STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF RADIO SUARA SURABAYA (SS) FM DALAM PROGRAM RENUNGAN FAJAR.

(1)

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Rizki Amilia NIM. B91212073

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id vi

ABSTRAK

Rizki Amilia,NIM. B91212073, 2016.Strategi Komunikasi Efektif Radio Suara Surabaya (SS) FM Dalam Program Renungan Fajar

Kata Kunci: Strategi Komunikais Efektif, Renungan Fajar

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya dalam program Renungan Fajar. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya dalam program Renungan Fajar.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sehingga data yang didapatkan oleh peneliti akan disajikan dengan cermat secara deskriptif menggunakan kata-kata. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara untuk menegaskan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan penggalian data melalui referensi yang memadai.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa strategi komunikasi efektif radio SS FM dalam program Renungan Fajar ada 3 yaitu: (1) mengenal khalayak dengan cara Forum Group Discussion (FGD) dan survei Nielsen. (2) menyusun pesan dengan cara memilih issue yang lagi tren dan penggunaan gaya bahasa yang lugas sesuai segmentasi pendengar. (3) menetapkan metode repetisi dengan cara mengulang rekaman program yang berisi materi dakwah dengan model penyampaian yang sama halnya dengan kultum-kultum yang ada.

Adapun rekomendasi untuk penelitian berikutnya hendaknya dilakukan peneliti yang lebih mendalam pada strategi suatu program radio sehingga dapat ditemukan variasi-variasi baru dalam penggunaan strategi yang digunakan dalam program radio.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... … i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... … ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... … iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... … iv

MOTTO DAN PENGESAHAN ... … v

ABSTRAK ... … vi

KATA PENGANTAR ... … vii

DAFTAR ISI ... … ix

DAFTAR TABEL ... … xi

DAFTAR GAMBAR ... … xii

BAB I PENDAHULUAN ... … 1

A. Latar Belakang ... … 1

B. Rumusan Masalah ... … 5

C. Tujuan Penelitian ... … 6

D. Manfaat Penelitian ... … 6

E. Definisi Konsep ... … 7

F. Sistematika Pembahasan ... … 12

BAB II KEPUSTAKAAN STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF RADIO ... … 14

A. Kajian Pustaka ... … 14

1. Strategi Komunikasi ... … 14

a) Pengertian Strategi Komunikasi ... … 14

b) Tahap-tahap Strategi ... … 15

c) Faktor Penunjang Keberhasilan Komunikasi ... … 16

2. Penggunaan Media Radio ... … 18

a) Pengertian Radio ... … 18

b) Program Siaran Radio ... … 18

1) Berita ... … 18

2) Perbincangan (Talk Show) ... … 19

3) Infotainmen ... … 19

4) Jinggle ... … 19

5) Periklanan ... … 20

6) Dakwah ... … 20


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

d) Radio Sebagai Media Dakwah ... … 22

B. Kerangka Teoritik ... … 24

1. Strategi Komunikasi Efektif ... … 24

a) Mengenal Khalayak ... … 24

b) Menyusun Pesan ... … 28

c) Menetapkan Metode ... … 29

d) Seleksi dan Penggunaan Media ... … 32

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... … 34

BAB III METODE PENELITIAN ... … 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitiaan ... … 43

B. Subjek dan Objek Penelitian ... … 44

C. Jenis dan Sumber Data ... … 45

D. Tahap-tahap Penelitian ... … 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... … 54

F. Teknik Analisis Data ... … 59

G. Teknik Keabsahan Data ... … 61

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... … 65

A. Setting Penelitian ... … 65

1. Sejarah dan Profil Radio Suara Surabaya ... … 65

2. Profil Program Renungan Fajar ... … 72

B. Penyajian Data ... … 81

1. Strategi Komunikasi Program Renungan Fajar ... … 81

2. Apresiasi Pendengar ... … 95

C. Temuan Penelitian ... … 97

BAB V PENUTUP... …101

A. Kesimpulan ... …101

B. Saran ... …101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

A. Latar Belakang

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal

yang dapat membawa pada kehancuran.1

Dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangakan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, dimana berbagai informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi. Umat Islam harus dapat melihat dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan perkataan yang baik (Ahsanu Qaula).

1 Moh.Ali aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 37

1


(10)

Di era teknologi informasi, berbagai bentuk media komunikasi telah mampu mempermudah manusia dalam melakukan interaksi dengan sosial dan lingkungannya. Teknologi informasi, salah satunya adalah radio. Radio adalah media massa yang sangat penting, oleh karena lebih banyak orang yang dapat menangkap atau mendengar radio daripada media lainnya. Siarannya akan lebih cepat sampai ke pendengarnya tanpa memandang perbedaan letak geografis, daripada misalnya berita-berita di surat kabar

kepada pembacanya.2

Dalam hal ini, radio telah menjadi sarana manusia untuk menjalin komunikasi dalam segala hal. Meski demikian, selain sebagai media penyampaian berita, tidak sedikit kemudian menjadi radio sebagai sarana mempengaruhi ruang kesadaran orang agar memiliki kesamaan perspektif dalam melihat sesuatu. Salah satunya radio juga sebagai sarana dakwah. Di dalam aktivitas dakwah juga memiliki beberapa strategi dakwah. Diantaranya

yakni Strategi Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT.), Strategi

Tazkiyah (mensucikan jiwa), Strategi Ta’lim (mengajarkan Al-Qur‟an dan

Al-Hikmah).

Diantara ketiga strategi tersebut, strategi dakwah yang sesuai dengan media radio yaitu menggunakan strategi tilawah. ٱang mana strategi tersebut meminta mitra dakwah mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Demikian ini

2 A.W Widjaja, Komunikasi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1993), h. 79


(11)

merupakan transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Strategi tilawah lebih banyak pada ranah kognitif (pemikiran) yang transformasinya melewati

indra pendengaran (al-sam) dan indra penglihatan (al-abshar) serta

ditambah akal yang sehat (al-afidah).3 Demikian yang dapat dipahami dari

surat al-Mulk ayat: 23

نوﺮ ۡﺸﺗ ﺎﱠ ٗﻼﯿ ﻗ ۚةﺪﺌۡﻓ ۡﻷ و ﺮﺼۡﺑ ۡﻷ و ﻊ ۡ ﱠﺴ ﻌﺟو ۡ ﺄﺸﻧأ ٓيﺬﱠ ﻮھ ۡ ﻗ

“Katakanlah, Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.

(QS. Al-Mulk [67]: 23).4

Untuk menggapai komunikasi dakwah yang baik dalam suatu media radio, tidak jauh adalah dengan mengatur suatu penempatan program yang baik juga, bahkan strategi khusus juga sangat dibutuhkan dalam mencapai target pendengar yang baik. Karena setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran strategis yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber daya yang

dimiliki.5 Oleh sebab itu, strategi komunikasi lebih diperlukan dalam suatu

program dakwah yang terdapat dalam suatu media khususnya radio, untuk menunjang keberhasilan keberhasilan suatu program.

