang digunakan dalam proses dakwah melalui program ―Tilawah by Phone‖ radio Sham FM Surabaya. c. Output(keluaran)

Output merupakan hasil yang telah dicapai. Apa yang dihasilkan tergantung pada apa yang dimasukkan. Masukan utama dan keluaran dapat berupa ide dan materi. Ide bersifat abstrak dan materi adalah konkret. Setiap keluaran akan membawa dampak (impact). Keluaran juga diharapkan pada keluaran harapan dan keluaran kenyataan. Keluaran harapan merupakan hasil yang telah dirumuskan sebagai target harapan.

d. Impact (dampak)

Apapun keluaran yang dihasilkan pasti membawa dampak (impact). Dampak memberikan nilai pada keluaran. Hasil sebuah proses akan memberikan dampak. Dalam ilmu-ilmu sosial, dampak dibahasakan dengan perubahan sosial. Ilmu komunikasi menyatakan


(37)

29

dampak dengan efek yang umumnya ditekankan pada aspek pemahaman (kognitif). 27

4. Dakwah melalui Radio

a. Proses Dakwah melalui Radio

Proses dakwah melalui radio, tidak jauh berbeda dengan proses siaran program di radio pada umumnya. Yaitu harus melalui tahapan-tahapan hingga akhirnya suara orang-orang yang terlibat dalam proses siaran di radio dapat terdengar hingga ke rumah-rumah pendengar. Namun letak perbedaan antara siaran program dakwah dengan program non dakwah adalah terletak pada Pemateri atau Narasumber, dan isi materi siaran itu sendiri.

Proses siaran di radio, menurut teknik produksi siaran, melalui tahapan-tahapan berikut : pre production planning, production, post production. Namun, dalam penelitian ini, peneliti membahas proses dakwah di radio dari sisi keilmuan dakwah, proses dakwah tersebut meliputi beberapa tahapan berikut : Input (masukan), Konversi (perubahan), Output (Keluaran), Impact (dampak).28 Keempat tahapan tersebut adalah tahapan proses dakwah yang dapat diterapkan dalam proses dakwah melalui media apapun, termasuk radio. Proses dakwah melalui media apapun dikatakan berhasil jika sudah mencapai hasil yang diharapkan.

27

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta:Kencana, 2009), hh. 206-213

28


(38)

30

b.Metode Dakwah melalui Radio

Radio merupakan media dakwah auditif atau media yang hanya bisa didengar karena hanya dapat mengeluarkan bunyi atau suara. Berbeda dengan media televisi (media audio visual) yang dapat menghasilkan suara dan juga gambar bergerak.

Menurut Onong Uchjana Effendy, pada dasarnya, ada dua metode yang dapat digunakan oleh penyiar di radio. Tentu saja, hal ini tergantung kepada jenis bahan apa yang akan disiarkan. Metode tersebut adalah metode ad libitum dan metode pembacaan naskah.

Metode ad libitum adalah penyampaian siaran melalui pembicaraan santai. Penyiar melakukannya tanpa naskah, dengan menggunakan bahasa fasih, jelas, dan tegas penuturannya, misalnya penyampaian laporan pandangan mata langsung, atau yang lainnya. Untuk itu, penyar perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu : Mencatat pokok-pokok yang penting, memelihara hubungan dengan pendengar, menguasai istilah-istilah khusus, menggunakan bahasa sederhana, mencegah pengucapan kata-kata yang tidak wajar.

Sedangkan metode pembacaan naskah merupakan pembawaan suatu siaran sambil membaca naskah, baik naskah dibuat oleh penyiar sendiri, maupun oleh orang lain. Dalam hal ini, pembacaan naskah perlu dilakukan layaknya tidak sedang


(39)

31

membaca naskah, seolah-olah membaca secara ad libitum; tidak terdapat nada baca.29

Kedua metode tersebut, dapat dikategorikan sebagai metode dakwah lisan, karena disampaikan langsung melalui lisan, hanya saja cara penyampainnya yang berbeda-beda tergantung pada jenis materi yang akan disampaikan. Dapat menggunakan metode ad

libitum atau metode pembacaan naskah.

c. Efektivitas Dakwah di Radio

Media Dakwah dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila tepat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta prinsip-prinsip penggunaannya.

Berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media dakwah :

No Faktor Hal-hal yang harus

dipertimbangkan

1. Tujuan dakwah yang hendak dicapai.  Sesuaikah dengan tujuan yang

hendak dicapai?

Dapatkah tujuan dakwah

tercapai dengan efektif dan

efisien jika menggunakan

media dakwah tersebut?

2. Materi Dakwah  Sesuaikah dengan bahan

dakwah yang akan

disampaikan?

3. Sasaran Dakwah  Apakah dengan media itu

orang mudah menerimanya?

29

Aep Kusnawan, dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Mengembangkan Tabligh

melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, dan Media Digital (Bandung: Benang Merah Press, 2006), h. 26


(40)

32

 Apakah penggunaan media

sesuai dengan

kemampuannya?

 Apakah sesuai dengan

kondisi daerahnya?

 Apakah dengan media itu

sesuai dengan pola

berpikirnya?

4. Kemampuan Dai  Mampukah menggunakan

media itu?

5. Ketersediaan Media  Mudahkah mencari media

yang dipilihnya?

 Adakah biaya untuk

mengadakannya?

6. Kualitas Media  Bagaimana kualitas media

itu?

 Bagaimana keberhasilan itu

dalam pengalaman lampau?

(Tabel 2.2 faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media dakwah)

Dalam penelitian ini, media dakwah yang dipilih adalah Radio. Radio sebagai media dakwah memiliki beberapa beberapa keutamaan sebagai berikut :

1) Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot.

2) Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.

3) Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.

4) Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/pendengar cukup di rumah.


(41)

33

5) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan akurat.

6) Pesawat mudah dibawa kemana-mana.30

Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah antara lain :

1) Siaran hanya sekali didengar (tidak dapat di ulang), kecuali memang dari pusat pemancarnya.

2) Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran, artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (obyek dakwah)

3) Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun teknik.

Berikut ini adalah kelebihan dari radio yang lainnya menurut para ahli. Sehingga radio dianggap efektif sebagai media dakwah. Media ini amat penting dijadikan media dakwah sebab media ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1) Bersifat langsung.

Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak melalui proses yang kompleks sebagaimana pesan dakwah melalui pers, majalah, dan sebagainya. Dengan mempersiapakan

30

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya:Al Ikhlas, 1983),


(42)

34

secarik kertas, pendakwah dapat langsung menyampaikan pesannya di depan mikrofon.

2) Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan.

Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan media ini.

3) Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat.

Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya. Yaitu : musik, kata-kata, dan efek suara.

4) Biayanya relatif murah.

Di banyak Negara di dunia ketiga Asia, Afrika, dan Amerika Latin, radio umummya telah menjadi media utama yang dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya maupun yang miskin.

5). Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil.

Di beberapa Negara, radio bahkan merupakan satu-satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungkan tempat-tempat terpencil

6). Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis.

Di beberapa Negara Asia, tingkat kemampuan baca-tulis populasinya lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut


(43)

35

tidak disentuh oleh media massa lain kecuali media radio dengan bahasa mereka.31

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), ekspresi, murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan di mana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi factual melalui telinga pendengarnya. 32

Selain itu, sebagai media komunikasi, Radio memiliki banyak karakteristik dan keunggulan. Diantaranya: Book, D. Cary, Tannenbaum dalam bukunya The Radio & Television Commercial menulis beberapa karakteristik radio :

1) Radio terdapat dimana-mana 2) Radio bersifat memilih 3) Radio bersifat ekonomis

4) Radio cepat dalam menyampaikan informasi 5) Radio bersifat peartisipatif.

31

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta:Kencana, 2009), h. 412

32


(44)

36

Sedangkan dalam buku Effective Radio Advertising, Weinberger, Campbell, dan Brody menyebutkan kekuatan radio sebagai berikut :

1) Jangkauan luas. Dapat menjangkau pendengar dimana saja. 2) Memiliki kemampuan untuk menjangkau sasaran dalam

menentukan target dan mencapai pendengar sampai yang sangat spesifik.

3) Hemat biaya. 4) Frekuensi.

Radio disebut sebagai ―media frekuensi‖ karena bisa mencapai frekuensi yang sangat tinggi dalam waktu yang relative singkat.

5) Daya cipta atau kreativitas.

