Gambar . 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Malinau

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH
KABUPATEN MALINAU

2.1

Gambaran Umum Kabupaten Malinau
Secara umum kondisi Kabupaten Malinau dapat dilihat berdasarkan profil demografi, topografi,
geohidrologi,geologi, klimatologi dan kondisi ekonomi wilayah. Wilayah administratif Kabupaten
Malinau terdiri dari 12 Kecamatan dan 3 Kecamatan pemekaran serta satu Kecamatan
Persiapan dan 109 Desa antara lain:
1.
Kecamatan Kayan Hulu,
2.
Kecamatan Sungai Boh,
3.
Kecamatan Kayan Hilir,

4.
Kecamatan Pujungan,
5.
Kecamatan Malinau Kota,
6.
Kecamatan Malinau Selatan,
7.
Kecamatan Malinau Utara,
8.
Kecamatan Malinau Barat,
9.
Kecamatan Mentarang,
10. Kecamatan Kayan Selatan,
11. Kecamatan Bahau Hulu .
12. Kecamatan Mentarang Hulu.
Tiga Kecamatan Pemekaran :
13. Kecamatan Malinau Selatan Hulu
14. Kecamatan Malinau Selatan Hilir
15. Kecamatan Pada.
Melalui peta padu serasi Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Malinau memiliki wilayah

seluas 39.799,90 Km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat

: Kabupaten Nunukan
: Kabupaten Tanah Tidung, Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Berau dan Kabupaten Kutai Timur
: Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kertanegara
: Negara Malaysia Timur-Serawak.

Wilayah Kabupaten Malinau merupakan daerah perbatasan antara Indonesia dan Serawak
( Malaysia ). Kabupaten Malinau sebagai salah satu wilayah prioritas di daerah perbatasan
sebagai beranda depan dan wilayah konservasi sumber daya alam. Kurang dari 90 % luas
wilayah Kabupaten Malinau berupa kawasasn hutan dengan peruntukan yaitu sebagaimana
pada tabel 2.1

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018


II - 10

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

2014

Tabel .2.1
Luas Wilayah Kbupaten Malinau dengan peruntukannya
Luas
No
Fungsi Kawasan
Pemanfaatan Lahan
%
( Km )
Taman Nasional Kayan Mentarang
986,385
24.88
1 Kawasan Lindung
Hutan Lindung

672,572
16.97
Kawasan Budidaya Kehutanan
1,969,640
49.69
2 Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya Non Kehutanan
335,522
8.46
Jumlah
3,964,119.00 100.00
Sumber : RTRW Kabupaten Malinau 2012-2032
Gambar . 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Malinau

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 11


2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Sumber :Peta Padu Serasi RTRW 2011

2.1.1 Profil Geografis dan Administrasi
Kabupaten Malinau memiliki jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring dengan
berjalannya waktu. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan
penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya
yakni migrasi. Profil demografi Kabupaten Malinau yang akan dijabarkan meliputi jumlah
penduduk menurut kecamatan, komposisi per wilayah (kepadatan), struktur penduduk
berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan laju
pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:
2.1.1.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Jumlah penduduk laki-laki Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebanyak 41.594 jiwa
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 35.811 jiwa. Struktur umur
penduduk pada tahun 2011 memperlihatkan komposisi penduduk tertinggi terdapat
pada usia 25 - 29 tahun yaitu sebanyak 8.974 jiwa atau 11.28 %, dan penduduk
terendah terdapat pada usia > 75 tahun yaitu 602 jiwa atau 0.77%.

Dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, Kabupaten Malinau dapat dikatakan
sebagai daerah dalam transisi komposisi penduduk dari kategori penduduk usia muda
ke arah pada usia tua. Komposisi penduduk tersebut dapat diasumsikan karena
Kabupaten Malinau sebagai daerah terbuka dimana mobilitas penduduk tinggi,
sehingga pertumbuhan penduduk di Kabupaten Malinau terus meningkat. Jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin

No

Kecamatan

1 Kayan Hulu
2 Kayan Selatan
3 Sungai Boh
4 Kayan Hilir
5 Pujungan
6 Bahau Hulu
7 Malinau Kota

8 Malinau Selatan
9 Malinau Barat
10 Malinau Utara
11 Mentarang
12 Mentarang Hulu
Jumlah/ Total 2011

Laki - Laki
1,762
1,208
1,255
862
1,108
873
13,804
4,761
5,668
6,462
3,105
726

41,594

Penduduk
Perempuan
1,630
1,082
1,140
702
928
712
11,382
4,118
4,979
5,620
2,866
652
35,811

Jumlah
3,392

2,290
2,395
1,564
2,036
1,585
25,186
8,879
10,647
12,082
5,971
1,378
77,405

Rasio L/P
1.08
1.12
1.10
1.23
1.19
1.23

1.21
1.16
1.14
1.15
1.08
1.11
1.16

Sumber : Malinau Dalam Angka Tahun 2011
2.1.1.2 Laju Pertambahan Penduduk
Secara demografi penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebanyak 77.405
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 12

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
jiwa, penyebaran penduduk dari dua belas kecamatan tidak merata seperti tahuntahun sebelumnya. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Malinau Kota
sebanyak 25.186 jiwa sedangkan penduduk terendah terdapat di Kecamatan

Mentarang Hulu sebanyak 1.378 jiwa.
Tabel. 2.3
Luas Wilayah ,Jumlah Penduduk , Kepadatan Penduduk dan Komposisi
Penduduk menurut Kecamatan
Luas Wilayah
No

Kecamatan
Km

1
2
1 Kayan Hulu
2 Kayan Selatan
3 Sungai Boh
4 Kayan Hilir
5 Pujungan
6 Bahau Hulu
7 Malinau Kota
8 Malinau Selatan
9 Malinau Barat
10 Malinau Utara
11 Mentarang
12 Mentarang Hulu
13Jumlah/
Malinau
Selatan
Total
2011

%

Jumlah
Penduduk
Population
( Jiwa/Per

Kepadatan
Penduduk
Population
Denseity

Komposisi
Penduduk
Population

Son )

( Jiwa/Km2 )

Compotition

3
651.67
3,223.81
3,234.59
11,876.64
6,762.92
2,872.99
123.22
3,733.81
754.43
776.36
2,883.82
2,872.36

4
1.64
8.11
8.13
29.87
17.01
7.22
0.31
9.39
1.90
1.95
7.25
7.22

5
3,392
2,290
2,395
1,564
2,036
1,585
25,186
8,879
10,647
12,082
5,971
1,378

Person /Km 2
6
5.21
0.71
0.74
0.13
0.30
0.55
204.40
2.38
14.11
15.56
2.07
0.48

39,766.62

100.00

77,405.00

1.95

7
4.38
2.96
3.09
2.02
2.63
2.05
32.54
11.47
13.75
15.61
7.71
1.78
100.00

2010

39,799.90

100.00

77,117.00

1.94

100.00

2009
2008
2007

39,799.90
42,620.70
42,620.70

100.00
100.00
100.00

62,580.00
66,023.00
55,577.00

1.57
1.55
1.30

100.00
100.00
100.00

Sumber : Malinau Dalam Angka 2011

Dengan luas wilayah keseluruhan 39.766.62 km2 kepadatan penduduk Kabupaten
Malinau pada tahun 2011 sebesar 1.95 jiwa/km2. Kondisi ini menunjukan adanya
peningkatan kepadatan penduduk sebesar 0.55 jiwa/km2 dari tahun 2006 sebesar 1.39
jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Malinau Kota sebesar
204.40 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Mentarang Hulu sebesar 0,48 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terkait dengan luas
masing-masing wilayah dapat dilihat pada tabel 2.1.3.