Untuk mengutarakan suatu pesan dari program dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik, mudah dipahami oleh pendengar dan dapat dikatakan

3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hh. 32-33 4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 21-30, (Jakarta: Percetakan dan Offset “JAMUNU”, 1965), h. 273

5 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 236


(12)

efektif. Seperti yang dijelaskan oleh Asep Syamsul dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Dakwah bahwa Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara etimologis kata

efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan

(producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).6

Saat ini sudah banyak radio yang memiliki program dakwah. Khususnya di Surabaya, banyak radio yang berlatar belakang religi dan memiliki program religi dengan model interaktif. Akan tetapi radio Suara Surabaya ini merupakan radio yang berlatar belakang berita namun memiliki program religi yang tidak menggunakan model interaktif. Radio Suara Surabaya pemilik gelombang 100,0 FM yang terletak di Jl. Wonokitri Besar No. 40 C Surabaya. Radio Suara Surabaya (SS) FM, disamping fokusnya terhadap berita salah satunya berita lalu lintas, radio ini juga memiliki peran penting dalam mewarnai dakwah Islam.

Radio Suara Surabaya mempunyai program yang bernama “Renungan Fajar”. Program “Renungan Fajar” ini merupakan satu-satunya program dakwah yang menjadi andalan dalam radio Suara Surabaya dengan cara menyiarkannya setiap hari di waktu pagi. Program “Renungan Fajar” ini memiliki kemasan program yang menarik untuk diteliti. Karena program ini tetap mempertahankan pengemasan program dengan model ceramah yang tidak ada tanya jawab dari pendengar, meskipun saat ini lagi tren program

6 Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan, (Bandung), h. 44


(13)

religi dengan ceramah interaktif. Namun untuk menarik simpati pendengar manager program memadukan tiga cara.

Pertama adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh beberapa ustadz yang bergantian setiap harinya. Kedua, komunikasi dakwah yang disampaikan melalui komunikasi lagu-lagu religi. Dan yang ketiga dengan komunikasi persuasif dan informatif dari penyiar SS FM.

Adapun slogan dari program “Renungan Fajar” adalah “Siaran

Keagamaan Dengan Nafas Kemanusiaan Universal”. Dengan kekuatan

mengedepankan makna yang bertujuan untuk memotivasi para pendengar dakwah Islamiah. ٱang di dalamnya mengangkat kisah-kisah nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Dan fokus dakwah pada Program “Renungan Fajar” ini bukan mengarah pada perbandingan antar agama maupun perbandingan dalam agama Islam sendiri melainkan menyampaikan ajaran-ajaran kebaikan yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad saw untuk umatnya.

Slogan tersebutlah yang menjadi kekuatan program “Renungan Fajar” untuk bersaing dengan program-program religi yang ada pada beberapa stasiun radio lainnya yang memiliki model-model siaran dakwah yang modern.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dakwah di atas, maka penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam


(14)

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Komunikasi Efektif Radio Suara Surabaya (SS) FM dalam Program Renungan Fajar?”

C. Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui, strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya (SS) FM dalam program Renungan Fajar.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan baru terhadap pengembangan ilmu di bidang Dakwah dengan memanfaatkan media elektronik pada Komunikasi Penyiaran Islam

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini, sangat berharap besar, agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana strategi dakwah radio Suara Surabaya (SS) fm dalam program “Renungan Fajar”. Dengan begitu hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan pembelajaran bagi penulis agar dapat mengamalkan dan mengembangkannya. Serta dalam rangka memenuhi syarat akhir semester, guna mengakhiri masa perkuliahan di sarjana S1.

3. Secara Akademis

Dari hasil penelitian ini, harapan besar bagi peneliti bisa menjadikan tema ini sebagai bahan atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya.


(15)

E. Definisi Konsep

Konsep adalah abstrak yang dibentuk untuk mengenaralisasikan hal-hal

yang khusus. Sedangkan dalam buku Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah

yang di tulis oleh Wardi Bachtiar, Konsep adalah istilah, pengertian, lukisan

tentang hasil sentuhan atau interaksi panca indra dengan kenyataan.7

Mengingat judul yang komperehensip dalam mengkaji masalah pada penelitian ini, dan untuk menghindari kerancuan pemahaman serta menjelaskan spesifikasi masalah agar Nampak jelas, maka perlu kiranya peneliti membahas sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian, dengan harapan tidar terjadi kesalan dalam menginterpretasikan. Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan istilah dan memberikan batasan dengan konsep: Strategi Komunikasi Efektif radio Suara Surabaya (SS) FM dalam program “Renungan Fajar”. Adapun istilah-sitilah tersebut adalah:

1. Strategi Komunikasi Efektif

a. Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa ٱunani klasik yaitu “stratos

yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Lalu

muncul kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat

atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai

seni perang jenderal (The Art of general), atau suatu rancangan yang

terbaik untuk memenangkan peperangan.

7Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 44


(16)

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dan

manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8

Sedangkan dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Hafied Cangara, Rogers berpendapat, memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton juga berpendapat, membuat definisi dengan menyatakan “Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk

mencapai tujuan komunikasi yang optimal.9

Dalam buku Teori Komunikasi Antar Pribadi yang di tulis oleh Muhammad Budyatna, Miller dan Steinberg membagi strategi kendali komunikasi menjadi lima strategi yaitu:

1). Strategi Wortel Teruntai, berupa pemberian imbalan yang oleh komunikator diberikan kepada pihak lain.

2). Strategi Pedang Tergantung, didasarkan pada asumsi bahwa komunikator akan mengulang perilaku yang menyebabkan diberinya imbalan.

8 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1997), h. 32 9 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 61


(17)

3). Strategi Katalisator, komunikator sekedar mengingatkan kepada yang bersangkutan akan suatu tindakan yang agaknya bisa diterima.

4). Strategi Kembar Siam, mengenai kendali, bukan untuk menciptakan hubungan yang diinginkan melainkan merupakan hasil dari semacam hubungan yang sudah ada atau sudah terbentuk.

5). Strategi Dunia Khayal, mengandalkan pada ilusi atau khayalan pada perasaan-perasaan yang ditimbulkan sendiri mengenai

kendali.10

b. Komunikasi Efektif.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara etimologis kata efektif

(effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan

(producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing

effect).11

Steward L Tubbs, mengemukakan bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila paling tidak menimbulkan lima indikasi, yaitu:

1). Pengertian, penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti apa yang dimaksud oleh komunikator.

10 Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 75 11 Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan, h. 44


(18)

2). Kesenangan, komunikasi ini juga disebut dengan komunikasi fasis

(phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan

kesenangan.

3). Pengaruh pada sikap, komunikasi juga sering dilakukan untuk mempengaruhi orang lain.

4). Hubungan sosial yang makin baik, komunikasi juga ditunjukkan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik.

5). Tindakan, tindakan persuasi dalam komunikasi digunakan untuk mempengaruhi sikap persuasive, juga diperlukan untuk memperoleh tindakan yang dikehendaki komunikator. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata

oleh komunikan.12

Model dasar komunikasi efektif, baik sender maupun receiver

masing-masing memiliki pengetahuan, pengalaman dan minat yang mungkin sama tetapi mungkin pula berbeda. Perbedaan itu mungkin jauh dan mungkin tidak. Oleh karena itu, pemrakarsa komunikasi sebelum berkomunikasi harus melakukan empati, yaitu proses “penempatan diri pada pihak yang akan diajak berkomunikasi”. Pada dasarnya proses empati adalah untuk mengetahui tentang diri, situasi, dan kondisi pihak-pihak yang akan diajak berkomunikasi, dengan

12 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung,: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hh. 156-157


(19)

begitu pemrakarsa proses komunikasi dapat menyusun strategi

komunikasi agar proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif.13

2. Program Renungan Fajar

a. Program

Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau

program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal

yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan

audiennya.14

Tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audien. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun radio untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan

audien yang menjadi target stasiun radio.15

b. Renungan Fajar

“Renungan Fajar” merupakan sebuah program religi yang terdapat pada radio Suara Surabaya (SS) FM. Pada program ini fokusnya bukan mengarah pada perbandingan antar agama maupun perbandingan dalam agama Islam sendiri melainkan menyampaikan

13 J.B. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 7

14 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, hh. 199-200 15 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 220


(20)

ajaran-ajaran kebaikan yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad saw untuk umatnya.