Radio memungkinkan pendengar untuk menggunakan imajinasi mereka, karena radio mampu menimpulkan ―suatu teater pikiran.‖33

33

Harley Prayudha, Radio Penyi@r It‟s Not Just A Talk, (Malang: Bayumedia, 2006),


(45)

37

5. Tilawah

a. Pengertian Tilawah

Kata Tilawah dalam kamus Bahasa Arabb, sepadan dengan kata kata ات (Tal ), و تي (Yatlū), او ت (tuluwwan), ةوات (Til wah) yang berarti mengiringi, mengikuti, membaca.34 Dalam ayat-ayat di AlQur‘an, kata Tilawah sering ditulis dengan kata و تي (Yatlū). Seperti dalam Surat Al-Baqoroh ayat 121 berikut :







Artinya :

“(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang

membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)‖35

Kata و تي (yatlū) /membaca digunakan AlQur‘an untuk bacaan yang sifatnya benar dan Haq. Karena itu, objek kata ini seringkali adalah wahyu Ilahi. Di sini pun kata Yatlū mengisyaratkan bahwa yang dibaca oleh Rosul dimaksud adalah wahyu Allah yang tentu saja sifatnya adalah dan benar. Yang dimaksud lembaran-lembaran yang disucikan adalah ayat-ayat AlQur‘an.36

Maka, pengertian dari kata Tilawah berarti membaca Ayat-ayat AlQur‘an yang berisi petunjuk hidup.

34

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1972), h. 79

35

Departmen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), h.

598

36


(46)

38

b. Tajwid dalam Tilawah

Ilmu Tajwid adalah ilmu yang wajib dipelajari dalam rangka menyempurnakan tilawah (membaca) AlQur‘an.

Arti Tajwid secara bahasa adalah membaguskan atau memperindah, sedangkan secara pengertian Istilah, adalah tata cara membaca AlQur‘an dengan sebaik-baiknya. Sedangkan ilmu tajwid adalah, ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui tempat keluarnya huruf (makhraj), dan sifat-sifat serta bacaan bacaan-nya.37 Tujuan dari mempelajari Ilmu Tajwid adalah agar pembaca dapat melafalkan huruf-huruf Hijaiyyah dengan baik, yang disesuaikan dengan makhraj dan sifatnya, selain itu agar dapat memelihara kemurnian bacaan AlQur‘an melalui tata cara membaca AlQur‘an yang benar, sehingga bacaan AlQur‘an saat ini, sama dengan bacaan yang diajarkan Rosulullah, mengingat bacaan AlQur‘an bersifat ―tanfiqi‖, yaitu mengikuti apa yang diajarkan Rosulullah. Tujuan yang ketga adalah, menjaga lisan pembaca, agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan terjerumus ke perbuatan dosa.38

Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah fardhu kifayah, maksud fardhu kifayah adalah, kewajiban yang harus ditunaikan minimal dikerjakan oleh satu orang maka lepaslah kewajiban

37

Achmad Sunarto, Tajwid Lengkap dan Praktis, diterjemahkan dari Kitab Hidayatush

Shibyan (Jakarta: Bintang Terang. 1988), h. 6

38

Abdul Mujib Ismail, Pedoman Ilmu Tajwid (Surabaya:Karya Abditama, 1995), hh.


(47)

39

semua orang di suatu tempat. Walaupun hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah, tetapi hukum membaca AlQur‘an dengan Tajwid adalah fardhu ‗ain yaitu wajib bagi semua orang Islam. Maksudnya fardhu ‗ain disini adalah setiap Islam wajib membaca AlQur‘an sesuai dengan ketentuan dan kaidah tajwid. Tetapi tidak harus mengetahui nama dan hukum tajwidnya secara detail dan mendalam.39

Adapun alasan mengapa hukum membaca AlQur‘an dengan tajwid adalah fardhu 'ain, Imam Ibnul Jazari, Seorang Ulama Ilmu Tajwid, dalam sajaknya mengatakan:

"Membaca (Al Quran) dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, karena dengan tajwidlah Allah menurunkan Al Quran, dan dengan

demikian pula Al Quran sampai kepada kita dari-Nya."