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 13

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Tabel 2.1.3
Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
No

Kecamatan

Luas

Jumlah

( Km2)

Penduduk ( Jiwa )

3

4

1
2
1 Kayan Hulu
2 Kayan Selatan
3 Sungai Boh
4 Kayan Hilir
5 Pujungan
6 Bahau Hulu
7 Malinau Kota
8 Malinau Selatan
9 Malinau Barat
10 Malinau Utara
11 Mentarang
12 Mentarang Hulu
13 Jumlah/Total
Malinau Selatan
2010

651.67
3,223.81
3,234.59
11,876.64
6,762.92
2,872.99
122.92
3,733.81
754.43
776.36
2,883.82
2,872.36
39,766.33

3,392.00
2,290.00
2,395.00
1,564.00
2,036.00
1,585.00
25,186.00
8,879.00
10,647.00
12,082.00
5,971.00
1,378.00
77,405.00

Kepadatan
Penduduk
( Jiwa / Km 2 )
5
5.21
0.71
0.74
0.13
0.30
0.55
204.90
2.38
14.11
15.56
2.07
0.48
1.95

Sumber : Malinau Dalam Angka 2011
2.1.1.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan komposisi menurut pendidikan akhir, terlihat bahwa sumber daya manusia
yang memiliki pendidikan dan keterampilan masih sangat kurang. Untuk
pengembangan wilayah Kabupaten Malinau diperlukan sebuah upaya dalam
meningkatkan sumberdaya manusia melalui jenjang pendidikan minimal tamat SMU
dan dengan lebih memotivasi masyarakat untuk bersekolah. Untuk lebih jelanya dapat
dilihat pada tabel 2.1.4
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Akhir Tahun 2011

No

Kecamatan

1
2
1 Kayan Hulu
2 Kayan Selatan
3 Sungai Boh
4 Kayan Hilir
5 Pujungan
6 Bahau Hulu
7 Malinau Kota
8 Malinau Selatan
9 Malinau Barat
10 Malinau Utara
11 Mentarang
12 Mentarang Hulu
Jumlah/Total 2011

Pendidikan Terakhir
Belum
Tidak
SMP
SMU
Diploma
Element
Sekolah Tamat SD
SD
High
Not
Under Primary ary
School
Diploma
School Primary School School
3
4
5
6
7
8
1,141
712
643
416
397
25
691
508
462
266
288
42
724
606
431
280
294
15
522
409
236
176
187
11
622
500
317
251
288
23
392
396
391
190
182
4
5,403
3,158
3,996
3,857
6,222
238
2,596
1,984
2,292
848
909
61
2,445
2,035
1,665
1,525
2,092
132
3,404
2,521
2,148
1,371
2,013
117
2,078
1,325
885
590
800
56
502
350
267
124
123
4
20,520
14,504
13,733
9,894
13,795
728

Sarjana
Acade
mic
Degree
9
58
33
45
23
35
30
2,300
224
732
506
237
8
4,231

Jumlah
Jiwa

10
3,392
2,290
2,395
1,564
2,036
1,585
25,174
8,914
10,626
12,080
5,971
1,378
77,405

Sumber : Malinau Dalam Angka 2011

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 14

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

2014

2.1.1.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi pembangunan yang sangat
menentukan kerberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang
ditimbulkan dalam aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM usia produktif
banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya mengakibatkan terbentuknya
permasalahan sosial yang memerlukan perhatian tersendiri.
Jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2008 paling banyak bekerja
di bidang pertanian, yaitu sebanyak 35,42 jiwa sedangkan jenis pekerjaan terendah di
bidang industri. Masalah yang terkait dengan proses pembangunan di Kabupaten
Malinau adalah masalah mobilitas penduduk dan ketenagakerjaan.
Tingginya angka mobilitas penduduk dari luar daerah ke Kabupaten Malinau akan
membawa persoalan baru dibidang ketenagakerjaan. Masuknya penduduk luar daerah
ke Kabupaten Malinau merupakan konsekuensi dari karakteristik Kabupaten Malinau
sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Persoalan ini membawa
dampak pada beban kota untuk menampung keberadaan mereka. Apalagi jika kaum
pendatang tidak mempunyai bekal pendidikan dan skill yang memadai, sehingga akan
menambah angka pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Malinau.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 2.5
Persentase Penduduk Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011
Jenis Pekerjaan Utama
Jumlah
Pertanian
21.44
Pertambangan & Penggalian
28.87
Industri Pengolahan
0.07
Listrik ,Gas dan Air Minum
0.19
Bangunan dan Konstruksi
13.96
perdagangan,Restoran & Hotel
12.00
Pengakutan dan Komunikasi
18.36
Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan
0.30
Jasa - jasa
4.81
Jumlah
100.00

Sumber : Malinau Dalam Angka Tahun 2011

2.1.2 Profil Demografi
Kabupaten Malinau merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kalimantan Timur, secara
astronomi terletak diantara 114035’22” - 116050’55” Bujur Timur dan 1021’36” - 4010’55”
Lintang Utara. Berdasarkan Topografinya Kabupaten Malinau berada di ketinggian antara 0 2000 m dpl diatas permukaan laut. Daerah dataran rendah yang subur pada umumnya
dijumpai di kawasan sepanjang sungai khususnya di Kecamatan Malinau, Kecamatan
Malinau Utara, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Selatan, sepanjang sungai
Malinau, sungai Semendurut, sungai Sembuak, Salap dan sebagian di Ibu Kota Kecamatan
Mentarang. Kabupaten Malinau terdapat dataran tinggi yang terjal yang ditumbuhi hutan
belantara yaitu sebagian Kecamatan Mentarang, Kecamatan Mentaran Hulu, Kecamatan
Pujungan, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Bahau Hulu,
Kecamatan Kayan Selatan, dan Kecamatan Sungai Boh meliputi dataran tinggi, perbukitan
dengan pegunungan dengan ketinggian ± 500 - 2000 m di atas permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Malinau didominasi topografi yang bergelombang dari kemiringan landai
– sampai curam .Luas daerah datar hingga landai ( 0 – 15 ) % mencapai 1.205.036 Ha ,
dijumpai di Wilayah Malinau Kota , Malinau Utara,Malinau Selatan ,Malinau Barat sebagian
Wilayah Mentarang .