Program ini berdurasi 30 menit. Dimulai pukul 05.00 sampai 05.30. Rekaman penyiar sebagai pengantar program 1 menit. Model penyampainya satu arah, yaitu ustadz yang memberikan materi selama 15-20 menit tanpa ada umpan balik langsung dari audien. Materi dan ustadz yang menyampaikan akan berganti setiap harinya.. 1 menit penutup dari rekaman penyiar. Kemudian dilanjut dengan pemutaran lagu-lagu religi sekitar 5-10 menit. Setelah itu penyiar masuk dan memberikan komunikasi persuasif dan informatif dan ada beberapa audien yang mengomentari.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

1. Bab I adalah pendahuluan,bab pertama dari skripsi yang mengantarkan

pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.

2. Bab II adalah kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian

terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian kepustakaan diarahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung gambaran umum tentang fokus penelitian.


(21)

3. Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis data, teknik keabsahan data.

4. Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian. Dalam bab ini

disajikan pembahasan mengenai setting penelitian profil radio Suara Surabaya, profil program “Renungan Fajar”. Penyajian data tentang strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya (SS) FM dalam program “Renungan Fajar” yang meliputi, mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, pemilihan media beserta analisisnya. Kemudian pada temuan penelitian menyajikan tentang hasil dari analisis data yang disajikan sesuai dengan kecenderungan yang muncul dari data.

5. Bab V adalah penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan yang

merupakan jawaban langsung dari permasalahan. ٱang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya. Disamping itu, dalam bab ini juga disajikan saran yang ditujukan bagi para peneliti selanjutnya berkaitan dengan hasil penelitian ini.


(22)

STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF RADIO

A. Kajian Pustaka

1. Strategi Komunikasi

a. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1

Para ahli komunikasi, terutama di negara-negara yang sedang berkembang, dalam tahun-tahun terakhir ini menumpahkan perhatiannya yang besar terhadap strategi komunikasi (communication strategy), dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara masing-masing.

Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting untuk ditujukan kepada strategi komunikasi ini, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa

1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya,

2005), h. 32

14


(23)

strategi komunikasi, media massa yang semakin modern, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.2

b. Tahap-tahap Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

1) Perumusan Strategi

Pada tahap ini adalah proses merencanakan dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.

2) Implementasi Strategi

Implementasi Strategi disebut juga sebagai tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka dibutuhkan disiplin, motivasi, dan kerja keras.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah proses dimana manager membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.3

2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hh.

28

3 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5


(24)

c. Faktor Penunjang Keberhasilan Komunikasi

Komunikasi yang efektif, dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator dapat diterima dengan baik (menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan, kemudian komunikan menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.

Wilbur Schramm dalam karyanya yang sudah tua tetapi terkenal itu, yakni “How Communication Work”, pernah mengetengahkan apa yang ia namakan the condition of success in communication, yang secara gamblang dapat diringkas sebagai berikut:

1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. 2) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat mengerti.

3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan, dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu. 4) Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh

kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberi tanggapan yang dikehendaki.


(25)

Dikomunikasikannya pesan seperti itu tidaklah cukup dengan memperhatikan timing dan placing seperti disarankan oleh Wilbur Schramm. Tetapi bagaimana pun juga, menurut Ronny Adhikarya dalam karyanya yang berjudul “Communication Planning and Strategy” dalam mengidentifikasi isi pesan kita harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Ini bisa merupakan informational message, atau instructional message, atau motivational message. Komunikasi dikatakan tidak efektif apabila seperti beberapa indikator berikut:

1) Perbedaan Persepsi 2) Reaksi emosional

3) Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan nonverbal 4) Kecurigaan

5) Tidak adanya timbal balik (feedback)

Bagi seorang komunikator, pemahaman mengenai sifat-sifat komunikan dan pesan komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, akan dapat menentukan jenis media apa yang akan diambil, dan teknik komunikasi yang mana yang akan digunakan.4

4 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, hh. 32-33


(26)

2. Penggunaan Media Radio a. Pengertian Radio

Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas, dan merambat lewat udara, dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).5

Dalam mempengaruhi pikiran dan tingkah laku, dan menggugah perasaan agaknya radio memiliki potensi yang besar, karena ia memiliki aspek bunyi suara manusia, sebagai identitasnya yang pertama, sehingga ia mampu untuk menimbulkan rasa keakraban dan keintiman dengan khalayaknya dan dapat berpartisipasi secara layak di dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat seremonial. Para pendengar dapat memperoleh suatu perasaan partisipasi personal dari radio yang mana dapat menimbulkan suatu approach untuk a face to face contact.6

b. Program Siaran Radio 1) Berita

Berita radio merupakan laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting atau menarik. Siaran berita dibedakan dengan siaran informasi. Siaran berita adalah sajian fakta yang

5 Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Radio

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radio. diakses 10 Desember 2015) 6 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, (Bandung: Armico, 1984), h. 81


(27)

diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Sedangkan siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik.

2) Perbincangan (Talk Show)

Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar radio sudah semestinya adalah seorang yang pandai menyusun kata-kata. Singkatnya seorang penyiar haruslah pandai berbicara. Namun penyiar yang pandai berkata-kata belum tentu bagus mewawancarai orang. Tidak semua penyiar, pandai mewawancarai orang. Apalagi menggabungkan keterampilan berbicara dengan berwawancara.

3) Infotainmen

Infotainmen dalam bahasa Inggris yaitu Infotainment yang merupakan singkatan dari information dan entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur. Segmentasi program ini ersifat heterogen dan umumnya disajikan secara easy listening dengan durasi 5 hingga 60 menit.

4) Jinggle

Jinggle atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuan produksi jinggle bagi radio adalah untuk


(28)

mempromosikan keberadaan radio baru di tengah masyarakat, memberikan informasi simbol atau identitas terpenting dari radio agar selalu diingat pendengar, membentuk citra radio di benak pendnegar, pada saat disiarkan berfungsi sebagai jeda , selingan, dan sejenisnya.7

5) Periklanan

Radio merupakan medium periklanan yang menarik karena suatu alasan yang tidak lain adalah penghantaran pesannya kepada khalayak yang homogen. Iklan radio diproduksi dengan biaya yang tidak mahal sehingga dapat diubah, diperbarui, dan dispesialisasikan untuk memenuhi kebutuhan khalayak.8

6) Dakwah

Berdakwah (tabligh) melalui siaran radio, untuk mencapai sasarannya, yakni para pendengar, tidak memiliki proses yang kompleks. Setiap materi tabligh tinggal diucapkan di depan corong radio sebanyak yang diinginkan. Pelaksanaannya pun berlangsung dengan mudah dan cepat.