Adapun Faedah yang didapat saat membaca AlQur‘an dengan Tajwid adalah, dari Imam Ibnul Jauzi, Beliau berkata, ―Ketahuilah bahwa faedah yang dapat dipetik tatkala mentajwidkan bacaan al-Quran adalah kemudahan dalam tadabbur makna-makna Kitabullah dan memikirkan rahasia-rahasianya serta mampu mendalami maksud-maksud yang terkandung di dalamnya.‖ (Tahmid fi ‗Ilmi at-Tajwid)

39


(48)

40

Dalam halaman lain Imam Ibnul Jauzi berkata, ―Inilah sunnatullah bagi orang yang membaca AlQur‘an dengan bertajwid sebagaimana AlQur‘an diturunkan. Telinga akan merasakan kelezatan ketika mendengarkannya, hati akan menjadi khusyu‘ ketika mendengarkannya, sehingga hampir-hampir menerbangkan akal dan mengambil hati orang-orang yang mendengarkannya. Ini merupakan rahasia dari rahasia-rahasia Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya yang dia kehendaki. Sungguh aku telah menjumpai sebagian guru-guru kita yang sekalipun tidak mempunyai suara yang bagus dan tidak pula mengenal nada dan lagu, namun mereka mampu membaca dengan ber-tajwid dan meluruskan lafal-lafalnya. Karena itu, apabila mereka membaca AlQur‘an, mereka mampu membius para pendengarnya dan mengambil hati mereka (memikat) sampai tidak tersisa lagi.‖

Allah berfirman dalam Qur‘an surat Muzzammil ayat 4 mengenai hukum ilmu Tajwid,

            Artinya :

“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah AlQur‟an itu

dengan perlahan-lahan.‖40

40

Departmen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010) h.


(49)

41

Ayat tersebut jelas menunjukkan bahwa Allah S.W.T memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca AlQur‘an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). Selain itu, para Ulama mengatakan bahwa mempelajari Ilmu Tajwid hukumnya wajib karena berpahala mengerjakannya dan diazab jika meninggalkannya. Ulama Ushul Fiqih menetapkan hukum wajib, karena Allah S.W.T dalam ayat itu memakai kata kerja ―Lah‖ sebagai perintah (Fi‘il Amr). Tanda perintah adalah perkataan ―Lah‖ yang diucapkan orang atasan kepada bawahannya. Maka perintah itu disini hukumnya wajib.41

Sahabat Ali Bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil adalah ―Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya‖. (Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13) Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan bahwa tartil adalah : ―Dibaca dengan jelas setiap hurufnya‖. Kemudian diperjelas lagi oleh Abu Ishaq : ―Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan dengan terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar, dalam membacanya pelan-pelan, jelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan. (Kitab al-Adab, as-Syalhub, hlm.12)42

41

Sei H. Dt. Tombak Alam, Ilmu Tajwid Populer (Jakarta:Bumi Aksara, 1995) h. 16

42

Kholid bin Abdul Karim Al-Laahim, Kunci-kunci Tadabbur Al-Qur‟an (Pustaka


(50)

42

Firman Allah yang lainnya dalam surat Al-Furqon ayat 32







Artinya :

“Dan Kami telah bacakan AlQur‟an itu kepada Nabi Muhammad secara tartil.”43

Para Ulama sepanjang zaman sejak zaman Rosulullah sampai zaman sekarang pun telah sepakat menyatakan bahwa membaca AlQur‘an secara bertajwid adalah suatu yang wajib. Pengarang kitab Nihayah mengatakan : “Sesungguhnya telah sepakat semua imam dari kalangan Ulama yang dipercaya bahwa Tajwid adalah suatu hal yang wajib sejak zaman Nabi Muhammad sampai dengan sekarang dan tiada seorangpun yang mempertikaikan hal ini.”44

Materi yang termasuk dalam kajian Ilmu Tajwid diantaranya : Hukum Nun sukun atau Tanwin, hukum Mim sukun, hurul Al Ta‘rif, Ghunnah, Qolqolah (huruf yang memantul), Lam Jalalah, huruf Tafkhim (tebal) dan Tarqiq (tipis), bacaan Mad dan Qoshr (panjang dan pendek), Waqof (berhenti/menahan) dan Ibtida‘ (memulai lagi bacaan setelah waqof), sifat-sifat huruf (ada sifat Hams : terang, dan Jahr : samar), dan makhorijul huruf (tempat

43

Departmen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010),

h.362

44

http:tajwidmu.blogspot.in/2013/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html?m=1 (diakses 22-05/2015, pukul 16.02)


(51)

43

keluarnya huruf, sehingga dapat dibedakan satu huruf dengan huruf lainnya)45.