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 15

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Luas daerah agak curam hingga curam ( Kemiringan 16 % - > 40 % ) mencapai 3.057.033
Ha mendominasi Kecamatan Mentarang Hulu, Pujungan , Bahau Hulu ,Kayan Hulu, Kayan
Selatan, Kayan Hilir dan Kecamatan Sungai Boh. Kondisi topografi tersebut sangat
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Malinau.
Tabel. 2.6
Luas Kemiringan Lahan (rata-rata) Kabupaten Malinau

No
1
2
3
4
5

Kelerengan
Bentuk Wilayah
Luas ( Ha )
0-8 %
Datar
633,405.00
9-15 %
Landai
571,631.00
16 - 25 %
Agak Curam
1,060,210.00
26 - 40 %
Curam
1,469,881.00
> 40 %
Sangat Curam
526,942.00
Jumlah
4,262,069.00
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Malinau Tahun 2011

Prosentase
14.86
13.41
24.88
34.49
12.36
100.00

2.1.3 Profil Topografi Kabupaten Malinau
Wilayah Kabupaten Malinau didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai
sampai curam, dengan ketinggian antara 0-2000 meter di atas permukaan laut. Daerah
dataran rendah yang subur pada umumnya dijumpai di kawasan sepanjang sungai,
khususnya di Kecamatan Malinau, Kecamatan Malinau Utara, Kecamatan Malinau Barat,
Kecamatan Malinau Selatan, sepanjang kiri kanan Sungai Malinau, kiri kanan Sungai
Semendurut, Sungai Sembuak dan Salap serta sebagian di sekitar Ibukota Kecamatan
Mentarang, Kecamatan Mentarang Hulu, Kecamatan Pujungan, Kecamatan Kayan Hilir,
Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Selatan dan Kecamatan Sungai Boh, meliputi
dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 500 - 1000 meter
di atas permukaan air laut.
Kemiringan tanah di Malinau cukup bervariasi dari 0 – 2 % sampai lebih dari 40%. Dataran
rendah hanya sebagian kecil di daerah Malinau Kota, tepi aliran sungai Malinau. Sedangkan
sebagian besar merupakan dataran tinggi seperti yang terdapat di Kecamatan Pujungan,
Bahau
Hulu, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Sungai Boh dan sebagian Kecamatan
Mentarang Hulu, mulai dari Paking , Semamu, Long Berang sampai dengan Long Pala.
Pada daerah dengan kemiringan lahan di bawah 2 persen sangat berpotensi untuk
pengembangan tanaman pangan, terutama padi dan palawija. Kendala yang ada pada
daerah dengan kemiringan lahan dibawah 2 persen relatif kecil, kemungkinan erosi yang
terjadi sangat rendah sekali. Namun pada daerah rawa yang tergenang permanen perlu
adanya masukan teknologi relatif tinggi, yaitu pembuatan kanal atau saluran-saluran drainase.
Pada daerah dengan kemiringan lahan 3 – 15 % adalah kawasan yang potensial untuk
pengembangan pertanian pangan dan perkebunan dengan masukan teknologi rendah sampai
sedang seperti pembuatan teras gulud atau teras bangku. Sedangkan daerah dengan
kemiringan lahan 15 – 40 % peruntukkannya terbatas hanya untuk perkebunan dengan
masukan teknologi untuk konservasi lahan.
2.1.4 Profil Hidrologi
Berdasarkan kondisi hidrologinya sungai – sungai utama di Kabupaten Malinau terdiri dari :
Sungai Sesayap, Sungai Malinau, Sungai Mentarang, Sungai Bahau , Sungai Kayan yang
menyebar pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Sesayap , DAS Kayan , DAS Mahakam, DAS
Sembakung dan DAS Berau. Sekitar 37.84 % Wilayah Kabupaten Malinau merupakan
dataran tinggi ( > 900 dpl ) dan menjadi hulu beberapa sungai besar maupun kecil yang
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 16

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

2014

mengalir ke berbagai Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, seperti Kabupaten Tanah
Tidung,Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten
Berau dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Sungai tepanjang di Kabupaten Malinau antara
lain Sungai Bahau
( 622 Km ), Sungai Kayan ( 576 ), Sungai Pengenau ( 242 Km ) dan
Sungai Mentarang 176 ( Km ).
Kelebihan-kelebihan yang menonjol dari air bawah tanah terhadap permukaan, antara lain
adalah bahwa air bawah tanah terdapat pada reservoir yang tersebar luas, tetapi tidak
menyita tempat, tidak memerlukan jaringan penyaluran, cadangannya tidak berkurang karena
penguapan, bebas dari bahaya banjir, bebas polusi bakteri, suhunya stabil, dan aman dari
pencemaran termasuk pencemaran radioaktif.
Pemanfaatan air bawah tanah yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan akan
menimbulkan berbagai akibat yang merusak, seperti penurunan muka pisometrik air tanah
sehingga akan menyebabkan debit air berkurang, pompa selam tidak berfungsi, dan dapat
pula diikuti dengan penyusupan air laut ke daratan yang dapat merusak pondasi bangunan
dan mencemari air bawah tanah itu sendiri.
Gambar. 2.2
Kondisi Hidrologi (DAS) di Kabupaten Malinau

Sumber : Bappeda Kabupaten Malinau

2.1.5 Profil Geologi Kabupaten Malinau
Ditinjau dari aspek geologi, Kabupaten Malinau mencakup daerah yang sangat luas dan
umumnya tersusun oleh batuan-batuan sedimen yang kompak dan batuan-batuan gunung api
tua. Morfologi perbukitan bergelombang kasar dan morfologi terjal umumnya meliputi daerahdaerah perbukitan terjal serta tersusun oleh batuan sedimen berumur tua yang mengalami
pengangkatan, pelipatan dan pesesaran.
Gambar 2.3
Kondisi Geologi Kabupaten Malinau

Sumber : Bappeda Kabupaten Malinau
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 17

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Malinau terutam didominasi oleh Ultisol, Inceptisol,
Entisol dan Spodosol. Ultisol adalah tanah yang sudah tua dengan tingkat kesuburan tanah
yang rendah serta memiliki batuan mudah lapuk yang miskin hara. Inceptisol adalah tanah
sedang berkembang, biasanya berwarna coklat kemerahan dan relatif agak subur, Entisol
adalah tanah yang belum berkembang dan merupakan hasil pengendapan dan doposisi
longsoran tanah lainnya. Spodosol adalah tanah yang memiliki horison spodik yang bersifat
masam dengan kesuburan tanah yang rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1.7
Tabel. 2.7
Luas dan Jenis Tanah di Kabupaten Malinau

No
Formasi
1 Aluvial
2 Organosol
3 Podsolik
Jumlah

Luas ( Ha )
1,276,477.00
7,468.00
2,978,125.00
4,262,070.00

Prosentase
29.95
0.18
69.88
100.00

Sumber : Profil Daerah Kab.Malinau Tahun 2011
Gambar 2.4
Kondisi Jenis Tanah di Kabupaten Malinau

