Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton

BAB PROFIL KABUPATEN BUTON

  4

  4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS & ADMINISTRASI KABUPATEN BUTON

  Aspek ini memberikan gambaran wilayah Kabupaten Buton, yang mencakup luas dan batas wilayah administrasi, karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah.

  o o

  memanjang dari utara ke selatan di antara 4,96 - 6,25 Lintang selatan dan

  o o

  membentang dari barat ke timur di antara 120,00 - 123,34 Bujur Timur, meliputi sebagian Pulau Muna dan Buton.

  Kabupaten Buton terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Kabupaten Buton, memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut : a.

  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muna; b.

  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wakatobi; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores; d.

  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bombana. Luas wilayah daratan Kabupaten Buton 2.488,71 Km

  2

  atau 248.871 Ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 21.054 Km

  2 .

  Secara administratif Kabupaten Buton terdiri dari 21 Kecamatan, 31 Kelurahan, 211 Desa, 661 RW dan 113 RT. Pembagian luas wilayah Kabupaten Buton dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Buton

  Kecamatan

Jumlah

Luas Area

  Administratif Luas Wilayah Terbangun RW RT Ha Km2 (Ha) % TOTAL Kecamatan Lasalimu

  37 4 33.167 327,29 Kecamatan Lasalimu Selatan 43 - 17.129 88,09 Kecamatan Pasarwajo 61 17 25.527 356,40 Kecamatan Siotapina 35 - 24.677 181,02 Kecamatan Wolowa 15 - 19.014 65,02 Kecamatan Sampolawa 43 - 20.770 153,57 Kecamatan Batauga 38 - 12.538 75,83 Kecamatan Kapontori 44 - 39.170 113,00 Kecamatan Lapandewa 17 - 11.530 45,25 Kecamatan Wabula 16 24 9.470 51,58 Kecamatan Mawasangka 51 - 26.474 269,55 Kecamatan Mawasangka Timur 23 - 9.736 126,23 Kecamatan Mawasangka Tengah 24 - 7.135 152,22 Kecamatan Sangia Wambulu 18 43 2.127 71,31 Kecamatan Gu 38 - 11.530 104,00 Kecamatan Lakudo 48 4 18.055 225,00 Kecamatan Batu Atas 23 - 867 7,18 Kecamatan Talaga Raya 17 - 13.033 71,31 Kecamatan Siompu Barat 20 - 1.335 10,00 Kecamatan Siompu 23 - 4.030 32,50 Kecamatan Kadatua 27 - 2.376 23,67

  Sumber BAPPEDA Kab. Buton Dari tabel diatas dapat dilihat wilayah yang paling luas terdapat di Kecamatan

  2

  2 Pasarwajo dengan luas 356,40 Km , Lasalimu 327,29 Km , serta Kecamatan

  

2

Mawasangka dengan luas 271,55 Km atau masing-masing sebesar 14,31%, 13,14%serta 10,89% terhadap total luas wilayah Kabupaten Buton.

  Sedangkan wilayah yang paling kecil terdapat di Kecamatan Batu Atas dengan

  2

  luas 7,18 Km atau 0,29% dari total luas wilayah Kabupaten Buton. Luas Wilayah Kabupaten Buton dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Buton

  • – 4 18.669 17.360 36.029
  • – 9 18.899 17.687 36.586
  • – 14 17.729 17.084 34.813
  • – 19 12.496 12.303 24.799
  • – 24 8.577 10.313 18.890
  • – 29 8.547 10.159 18.706
  • – 34 7.446 8.472 15.918
  • – 39 7.615 8.453 16.068
  • – 44 6.545 6.724 13.269
  • – 49 5.051 6.027 11.078
  • – 54 4.542 5.289 9.831
  • – 59 3.537 3.662 7.199
  • – 64 2.729 3.589 6.318

    65 + 5.667 8.005 13.672

  30

  60

  55

  50

  45

  40

  35

  25

  4.2 GAMBARAN DEMOGRAFI KABUPATEN BUTON

  20

  15

  10

  5

  

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (L+P)

Tabel 4.2 Penduduk Kabupaten Buton

  4.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Buton adalah sebesar 263.176 jiwa, dengan struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin terdapat lebih banyak penduduk perempuan daripada laki-laki. Tabel 4.2 dapat diketahui jumlah penduduk Kabupaten Buton secara keseluruhan sebanyak 263.176 jiwa, dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 128.049 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 135.127 jiwa, dengan kelompok umur yang paling banyak terdapat di kelompok umur 5 sampai 9 tahun dengan jumlah 36.586 jiwa dan yang paling sedikit terdapat di kelompok umur 60-64 dengan jumlah 6.318 jiwa. Untuk struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur di Kabupaten Buton dapat digambarkan pada tabel berikut :

  

