Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur - USD Repository

  

MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK

HATI (LUKAS 10:25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA

SEBAGAI USAHA PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS

RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh

  Puri Wahyuni 081124054

  PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini, kupersembahkan kepada:

  Allah Bapa, Putra, Dan Roh Kudus

  

MOTTO

Kitab Suci memberikan dukungan dan kekuatan bagi kehidupan Gereja.

  Bagi para Putra-Putri Gereja, Kitab Suci merupakan suatu peneguhan iman, makanan jiwa, dan sumber hidup spiritual. Kitab Suci adalah jiwa teologi dan khotbah pastoral. Para pemazmur berkata bahwa Kitab Suci “pelita bagi kakiku dan cahaya bagi langkahku” (Mzm 119:105). Karena itu, Gereja menganjurkan semua umat beriman untuk sering membaca Kitab Suci karena “tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” (Santo Hieronimus).

  (Kompendium Katekismus Gereja Katolik no. 24)

  

ABSTRAK

  Judul Skripsi MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG

  

SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10: 25-37) MELALUI KATEKESE

KAUM MUDA SEBAGAI USAHA PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI

KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA

TIMUR, bertitik tolak pada keprihatinan bahwa Kitab Suci semakin ditinggalkan

  khususnya oleh kaum muda. Salah satu cara meningkatkan meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah menggunakan cerita.

  Yesus pun mengajar banyak menggunakan cerita berupa perumpamaan, salah satu satunya perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Metode historis kritis digunakan untuk memahami perumpamaan dalam pewartaan Lukas. Perumpamaan merupakan metode Yesus untuk mengajar untuk menyingkap hakekat persoalan dengan baik dan dapat mencapai kedalaman hati manusia.

  Perumpamaan orang Samaria yang baik hati ditafsirkan menggunakan metode naratif yang memandang Lukas 10:25-37 sebagai karya sastra. Unsur- unsur pokok metode naratif adalah alur/plot, karakterisasi/penokohan,

  

setting /latar. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kisah dalam

  kisah. Maka dibedakan antara unsur-unsur pokok kisah dan pengisahan. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati yaitu: terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan, menghadirkan Yesus sebagai Tuhan bagi semua orang, menjadi sesama yang baik seperti orang Samaria yang baik hati.

  Pesan perumpamaan orang Samaria yag baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati juga ditujukan kepada murid Kristus sampai pada jaman sekarang termasuk kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe. Kaum muda sedang mengalami perubahan demi menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada sistuasi ini kaum muda memerlukan pembinaan khususnya pembinaan iman dalam bentuk katekese kaum muda. Untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan secara akurat di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur penulis melakukan penelitian dengan metode survey, jenis penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan dengan observasi dari pengalaman penulis terlibat langsung dengan kaum muda dan wawancara yang dilaksanakan bulan Maret sampai April 2013 mengambil 15 informan.

  Berdasarkan hasil menganalisis perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dan menemukan realita katekese kaum muda di stasi Kritus Raja Ngrambe diperoleh bahwa kaum muda perlu pendampingan dalam menggali pesan perumpamaan, salah satu pendampingan adalah katekese kaum muda, sedangkan katekese kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe perlu kontinyu. Oleh sebab itu penulis mengusulkan program katekese kaum muda model biblis sebagai usaha menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

  ABSTRACT The thesis, titled “INTERPRETING THE MESSAGE OF THE

  

PARABLE OF GOOD SAMARITAN (LUKE 10:25-37) THROUGH THE

CATHECHISM OF THE YOUNG PEOPLE AS AN EFFORT OF

EDUCATING THE YOUNG PEOPLE IN THE STATION OFF CHRIST

OF THE KING, NGRAMBE, SAINT YOSEPH PARISH, NGAWI, EAST

JAVA”, arises from the writer’s concern that the Bible is being abandoned of the

  young people. There is one way to increase the love to the bible, it is to tell the bible by the story.

  Jesus also teaches people by stories of parables, the parable of the good Samaritan (Luk 10:25-37) for example. Critical historic method is used to understand the parables in the Gospel of Luke. Telling parables is Jesus’ method to reveal the core of the truth and to touch people’s heart.

  The parable of the good Samaritan is interpreted with narative method which sees Luke 10:25-37 as a literature work. The substances of the narative method are plot, characters, and setting. The parable of the good Samaritan is a story in a story. Therefore, the writer diferentiates between the main substances of the story and the narration. The messages of the parable of the good Samaritan are, that we have to be kind to everybody who needs our help no matter what, that Jesus is The Lord for everybody, and that we must be kind as the good Samaritan is.