Sumber :Bappeda Kabupaten Malinau

Berdasarkan interpertasi pada peta geologi lembar Malinau skala 1:250.000 (1995)
geomorfologi daerah Malinau dan sekitarnya dapat dibagi atas dua satuan morfologi sebagai
berikut:
1. Satuan Morfologi Dataran
Satuan morfologi dataran merupakan daerah dataran aluvium yang mendominasi daerah
Malinau pada ketinggian berkisar atara 15 – 25 m diatas muka laut. Sungai utama adalah
Sungai Sesayap yang mengalir dari arah timur ke barat dengan anak-anak sungai yang
bermuara daerah pegunungan di daerah timur. Sungai Sesayap berbentuk meander yang
lebih ke arah timur menuju laut di selat Makasar. Proses meandering sungai Sesayap ini
akibat dari kondisi batuan pada satuan aluvium yang berupa lumpur, lanau, pasir, kerikil,
sampai kerakal, dan bersifat lepas. Bentuk sungai Sesayap ini berbentuk “U” yang
menandakan stadia sungai ini stadia dewasa sampai stadia tua.
2. Satuan Morfologi pebukitan rendah-tinggi
Satuan morfologi pebukitan rendah-tinggi ini mendominasi daerah bagian timur dari kota
Malinau dan membentang dari utara ke selatan. Pada satuan morfologi ini merupakan
hutan belukar membentuk tapal kuda mengelilingi kota Malinau. Satuan morfologi
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 18

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
perbukitan rendah umumnya menempati bagian utara dan selatan dengan elevasi
berkisar antara 50-100 m di atas muka laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 10–
150 dengan batuan penyusunnya terdiri dari konglomerat, batu-pasir, batu lempeng dan
batu gamping terumbu.Pada satuan morfologi perbukitan tinggi umumnya menempati
daerah bagian barat dengan elevasi berkisar antara 100–200 m diatas muka laut dengan
kemiringan lereng antara 20–250.
Pada satuan morfologi perbukitan tinggi batuan penyusunnya terdiri dari batu pasir, batu
lempung, serpih, dan setempat breksi dan konglomerat. Secara stratigrafi umur batuan
pada satuan morfologi perbukitan tinggi lebih tua (kapur akhir s/d Paleosen) dari pada
satuan batuan pada satuan morfologi pebukitan rendah (umur Eosen Tengah sampai
dengan Eosen Akhir).
Pola aliran sungai (drainage pattern) berupa pola aliran dendririk berbentuk menyerupai
cabang-cabang pohon yang mencerminkan kekerasan batuan yang sama atau soil
seragam dengan lapisan batuan sedang horisontal atau miring landai serta kontrol struktur
tidak begitu tampak jelas. Pola aliran sungai dendritik ini mengalir dari bagian puncak
pebukitan dengan arah lembah sungai yang tidak teratur dan mengalir menuju ke arah
sungai induk yaitu sungai sesayap.
Batuan penyusun dan stratigrafi
1) Batuan Penyusun
Dalam penafsiran batuan (litologi), dilihat dari pola dan sifat garis kontur, maka hasil
penafsiran litologi dapat dibedakan antara lain :
a. Batuan keras (litologi resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif tinggi
dengan pola kontur rapat.
b. Batuan lunak (litologi non resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif landai
dengan pola kontur rendah.
c. Batuan urai (endapan alluvial).
d. Batuan karbonat dicirikan oleh kenampakkan pebukitan karst (dolina, uvala, dan
lainnya).
e. Intrusi, dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan berbeda dengan pola kontur
sekitarnya (merupakan bukit terisolir).
Atas dasar penafsiran batuan (litologi) tersebut diatas, maka batuan penyusun daerah
Malinau dan sekitarnya berdasarkan pada peta geologi lembar Malinau skala 1 : 250.000
(Heryanto, cs, 1995), secara stratigrafi dari batuan berumur muda sampai batuan berumur
tua adalah sebagai berikut:
Satuan aluvium (Qa): Terdiri dari lumpur, lanau, pasir, kerikilm dan kerakal,
diendapkan pada umur Holosen.
Satuan batuan sumbat, retas (Tma): Terdiri dari andesit, basalt, andesit-basalt, trakit,
berumur Miosen Akhir.
Formasi Langap (Tml): Terdiri dari tuf putih, kapuran, konglomerat, komponen sekitar
80% dan 90% berupa batu pasir lempungan dan kwarsa susu, matriks batu pasir
kasar, menampakkan struktur silang-siur, mengandung beberapa lapisan tebal batu
bara. Berumur Miosen Akhir.
Batuan gunungapi jelai (Tomj): Terdiri dari breksi vulkanik, tuf, breksi lava. Leleran lava
bersusun basalt-andisitan.
Formasi Sebakung (Tes): terdiri dari konglomerat alas, batu lempung, batu lanau, dan
batu gamping terumbu, kaya akan ganggang, foraminifera, koral, moluska dan
gastropoda. Umur Eosen Tengah-Eosa Akhir. Diendapkan dalam laut dangkal, tebal
satuan batuan ini paling sedikit 300 m.
Formasi Malinau (Tema): terdiri dari batu pasir, felsparan, lempungan dan mikaan,
warna kelabu kehijauan berbutir sedang sampai kasar, terpilah buruk, tebal lapisan 20
– 50 cm, setempat beberapa meter, berselingan dengan batu lanau lempungan atau
argilit, warna kelabu tua – hitam, mikaan dan gampingan. Umur Eosen Tengah.
Diendapkan dalam lingkungan laut dangkal.
Formasi Mentarang Kelompok Embaluh (KTme): Terdiri dari batu pasir, warna kelabu
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 19

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
kebiruan sampai kehijauan, berbutir halus sampai sedang, kwarsa dan felsparan dan