J u m l a h 128.049 135.127 263.176

Sumber : Data Proyeksi Sensus Penduduk 2010 diolah

  4.2.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Buton Sumber data jumlah penduduk miskin/pra sejahtera Kabupaten Buton diambil dari data BKKBD dan PP Kabupaten Buton, adapun data penduduk miskin/pra sejahtera BKKBD dan PP Kabupaten, diperoleh dari pemetaan swadaya yang dilakukan secara partisipasi berdasarkan kriteria kemiskinan yang telah disepakati di masing-masing kelurahan.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan

  Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Kec. Lasalimu 1.733 Kec. Lasalimu Selatan 1.330 Kec. Siotapina 2.483 Kec. Pasarwajo 2.780 Kec. Wabula

  346 Kec. Wolowa 350 Kec. Sampolawa

  2.107 Kec. Batu Atas 1.516 Kec. Lapandewa

  347 Kec. Batauga 1.613 Kec. Siompu 1.515 Kec. Siompu Barat 1.354 Kec. Kadatua 1.829 Kec. Kapontori 1.367 Kec. Gu 2.808 Kec. Sangia Wambulu

  981 Kec. Lakudo 2.569 Kec. Mawasangka 3.723 Kec. Mawasangka Timur 1.120 Kec. Mawasangka Tengah

  924 Kec. Talaga Raya 1.517

  34.352 Jumlah

  

Sumber : Kantor BKKBD dan PP Kab. Buton

  4.2.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Untuk laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Buton laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Lapandewa mempunyai laju pertumbuhan penduduk pertahun tertinggi yaitu sebesar 4,43%, sedangkan Kecamatan Mawasangka Timur, mempunyai laju pertumbuhan penduduk terendah sebesar 1.48%. Berdasarkan data tersebut di bawah ini, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk beberapa kecamatan mengalami penurunan, seperti Kecamatan Lasalimu -3,61%, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buton

  

Menurut Kecamatan Tahun 2010 dan 2012

Laju Pertumbuhan Penduduk

  

No Kecamatan Penduduk per Tahun

2010 2012 ( % )

  1 Lasalimu 10.290 9.561 -3,61

  2 Lasalimu Selatan 12.815 13.266 1,74

  3 Siotapina 12.167 12.575 1,66

  4 Pasarwajo 37.067 38.409 1,79

  5 Wabula 4.989 5.151 1,61

  6 Wolowa 4.946 5.124 1,78

  7 Sampolawa 20.121 20.773 1,61

  8 Lapandewa 7.772 8.476 4,43

  9 Batu Atas 8.246 8.025 -1,35

  10 Batauga 13.993 14.494 1,77

  11 Siompu 8.753 9.048 1,67

  12 Siompu Barat 8.119 7.955 -1,02

  13 Kadatua 7.703 8.390 4,36

  14 Kapontori 12.619 13.060 1,73

  15 Gu 15.836 16.348 1,60

  16 Sangia Wambulu 5.003 5.168 1,64

  17 Lakudo 20.210 20.833 1,53

  18 Mawasangka 22.054 22.786 1,65

  19 Mawasangka Timur 4.839 4.983 1,48

  20 Mawasangka Tengah 9.147 9.443 1,61

  21 Talaga Raya 9.023 9.308 1,57 Jumlah 255.712 263.176 1,45

  Sumber : 1. Hasil Sensus Penduduk 2010

2. Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 (diolah)

  Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Lapandewa selama se tahun terakhir ini disebabkan karena penduduk yang merantau ke luar daerah kembali ke daerah asalnya dan memilih mencari mata pencaharian seperti bercocok tanam di daerahnya, begitupun laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kecamatan Kadatua disebabkan karena penduduk lebih memilih kembali ke daerahnya untuk menetap dan mencari mata pencaharian dengan melaut, sehingga menyebabkan kebutuhan perumahan semakin bertambah.

  4.2.4 Persebaran Penduduk

  Tabel 4.5

Persebaran Penduduk Kabupaten Buton

menurut Kecamatan 2010 dan 2012

  Kecamatan 2010 2012 Penduduk Persebaran (%) Penduduk Persebaran (%) 1.

  Lasalimu 10.290 4,02 9.561 3,63 2.

  Lasalimu Selatan 12.815 5,01 13.266 5,04 3.

  Siotapina 12.167 4,76 12.575 4,78 4.

  Pasarwajo 37.067 14,50 38.409 14,59 5.

  Wabula 4.989 1,95 5.151 1,96 6.