Tabligh radio dapat dilakukan melalui musik maupun kata-kata. Tulang punggung tabligh lewat radio siaran adalah musik. Orang menyetel radio terutama untuk mendengarkan musik, sebab musik merupakan hiburan. Dalam hal ini musik yang dimaksud yaitu musik religi.

7 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hh. 220-229

8 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, terjemahan S. Rouli Manalu (Jakarta:

Erlangga, 2008), h.271


(29)

Kata-kata yang ada dalam siaran radio, di samping berbentuk hiburan, juga sebagai penerangan dan pendidikan. Bahkan, tabligh dapat menyajikan warta berita atau ceramah-ceramah yang bermanfaat.9

c. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur dakwah meliputi: Dai (pelaku/subyek dakwah), Madu (mitra/obyek dakwah), Maddah (materi dakwah), Wasilah (media dakwah), Thariqoh (metode dakwah), dan Atsar (efek atau pengaruh dakwah).10

1) Pelaku/Subyek Dakwah (Dai)

Dai adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, maupun perbuataan yang dilakukan dengan baik. Baik secara individu, kelompok, ataupun lewat organisasi/lembaga. 2) Mitra Dakwah (Mad’u)

Obyek Dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya adalah sebagai obyek dakwah.11

9 Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004),

hh. 52-53

10 M. Munir danWahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 21

11 M. Asywadie Syukur, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1979), h. 68.


(30)

3) Materi Dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan atau topik kajian yang disampaikan oleh seorang Dai kepada madu. Yang menjadi materi dakwah yakni, ajaran yang ada dalam al-Qur‟an dan al-Hadist.

4) Metode Dakwah

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.

5) Media Dakwah

Media dakwah merupakan sarana yang digunakan oleh da’i sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mitra dakwah (mad’u).

d. Radio sebagai Media Dakwah

Pengunaan radio sebagai salah satu media dakwah merupakan pilihan yang tepat. Pesawat radio yang kecil, harganya murah, dan bisa didengarkan kapanpun, dimanapun, serta bisa dijangkau meski pada tempat yang terpencil menjadi alasan kenapa radio diminati oleh banyak orang. Dengan menggunakan radio sebagai media dakwah, da’i bisa lebih efisien dalam menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’unya dan dengan jangkauan yang luas. Radio sebagai media dakwah memiliki beberapa keutamaan antara lain:


(31)

1) Program radio dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar berbobot (bermutu).

2) Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat.

3) Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.

4) Mudah dijangkau oleh masyarakat. Artinya audien/pendengar cukup di rumah.

5) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara cepat dan akurat.

6) Pesawat radio mudah dibawa kemana-mana.

Keterbatasan atau kelemahan media radio sebagai media dakwah antara lain:

1) Siaran hanya sekali di dengar (tidak dapat diulang).

2) Terikat oleh pusat pemancarnya dan waktu siaran. Artinya siaran radio tidak setiap saat dapat didengar menurut kehendaknya (obyek dakwah).

3) Terlalu peka akan gangguan sekitar, baik bersifat alami maupun teknis.12

12 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),

hh.176-177


(32)

B. Kerangka Teoritik

1. Strategi Komunikasi Efektif

Komunikasi sebagai proses interaksi masyarakat yang menguntungkan. Berawal dari ilmu psikologi, terutama aliran behavioral ditemukan teori tradisi sosiopsikologi. Teori ini menekankan perhatian pada perubahan sikap (attitude), hubungan media dan khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap; media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap.13 Menurut Astrid Susanto, dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Arifin Anwar bahwa suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau sasaran.

Dalam suatu strategi tersebut, lebih bisa dipahami dengan cara menggunakan empat hal, diantaranya yakni: mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, seleksi dan penggunaan media. a. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. “Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam proses komunikasi, khalayak itu sama

13 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hh. 279-280


(33)

sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak.

Komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan seksama, yang meliputi:

1) Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari: a) Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan,

b) Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan,

c) Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan,

2) Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan masyarakat yang ada,

3) Situasi dimana khalayak itu berada,

Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan atau penelitian. Kesemuanya ini merupakan usaha untuk mengadakan indentifikasi mengenai publik.

Dari kebutuhan-kebutuhan manusia yang bersifat pribadi, sosial dan keagamaan, merefleksikan kelakuan-kelakuan daripada manusia itu dapat disimpulkan dalam 3 golongan, yaitu:


(34)

1) Tingkat kelakuan vital biologik ; tidur, makan, sport dan sebagainya.

2) Tingkat kelakuan (niveau) sosio kultural belajar, menintin dan sebagainya.

3) Tingkat kelakuan Metafisik (relegius) yang bersifat keagamaan dan metafisik seperti hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa; sembahyang, yoga, semadi dan sebagainya.14

Menurut Onong Effendi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, dijelaskan bahwa dalam mengenal khalayak perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

1) Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference)-nya. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil hasil paduan pengalaman , pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

2) Faktor Situasi dan Kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya

14 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, hh. 59-67


(35)

komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.

Yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit, atau lapar.15

Untuk mengetahui kondisi khalayak tersebut, bisa diketahui dengan cara:

1) Survei;

2) Analisis isi media;

3) Kecenderungan legislative (parlemen); 4) Focus group;

5) Open forum.16

Demikianlah sekedarnya pengenalan kita tentang manusia, sebagai sumber dan sasaran bahkan tujuan dari segala kegiatan komunikasi. Dalam mencapai efektivitas, pengenalan tentang manusia adalah hal yang penting sekali.

15 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hh. 36-37

16 hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2013), h. 113


(36)

b. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut.

Dengan demikian awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedure atau from Attention to Action Procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan. Jadi proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas.

Dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis Arifin Anwar , masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagai berikut:

1) Pesan harus direncakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju. 2) Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada

pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.


(37)

3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu. 4) Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh

kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.17

Disamping itu, dalam menyusun pesan gaya bahasa juga memiliki peran yang penting. Menurut Onong Effendy, bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian denotatif dan pengertian konotatif.

Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakan karena tidak ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi yang salah.18

c. Menetapkan Metoda

Dalam dunia komunikasi pada metoda penyampaian/ mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya.

17 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, hh. 67-69

18 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 38


(38)

Yang pertama (menurut cara pelaksanaannya), dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu metoda redundancy (repetition) dan canalizing.

1) Redundancy (Repetition)

Metoda redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metoda ini sekalian banyak manfaat yang dapat ditarik darinya. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu. Selanjutnya dengan metoda repetition ini, komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian-penyampaian sebelumnya.

2) Canalizing

Untuk mempengaruhi khalayak haruslah terlebih dahulu mengerti tentang kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut, dan kemudian menyusun pesan dan metoda yang sesuai dengan itu.


(39)

Hal tersebut dimaksudkan, agar khalayak tersebut pada permulaan dapat menerima pesan yang kita lontarkan kepadanya, kemudian secara perlahan-lahan dirubah pola pemikiran dan sikapnya yang telah ada, ke arah yang kita kehendaki. Cara inilah yang disebut dengan metoda canalizing. Maksudnya komunikator menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif yang ada pada diri khalayak. Juga termasuk dalam proses canalizing ini adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. Yang kedua (menurut bentuk isinya) dikenal metoda-metoda: informatif, persuasif, edukatif, dan kursif.

a) Informatif

Dalam dunia Publisistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metoda) memberikan penerangan. Atau seperti dalam buku Strategi Komunikasi yang ditulis oleh Arifin Anwar, bahwa Jawoto berpendapat: memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga facts bersifat kontroversial, atau memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu pendapat.