Materi pokok lainnya yang berkaitan dengan Ilmu Tajwid adalah Ghorib. Lafal Ghoroib berasal dari bahasa Arab, yakni jamak dari Gharibah yang berarti asing atau sulit pengertiannya. Apabila dihubungkan dengan AlQur‘an maka yang dimaksud adalah ayat-ayat AlQur‘an yang sukar pemahamannya sehingga hampir-hampir tidak dimengeti.46

Banyak lafal dalam ayat-ayat AlQur‘an yang aneh bacaannya. Maksud aneh disini adalah ada beberapa bacaan tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah aturan membaca yang umum atau yang biasa berlaku dalam kaidah bacaan bahasa Arab.47 Macam-macam bacaan Ghorib diantaranya Idhar Muthlaq, Ro‘ Tafkhim, Ro‘ Tarqiq, Iltiqous Saakinaini, Ibdal, Alif Zifadah, Idghom Taam, Idghom Naqish, Saktah, Imalah, Isymam, Shod dibaca Sin, dan Tashil.48

45Lembaga Pengembangan AlQur‘an Jammiyyatul Qurro Wal Huffadh,

Membimbing Ke Arah Kesempurnaan Ilmu Tajwid , 1999

46

Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

cet.1, h. 267

47

Abdul Majid Khan, Praktikum Qira‟at (Jakarta: Amzah, 2008), cet.1, h. 100

48

Ahmad Dzulhilmi Ghozali, Ilmu Tajwid Riwayat Hafs Thoriq Al Syatibiyyah


(52)

44

c. Tilawah melalui Media Elektronik

Tilawah melalui media elektronik merupakan tilawah yang dilakukan dari jarak jauh dengan perantara media telepon kemudian disiarkan di media massa seperti televisi atau radio. Tilawah ini bertujuan untuk mendakwahkan AlQur‘an, agar siapapun yang menyaksikan atau mendengarnya dapat termotivasi untuk ikut belajar membaca AlQur‘an dengan baik dan benar. Tilawah melalui media elektronik yang banyak saat ini adalah tilawah yang disajikan melalui program-program dakwah di televisi maupun radio. salah satunya adalah ―Tilawah By Phone‖ . Pada tahun 2000 lalu, di TVRI juga ada program Tilawah melalui media elektronik yaitu program ―Teletilawah‖.49

Kedua program ini sama-sama program untuk mengajak pendengar bergabung untuk tilawah (membaca AlQur‘an) sehingga tilawahnya dapat didengar oleh pemirsa di rumah. Namun perbedaannya, jika tilawah di radio, pendengar yang lainnya harus membuka AlQur‘an untuk menyimak bacaan tilawah. Sedangkan dalam program ―Teletilawah‖, karena merupakan program tilawah di televisi, di layar televisi diperlihatkan ayat-ayat yang sedang di baca oleh pemirsa yang bergabung.

49

Mardhiyah, Nurul, Skripsi,Analisis Program Teletilawah Di TVRI Pusat Jakarta (UIN


(53)

45

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Studi tentang Bentuk dan Metode Dakwah melalui Radio El-Victor Surabaya. Oleh Fajariyadi (B01397145). Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.Tahun Penelitian : 2003.

Pada penelitian terdahulu oleh Fajariyadi, meneliti metode-metode dakwah yang digunakan dalam program-program Islami/Dakwah yang ada di Radio El-Victor Surabaya. Persamaaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan saya teliti adalah sama-sama mengupas tentang Metode Dakwah yang digunakan dalam Program Islami/Dakwah yang ada di radio.

Namun letak perbedaannya, pada fokus penelitian dan format radio. Radio El-Victor, merupakan radio umum yang menyajikan beragam program. Radio El-Victor berciri khas MMS (Mancanegara, Mandarin, dan Syiar), beragam program seperti hiburan, Talkhshow, musik-musik, pendidikan, gaya hidup, dan program Syiar ada di El-Victor. Sedangkan Radio Sham FM, adalah murni Radio Islam yang semua programnya berformat Islami dan bertujuan untuk Dakwah. Peneliti terdahulu, meneliti metode dakwah pada program-program Islami yang ada di Radio El-Victor. Yaitu program ―Energi Qolbu‖ dan ―Nurani Pekerti‖. Sementara pada penelitian ini, Fokus Meneliti Program ―Tilawah by Phone‖, yaitu program mengajar dan belajar membaca Al-Qur‘an dengan baik dan benar sesuai kaidah Tajwid dan Makhorijul Huruf , melalui telepon dengan media radio.