  Wolowa 4.946 1,93 5.124 1,95

  7. Sampolawa 20.121 7,87 20.773 7,89

  

8. Lapandewa 7.772 3,04 8.476 3,22

  

9. Batu Atas 8.246 3,22 8.025 3,05

  

10. Batauga 13.993 5,47 14.494 5,51

  11. Siompu 8.753 3,42 9.048 3,44

  Kecamatan 2010 2012 Penduduk Persebaran (%) Penduduk Persebaran (%)

  12. Siompu Barat 8.119 3,18 7.955 3,02

  13. Kadatua 7.703 3,01 8.390 3,19

  14. Kapontori 12.619 4,93 13.060 4,96

  15. Gu 15.836 6,19 16.348 6,21

  16. Sangia Wambulu 5.003 1,96 5.168 1,96

  17. Lakudo 20.210 7,90 20.833 7,92

  18. Mawasangka 22.054 8,62 22.786 8,66

  19. Mawasangka timur 4.839 1,89 4.983 1,89

  20. Mawasangka Tengah 9.147 3,58 9.443 3,59

  21. Talaga Raya 9.023 3,53 9.308 3,54

  

Jumlah 255.712 100 263.176 100

Sumber : 1. Hasil proporsi angka proyeksi penduduk 2012

  4.2.5 Kepadatan Penduduk

  85

  

15. Gu 15.836 16.348 152 157

  

16. Sangia Wambulu 5.003 5.168 500 517

  17. Lakudo 20.210 20.833

  90

  93

  18. Mawasangka 22.054 22.786

  82

  19. Mawasangka timur 4.839 4.983

  

13. Kadatua 7.703 8.390 325 354

  38

  39

  20. Mawasangka Tengah 9.147 9.443

  60

  62

  

21. Talaga Raya 9.023 9.308 127 131

Jumlah 255.712 263.176 103 106

  Sumber : 1. Hasil Proporsi angka Sensus Penduduk 2010

  4.2.6 Komposisi Penduduk Struktur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Struktur usia penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu jika angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah penduduk usia muda. Rincian struktur usia penduduk Kabupaten Buton menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai berikut :

  

14. Kapontori 12.619 13.060 112 116

  

12. Siompu Barat 8.119 7.955 812 796

Tabel 4.6 Jumlah Kepadatan penduduk Kabupaten Buton Tahun 2010 dan 2012

  67

  Kecamatan Luas (Km

  2 ) Jml. Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km

  2 ) 2010 2012 2010 2012 1.

  Lasalimu 10.290 9.561

  31

  29 2. Lasalimu Selatan 12.815 13.266 145 151

  3. Siotapina 12.167 12.575

  69 4. Pasarwajo 37.067 38.409 104 108

  

11. Siompu 8.753 9.048 269 278

  5. Wabula 4.989 5.151 97 100 6.

  Wolowa 4.946 5.124

  76

  79

  7. Sampolawa 20.121 20.773 131 135

  8. Lapandewa 7.772 8.476 172 187

  9. Batu Atas 8.246 8.025 1.148 1.118

  

10. Batauga 13.993 14.494 185 191

2. Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010 diolah

  

Tabel 4. 7

Penduduk Kabupaten Buton menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

  18.669 17.360 36.029

  • – 4

    5 18.899 17.687 36.586

  • – 9

    10 17.729 17.084 34.813

  • – 14

    15 12.496 12.303 24.799

  • – 19

    20 8.577 10.313 18.890

  • – 24

    25 8.547 10.159 18.706

  • – 29

    30 7.446 8.472 15.918

  • – 35

    35 7.615 8.453 16.068

  • – 39

    40 6.545 6.724 13.269

  • – 44

    45 5.051 6.027 11.078

  • – 49

    50 4.542 5.289 9.831

  • – 54

    55 3.537 3.662 7.199

  • – 59

    60 2.729 2.589 6.318

  • – 64

    65 + 5.667 8.005 13.672

  

Jumlah 128.049 135.127 263.176

Sumber : Data Proyeksi Sensus Penduduk 2010 diolah

  Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sepertiga jumlah penduduk Kabupaten Buton yang terbanyak adalah jumlah penduduk usia muda 0

  • – 24 tahun yaitu 57,42 persen atau sebanyak 115.117 jiwa, sedangkan kelompok umur yang berusia 25
  • – 49 tahun yaitu 28,51 persen atau sebanyak 75.039 jiwa, sedang usia

  50 – 65+ tahun yaitu 14 persen atau sebanyak 37.020 jiwa.

  4.2.7 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Untuk struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten Buton dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 4. 8 Struktur Penduduk Kabupaten Buton Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Mencari Pekerjaan Menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 No. Pendidikan Laki-Laki Perempuan J u m l a h

  1

  7. S1 + S2 38 118 156

Jumlah 2012 247 466 713

2011 3.357 247 3.604

  6. Sarjana Muda (D3) 73 193 266

  9

  9

  5. D1 + D2 -

  

4. SLTA 127 134 261

  14

  11

  3

  3. SLTP

  7

  6

  

1. Belum/Tdk Tamat SD 118 546 664

  2. SD

  

1. Belum/Tdk Tamat SD - - -

  

Ditempatkan

2012

Dihapuskan 2012 Belum ditempatkan

Tabel 4.9 Banyaknya Pencari Kerja Di Kabupaten Buton Yang Terdaftar Menurut Pendidikan Tahun 2012 No. Pendidikan

   Sumber : Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011 (diolah)

  6. Diploma / Universitas Jumlah 1.099 1.474 2.573

  

5. SMK 188 188

  

4. Tamat SLTA Umum 369 737 1.106

  94

  94

  3. Tamat SLTP

  

2. Tamat SD 330 191 521

   Sumber : Dinsosnakertrans Kabupaten Buton

  4.2.8 Struktur Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama/Jenis Mata Pencaharian

  Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam secara terus menerus-menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Adapun keadaan jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama, dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut :

Tabel 4.10 Keadaan Penduduk Kabupaten Buton Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

  

Tahun 2011

No. Lapangan Pekerjaan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1.