(40)

b) Persuasif

Metoda persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar.

c) Edukatif

Metoda edukatif, mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman. Dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

d) Kursif

Kursif (Cursive) berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan.

d. Seleksi dan Penggunaan Media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian pula.19

19 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, hh. 72-78


(41)

Menurut Jalaluddin Rahmat yang mengutip pandangan Elizabeth Noell Neuman bahwa ada empat ciri pokok dalam berkomunikasi melalui media. Terutama bagi media massa.

1) Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis. 2) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta

komunikasi.

3) Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang terbatas dan anonim.

4) Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.20

Kini tak dapat disangsikan lagi bahwa menyalurkan idea dengan menggunakan mass-media, dapat dipertanggungjawabkan efektifitasnya, baik dari segi banyaknya jumlah khalayak yang dapat dijangkau, maupun dari segi dalamnya pengaruh itu pada diri khalayak, bilamana faktor-faktor lain terdapat relevansi yang kuat. Artinya faktor isi dan metoda disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian dari khalayak. Oleh karena itu efektivitas dari setiap usaha komunikasi yang diarahkan untuk mempengaruhi masyarakat atau pendapat umum, kiranya tak dapat lagi diimpikan tanpa menggunakan mass-media.21

Ada puluhan jenis media komunikasi, baik yang termasuk media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film, maupun yang termasuk media nirmassa seperti surat, telepon, folder, poster,

20 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2003), h. 189

21 Arifin Anwar, Strategi Komunikasi, hh. 86-87


(42)

spandoek, dan sebagainya. Tidak semua media perlu dipergunakan, sebab kalau demikian halnya tidaklah efisien.22

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Strategi Komunikasi Public Relations Radio Komunitas Awang-Awang Dalam Mempertahankan Loyalitas Pendengar. Oleh mahasiwa IAIN Sunan Ampel Surabaya Yusfi Rahmansyah, NIM : B06211008, S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah pada tahun 2010. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan jenis penelitian kualitatif, analisis analisis data secara kritis dengan teori Uses And Gratification. Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang strategi komunikasi. Subyeknya sama-sama radio, dan sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada strategi yang digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan strategi komunikasi public relations, sedangkan penulis menggunakan strategi komunikasi efektif.

2. Strategi Public Relations Radio Suara Muslim Surabaya Dalam Menghadapi Kompetisi Media Massa. Oleh mahasiwa UIN Sunan Ampel Surabaya Hilman Efendi, NIM : B06206079, S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada tahun 2015. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini

22 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 33


(43)

menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi (pengamatan), wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kevaliditasan data. Persamaan dari penelitian tersebut sama meneliti tentang strategi, subyeknya sama radio, dan sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada strategi yang digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan strategi public relations, sedangkan penulis menggunakan strategi komunikasi efektif.

3. Pengelolaan Program Penyiaran Radio: Kajian Strategi Pengelolaan Program Acara Keluarga Sakinah Di Radio SAS FM Surabaya. Oleh mahasiwi IAIN Sunan Ampel Surabaya Vina Rahmawati, NIM : B01208011, S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah pada tahun 2012. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara (pengamatan) dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis induktif. Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang strategi, sama mengkaji program, dan sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada strategi yang digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan strategi pengelolaan, sedangkan penulis menggunakan strategi komunikasi efektif.


(44)

4. Dakwah Melalui Media Radio : Persepsi Pendengar Terhadap Program Acara Dakwah Kajian Rutin Di Radio Darul Falah FM Mojosari-Mojokerto. Oleh mahasiswi IAIN Sunan Ampel Surabaya Mursilaturohmi, NIM : B01206006, S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah pada tahun 2010. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis induktif yang bermanfaat untuk memberikan informasi, fakta dan data mengenai persepsi pendengar terhadap program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto. Persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: 1) Bagaimana persepsi pendengar terhadap program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto, 2) Bagaimana pendengar memahami isi pesan pada program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Darul Falah (Dafa) FM Mojosari-Mojokerto. Kajian teori menggunakan teori Uses and Gratification, sehingga memperoleh data yang bersifat holistic (utuh). Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama menggunakan program radio sebagai media yang diteliti. Sedangkan perbedaannya pada penelitian tersebut meneliti persepsi pendengar, sedangkan penulis meneliti strategi komunikasi efektif.

5. Respon Pendengar Program Fajar Syiar Di Radio El Victor Sby Studi Pada Kajian Prof. DR. Moh. Ali Aziz, M. Ag. Oleh mahasiswi IAIN Sunan Ampel Surabaya Putri Puji Rahayu, NIM : B76209162, S1 Ilmu


(45)

Komunikasi Fakultas Dakwah pada tahun 2013. Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang berguna untuk memeriksa fakta dan data mengenai respon pendengar program Fajar Syiar di Radio El victor. Kajian pustaka disini berisi mengenai definisi 1) Sejarah Perkembangan Radio 2) Radio Sebagai Media Massa 3) Karakteristik Pendengar Radio 4) Respon Pendengar Radio. Kajian teori menggunakan teori SR untuk mendukung. Persamaan dari penelitian tersebut sama-sama menggunakan program radio sebagai media yang diteliti. Sedangkan perbedaannya pada penelitian tersebut meneliti respon pendengar, sedangkan penulis meneliti strategi komunikasi efektif.

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu

NO NAMA dan TAHUN

JUDUL

SKRIPSI PENELITIAN FOKUS PENELITIAN HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Yusfi Rahma nsyah, Tahun 2010 Strategi Komunik asi Public Relations Radio Komunita s Awang-Awang Dalam Memperta hankan Loyalitas Pendenga r. Strategi komunikasi public relations radio komunitas awang-awang dalam mempertahan kan loyalitas pendengar. Terdapat 2 strategi yang digunakan radio Komunitas Awang-Awang yaitu:

1. Strategi yang digunakan dalam menyususn dan mengombina sikan siaran sama-sama meneliti tentang strategi komunikas i. Subyekny a sama-sama radio, dan sama-sama Berbeda pada strategi yang digunaka n. Pada penelitia n tersebut menggun akan strategi komunik


(46)

atau program yang akan disajikan kepada pendengar pada umumnya dan fans Rakom awang-awang, berupa pemilihan dan pemilahan acara. 2. Strategi yang

digunakan di luar program acara dan pola siaran untuk menjalin pendengar yang aktif dan aspirtif, berupa perkumpulan rutin setiap satu bulan sekali dan iuran bulanan bagi pendengar Rakom Awang-Awang serta mengadakan kegiatan yang menunjang Rakom Awang-Awang bertahan di masyarakat. mengguna kan jenis penelitian kualitatif deskriptif. asi public relations, sedangka n penulis menggun akan strategi komunik asi efektif.

2 Hilman Efendi, Tahun 2015 Strategi Public Relations Radio

1. Strategi public relations, dan 1. Strategi jangka pendek untuk melihat sama-sama meneliti tentang Berbeda pada strategi yang


(47)

Suara Muslim Surabaya Dalam Menghad api Kompetisi Media Massa.