mengandung sedikit fragmen batuan, setempat
breksi
dan konglomerat,
endapan flish, umur Kapur Akhir-Paleosen, mungkin diendapkan dalam lereng benua
pada tepi cekungan samudera.
Formasi Lurah Kelompok Embaluh (KTlu): Terdiri dari batu pasir (sub-grewake);
kehijauan, felsparan dan mikaan, berbutir halus – sedang, tebal lapisan beberapa
desimeter sampai meter, pada bagian atasnya ditempati batu gamping, batu lanau,
dan argilit, umur diduga Kapur Akhir sampai Paleosen. Lingkungan pengendapannya
mungkin pada tepi benua “marginal flysch”.
Formasi Long Bawan, Kelompok Embalu (KTlb): Terdiri dari argilit, warna jingga, hijau
atau kelabu muda, berlapis felsparan, dan arkose kelabu, kaya akan bahan organik,
mikaan, tebal lapisan dari beberapa desimeter sampai beberapa meter, mengandung
evaporit air garam dan lapisan batubara dengan tebal sekitar 0,5 – 1,5m. Umur diduga
Paleosen. Lingkungan pengendapannya fluviatil sampai lagon.
Formasi Paking (Mpa): Terdiri dari sekis serisit dan sekis klorit, warna kelabu
kehijauan, fasies sekis hijau, menunjukkan perdaunan (foliasi). Umur diduga Kapur
Awal atau lebih tua.
Ultramafik (Mub): Terdiri dari serpentinit, gabro terbreksikan, berdasarkan posisi
stratigrafi dan kolerasi dengan lembar lainnya, diduga berumur Yura Akhir.
2) Stratigrafi
Hubungan secara stratigrafi dari satuan batuan di daerah Malinau dan sekitarnya, batuan
yang dianggap sebagai batuan yang paling tua adalah batuan-batuan pada Formasi
Paking, yang diduga umurnya Kapur Awal atau lebih tua. Sedangkan batuan-batuan pada
kelompok batuan ultramafik (ultra basa) hanya didasarkan pada posisi stratigrafi dan
kolerasi dengan lembar lainnya dan diduga berumur Jura Akhir. Hubungan stratigrafi
antara kelompok batuan ultramafik terletak selaras dibawah satuan batuan pada formasi
Paking.
Diatas Formasi Paking diendapkan satuan batuan dari hubungan stratigrafi secara tidak
selaras (uncomfornity), karena adanya selang waktu dalam proses pengendapan. Satuan
batuan Formasi Long Bawan Kelompok Embalu ini merupakan “Anggota” dari satuan
batuan Formasi Lurah Kelompok Embalu yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen.
Selanjutnya antara satuan batuan Formasi Lurah Kelompok Embaluh diendapkan dalam
umur yang sama ( Kapur Akhir sampai Paleosen) adalah satuan batuan Formasi
Mentarang Kelompok Embaluh dengan hubungan stratigrafi secara tidak selaras
karena terjadi selang waktu pengendapan dibarengi dengan kegiatan tektonik pada umur
Eosen Awal.
Pada umur yang bersamaan (Eosen Awal) diendapkan satuan batuan Formasi Sebakung,
dengan hubungan stratigrafi secara menjari dengan satuan batuan Formasi Malinau.
Diatas satuan batuan Formasi Sebakung diendapkan secara selaras satuan Formasi
Batuan Gunungapi Jelai umur Moisen Awal, kemudian pengendapan selanjutnya secara
tidak selaras karena adanya kegiatan tektonik, yaitu satuan batuan Formasi Langap umur
Miosen Akhir, dan kegiatan tektonik dengan adanya selang waktu pengendapan terjadi
pada umur Miosen Tengah, dan dalam waktu yang bersamaan yaitu pada umur Miosen
Akhir diendapkan satuan batuan berupa sumbat atau netas berupa batuan terobosan
(dike). Pada pengendapan terakhir yaitu Holosen diendapkan satuan batuan aluvium yang
merupakan batuan sedimen urai (lepas) yang nampak di permukaan tanah, dan antara
satuan batuan Formasi Langap dengan satuan batuan aluvium terdapat bidang erosi pada
umur Pleistosen. Adapun uraian tentang hubungan stratigrafi dari satuan-satuan batuan
pada lembar Malinau, didasarkan pada interpretasi Kolerasi Satuan Peta.
Struktur Geologi

suatu daerah gambaran secara regional sangat diperlukan. Hal ini

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 20

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
dimaksudkan agar mempermudah didalam menganalisanya karena didalam pembentukan
struktur geologi gaya yang bekerja lebih bersifat regional, dan merupakan satu kesatuan.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara struktur geologi suatu daerah dengan
struktur geologi regional lebih cenderung disebabkan akibat telah terjadinya reorientasi
dari gaya utama yang bekerja.
Berdasarkan interpretasi pada peta geologi lembar Malinau skala 1:250.000
(Heryanto,cs,1995), struktur geologi pada lembar Malinau ini adalah struktur lipatan (fold)
yaitu sinklin dan antiklin serta struktur sesar atau patahan (Fault) yaitu sesar normal
(normal fault), sesar mendatar (transversal fault atau strike slip fault) dan sesar naik
(reserve fault). Struktur lipatan sinklin maupun antiklin umumnya memperlihatkan arah
sumbu lipatan hampir utara-selatan. Struktur lipatan ini diikuti oleh struktur sesar,
terutama sesar naik (reserve fault) yang searah dengan sumbu lipatan, serta sesar
mendatar mengiri (sinistral) berarah umum ke barat laut – tenggara.
Struktur sesar ini merupakan struktur geologi yang paling dominan di daerah Malinau.
Korelasi dengan struktur geologi pada lembar Long Nawan Skala 1:250.000 (Pieter,
Baharudin dan Mangga,1993), terdapat dua buah kawasan struktur utama, yaitu berupa
lipatan yang paling mencolok dan terbesar di daerah Kalimantan, yang berarah antara
timur dan timur laut. Selain struktur lipatan ini terdapat pula struktur sesar dan rebahan,
dimana sepasang struktur sesar berarah timur laut mengikuti lembah sungai sehingga
memberi kesan bahwa struktur sesar tersebut curam sampai tegak, demikian pula
sepasang struktur relahan yang saling berhubungan berarah timur laut dan barat daya.
Karakteristik Tanah Secara genesanya tanah terbentuk oleh hasil pelapukan bretus

pada kerak bumi, yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama hingga
sampai jutaan tahun.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
tanah adalah :
a)
b)
c)
d)
e)

Iklim (suhu dan curah hujan)
Jasad hidup (terutama vegetasi asli)
Batuan sebagai bahan niduk (tekstur dan struktur susunan kimia dan material)
Topografi daerah
Waktu yang diperlukan bahan untuk membentuk tanah

Fungsi tanah pada masing-masing sektor tentunya berbeda-beda. Untuk sektor pertanian,
tanah sangat penting untuk pertanian. Untuk sektor keteknikan, tanah berfungsi pada
daya dukungnya. Untuk sektor pertambangan, tanah itu tidak punya arti, dalam artian
apabila ada suatu endapan bahan galian (misalnya batu bara) maka tanah yang ada
diatas endapan batu bara tersebut, disingkirkan sehingga endapan batu bara itu
tersingkap dan selanjutnya dilakukan penambangan.
Ada tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal ialah pasir, geluh, dan lempung
(dalam Ilmu Tanah, oleh Harry Buckman, terjemahan Soegiman, 1982) sebagai berikut :
- Pasir
Golongan pasir mencakup semua tanah yang pasirnya meliputi 70% atau lebih dari
berat tanah itu. Sifat tanah semacam ini karena mencerminkan sifat pasirnya.
- Lempung
Tanah dibentuk sebagai tanah lempung jika paling sedikit mengandung 35% lempung,
setidak-tidaknya 40%. Selama kandungan lempung 40% atau lebih; nama kelas tanah
ialah lempung pasiran, lempung debuan atau biasanya disebut lempung saja.
- Geluh
Umumnya geluh itu memiliki kualitas-kualitas pasir dan lempung, tidak terlalu lepas,
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 21