  The messages of the parable of the good Samaritan is adressed especially for the Torah Master. It is also adressed for todays Christian, including the young Chatolics of Kristus Raja station - Ngrambe. The youth is changing to adapt to the environment, social, and cultural. They need to be guided, especially the guidance of the faith in catechism of the youth. To find the reality of the catechism of the youth, in order to find the accurate meaning of the parables, in Kristus Raja - Ngrambe station, St. Yoseph parish - Ngawi, East Java, the writer did research by qualitative survey method. The writer observed the parish, had an experience with 15 young Chatolics, and interviewed them on March to April 2013.

  From the analysis and the interpretation of the parable of the good Samaritan of the Gospel of Luke, and from the reality of the catechism of the youth of Kristus Raja station - Ngrambe, the writer can conclude that the youth needs guidance to dig the message of the parable. One of the guidance is the catechism of the youth, while the catechism of the youth of Kristus Raja stasi must be continued. Therefore, the writer proposes the biblical method for the youth catechism program as an effort to dig the message of the parable of the good Samaritan in Kristus Raja station, Ngrambe, St. Yoseph parish, Ngawi, East

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah yang berbelas kasih karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI PESAN

PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10:25-

  

37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA

PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE,

PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR.

  Skripsi berangkat dari semakin ditinggalkannya Kitab Suci oleh kaum muda dan juga banyaknya kegiatan kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur, namun dalam hal pembinaan iman kurang mendapat perhatian khususnya melalui katekese kaum muda. Skripsi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci khusus perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis terima kasih kepada:

  1. Rm. FX. Heryatno Wono Wulung M. Ed, S.J selaku Kepala Program Studi IPPAK-FKIP-Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Y. Kristianto, SFK, M. Pd., selaku sekretaris Program Studi IPPAK-

  3. Rm. Dr. A. Hari Kustono, Pr selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan penulisan skripsi ini.

  4. Rm. Dr. C. Putranto, SJ, sebagai dosen wali yang terus menerus mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum, selaku dosen penguji yang juga mau mendampingi penulis dengan sabar, meluangkan waktu dan membimbing, memberikan masukan dan gagasan bagi penulisan skripsi ini.

  6. Keluarga bapak Agustinus Karno sebagai penyemangat bagi penulis untuk menyelesaikan studi.

  7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 25 Juli 2013 Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................

  11

  19

  17

  17

  15

  15

  13

  12

  10

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... MOTTO ........................................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................... ABSTRAK .................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................. KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. DAFTAR TABEL .........................................................................................

  10

  1

  1

  3. Cara menggunakan perumpamaan .............................................. i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xvii xviii xx

  2. Penggunaan perumpamaan ..........................................................

  1. Alasan Yesus menggunakan perumpamaan ................................

  BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... A. Latar belakang ................................................................................... B. Rumusan masalah .............................................................................. C. Tujuan penulisan ............................................................................... D. Manfaat penulisan ............................................................................. E. Metode penulisan .............................................................................. F. Sistematika penulisan ........................................................................ BAB II. PERUMPAMAAN DALAM INJIL LUKAS ............................. A. Metode historis kritis ......................................................................... B. Yesus menggunakan perumpamaan ..................................................

  20

  2. Tahun penulisan Injil Lukas .........................................................

  24 3. Maksud Lukas menulis injil ........................................................

  24 4. Jemaat yang dituju .......................................................................

  29 D. Jenis Lukas 10:25-37 .........................................................................

  30 1. Terminologi perumpamaan .........................................................

  30 2. Perbedaan perumpamaan dengan alegori ...................................

  31 3. Perbedaan perumpamaan dengan similitude ..............................

  31 4. Lukas 10: 25-37 merupakan perumpamaan ...............................

  32 E. Sumber bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati .............

  32

  1. Paralel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ................................................................

  33 2. Bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ...................

  37 F. Teologi perumpamaan dalam Lukas .................................................

  39 1. Kerajaan Allah ............................................................................

  39 2. Allah ...........................................................................................

  40 3. Warga Kerajaan Allah .................................................................

  41 BAB III. TAFSIR PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUK 10:25-37) .....................................................................

  44 A. Teks Lukas 10: 25-37 ........................................................................

  44 B. Pendekatan alegoris atas perumpamaan orang Samaria yang baik hati .....................................................................................................

  45 C. Metode Tafsir Naratif ........................................................................

  47 1. Plot .............................................................................................

  48 2. Karakterisasi ...............................................................................