2. Kompetisi media massa gambaran apa yang harus dilakukan dan target apa yang harus dicapai ke depan dengan target menjadikan Radio Suara Muslim sebagai radio islam nomer satu di Indonesia . 2. Mengemas program yang kreatif dan seinovatif mungkin serta menyajikan program sesuai dengan permintaan pasar dan melakukan evaluasi-evaluasi untuk kemajuan dalam menghadapi kompetisi media massa. strategi, subyeknya sama-sama radio, dan sama-sama mengguna kan jenis penelitian deskriptif kualitatif. digunaka n. Pada penelitia n tersebut menggun akan strategi public relations, sedangka n penulis menggun akan strategi komunik asi efektif.

3 Vina Rahma wati, tahun 2012 Pengelola an Program Penyiaran Radio: Kajian Strategi Pengelola an Program Acara Strategi pengelolaan program penyiaran islam pada radio SAS FM Surabaya pada program acara Memberikan tema-tema aktual sesuai kebutuhan untuk memberikan solusi pada keluarga, mengambil hati dari para pendengar sama-sama mengkaji program, dan sama-sama mengguna kan jenis penelitian deskriptif Berbeda pada strategi yang digunaka n. Pada penelitia n tersebut menggun


(48)

Keluarga Sakinah Di Radio SAS FM Surabaya. Keluarga

Sakinah. dengan menjadikan diri kita mendekatka n diri dengan pendengar, sehingga problem solfing yang dibutuhkan pendengar terpenuhi.

kualitatif. akan strategi pengelol aan, sedangka n penulis menggun akan strategi komunik asi efektif.

4 Mursilat urohmi, tahun 2010 Dakwah Melalui Media Radio : Persepsi Pendenga r Terhadap Program Acara Dakwah Kajian Rutin Di Radio Darul Falah FM Mojosari-Mojokert o. 1. Persepsi pendengar terhadap program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Dafa FM Mojosari-Mojokert0. 2. Tentang

bagaimana pendengar memahami isi pesan pada program acara dakwah Kajian Rutin di Radio Dafa FM Mojosari-Mojokerto. 1. Persepsi positif. Program acara dakwah Kajian Rutin dapat menambah wawasan tentang keagamaan, sebagai sumber pengetahuan keagamaan dan juga penyampaia n pesan dakwahnya mudah dipahami. 2. Persepsi negatif. Kurangnya komunikasi antara da’i dan mad’u. 3. Pendengar memahami isi pesan dakwah pada program acara dakwah Kajian Rutin karena penggunaan sama-sama mengguna kan program radio sebagai media yang diteliti. Berbeda pada penelitia n tersebut meneliti persepsi pendeng ar, sedangka n penulis meneliti strategi komunik asi efektif.


(49)

bahasa yang mudah dipahami dan diterangkan pengertianny a secara luas serta sesekali diberi contoh dengan fenomena-fenomena yang sedang dihadapi. 5 Putri

Puji Rahayu, Tahun 2013 Respon Pendenga r Program Fajar Syiar Di Radio El Victor Sby Studi Pada Kajian Prof. DR. Moh. Ali Aziz, M. Ag. Respon Pendengar Program Fajar Syiar Di Radio El Victor Sby Studi Pada Kajian Prof. DR. Moh. Ali Aziz, M. Ag. 1. Respon masyarakat cenderung positif dalam menanggapi kajian Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag dalam Fajar Syiar El victor. 2. Gaya bahasa

yang

disampaikan oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag sangat mudah dimengerti oleh masyarakat. 3. Kajian yang dibawakan bisa memberikan perubahan positif bagi pendengarny a, baik dalam kesehatan dan kehidupan. 4. Kajian Prof.

Dr. Moh. Ali

sama-sama mengguna kan program radio sebagai media yang diteliti. Berbeda pada penelitia n tersebut meneliti respon pendeng ar, sedangka n penulis meneliti strategi komunik asi efektif.


(50)

Aziz, M. Ag dalam program Fajar Syiar dapat memperinga n dan memberikan pengobatan bagi pendengar yang menderita.


(51)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebuah metode penelitian adalah alat untuk mengetahui tentang langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan berujung dengan pemecahannya.1

Sebuah persoalan penting yang perlu untuk dikedepankan dalam metode penelitian adalah dengan cara apa saja dan bagaimanakah data yang harus dikumpulkan sehingga sebuah hasil penelitian ini mampu untuk menyajikan informasi dengan baik dan terarahkan.

Dengan demikian, peneliti menggunakan penelitian Kualitatif. Karena peneliti merasa bahwa dengan penelitian ini, bisa menemukan hasil penelitian yang sesuai dan sesua dengan keinginan penulis. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendiskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.2 Pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh baik

1

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 42

2

Moch. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h.63

43


(52)

berupa gambar, ucapan, maupun tulisan yang dapat diamati dari subyek itu sendiri.3

Namun, untuk jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual. Pertama mengartikannya sebagai kegiatan pengumpulan data dengan melukiskannya sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.4

Dalam penelitian ini, peneliti akan menginterpretasikan data dari hasil wawancara mendalam dengan manager program “Renungan Fajar” radio Suara Surabaya (SS) FM, rekaman program “Renungan Fajar”, maupun subjek terkait. Dengan menggunakan metode ini akan memudahkan peneliti mengetahui strategi komunikasi yang digunakan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pemilihan subjek penelitian dapat menggunakan criterion-based selection, menurut Muhajir dalam buku Metode Penelitian Ilmu Sosial yang ditulis oleh Muhammad Idrus. Yang didasari pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan.5

Sesuai dengan judul yang peneliti angkat yaitu “Strategi Komunikasi Efektif Radio Suara Surabaya dalam Program Renungan Fajar” adapun 3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 20

4

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: LOGOS, 1997), h. 60

5

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 92


(53)

subjek penelitian dalam penelitian ini adalah radio Suara Surabaya (SS) FM, yang bertempat di daerah dataran tinggi Surabaya Jl. Wonokitri Besar 40 C. Sedangkan objek sendiri adalah suatu hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan, atau sasaran yang akan diteliti, dalam penelitian ini, peneliti menjadikan program “Renungan Fajar” sebagai objek yang akan di teliti.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam tahap ini, peneliti harus merujuk kepada fokus kajian, tujuan penelitian, dan pertanyaan penelitian yang hendak dicari jawabannya. Dari ketiga hal tersebut akan dengan mudah untuk menentukan jenis data yang akan dicari6

a. Data Primer

Data primer adalah segala informasi kunci atau data fokus penelitian yang didapat dari informan sesuai dengan fokus penelitian atau data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan dan kelompok. Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.7

6

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 153

7

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 209


(54)

Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah manager program “Renungan Fajar” radio Suara Surabaya yang bernama Iman Dwihartanto. Data ini diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 31 Maret 2016 bertempat di ruang pertemuan kantor redaksi radio Suara Surabaya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung penelitian, data ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan dengan obyek penelitian yang mendukungnya. Termasuk dokumen, surat-surat, foto, hasil rekaman, video, dll.8

Dalam data sekunder ini peneliti mendapatkan data berupa rekaman program “Renungan Fajar” dan rekaman waktu berwawancara dengan manager program “Renungan Fajar”, dokumen apresiasi pendengar serta dokumen struktur organisasi radio Suara Surabaya.

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi dalam sebuah penelitian, baik primer maupun sekunder. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi, wawancara kepada manager program. Data-data ini

8

Ibid h. 210


(55)

dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan yang telah disistematisir dalam kerangka penulisan laporan.

a. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena memang direncanakan oleh peneliti. Terarah karena memang dari berbagai macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti. Karena peneliti mempunyai seperangkat tujuan penelitian yang diharapkan dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian.