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
daya menahan air rendah, lekat, bergumpal, gerukan air di udara lambat. Sebagian
tanah pertanian ialah geluh. Geluh yang mengandung pasir digolongkan geluh pasiran.
Geluh yang mengandung lempeng digolongkan geluh lempungan.
Berdasarkan batuan penyusun secara geologis, pada peta geologi lembar Malinau
terdapat batuan pasir (Formasi Qa), lempung (Formasi Te ma), batu pasir (Formasi
KTlu), batu lempung angilit (Formasi KTme). Dari klasifikasi tanah berdasarkan Ilmu
Tanah, maka pada formasi-formasi batuan lembar Malinau dapat diklasifikasikan pada
jenis tanah geluh. Geluh yang mengandung pasir (Formasi Qa) digolongkan pada
geluh pasiran, dan geluh yang menganduh lempung (Formasi KTlu, Te ma, dan KTme)
digolongkan pada geluh lempungan.
Kalau terdapat jumlah pasir terbanyak, tanah itu bertekstur kasar, dikenal sebagai
tanah pasiran atau ringan karena tanah mudah diolah. Sebaliknya tanah bertekstur
halus terdiri dari sebagian besar atas debu dan lempung, sifat liat dan lekatnya
menentukan tanah sukar diolah atau tanah berat. Istilah-istilah ringan dan berat,
dimaksudkan mudah tidaknya tanah dapat diolah.
- Masalah Gambut
Pembentukan gambut sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, keadaan topografi, dan
lingkungan setempat. Berdasarkan topografinya dikenal dua macam gambut, yaitu:
1. Gambut Dataran Rendah
Rawa-rawa yang dibatasi tanggul sungai membentuk suatu cekungan yang
tergantung endapan baru yang merupakan kolonisasi mangrove yang lamakelamaan menjadi hutan mangrove. Sisa-sisa tanaman atau serasah yang berupa
daun, ranting, atau bagian tanaman yang jatuh selalu jenih air, dan serasah
tersebut terus-menerus menumpuk mengisi cekungan. Oleh karena selalu dalam
keadaan basah, maka tidak mudah melapuk atau membusuk.
Menurut ketebalannya, gambut dibagi kedalam dua macam, yaitu gambut tipis
dan gambut tebal. Gambut tipis (gambut topogen), pembentukannya masih
dipengaruhi oleh bahan material. Gambut tebal (gambut ombrogen) umumnya
terbentuk jauh dari tepi sungai atau daerah cekungan, dimana akar-akar tanaman
tidak sampai ke lapisan batuan/mineral dan hanya mendapat pengaruh air hujan,
sehingga gambut tebal lebih sedikit unsur hara. Gambut dataran rendah dijumpai
di pantai Timur Sumatera, seluruh pantai Kalimantan, dan Papua bagian selatan.
2.

2.1.6

Gambut Pegunungan
Gambut ini terbentuk di pegunungan berhutan lebat dan hawa dingin. Hutan yang
lebat menutupi bagian bawahnya dari sinar matahari dan suhu yang rendah tidak
memungkinkan terjadinya dekanposisi (pelapukan) bahan organik sehingga sisasisa tanaman atau serasah tersebut menumpuk sampai tebal. Penumpukan
bahan organik di daerah pegunungan disebut gambut pegunungan. Dijumpai di
puncak Gunung Pangrango, Gunung Kerinci, dan gunung lainnya yang berhutan
lebat.

Profil Klimatologi
Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Karakteristik iklim Kabupaten
Malinau termasuk iklim tropika Humida dengan curah hujan berkisar antera 2500 ≥ 4500
milimeter per tahun. Temperatur udara rata-rata 260 C dengan perbedaan temperatur siang
dan malam antara 50-70 C. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan November
sampai dengan bulan Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan April
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 22

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
sampai dengan bulan Oktober.

Distribusi curah hujan di Kabupaten Malinau dapat di bagi menjadi 4 (empat) zone, yaitu :
 Zone 1 : Zone dengan curah hujan antara 2500 – 3000 mm / tahun membujur
mulai sebelah selatan Kecamatan ke arah Kecamatan Malinau Kota.
 Zone 2 : Zone dengan curah hujan antara 3000 - 3500 mm/tahun membujur
mulai dari sebelah utara Mentarang ke arah Timur Kecamatan
Pujungan sampai barat daya kecamatan Malinau.
 Zone 3 : Zone dengan curah hujan antara 3500 - 4000 mm / tahun membujur
mulai dari Kecamatan Malinau Kota ke arah Kecamatan Sembakung
Kabupaten Nunukan. Dan membujur mulai dari Kecamatan Pujungan
ke arah timur Kecamatan Kayan Hilir.
 Zone 4 :
Zone dengan curah hujan > 4000 mm/tahun membujur mulai dari
Kecamatan Kayan Hilir ke arah Kecamatan Kayan Hulu.
2.1.7 Profil Ekonomi Wilayah dan Sosial Budaya
Perekonomian Wilayah
Perekonomian Kabupaten Malinau masih didominasi oleh sektor-sektor yang mengandalkan
potensi sumberdaya alam. Selain memiliki kawasan hutan yang luas, kabupaten Malinau juga
memiliki potensi sumberdaya mineral, yaitu batubara. Struktur perekonomian Kabupaten
Malinau dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor dalam pembentukan PDRB.
Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Malinau didominasi
oleh sektor Pertambangan dengan Kontribusi terbesar sebesar 35.83 % Disamping sektor
Pertambangan sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 18.02 % , sektor-sektor yang
memberikan kontribusi relatif kecil (kurang dari 10 %) dalam struktur perekonomian
Kabupaten Malinau adalah sektor Industri Pengolahan 0.06 %, sektor listrik ,Gas dan Air
Minum 0.17 %, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar (2.51% ) dan sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar ( 0.37 % ). Sektor jasa-jasa (19.45 %) dan sektor
bangunan (11.15 %), sektor Perdagangan ,Restoran dan Hotel (12.86 % ) dan. Lima sektor
terbesar tersebut secara keseluruhan memberikan kontribusi sebesar 97.31 % dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Malinau pada tahun 2011
Tabel 2.8
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tahun 2007 – 2011

2007
( %)
1 Pertanian
39.59
2 Pertambangan & Penggalian
4.07
3 Industri Pengolahan
0.07
4 Listrik ,Gas dan Air Minum
0.22
5 Bangunan dan Konstruksi
15.70
6 perdagangan,Restoran & Hotel
17.23
7 Pengakutan dan Komunikasi
2.63
8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan
0.40
9 Jasa - jasa
20.09
Jumlah
100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Malinau
No