  48 3. Setting ..........................................................................................

  49 D. Plot ....................................................................................................

  49 1. Dialog awal (ay.25-29) ................................................................

  51 2. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (ay.30-35) ............

  53 3. Dialog ahkir (ay.36-37) ..............................................................

  60

  2. Tokoh pengisahan ......................................................................

  77

  66

  70

  70

  72

  77

  77

  78

  4. Hasil penelitian dan pembahasan ................................................

  79

  79

  79

  80

  82

  82

  83

  5. Rangkuman penelitian .................................................................

  3. Metodologi penelitian ................................................................

  F. Setting/ Latar .....................................................................................

  1. Terbuka bagi siapa saja yang membutuhan pertolongan ...........

  1. Setting kisah ...............................................................................

  2. Setting Pengisahan ......................................................................

  G. Teologi dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati ............

  1. Kerajaan Allah ............................................................................

  2. Allah yang berbelas kasih ..........................................................

  3. Kasih Allah yang universal ........................................................

  H. Pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati ...................

  2. Menghadirkan Yesus sebagai Tuhan bagi semua orang ............

  2. Fokus penelitian .........................................................................

  3. Yesus menantang untuk menjadi sesama bagi orang lain seperti orang Samaria yang baik hati .........................................

  BAB IV. KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI St. YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR .................................... A. Katekese kaum muda sebagai pembinaan kaum muda ......................

  1. Situasi kaum muda .....................................................................

  2. Usaha-usaha pembinaan iman bagi kaum muda ........................

  3. Katekese sebagai salah satu pembinaan iman kaum muda ........

  B. Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum di stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur .......

  1. Gambaran umum kaum muda ....................................................

  92 102 116 117 117 119 125 193

  BAB V. USULAN PROGRAM KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA MENGGALI PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK (LUK 10:25-37) DI STASI KRISTUS

RAJA NGRAMBE, PAROKI St. YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR . 203

A. Latar belakang program .................................................................... 203

  1. Kebutuhan kaum muda akan pendampingan untuk menggali pesan perumpamaan ................................................................... 203

  2. Katekese kaum muda perlu dilaksanakan sebagai pembinaan iman yang kontinyu .................................................................... 205 B. Program katekese kaum muda ........................................................... 208

  1. Pengertian program katekese kaum muda .................................. 208

  2. Tujuan adanya program katekese kaum muda ........................... 208

  3. Matriks program ........................................................................ 215

  4. Petunjuk pelaksanaan program katekese kaum muda ................ 218

  C. Satuan persiapan katekese kaum muda ............................................. 222

  1. Satuan persiapan I ...................................................................... 222

  2. Satuan persiapan II ..................................................................... 233

  3. Satuan persiapan III .................................................................... 248

  4. Satuan persiapan IV ................................................................... 261 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

  275

  A. Kesimpulan ...................................................................................... 275

  B. Saran .................................................................................................. 280

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 284

LAMPIRAN .................................................................................................

  (1) Lampiran 1 : Peta situasi perjanjian baru ....................................................... (1) Lampiran 2 : Data umat berdasarkan tempat tinggal ..................................... (2)

  Data umat berdasarkan kelompok umur ................................ (3) Lampiran 3 : Pedoman wawancara ............................................................... (4) Lampiran 4 : Hasil wawancara ...................................................................... (6)

  Kristus Raja Ngrambe Masa Bakti 2012-2015 ........................ (60) Lampiran 7 : Susunan Kepengurusan Dewan Pastoral Stasi (DPS) Kristus

  Raja Ngrambe Masa Bakti 2012-2015 ..................................... (61) Lampiran 8 : Laporan kegiatan stasi Kristus Raja Ngrambe tahun 2012 ..... (63) Lampiran 9 : Peta kisah perumpamaan orang Samaria yang baik hati ......... (71)

  Action full drama ...................................................................... (72)

  Contoh gambar membuat vignet .............................................. (73)

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Bahan Lukas 10: 25-37 ...............................................................

  Gambar 2 : Alur perumpamaan orang Samaria yang baik hati menurut ayat .............................................................................................

  Gambar 3 : Alur perumpamaan orang Samaria yang baik hati menurut peristiwa .....................................................................................

  38

  49

  49

  

DAFTAR SINGKAT

A. SINGKATAN KITAB SUCI

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab: Lembaga Biblika Indonesia. (2006). Alkitab Deutrokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

  B. SINGKATAN RESMI DOKUMEN-DOKUMEN GEREJA

  CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus Ke II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

  DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

  EN : Evangelii Nuntinadi, Anjuran Apostolik Paus Paulus ke VI tentang Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.