  Pertanian,Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan.

  31.703 27.188 58.891

  

2. Industri 2.299 1.369 3.668

3.

  Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 9.021 9.168 18.189 4.

  Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 5.670 5.062 10.732

  

5. Lainnya 15.442 2.833 18.275

Jumlah 64.135 45.620 109.755

  Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka 2012

  4.3. GAMBARAN TOPOGRAFI Kondisi topografi tanah daerah Kabupaten Buton pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sector pertanian. Permukaan tanah pegunungan yang relative rendah, ada juga yang bisa digunakan untuk usaha yang sebagian besar berada pada ketinggian 100 - 500M di atas permukaan laut (Mdpl), kemiringan tanahnya mencapai 40 . Adapun wilayah di Kabupaten Buton dapat dilihat selengkapnya pada peta di bawah ini :

Gambar 4.2 Peta Ketinggian Lereng Kabupaten ButonGambar 4.3 Peta Lereng/kontur Kabupaten Buton

  4.4. GAMBARAN GEOHIDROLOGI Kabupaten Buton memiliki beberapa sungai besar yang terdapat di beberapa kecamatan. Sungai-sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sumber tenaga, irigasi dan kebutuhan rumah tangga. Seperti sungai Sampolawa di Kecamatan Sampolawa, sungai Winto dan Tondo di Kecamatan Pasarwajo, sungai Malaoge, Tokulo dan sungai Wolowa di Kecamatan Lasalimu. Adapun Sungai

  • – sungai yang potensial dimanfaatkan untuk sumber air baku di Kabupaten Buton sekaligus potensi menyebabkan banjir dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Gambar 4.4 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Buton

  4.5 GAMBARAN GEOLOGI Secara umum, keadaan tanah (soil) Kabupaten Buton ini terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Dibagian pantai batuan pratersier tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. Keadaan batuan yang demikian umumnya tidak meluas air atau kedap air.

  Sedangkan, berdasarkan klasifikasi tanah taxonomy USDA, 1998, maka kondisi tanah di Kabupaten Buton cukup beragam, yaitu Endoaquents, Fluaquents, Epiaquepts, Endoaquaquepts, Haplustepts, Haplustalfs, Sulfaquents, dan Sulfaquepts. Tekstur tanahnya didominasi oleh pasir.

a. Jenis Tanah

  Secara umum, keadaan tanah (soil) Kabupaten Buton ini terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Secara spesifik jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Buton diklasifikasi kedalam tanah resina, gleisol eutrik, alluvial tionik, kambisol destrik, podsolik plintit dan mediteran hplik. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton didominasi oleh jenis tanah Kambisol dan Gleysol. Karakteristik masing-masing jenis tanah tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut : 1.

  Tanah Resina, tergolong tanah muda; tingkat kelapukan rendah, kedalaman tanah sangat dangkal (kurang dari 50 cm); lapisan tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian batu kapur muncul kepermukaan; berstruktur lapis lempung sampai gelu lempung. Ph tanah agak netral sampai basah; kandungan bahan organik rendah; kejenuhan basa sedang sampai tinggi dengan kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me/100 lempung.

  2. Tanah Geisol Eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografinya yang selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan dan pematangan tanah. Kedalaman tanah umumnya lebih dari 90 cm; warna tanah gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi dengan adanya bercak-bercak berwarna biru kehijauan; tekstur pasir geluhan; Ph tanah sangat masam sampai rendah; mempunyai kandungan ion Natrium (Na+) lebih dari 15%; kejenuhan masa basa rendah dan KTK murang dari 16 me/g lempung.

  3. Tanah Alluvial Teonik, jenis tanah yang berkembang dari bahan alluvial mudah (recent) yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis yang diskontinyu pedologi (multi sekum, warna tanah umumnya gelap dan metrik tanah terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan hingga kehijauan sebagai ciri adalah proses ngakesasi dari kandungan bahan sulfida yang lempung; ph tanah antara masam sampai sangat masam; kandungan organik tergolong rendah sampai tinggi; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

  4. Jenis Tanah Kambisol Distrik, jenis tanah dengan tingkat pelapukan sedang; proses illuvial debulm, tegas; warna coklat tua sampai merah; tekstur pasir geluhan sampai gelujan; Ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral; kandungan bahan organik tergolong rendah sampai sedang; kejenuhan basa kurang dari 50% dari KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

  5. Tanah Pedsolik Plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut; proses pencucian basa sangat intensif sehingga mempunyai kemasaman yang tinggi; warna tanah coklat kekuningan samapi kemerahan; pada matriks tanah terdapat bercak-bercak karatan atau plitik yang berwarna merah lebih dari 5% luas penampang tanah; bertekstur geluh lempung sampai masam; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.