(54)

46

2. Kajian Proses Pelaksanaan Komunikasi Dakwah Interaktif pada Acara ―Wawasan Ke-Islam-an di Radio Suzana Surabaya. Oleh Endah Alfathonah (B01300191). Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Tahun penelitian : 2005.

Focus msalah yg diteliti dalam skripsi ini adalah 1) bagaimana proses pelaksanaan komunikasi dakwah interaktif pada acara wawasan keislaman di radio Suzzana Surabaya. 2) materi-materi yang disampaikan pada proses pelaksanaan komunikasi dakwah interaktif pada acara wawasan keislaman. Peneliti menggunakan analisis taksonomi yang bersifat deskriptif, menganalisis proses pelaksanaan Komunikasi Dakwah Interaktif pada Acara ―Wawasan Ke-Islam-an di Radio Suzana Surabaya.

Persamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang diteliti saat ini adalah sama-sama meneliti tentang proses pelaksanaan dakwah dan membahas tentang komunikasi dakwah. Namun perbedaannya terletak pada teori yang digunakan. Teori proses dakwah pada penelitian tersebut diantaranya : proses pelaksanaan komunikasi dakwah interaktif pada program ―Wawasan KeIslaman‖ terdiri dari tiga tahapan yakni Tahap persiapan, Tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Sedangkan teori yang saya gunakan dalam penelitian saya adalah teori proses dakwah melalui tahapan-tahapan : Input, Konversi, Impact, dan Output.

3. Proses Dakwah Dialog Interaktif dalam Program ―Bedah Wawasan keIslaman‖ di Radio Mercury Surabaya. Oleh Husnul Khotimah.


(55)

47

Fokus penelitian : Bagaimana proses dakwah dialog interaktif dalam program ―Bedah Wawasan KeIslaman‖ di radio Mercury Surabaya? Persamaan penelitian : sama-sama meneliti proses dakwah. Dalam penelitian ini proses dakwah program ―Bedah Wawasan KeIslaman‖ menggunakan metode dialog interaktif atau komunikasi dua arah yang dianggap sesuai dengan selera pendenar. Pendengar bisa bertanya seputar materi yang dibahas melalui telepon, fax, ataupun sms, yang kemudian akan dijawab oleh Narasumber/da‘I. Perbedaannya terletak pada pembahasan proses. Disini, proses dakwah dibagi menjadi dua tahapan yaitu Tahap Persiapan, dan Tahap inti dari proses dakwah.

4. Dakwah melalui Radio (Materi dan Proses Produksi Program Acara Keagamaan di Radio JT FM 88,9 Surabaya). Oleh Ipa Mei Yuliana. NIM : B01303004. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Tahun penelitian 2007.

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah : 1) apa manfaat program acara keagamaan radio JT FM 88,9 Bagi umat Islam di Surabaya. 2) bagaimana materi program Acara Keagamaan di Radio JT FM. 3) bagaimana proses produksi acara keagamaan di radio JT .

. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang dakwah melalui radio, khususnya pada metodenya, yang sama-sama menggunakan metode dialog interaktif, dan perbedaannya terletak pada focus penelitian. Penelitian tersebut meneliti tentang proses produksi, yang dibahas adalah Proses produksi yang


(56)

48

meliputi; pre production planning, production, post production. Sedangkan penelitian saya meneliti tentang proses dakwah.

5. Radio sebagai Salah Satu Alternatif Media Dakwah (Studi Kualitatif tentang Metode Dakwah Radio Purnama FM Blitar). Oleh Azis Fitrian. NIM : B01300168. Tahun penelitian : 2005.

Fokus penelitian dalam skripsi tersebut adalah meneliti tentang bagaimana metode yang digunakan dalam menyampaikan pesan dakwah di Radio Purnama FM Blitar. Persamaannya sama-sama meneliti tentang dakwah melalui radio dan metode dakwah yang digunakan. Metode dakwah dalam penelitian ini adalah dialaog interaktif (komunikasi daua arah). Dalam penelitian tersebut peneliti penggunakan metode deskriptif , dan analisis kualitatif.