Lapangan Usaha

2008
( %)
35.42
9.24
0.07
0.22
15.54
15.76
2.60
0.41
20.74
100.00

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

2009
( %)
21.44
28.87
0.07
0.19
13.96
14.20
2.51
0.41
18.36
100.00

2010
( %)
18.02
35.83
0.06
0.17
11.15
12.86
2.09
0.37
19.45
100.00

2011
( %)
21.44
28.87
0.07
0.19
13.96
12.00
18.36
0.30
4.81
100.00

II - 23

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Struktur yang demikian merupakan karateristik wilayah agraris yang perekonomiannya berada
pada tahap awal perkembangan karena sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air minum dan sektor bangunan) memberikan kontribusi yang relatif kecil
dibandingkan dengan kontribusi sektor primer (sektor pertanian dan sektor penggalian /
pertambangan).
Selama periode tahun 2007 - 2011, struktur perekonomian Kabupaten Malinau mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Komponen utama dari perubahan struktual ini meliputi
pergeseran secara bertahap dari kegiatan-kegiatan sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Seiring dengan pencanangan Kabupaten Malinau sebagai “Kabupaten Konservasi” pada
tahun 2007, kontribusi sektor pertanian akan terus mengalami penurunan secara bertahap
sampai tahun 2011 tetapi kontribusinya dalam pembentukan PDRB tetap yang terbesar.
Realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sebesar
Rp. 1.356.742.87.168.42 .Sumbangan terbesar pendapatan asli daerah Kabupaten Malinau
berasal dari lain-lain pendapatan transper , yaitu sebesar Rp.1.068.180.382.000.-

Tabel 2. 9
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Jenis Penerimaan ( PAD )
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang disahkan
Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan Transfer
Lain - Lain Pendapatan yang Sah
Jumlah Total
2011
2010
Jumlah
2009
Total
2008
2007

Target
76,627,755,000.00
731,700,000.00
9,511,041,875.00
59,929,863,125.00
999,039,615,000.00
79,815,150,000.00
1,225,655,125,000.00
1,174,871,296,158.25
1,184,453,409,986.58
1,034,218,482,095.00
897,756,163,650.00

Realisasi
807,700,000.00
1,394,350,000.00
9,511,041,875.00
191,803,711,198.42
1,068,180,382,000.00
85,045,689,095.00
1,356,742,874,168.42
1,315,819,150,260.85
1,072,816,733,673.03
1,223,356,972,466.59
956,332,137,675.36

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau
Tingkat pendapatan daerah Kabupaten Malinau pada tahun 2011 yaitu sebesar
Rp.1.356.742.874.168.42 lebih besar dari pada tahun 2010 yakni
sebesar Rp.
1.174.871.296.158.25
dan
belanja
daerah
tahun
2011 sebesar Rp.
1.606.606.984.867.42
Tabel 2.10
Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Malinau Tahun 2008 - 2011

Uraian
Pendapatan Daerah
Belanja Daerah
Surplus ( Defisit )

2008
1,223,356,972,466.59
1,531,464,845,096.00
(308,107,872,629.41)

2009
1,072,816,733,673.03
1,551,235,120,457.40
(478,418,386,784.37)

2010
1,174,871,296,158.25
1,315,819,150,260.85
(140,947,854,102.60)

2011
1,356,742,874,168.42
1,606,606,984,867.42
(249,864,110,699.00)

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau dan Bagian Keuangan Setda Kabupaten Malinau

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 24

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Perkembangan public saving untuk Kabupaten Malinau pada tahun 2011 sangat fluktuatif dari
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2011 untuk pendapatan asli daerah tercatat
sebesar Rp. 96.758.780.970 lebih besar dari pada tahun 2010 yaitu
Rp.
62.841.665.963.26 atau naik 13.46 % Untuk dana bagi hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar Rp.
578.862.938.986,- lebih besar dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 475.699.007.927,- ( Naik
35.05
% )
, dana alokasi umum pada tahun anggaran 2011
adalah sebesar
Rp.519.080.393.000 lebih besar di banding tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 312.144.289.000
naik sebesar 39.86 %, untuk dana alokasi khusus pada tahun anggaran 2011 sebesar
40.780.000.000 mengalami peningkatan dari tahun 2010 Rp. 37.054.489.411 sebesar 9.13 %
atau mengalami penambahan dana sebesar Rp. 3.725.510.589 .Tabel 2.11
Perkembangan Public Saving Kabupaten Malinau 2008 -2001
No
Komponen Public Saving
1 Pendapatan Asli Daerah
2 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
3 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
4 DAU
5 DAK
6 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak dari Provinsi
7 Pendapatan Lainnya
Grand Total Public Saving

2008
39,454,090,689.59
64,814,858,771.00
558,575,532,106.00
403,558,269,000.00
44,932,000,000.00
10,584,192,000.00
101,438,029,900.00
1,223,356,972,466.59

2009
54,378,883,751.03
51,175,329,982.00
403,601,523,840.00
400,951,344,000.00
40,709,000,000.00
15,004,412,900.00
106,996,239,200.00
1,072,816,733,673.03

2010
62,841,665,963.26
457,699,007,927.00

2011
96,758,780,970.00
578,862,938,986.00

312,144,289,000.00
40,780,000,000.00
91,695,669,609.00

519,080,393,000.00
40,780,000,000.00
32,714,028,612.42

88,546,732,600.00
1,053,707,365,099.26

88,546,732,600.00
1,356,742,874,168.42

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau

Pembayaran pokok pinjaman-pemerintah pusat Kabupaten Malinau pada tahun 2011
sebesar Rp. 0 (Nol), Total APBD pada tahun 2011 sebesar
Mengalami peningkata
sebesar 15 % dibandingkan pada APBD tahun 2010 Rp. 1.315.819.150.260.85
Tabel 2.12
Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Malinau
Tahun 2008 – 2011

Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Pusat
Total APBD

2008
1,531,464,845,096.00

2009
1,551,235,120,457.40

2010
1,315,819,150,250.85

2011
1,606,606,984,867.42

Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Malinau

Profil Sosial dan Budaya
Pendidikan
Salah satu cara mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui
pendidikan. Pendidikan yang di maksudkan disini adalah pendidikan formal mulai dari jenjang
SD sampai dengan Perguruan Tinggi.

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 25

2014

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

Gambar 2.5
Prasarana Pendidikan di Kabupaten Malinau

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau

Fasilitas pendidikan di Kabupaten Malinau saat ini lebih terpusat di Ibukota Kabupaten, hal ini
terlihat dari penyebaran fasilitas yang terbanyak terdapat di kecamatan - kecamatan yang
merupakan daerah Ibukota Kabupaten seperti Malinau Kota, Malinau Utara, Malinau Barat
dan Malinau Selatan. Umumnya fasilitas SD dan SMP telah diseluruh Kecamatan, hanya di
Kecamatan Mentarang Hulu yang tidak memiliki fasilitas SMP. Sedangkan fasilitas pendidikan
lainnya masih belum tersebar merata di seluruh Kabupaten, fasilitas Perguruan Tinggi atau
Akademi belum terdapat di Kabupaten Malinau sehingga penduduk lulusan SMU /SMK yang
ingin melanjutkan ke perguruan tinggi harus keluar wilayah Kabupaten seperti Tarakan atau
Samarinda.
Tabel 2.13
Jumlah dan Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Malinau Tahun 2011
Kecamatan