  6. Tanah Mediteran Haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan sedang terjadi proses alluvial yang nyata pada horison berupa akumulasi lempung yang dicirikan adanya selaput lempung; warna tanah umumnya merah sampai merah sampai merah gelap (kecoklatan); kedalam tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih dari 90 cm; tekstur tanah berkisar antara geluhan sampai lempung geluhan; Ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral. Kandungan bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan basah lebih dari 50% dengan KTK lebih dari 16 me/100 g lempung. Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikemukakan, bahwa tingkat erosi di wilayah Kabupaten Buton tergolong ringan sampai berat. Berikut data luas dan jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Buton yang dapat di gambarkan pada tabel berikut.

  

Tabel 4. 11

Luas dan Jenis Tanah di Kabupaten Buton Tahun 20

Luas Persentase No. Jenis Tanah (Ha) (%)

  1 A11 = Aluvial 980 3,31

  3 H19 = Recoso Litosol 512 1,73

  4 H89 = Gleisolacic 4.184 14,14

  5 H49 = Podsoloik 762 2,58

  6 P12 = Mediteran Haplik 1.585 5,36

  7 T14 = Gleisol Distrik 3.572 12,07

  8 A13 = Geliik 1.764 5,96

  No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

  9 B33 = Aluvial Tidnik 2.481 8,38

  10 H31 = Kembisol Distrik 5.303 17,92

  11 H16 = Rensina 1.323 4,47

  12 H32 = Podsolik plintik 2.069 6,99

  13 T19 = Gleisol Evtrik 2.947 9,96

  14 P82 = Kembisol Distrik 403 1,36 Jumlah 29.589 100,00

  Sumber :

  Sedangkan, berdasarkan klasifikasi tanah taxonomy USDA, 1998, maka kondisi tanah di Kabupaten Buton cukup beragam, yaitu Calciustolls. Dystroppepts, Eutropepts, Haplustalfs, Hydraquents, Rendolls, Tropaquepts, Tropudalfs, Tropudlts, Ustisamments. Adapun jenis tanah selengkapnya dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Gambar 4.5 Peta Jenis Tanah di Kabupaten Buton

b. Daerah Rawan Bencana

  Bentang alam Wilayah Kabupaten Buton yang terdiri dari daerah pesisir pantai, muara dari 6 (enam) sungai besar dan kecil, serta daerah perbukitan, menyebabkan beberapa wilayah cukup rawan terhadap bencana abrasi, genangan/banjir dan tanah longsor. Jenis bencana ini, disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam akibat kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Buton maupun di wilayah sekitarnya. Berdasarkan peta zone seismik yang telah disusun oleh Biro Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Bandung 1981, maka Kabupaten Buton termasuk daerah dengan kerawanan gempa yang sedang, dengan harga koefisien gempa z = 1,0. Posisi Kabupaten Buton dalam peta kegempaan nasional dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa, posisi Kabupaten Buton masih relatif aman dari ancaman bencana alam gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Bencana tanah longsor adalah bencana geologi yang sulit diramalkan kejadiannya biasanya terjadi karena lereng tidak bisa menahan bebannya sendiri sehingga bergerak karena beratnya sendiri. Hujan adalah salah satu penyebab terjandinya longsor. Berdasarkan zona tingkat kerawanannya, ternyata ada sebagian wilayah yang tidak dapat sama sekali diperuntukkan untuk pemukiman atau perencanaan pembangunan infrastruktur. Namun kenyataannya zona tersebut telah berkembang sebagai lahan pemukiman, pertanian bahkan kecenderungan merambah kearah bukit semakin luas.

  4.6 GAMBARAN KLIMATOLOGI Kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Iklim Kabupaten Buton secara umum beriklim panas, arah angin dipengaruhi oleh angin barat yang bertiup pada bulan November sampai bulan Agustus dengan temperatur maksimun rata-rata 31° C.

1. Curah Hujan

  Rerata curah hujan di Kabupaten Buton sepanjang tahun 2011 mencapai 154,62 mm/bulan. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kabupaten Buton terjadi pada bulan Januari

  • – bulan September dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 177 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan Oktober – bulan Desember dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 86.1 mm. Sedangkan rata - rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 145 mm (Kecamatan Talaga Raya) sampai 1.986 mm (Kecamatan Lasalimu).

  2. Hari Hujan Pada tahun 2011 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 16 hari dalam tiap bulannya. Pada bulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya. Frekuensi hujan di bawah rata-rata terjadi pada bulan Agustus

  • – bulan nopember hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Demikian pula sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember – bulan Juli karena jumlah hari hujan tiap bulannya melebihi rata- rata. Sedangkan pada tahun 2012, hari hujan yang paling tinggi berada di Kecamatan Pasarwajo yaitu 195 hari hujan, menyusul Kecamatan Lakudo sebanyak 169 hari hujan, dan paling sedikit hari hujannya adalah Kecamatan Sampolawa hanya sebanyak 25 hari hujan.