Perumusan masalah yang baik akan membatasi studi. Membatasi studi di sini sebenarnya adalah membatasi kata-kata dan tindakan yang akan dijaring dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian. Jadi, seorang peneliti yang baik merancang secara matang terlebih dahulu apa strategi dan taktik menjaring informasi yang diperlukan. Peneliti melakukan wawancara terhadap manager program “Renungan Fajar” yaitu Iman Dwihartanto.


(56)

b. Sumber Data Tertulis

Sumber data tertulis merupakan sumber kedua dari kata-kata dan tindakan, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dan arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan sumber data tertulis berupa buku ilmiah yang berjudul Suara Surabaya . Selain dari buku-buku ilmiah peneliti juga menggunakan arsip-arsip dokumen yang berupa arsip data undangan FGD, arsip data apresiasi pendengar “Renungan Fajar”, dan arsip data struktur organisasi radio Suara Surabaya.

D. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian. Khususnya analisis data ciri khasnya sudah dimulai sejak awal pengumpulan data. Hal itu yang amat berbeda dengan pendekatan yang menggunakan eksperimen.9

Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu mempersiapkan segala macam racangan penelitian seperti:

9

Ibid, h. 126


(57)

proposal penelitian, buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan referensi penelitian, sehingga peneliti mempunyai pedoman atau rujukan yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan keasliannya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pra lapangan ini, antara lain :

a. Menyusun Kerangka Penelitian.

Setelah peneliti menemukan sebuah masalah yang dapat dijadikan penelitian kemudian peneliti mencari dan mendalami referensi yang membahas tentang masalah tersebut. Setelah melakukan pendalaman refrensi, kemudian dilakukan diskusi baik dengan teman sejawat, dosen, maupun dosen pembimbing sehingga lahirlah judul penelitian : strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya (SS) FM dalam program “Renungan Fajar”, judul ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilanjutkan dalam pengujian proposal pada tanggal 9 September 2015.

Peneliti memilih judul tersebut dengan alasan : 1) Belum terdapat penelitian serupa untuk sebelumnya.

2) Banyaknya persaingan radio-radio yang melahirkan program dakwah baik itu radio dakwah maupun tidak, salah satunya adalah Radio Suara Surabaya.

3) Secara akademis sesuai dengan bidang keilmuan yang didalami oleh peneliti, secara geografis sangat memungkinkan melakukan


(58)

penelitian dengan optimal karena peneliti bertempat di Surabaya.

b. Memilih Lapangan Penelitian.

Dalam hal ini peneliti mempertimbangkan fokus akademis. Dengan tujuan karena penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan bagi keilmuan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk kedepannya dan menambah wawasan lebih luas untuk mahasiswa selanjutnya.

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.10 Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih dahulu telah menggali data atau informasi tentang subyek yang akan diteliti (meski secara informal), kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikan radio Suara Surabaya sebagai subyek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuan yang peneliti tekuni selama ini.

c. Mengurus Surat Izin Penelitian.

Setelah ditentukan lapangan penelitian dan proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan permohonan pada pihak Fakultas

10

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.86


(59)

Dakwah dan Komunikasi untuk memberikan ijin dengan mengeluarkan surat izin penelitian yang diajukan kepada HRD radio Suara Surabaya dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan. Peneliti mengurus surat izin ini kepada staf Prodi KPI yakni Bapak Rozak, yang kemudian dilanjutkan pada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi selaku pemberi wewenang penelitian. Setelah surat izin penelitian keluar, peneliti menyampaikan surat tersebut kepada HRD radio Suara Surabaya.

d. Mengidentifikasi dan Menilai Lapangan Penelitian.

Setelah mendapat ijin dari bagian RnD Suara Surabaya, di hari pertama peneliti menggunakan kesempatan untuk menilai dan mengidentifikasi lapangan penelitian serta mulai menentukan perkiraan informan yang akan dipilih guna membantu penelitian ini. Tahap ini sangat penting bagi peneliti karena bermanfaat untuk mengetahui bagaimana situasi yang akan diteliti dan apa saja yang akan dijalankan oleh peneliti serta mudah untuk menyesuaikan diri pada lapangan penelitian.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan.

Informan adalah individu atau kelompok yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan penelitian. Informan membantu peneliti untuk mengumpulkan banyak informasi dalamm waktu yang relatif singkat. Informasi yang


(60)

ada akan menghasilkan informasi-informasi sudah dikumpulkan dan menjadi alat pertimbangan dengan informasi dari sumber lainnya. Dalam hal ini peneliti memilih Iman Dwihartanto sebagai informan dengan alasan bahwa Iman Dwihartanto yang akan menghasilkan sebuah data-data yang akan dijadikan bahan penulisan ini.

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian.

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.11 Adapun peralatan yang harus dibutuhkan adalah:

1) Pensil atau pulpen, untuk menulis setiap hasil lapangan baik dari hasil wawancara maupun observasi, karena alat tersebut sangat bermanfaat untuk menulis berbagai sumber yang perlu dirupakan menjadi sebuah tulisan.

2) Buku kosong, untuk diisi data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti setelah melakukan observasi maupun wawancara diwaktu mengerjakan penggalian data di lapangan.

3) Alat perekam suara, peneliti menggunakan sebuah telepon genggam untuk merekam hasil wawancara dengan Iman Dwihartanto.

Dalam hal ini, dalam upaya mengumpulkan data atau informasi dari subjek yang diteliti, peneliti menggunakan alat bantu

11

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 91


(61)

berupa buku dan alat tulis untuk mencatat hasil wawancara antara peneliti dengan informan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan menggali data dengan cara wawancara dengan informan-informan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Kemudian peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan, serta dokumentasi agar data yang diperoleh lebih aktual dan valid.

Peneliti melakukan observasi sebagai mad’u dengan cara mendengarkan program “Renungan Fajar” di Radio Suara Surabaya setiap hari pukul 05.00 WIB. Disitulah peneliti mulai mencatat berbagai data yang akan dikumpulkan, informasi dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan dan proses wawancara dengan manager program Iman Dwihartanto di kantor redaksi Suara Surabaya maupun melalui telepon genggam, peneliti merekam dalam alat perekam suara sebagai data yang lalu disatukan dengan data yang lain. Selain itu, peneliti juga meminta izin untuk meminta rekaman program “Renungan Fajar” guna menguatkan hasil wawancara.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan dan disusun dengan baik dan rapi, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis data.


(62)

Dengan demikian, sesudah peneliti berhasil untuk mendapatkan sebuah data atau informasi dari subyek yang diteliti dengan baik, langkah yang diambil kemudian yaitu menyajikannya secara lengkap tanpa melakukan penambahan maupun pengurangan data atau informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan subjek penelitian yang sudah didapat.

Dalam penelitian ini, setelah peneliti melakukan pengumpulan data tentang program “Renungan Fajar” dari hasil wawancara dengan manager program dan salah satu pendengan program “Renungan Fajar”, observasi program setiap hari, serta dokumen-dokumen arsip data program “Renungan Fajar”. Peneliti menyusun data tersebut dengan mengambil data yang berhubungan dengan rumusan masalah yang kemudian dikonfirmasikan dengan teori yang ada dalam buku ilmiah yang berjudul Strategi Komunikasi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, serta Perencanaan dan Strategi Komunikasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalama penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.