6. Dakwah Islam melalui Radio (Studi Kualitatif tentang Proses Produksi Siaran Dakwah Islam di RRI Surabaya). Oleh : Kurnia Fitri Hari. NIM : B01300108. Tahun Penelitian 2005.

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah : 1) Apa saja program acara dakwah Islam di RRI Surabaya? 2) Bagaimana proses produksi siaran program dakwah Islam di RRI Surabaya?. Peneliti menggunakan analisis fenomenologis yang bersifat kualitatif dalam menganalisis proses produksi siaran acara dakwah Islam. Sedangkan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari data yang diamati.


(57)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan dari penjabaran diatas, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan tehadap pola-pola nilai yang dihadapi.50

Dalam menggunakan metode ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis yang sangat mengandalkan metode partisipatoris. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schutz. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang mereka teliti. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha

50

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,


(58)

50

masuk untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.51

Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman wawancara, dokumen, dan data-data terkait lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya ―mengapa‖, ―alasan apa‖, dan ―bagaimana terjadinya‖ akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian adanya. 52

51

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,

2007), h.9

52

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,


(59)

51

B. Kehadiran Peneliti

Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti ketika melakukan suatu penelitian kualitatif adalah berperan sebagai instrument dalam penelitian yang dilakukannya. Instrument atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti.

Pada awal penelitian, peneliti kualitatif harus mampu menempatkan diri, mengambil posisi, serta dapat diterima oleh subjek penelitian beserta lingkunagn sosialnya. Keberhasilan dari hubungan awal ini adalah diterimanya peneliti oleh subjek penelitian beserta lingkungan sosialnya. Indikator keberhasilan berikutnya ketika peneliti sudah berhasil diterima oleh subjek dan lingkungannya adalah munculnya kepercayaan (trust) dari subjek dan lingkungannya. 53

Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik participant observation (pengamatan terlibat), dimana peneliti melakukan pengamatan terlibat saat terjadinya proses dakwah ―Tilawah By Phone‖ untuk mengamati serangkaian tahapan atau proses dakwah yang terjadi dalam program ini.

53

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta Selatan : Salemba Humanika,


(60)

52

C. Objek dan Lokasi Penelitian

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah Metode dan Proses dakwah yang digunakan dalam Program ―Tilawah by Phone‖ Radio Sham FM (Suara Muslim Surabaya). Lokasi studio radio Sham FM terletak di jalan Dinoyo No. 57 Surabaya.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan data statistik.54

1. Kata-kata dan tindakan

Kata- kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau orang yang diwawancara merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

54

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta Selatan: Salemba Humanika,


(1)

125

B. Saran

1. Dalam rangka memperluas dakwah Islam, peneliti berharap akan terus ada inovasi-inovasi baru dalam membuat program-program yang ada di radio untuk menyampaikan ajaran Islam, agar para mad‘u tidak merasa bosan dengan metode dakwah di radio-radio yang ada saat ini.

2. Khusus untuk program ―Tilawah By Phone‖, peneliti berharap agar program ini lebih meluas lagi jangkauannya agar yang bergabung dalam program ini tidak hanya usia dewasa saja, tetapi juga usia remaja.

3. Bagi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, peneliti berharap ada mata kuliah khusus yang mengkaji tentang teori dan praktik membaca al-qur‘an sesuai dengan kaidah tajwid, makhorijul dan sifatul huruf yang tepat. Karena bagaimanapun, membaca alqur‘an dengan baik dan benar adalah hal yang sangat penting dan wajib. Selain al-quran merupakan sumber ajaran Islam tertinggi, para lulusan Prodi KPI yang bergelar Sarjana Komunikasi Islam juga wajib memiliki kualitas membaca Al-qur‘an yang baik, untuk melancarkan kegiatan dakwah di masyarakat. Karena nantinya, lulusan Prodi KPI pasti terjun ke masyarakat untuk menerapkan ilmu yang didapatnya, baik itu


(2)

126

sebagai guru agama, guru mengaji, Da‘I atau Da‘Iah, Qori‘, maupun Imam masjid, haruslah memiliki kualitas membaca Al-qur‘an dengan baik dan tepat sesuai kaidah.