  3. Temperatur/suhu udara Secara umum keadaan temperatur di Kabupaten Buton mengikuti kondisi suhu udara di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah yang lebih luas.

  Temperatur rata-rata selama tahun 2011 di Kabupaten Buton berkisar 23.60°C

  • – 31.39°C. Pada bulan-bulan tertentu temperaturnya berada di atas rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Temperatur pada bulan Agustus berada di bawah temperatur rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada bulan Agustus mencapai 21.8°C. Sedangkan temperatur bulan November berada diatas rata-rata mencapai 32.7°C.

  4. Kelembaban Relatif Sepanjang tahun 2011 kelembaban relatif rata-rata 81% - 87% sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Buton termasuk daerah dengan kelembaban relatifnya tinggi. Kelembaban relatif wilayah Kabupaten Buton cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 84.58% pada tahun 2011 Pada bulan Januari

  • – bulan Juli merupakan bulan-bulan dengan tingkat kelembabannya berada diatas rata-rata, sedangkan tingkat kelembaban relatif bulan Agustus – bulan Desember berada di bawah rata-rata.

  5. Kecepatan Angin Rata-rata kecepatan angin di Kabupaten Buton selama tahun 2011 mencapai 6.6 knot, kecepatan angin diatas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan Juli –Desember yang berkisar 6.8 – 7.5 knot.

  6. Penyinaran Matahari Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Itensitas penyinaran matahari di Kabupaten Buton selama tahun 2011 berkisar 160.30 jam, hal ini berarti efektifitas lama penyinaran yang terjadi di Kabupaten Buton berkisar 7 hari tiap bulannya.

Tabel 4.12 Kondisi Klimatologi Kabupaten Buton Tahun 2011

  Bulan Kondisi Klimatologi Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan (hari) Temperatur Kelemb. Relatif (%) Kec. Angin (knot) Penyinaran Matahari (Jam) Suhu Min ( o

C) Suhu Max ( o

  21

  87.5

  30.2

  81

  6.8 199.5 September 102.0

  8

  22.5

  30.9

  83

  6.8 199.4 Oktober

  91.3

  10

  23.7

  32.1

  84

  7.8 239.7 Nopember

  12

  7

  24.3

  32.7

  82

  7.5 232.2 Desember

  79.5

  23

  24.5

  32.4

  84

  6.8 121.3 Rata-rata 154.62

  16

  23.60

  31.39

  84.58 6.6 160.30 Sumber :

  21.8

  7.0 152.0 Agustus 107.0

  23.8

  24.4

  31.9

  85

  6.4 120.1 Februari 182.3

  19

  24.0

  31.8

  86

  6.5 123.2 Maret 313.2

  24

  24.2

  31.8

  85

  6.9 146.9 April 153.9

  21

  31.4

  86

  23.0

  29.96

  C) Januari 265.8

  16

  5.2 151.6 Juli 108.2

  85

  30.7

  8

  87

  5.1 108.6 Juni 208.1

  87

  30.8

  24.4

  18

  6.4 129.1 Mei 156.6

  22.6

  4.7. KONDISI SOSIAL EKONOMI

4.7.1 Profil Sosial Budaya a.

   Sosial Budaya

  Penduduk asli Kabupaten Buton adalah Suku Ciacia, yang awalnya terkonsentrasi di Kecamatan pasarwajo yang juga merupakan ibukota kabupaten. Namun seiring perkembangan wilayah ini, mulai masuk para migran dari Muna, Bugis, Makassar, Gorontalo, Manado, Maluku dan lainnya. Lambat laun para migrant ini mendominasi penduduk Kabupaten Buton hingga saat ini. Terlebih lagi, dengan adanya para transmigran dari Jawa dan Bali di Kabupaten Buton, yang telah beralih pekerjaan dari sektor pertanian menjadi non pertanian berpindah tinggal di Kabupaten Buton. Suku-suku pendatang di atas, menjadikan Kabupaten Buton tumbuh menjadi Kabupaten dengan suku kehidupan sosial budaya yang heterogen. Sedangkan suku ciacia, walaupun sudah tidak menonjol lagi di Kabupaten Buton, namun adat-istiadatnya masih tetap dihormati oleh penduduk pendatang. Kegiatan yang masih terkait erat dengan adat-istiadat masyarakat asli Kabupaten Buton ini berbentuk upacara-upacara adat perkawinan dan keagamaan. Dalam kaitannya dengan pembangunan perumahan dan permukiman, tidak terdapat kondisi sosial budaya yang mempengaruhi dalam pembangunan maupun pengembangan baik bentuk bangunan maupun struktur pemanfaatan ruangnya.