  C. SINGKATAN LAIN-LAIN

  Art : Artikel Ay : Ayat Dll : Dan lain-lain Dst : Dan seterusnya Jml : Jumlah Km : Kilometer Km

  2

  : Kilometer persegi KK : Kepala Keluarga M : Masehi m : meter OMK : Orang Muda Katolik Rekat : Remaja Katolik Sbb : Sebagai berikut ini SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama St : Santo SSV : Serikat Sosial Vinsensius S/d : Sampai dengan Th : Tahun ± : Kurang lebih

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1: Pararel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ..............................................................................

  33 Tabel 2 : Data umat stasi Kristus Raja Ngrambe tahun 2012 (Sekretariat stasi Kristus Raja Ngambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur) ........................................................................................ 117

  Tabel 3 : Variabel Penelitian .................................................................... 124 Tabel 4: Matriks Program ......................................................................... 215

BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. A. Latar Belakang Bersama Tradisi, Kitab Suci seperti yang telah diwariskan para rasul

  secara tertulis merupakan sumber pegangan yang menyangkup segala sesuatu untuk menjalani hidup suci dan untuk mengembangkan iman (Dei Verbum art.8).

  Sebagai sumber pegangan berarti Kitab Suci memberikan pegangan yang dapat menjadi pedoman untuk menjalani hidup suci. Sedangkan Kitab Suci untuk mengembangkan iman ibarat pupuk dan air yang akan menumbuhkembangkan tanaman hingga berbuah. Tanpa pupuk dan air, tanaman akan kering dan mati.

  Demikianlah manusia beriman dengan Kitab Suci sebagai pupuk dan air, iman akan tumbuh berkembang dan membuahkan hasil. Sebaliknya, tanpa Kitab Suci sebagai pupuk dan air, imannya akan kering dan mati.

  Pada kenyataannya Kitab Suci bagi orang katolik menjadi buku yang sakral, orang takut untuk menyentuh dan hanya menyimpannya di almari.

  Demikian juga dengan kaum muda, walaupun setiap minggu ada Liturgi Sabda, belum cukup mendorong kaum muda lebih dekat lagi dengan Kitab Suci. Adapun usaha Gereja demi mendekatkan kaum muda dengan Kitab Suci adalah pendalaman Kitab Suci tetap kurang diminati dibandingkan dengan devosi-devosi dan doa lainnya.

  Salah satu metode sebagai usaha meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah metode cerita. Tidak dipungkiri bahwa manusia senang bercerita. Dari yang muda sampai tua akrab dengan cerita. Setiap daerah mempunyai cerita rakyatnya masing-masing. Film, sinetron, drama, teater, novel, lagu juga mengandung cerita. Hidup manusia pun merupakan sebuah cerita perjalanan kehidupan. Cerita masih menarik bagi orang yang mau mendengarnya.

  Iman katolik juga menjadi mudah dipahami melalui cerita.

  C. Putranto, SJ (2012:5-20) dalam tulisan yang berjudul Bahasa Kisah Dalam Berkatekese menuliskan: Pertama, cerita dapat memukau pendengar jika pendengar menemukan dirinya sendiri. Salah satu unsur atau komponen dari pribadi manusia yang dapat diidentifikasikan oleh pendengar, dan pendengar dapat mengenal bagian dari dirinya, khususnya bagian-bagian yang terpendam dalam bawah sadarnya; kedua, kisah mampu menjelajahi wilayah-wilayah batin pendengar yang belum tersentuh dan menghindari pengaruh buruk; ketiga, kisah mempunyai kekuatan reflektif yaitu menjernihkan persoalan-persoalan kehidupan; keempat, kisah dan cerita mempunyai kekuatan mengubah kenyataan, karena mampu menyingkap solusi-solusi yang mungkin ditempuh dalam masalah- masalah kejiwaan. Buah utama dari kaidah adalah pendengar bisa berdamai dengan dorongan-dorongan mereka sendiri, dengan kenyataan, termasuk kejahatan dan kematian. Menurut A. Hari Kustono dengan adanya keterlibatan aktif pendengar, pencerita akan mampu menumbuhkan cara pandang, sikap, pencerahan, opini yang baru bagi pendengarnya (2011:5).

  Pendapat C. Putranto dan A. Hari Kustono memperlihatkan kehebatan kekuatan cerita bagi pendengarnya. Bahkan, melalui cerita pendengar dapat dibantu untuk mengambil keputusan tertentu lewat cerita yang didengarnya tanpa merasa digurui.