TK

SD

SMP
Swasta
-

SMU
Negeri Swasta
1
1
1
-

Swasta
1
-

Negeri
4
4

Swasta
-

Negeri
1
2

-

-

4

-

1

-

1

-

-

-

-

1
-

3
8
6

-

2
1
1

-

1
-

1
-

-

-

Malinau Kota

-

8

11

-

3

-

2

3

1

1

Malinau
Selatan

-

2

12

-

5

-

-

1

-

-

Malinau Barat

-

1

9

-

3

-

-

-

1

1

Malinau Utara

-

3

13

-

3

-

1

-

-

-

Mentarang
Mentarang
Hulu
Jumlah

-

1

5

-

1

-

1

1

-

-

-

1

6

-

1

-

-

-

-

-

-

18

85

-

24

1

7

7

2

2

Kayan Hulu
Sungai Boh
Kayan
Selatan
Kayan Hilir
Pujungan
Bahau Hulu

Negeri
-

SMK
Swasta
-

Negeri
-

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Malinau

Kesehatan
Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan,
pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya
pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 26

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
dengan menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu
karena kedua fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat.
Gambar 2.6
Prasarana Kesehatan di Kabupaten Malinau

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau

Sampai dengan tahun 2008, fasilitas kesehatan di Kabupaten Malinau untuk tingkat
Kecamatan berupa Puskesmas sudah tersebar merata. Hal ini terlihat dengan terdapatnya
beberapa bangunan Puskesmas baru yang diresmikan pengoperasiannya pada tahun 2007.
Sedangakan Rumah Sakit sebagai pusat kegiatan kesehatan tingkat Kabupaten terdapat
1 unit yang terdapat di Kecamatan Malinau Utara. Jumlah fasilitas penunjang kesehatan yang
ada di Kabupaten Malinau pada tahun 2008 yaitu Puskesmas sebanyak 12 buah, Posyandu
(Sarana sebanyak 99 buah dan Kader sebanyak 500 buah), Polindes dan Pos Obat Desa
belum ada.
Tabel 2.14
Jumlah dan Penyebaran Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Malinau Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Kayan Hulu
Sungai Boh
Kayan Selatan
Kayan Hilir
Pujungan
Bahau Hulu
Malinau Kota
Malinau Selatan
Malinau Barat
Malinau Utara
Mentarang
Mentarang Hulu
Jumlah

RS

Puskemas

1
1

1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
14

Pos Yandu
Sarana
Kader
7
43
6
25
6
30
5
16
7
46
6
24
11
64
19
80
7
52
14
70
10
45
1
5
99
500

Polindes

Pos Obat Desa

-

-

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau

Kemiskinan
Kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang memiliki batas beragam, belum ada
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 27

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
satu batasan tunggal dalam menjelaskan fenomena kemiskinan secara jelas. secara umum
cara pengukuran kemiskinan yang dilakukan adalah dengan menggunakan batas garis
kemiskinan (proverty line).
Gambaran penduduk miskin di Kabupaten Malinau pada Tahun 2006 – 2010 terlihat pada
trend berikut ini.
Gambar. 2.7
Trend Penduduk Miskin Kabupaten Malinau Tahun 2006 - 20010
45000
40000

38927

35000

34787

30000
25000

24714
20250

20000
15000
10000

9355

8316
6106

5000

5045

0
2006

2008

2009

KK Miskin

Penduduk Miskin

2010

Sumber : Bappeda Kab.Malinau

Tabel . 2.15
Jumlah KK dan Penduduk Miskin Perkecamatan Tahun 2011
KK
Pendudk Miskin
Jumlah
Kecamatan
Miskin
L
P
Jumlah
Penduduk
Kayan Hulu
292
619
554
1,173
3,371
Sungai Boh
264
566
461
1,027
2,388
Kayan Selatan
207
497
485
982
2,291
Kayan Hilir
236
568
443
1,011
1,567
Pujungan
193
413
364
777
2,054
Bahau Hulu
137
330
259
589
1,600
Malinau Kota
820
1,773
1,561
3,334
24,140
Malinau Selatan
838
1,688
1,448
3,136
8,769
Malinau Barat
619
1,275
1,132
2,407
10,303
Malinau Utara
818
1,614
1,509
3,123
11,524
Mentarang
516
1,133
1,039
2,172
6,203
Mentarang Hulu
105
274
245
519
1,085
Jumlah
5,045
10,750
9,500
20,250
75,295

%
34.80
43.01
42.86
64.52
37.83
36.81
13.81
35.76
23.36
27.10
35.02
47.83
26.89

Sumber Data ; Pemuktahiran Data Penduduk Miskin Tahun 2010 ( Bappeda )

Budaya
RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 28

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA
2014
Menghadapi fase recovery ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia akibat krisis global
yang terjadi dan menjelang memasuki abad perdagangan bebas AFTA 2003, terlihat
fenomena-fenomena di masyarakat maupun dunia internasional, khususnya yang berkaitan
dengan aktivitas kepariwisataan dan dampaknya.
Kepariwisataan di masa sekarang dan mendatang diharapkan menjadi sektor andalan dan
sektor strategis dalam upaya pemulihan ekonomi negara akibat krisis global yang terjadi.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten Malinau memiliki potensi budaya dan
pariwisata yang tak kalah menariknya dengan daerah tujuan wisata lain di Indonesia.
Kekuatan wisata berupa alam (hutan, sungai dan jeram, wisata bahari) dengan jenis
ecotourism yang dibaur dengan budaya pedalaman, budaya petani dan budaya keratin, serta
wisata sejarah, dan fasilitas penunjang kepariwisataan yan dimiliki menempati posisi daerah
ini pada segmen wisata special interest group.
Sebaran potensi obyek dan daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Malinau cukup
beragam. Pada tahun 2006 jumlah obtek wisata sebanyak 58 buah, dengan kategori alam
sebanyak 50 buah dan kategori buatan sebanyak 8 buah. Dari sejumlah obyek wisata
tersebut, oleh karena keterbatasan dana dan investasi swasta dalam pembangunan dan
pengelolaan obyek wisata, maka belum semuanya dapat dikelola dengan baik. Ada 7 buah
kategori alam dan 8 buah kategori buatan.
Beberapa obyek wisata unggulan yang terdapat di Kabupaten Malinau, seperti; Taman
Nasional Kayan Mentarang, Air Terjun Marthin Billa (Malinau Selatan), dan Air Panas
Semolon ( Mentarang). Dan obyek wisata lainnya seperti; Kuburan Kuno di Pujungan, Wisata
Alam di Pujungan, dan Riam Ben di Kayan Selatan.
Gambar : 2.8.
Potensi Obyek Wisata Alam Kabupaten Malinau

Tabel 2.16
Lapangan Pekerjaan Utama KK Miskin Perkecamatan .

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 29

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA

2014

RENCANA PROGAM INVESTASI JANGKA
MENENGAH TAHUN 2014 - 2018

II - 30