  Perlu dicermati, dalam kaitannya dengan kebiasaan masyarakat dalam pengadaan perumahan, adalah di kawasan tempat hunian masyarakat nelayan. Sebaran konsentrasi masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Buton terdapat di pesisir pantai Kelurahan Bajo dan Holimombo yang memiliki kondisi fisik dan nonfisik yang buruk. Untuk ke depan, perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan perumahan dan permukiman untuk masyarakat nelayan spesifik, karena terdapatnya komponen ruang yang berbeda dengan kawasan permukiman untuk masyarakat lainnya, seperti tempat penjemuran ikan, sandaran / labuh kapal dan sebagainya.

b. Ketenagakerjaan

  Pada tahun 2012 diketahui bahwa jumlah angkatan kerja penduduk Kabupaten Buton sebesar 104.758 orang yang terdiri dari 60.456 laki-laki (58%) dan 44.302 perempuan (42%), sedangkan bukan angkatan kerja sebesar 55.386 orang didominasi perempuan sebesar 41.014 Jiwa (74%) dan sisanya laki-laki sebesar 14.372 jiwa (26%).

  Persentase pekerja terhadap angkatan kerja sebesar 98,37 % sedangkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 65,41 %. Data ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan utama masyarakat Kabupaten Buton adalah sebagai berikut: (1) Pertanian 58.891 jiwa; (2) Industri 6.666 jiwa; (3) Perdagangan 19.194 jiwa; (4) Jasa-Jasa 6.968 jiwa dan Lainya 18.217 jiwa. jumlah total yang bekerja 103.049 jiwa, mencari pekerjaan 2.573 jiwa sehingga pengangguran di Kabupaten Buton pada tahun 2012 sama dengan 2% dari jumlah angkatan kerja sebesar 105.622 Jiwa.

c. Kemiskinan

  Kemiskinan adalah merupakan masalah yang sangat kompleks, bersifat multidimensi dan universal karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Miskin berarti ketidak cukupan; tidak cukup ilmu, tidak cukup tenaga dan tidak cukup harta. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan kebersamaan, kesabaran, kerja keras dan butuh biaya besar. Garis kemiskinan Kabupaten Buton pada tahun 2010 lebih tinggi 6,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 255.955 rupiah per kapita per bulan. Dengan kata lain, untuk tidak dikategorikan miskin, seseorang harus memiliki pengeluaran untuk makanan dan non makanan paling sedikit sebesar 255.955 rupiah per bulan. Seiring dengan meningkatnya standar garis kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Buton pada tahun 2010 meningkat menjadi 8,02 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7,88 persen. Demikian pula indeks kedalaman kemiskinan yang meningkat menjadi 1,91, dimana tahun sebelumnya hanya sebesar 1,17. Hal tersebut berarti bahwa pada tahun 2010 semakin banyak penduduk miskin yang memiliki pengeluaran jauh di bawah garis kemiskinan dibandingkan tahun sebelumnya. Tentu saja, meningkatnya indeks kedalaman kemiskinan, diikuti pula meningkatnya nilai indeks keparahan kemiskinan. Pada tahun 2010, indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Buton mencapai 0,84, sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 0,30. Hal ini berarti bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan ini, Pemerintah Kabupaten Buton terus berupaya agar angka kemiskinan di Kabupaten Buton menurun. Berbagai program dalam rangka penanggulangan kemiskinan seperti : Program PNPM Mandiri, P2KP, Bedah Rumah, Bantuan Stimulan Perumahan, BLUD (kredit Mikro), Bantuan Raskin Gratis dan program Persaudaraan Madani yang merupakan Ide Cemerlang dari Bapak Bupati dan Wakil Bupati Buton, mempersaudarakan keluarga mampu dengan keluarga tidak mampu. Peran keluarga mampu terhadap keluarga miskin adalah memberikan motivasi, membantu dan menfasilitasi dalam hal mendapatkan lapangan kerja, meningkatkan kualitas perumahan, aspek pendidikan, mental dan spiritual. Hingga tahun 2012 capaian dan target program persaudaraan madani berhasil mempersaudarakan sekitar

  717 KK yang telah “Dipersaudarakan”.

d. Pendidikan

  Sebagaimana yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasioanal dan RPJM Nasional serta RPJMD Kabupaten Buton Tahun 2013- 2017 maka sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, yaitu mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk untuk dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya. Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Buton selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Kabupaten Buton seperti sekolah (banyaknya ruang belajar), guru dan murid, guru per sekolah, murid per sekolah, dan murid perguru. Data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel :

  

Tabel 4. 13

Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2009 – 2012 Rata-Rata Tingkat Sekolah Guru Murid Guru/ Murid/ Murid/ Pendidikan Sekolah Sekolah Guru

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

TK 2012 178 512 7.207

  3

  40

  14 2011 168 483 7.098

  3

  42

  15

  • * 2010 * * *

  SD 2012 271 2.797 48.226 10 178

  17 2011 272 2.740 49.345 10 181

  18 2010 272 2.858 48.312 11 178

  17 SLTP 2012 94 1.519 16.090 16 171

  11 2011 91 1.509 15.144 17 166

  10 2010 83 948 14.889 11 179

  16 SLTA 2012 37 833 9.306 23 252

  11 2011 37 855 9.137 23 247

  11 2010 29 654 7.578 23 261

  12 2009 29 433 7.820 15 270

  18 SMK 2012 14 261 1.767 19 126

  7 12 234 20 * * * 2011

   Sumber: Dikmudora Kab. Buton e.