4. Semoga penelitian ini dapat beramanfaat bagi para pembaca. Mengingat penelitian ini jauh dari kata sempurna, peneliti mengharapkan saran dan kritik, agar kedepannya peneliti bisa lebih baik lagi di penelitian berikutnya.


(3)

127

DAFTAR PUSTAKA

Abi Abdullah Muhammad, Imam, SAHIH AL-BOUKHARI Vol.6, Beyrouth : DAR EL AKER, 1993

Alwi Murtadlo, Basori, Pokok-pokok Ilmu Tajwid. Malang : CV. Rahmatika, 2005

Aziz, Moh, Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009

Baidan, Nasruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Bachtiar, Wardi, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997 Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta:Kencana, 2005 Dzulhilmi Ghozali, Ahmad, Ilmu Tajwid Riwayat Hafs Thoriq Al Syatibiyyah, Surabaya: Pesantren AlQur‘an Nurul Falah: Surabaya, 2009

Dzulhilmi Ghozali, Ahmad, Makhrojdan Sifat Huruf AlQur‟an, Surabaya: Pesantren AlQur‘an Nurul Falah, 2007

Hamzah, Tualeka, PengantarIlmu Dakwah, Surabaya: Alpha, 2005 Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,

Jakarta: Salemba Humanika, 2012

Ismail, Abdul Mujib, Pedoman Ilmu Tajwid, Surabaya: Karya Abditama, 1995


(4)

128

Lembaga Pengembangan AlQur‘an Jammiyyatul Qurro Wal Huffadh, Membimbing Ke Arah Kesempurnaan Ilmu Tajwid , 1999

Majid Khan, Abdul, Praktikum Qira‟at, Jakarta: Amzah, 2008

Masduki, Jurnalistik Radio, Jogjakarta: LKIS, 2001

Moleong, Lexy. J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013

Munir, M, Metode Dakwah, Jakarta : Kencana, 2009

Prayudha, Harley, Radio Penyi@r It‟s Not Just A Talk, Malang: Bayumedia, 2006

Rubba, Sulhawi, Dakwah Bil-Rihlah, Sidoarjo: Garisi, 2013

Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Suhandag, Kustadi, Ilmu Dakwah, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya,

2013

Sunarto, Achmad, Tajwid Lengkap dan Praktis, diterjemahkan dari Kitab Hidayatush Shibyan, Jakarta: Bintang Terang, 1988

Syarif,Faqi, Kiat Dahsyat Menjadi Da‟i Hebat, Malang: Pustaka Kaiswaran, 2010

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983


(5)

129

Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1986 Tombak Alam, Sei. H. Dt, Ilmu Tajwid Populer, Jakarta:Bumi Aksara,

1995

Uchjana Effendy, Onong, Radio Siaran dan Praktik, Bandung : Mandar Maju, 1990

Wahyudi, J.B, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan TV, Jakarta: Jaya Media Pratama, 1996

Yayasan Pendidikan A-Qur‘an Roudhatul Mujawwidin Semarang, Pelajaran Bacaan Gharib/Musykilat dan Hati-hati dalam AlQur‟an, Semarang, 1989

Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-Qur‘an, Kitab Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Departmen Agama RI, 2010

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1972


(6)

130

INTERNET

http:///www.catur-wijayanti.blogspot.com.es/2013/06/konsep-at-tiawah-at-ta‘lim-dan-at.html?m=1, diakses 30 Oktober 2014.

http:///www.Alhijroh.com/tafsir/makna-tilawah/ penjelasan ini diringkas dari Miftah Daris Sa‘adah wa Mansyur Walayata Ahlil Ilmi wal Irodah hal.202-203. Dar Ibnu ‗Affan, Kairo, Mesir.cet.pertama 1425 H [2004 M], diakses 30 Oktober 2014.

http:///catatanilmukomunikasi.blogspot.com/2014/08/laporan-penelitian-radio-suara-muslim.html?m=1, diakses 24 Maret 2015

http:///mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/radio-reporting-production-manajemen.html?m=1, diakses 6 April 2015

http:///tajwidmu.blogspot.in/2013/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html?m=1, diakses 22 Mei 2015

http://suaramuslim.net, diakses 24 Maret 2015.

SKRIPSI

Mardhiyah, Nurul, ―Analisis Program Teletilawah Di TVRI Pusat Jakarta", (Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. IV