(63)

Pengumpulan data adalah prosedur yang yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.12 Yang dimaksud data kualitatif ialah data dalam bentuk bukan angka. Data berupa teks, dokumen, atau obyek-obyek lainnya yang diketemukan di lapangan selama melakukan penelitian.13

Dalam penelitian kali ini, menggunakan beberapa teknik dalam upaya untuk mengumpulkan data-data penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.14

Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

12

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yograkarta: Teras, 2009), h. 57

13

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif, h. 223

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 145


(64)

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.15 Alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah: pengamatan mengoptimalkan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya; pengamatan memugkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subyek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu.16

Untuk teknik observasi ini peneliti mengamati program “Renungan Fajar” dengan jalan ikut serta berpartisipasi dengan cara mendengarkan serta menjadi mad’u dari program “Renungan Fajar” dengan demikian peneliti bisa mengumpulkan data dengan teknik observasi atau ikut serta dalam program tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

15

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118

16

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hh. 174-175


(1)

pendengar. Tidak menggunakan bahasa-bahasa gaul seperti yang digunakan remaja-remaja saat ini, karena bahasa tersebut sangat tidak sesuai dengan segmentasi program RF tersebut. Sehingga materi akan menarik dengan pesan-pesan dan bahasa yang disampaikan sesuai dengan keadaan pendengar.

3. Menetapkan Metode

Setelah menyusun pesan langkah selanjutnya yaitu menetapkan metode yang sesuai. Ada dua metode yang bisa digunakan, salah satunya adalah metode repetisi atau pengulangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di lapangan bahwa dalam program “Renungan Fajar”, SS menggunakan penyampaian dakwah yang sama dengan kultum pada umumnya dengan metode repetisi atau pengulangan rekaman program yang berisi materi dakwah.

Dengan metode repetisi ini dapat mengimbangi program RF yang formatnya tanpa ada interaksi lewat telepon dengan pendengarnya. Sehingga materi yang sudah disiarkan dapat disiarkan kembali dalam beberapa waktu yang akan datang. Metode ini digunakan semata-mata untuk mengingatkan kembali materi yang sudah disiarkan di waktu yang lalu. Karena stok atau persediaan rekaman materi banyak maka jarak pengulangan materi agak sedikit lama.

Inilah hasil temuan peneliti di lapangan. Relevan atau sesuai dengan teori yang peneliti gunakan sebagai acuan. Program ini dibuat tidak asal-asalan. Tujuan serta pengemasan program jelas. Dalam memilih narasumber juga


(2)

100

tidak asal-asalan meskipun ada narasumber yang tidak semua orang kenal. Namun itu juga berasal dari pertimbangan latar belakangnya.

Ustadz yang ditunjukkan sebagai narasumber oleh SS merupakan orang yang paham tentang agama. Program ini berisi materi-materi yang menarik sesuai dengan fakta-fakta yang ada dan mudah dipahami. Terbukti saat peneliti melakukan penelitian, materinya padat dan temanya beragam. Serta selalu ada pendengar yang mengapresiasi di setiap harinya.

Meskipun saya melihatnya program ini konsisten dengan formatnya, tujuannya sebagai penyeimbang serta slogannya. Tidak ada perubahan yang menonjol untuk bersaing dengan program dakwah pada radio lain. Karena memang radio SS ini bukan fokus pada program dakwah melainkan program berita.


(3)

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan. Strategi komunikasi efektif radio Suara Surabaya yang digunakan dalam program “Renungan Fajar” sebagai berikut: Strategi mengenal khalayak dengan menggunakan metode Forum Group Discussion (FGD) yang dibagi menjadi kelompok frekuensi tingkat kehadiran dalam bergabung, kelompok berdasarkan lagu serta kelompok berdasarkan range usia. Dan melalui lembaga survei Nielsen tiga bulan sekali.

Menyusun pesan berdasarkan segmentasi pendengar, FGD dan survei Nielsen menentukan issue yang lagi tren untuk menyusun materi yang mencakup pengetahuan, fakta-fakta yang ada dan nasehat-nasehat untuk pendengar. Dengan menggunakan gaya bahasa yang lugas sesuai dengan segmentasi pendengar.

Menetapkan metode repetisi, dengan cara mengulang rekaman program yang berisi materi dakwah. Dengan model penyampaian yang sama halnya dengan kultum-kultum yang ada.

B. Saran

1. Bagi pendengar, dalam melaksanakan program kegiatan keagamaan tidak

hanya sekedar mengikutinya, dan memiliki rasa cinta kepada agamanya,


(4)

102

akan tetapi juga memahami ajaran-ajaran yang telah diberikan, agar benteng-benteng keagamaan dalam islam ini semakin banyak dan tidak diragukan.

2. Demikian juga untuk para pemilik media, khususnya radio SS yang

memiliki program dakwah, untuk semakin meningkatkan kualitas program, supaya menjadi program yang lebih baik. Agar lebih bermanfaat lagi bagi pendengar khususnya mereka yang masih awam dalam hal ilmu keagamaannya dan semakin luas penyebaran keilmuannya tentunya dengan binaan komunikasi yang efektif.

3. Untuk penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

berdasarkan penelitian ini maka penulis memberikan saran dengan adanya hasil penelitian ini, penelitian memberikan rokemendasi kepada peneliti selanjutnya untuk dapat lebih memperdalam hasil penelitian ini. Karena peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari sempurna.


(5)

Anwar, Arifin, 1984, Strategi Komunikasi, Bandung: Armico.

Arikunto, Suharsimi, 2000, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Bachtiar, Wardi, 1997, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos.

Baran, Stanley J, 2008, Pengantar Komunikasi Massa, Diterjemahkan oleh:

S.Rouli Manalu, Jakarta: Erlangga.

BH, Arifin, 2010, Suara Surabaya, Bukan Radio, Surabaya: Buku Suara Surabaya.

Budyatna, Muhammad, 2012, Teori Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta: Kencana. Bungin, Burhan, 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Bungin, Burhan, 2011, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied, 2013, Perencanaan & Strategi Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers.

David, Fred R, 2002, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhallindo.

Departemen Agama RI, 1965, Al-Quran dan Terjemahnya Juz 21-30, Jakarta:

Pertjetakan dan Offset “JAMUNU”

Effendy, Onong Uchjana, 2005, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana, 2008, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Herdiansyah, Haris, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.

Idrus, Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Erlangga.

Ilaihi, Wahyu, 2010, Komunikasi Dakwah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Kusnawan, Aep, 2004, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang


(6)

M. Romli, Asep Syamsul, 2013, Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, Bandung.

Moh, Ali Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.

Moleong,Lexi .J. 2002, MetodologiPenelitianKualitatif, Bandung: Rosdakarya. Morissan, 2009, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi, Jakarta: Kencana.

Nazir, Moch, 1998, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rakhmat, Jalaluddin, 1995, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryanto, 2015, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia.

Syukur, Asmuni, 1983, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas.

Tanzeh, Ahmad, 2009, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras.

Wahyudi, J. B, 1992, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta: Gramedia.

Widjaja, A.W, 1993, Komunikasi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta : Bumi Aksara.

Non Buku

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Radio (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radio. diakses 10 Desember 2015)

Suara Suarabaya 100.00 FM (http://www.radiojatim.com/index.php. Diakses 21 Juli 2016, pukul 10:39)

suarasurabaya.net (http//www.suarasurabaya.net/radio/. Diakses 21 Juli 2016, pukul 11:10)