   Kesehatan

  Seperti yang diuraikan pada sektor pendidikan, bahwa pada sektor kesehatan ini sebagaimana yang diamanahkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan RPJM Nasional serta RPJMD Kabupaten Buton Tahun 2013- 2017 ditekankan bahwa pemerintah mengupayakan kepada setiap warganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara paripurna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat memerlukan dukungan pemerintah baik sarana maupun prasarana kesehatan agar kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan masyarakat berjalan sesuai dengan tujuan pembangunan kualitas sumberdaya manusia dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai sasaran pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Buton, Pemerintah Kabupaten Buton tetap memberikan prioritas pada pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Pada tahun 2011 fasilitas kesehatan yang ada berjumlah 94 unit, dengan rincian sebagai berikut: (1) Rumah Sakit 1 unit; (2) Puskesmas Non Perawatan 16 unit; (3) Puskesmas Perawatan Umum 16 unit; (4) Pustu 61 unit .

  

Tabel. 2. 14

Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Buton Tahun 2010

  • – 2012

  

Fasilitas Kesehatan 2010 2011 2012

  1

  2

  3

  4 Rumah Sakit

  1

  1

  1 Puskesmas Non Perawatan

  15

  16

  15 Puskesmas Perawatan Umum

  16

  16

  17 Pustu

  62

  61

  62 Jumlah

  94

  94

  95 Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Buton

  Selanjutnya tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Buton tahun 2011 berjumlah 578 orang, dengan rincian sebagai berikut: (1) dokter gigi 0 orang; (2) dokter umum 9 orang; (3) apoteker/farmasi 14 orang; (4) S1 kesehatan lain/Kesmas 57 orang; (5) bidan 128 orang; (6) perawat 253 orang; (7) Gizi 51 orang; (8) Sanitasi 32 orang; (9) Teknisi Medis 12 orang dan (10) non kesehatan Lainnya 22 orang. Jumlah tenaga kesehatan Tahun 2010 sebanyak 557 orang dan Tahun 2011 sebanyak 578 orang, mengalami peningkatan sebesar 21 orang. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya penerimaan pegawai baru dan mutasi pegawai dari luar Pemerintah Kabupaten Buton.

4.7.2 Profil Ekonomi a.

   Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

  Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2005 sampai tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton diatas 7%. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 terjadi pada semua sektor ekonomi. Adapun sektor pendukung terbesar pertumbuhan tersebut yaitu sektor pertanian tumbuh sebesar 7,19%, disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 11,13%. Meskipun sektor listrik dan air bersih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 18,47%, namun tidak cukup mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton karena kontribusinya terhadap total PDRB sangat kecil.

  Selain sektor pengangkutan dan komunikasi, yang mengalami peningkatan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 11,52% menjadi 12,32%, sektor pengangkutan dan komunikasi dari 10,01% menjadi 13,57%, sektor industri pengolahan dari 13,23% menjadi 19,84%. Sementara sektor yang kontribusinya menurun yaitu sektor pertanian 9.35% menjadi 7.19%, pertambangan dan penggalian dari 23,75% menjadi 11,13% dan sektor konstruksi/bangunan dari 10,21% menjadi 9,27%, keuangan/persewaan dan jasa perusahaan dari 13,03% menjadi 12,20%.

b. PDRB Perkapita

  Salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB perkapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB perkapita penduduk Kabupaten Buton memperlihatkan angka diatas 5 persen, ini menunjukkan tingkat kemakmuran yang semakin baik.

Tabel 4.15 PDRB Perkapita Kabupaten Buton Tahun 2009

  • – 2012 (Rp.) PDRB (Juta Rupiah) No Tahun

  Pertumbuhan ADH Berlaku ADH Konstan 1 2009 1.733.759,00 651.117,38 4,15% 2 2010 1.926.837,47 701.295,71 7,71%

3 2011 2.251.509,07 777.363,45 10,84%

4 2012 2.587.203,24 848.258,17 9,12%

  Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2012

  Akibat naiknya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buton, secara riil sangat berpengaruh terhadap kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 dimana pada tahun 2009 tercatat sebesar 651.117,38 rupiah meningkat menjadi 848.258,17 rupiah pertahun 2012. Dengan demikian dalam tiga tahun terakhir perekonomian Kabupaten Buton tahun rata-rata 9,07 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi kab. Buton pada tahun 2012 sebesar 9,12 persen, suatu tingkat pertumbuhan yang berada di antara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara (10,41 persen) dan pertumbuhan ekonomi nasional (6,73 persen).

c. Potensi Unggulan daerah