  Yesus juga kerap kali menggunakan cerita berupa perumpamaan ketika mengajar para murid dan orang banyak. Perumpamaan yang diambil Yesus dekat dengan kehidupan para pendengar-Nya. Melalui perumpamaan Yesus mengajak manusia untuk berpikir bukan hanya dengan otak, akan tetapi juga dengan hati.

  Perumpamaan Yesus efektif menyentuh sampai pada kedalam hati manusia yang paling terdalam. Menurut Martin Harun (1998:1) perumpamaan merupakan sarana komunikasi jeli dan efektif. Perumpamaan menarik karena melibatkan orang dalam cerita dan menjelang kesimpulannya meminta sebuah jawaban pribadi.

  Perumpamaan mendorong seseorang untuk berpikir dan menarik kesimpulan untuk dirinya sendiri.

  Adakalanya perumpamaan Yesus sulit dipahami oleh pendengar bahkan bisa jadi pendengar memahami secara salah sehingga menyebabkan bidaah. Oleh sebab itu dalam menafsirkan perumpamaan Yesus dalam Kitab Suci perlu secara cermat seperti yang tercantum dalam Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi mengatakan bahwa di dalam Alkitab Allah bersabda melalui manusia secara manusia, maka dalam menafsirkan Kitab Suci harus diselidiki secara cermat apa kata-kata mereka. Adapun yang harus diperhatikan adalah mencari arti yang hendak diungkapkan sesuai dengan maksud pengarang suci pada situasi jaman dan kebudayaannya serta jenis sastra yang digunakannya, kemudian perhatian yang besar harus diberikan kepada isi dan kesatuan seluruh kitab (Dei Verbum art.

  12).

  Perumpamaan-perumpamaan Yesus paling banyak dijumpai dalam Injil Lukas. Salah satu perumpamaan Yesus dalam Injil Lukas adalah Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37). Perumpamaan orang Samaria yang baik hati hanya ada pada Injil Lukas. Penyelidikan secara cermat perumpamaan orang Samaria yang baik hati dapat ditempuh melalui metode historis kritis dan metode naratif.

  Metode historis kritis digunakan untuk mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas yang berasal dari 2000 tahun lampau. Metode historis kritis merupakan jendela yang memberikan jalan masuk kepada masa lampau tidak hanya pada situasi yang dirujuk oleh kisah, tetapi juga pada komunitas untuk siapa cerita itu diceritakan (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59).

  Metode naratif juga cocok digunakan untuk menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Metode naratif menuntut teks berfungsi sebagai cermin, dalam arti bahwa teks memproyeksikan gambaran tertentu, suatu dunia naratif yang memberikan pengaruh bagi persepsi pembaca sedemikian rupa sehingga pembaca mampu mengambil alih nilai-nilai tertentu (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59). Metode naratif dipakai untuk menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati karena perumpamaan orang Samaria yang baik hati merupakan kisah di dalam kisah.

  Perumpamaan orang Samaria yang baik hati diawali dengan pertanyaan Ahli Taurat mengenai cara mendapatkan hidup kekal. Cara memperoleh hidup kekal telah tertulis dalam Hukum Terutama. Namun kemudian Ahli Taurat mempersoalkan mengenai sesama yang tertulis dalam Hukum Terutama. Menurut Ahli Taurat yang seorang Yahudi sesama dipahami sebagai kelompoknya sendiri, bangsa Yahudi. Yesus dengan cara yang bijak mengangkat perumpamaan orang Samaria yang baik hati untuk menjawab mengenai sesama kepada Ahli Taurat. Yesus mengambil tokoh utama seorang Samaria sangat berani menentang pola pikir yang salah tetapi diterima. Secara umum orang Yahudi menganggap orang Samaria seorang kafir dan dikucilkan.

  Orang Samaria menjadi sesama dengan memperlihatkan belas kasih kepada orang yang disamun. Belas kasih yang diperlihatkan oleh orang Samaria antara lain berinisiatif mendatangi orang yang disamun, memberi minyak dan anggur untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang dialami oleh orang yang disamun, memberikan keledai untuk ditumpangi, mau merawat orang yang disamun meskipun ia mempunyai urusan lain, masih mambayar orang lain untuk merawat orang yang disamun karena urusannya tidak bisa ditinggalkan, terakhir orang Samaria masih menjanjikan untuk kembali melunasi keperluan yang dipakai untuk merawat orang yang disamun. Jelas terlihat bahwa orang Samaria berkorban uang, waktu, tenaga untuk orang yang disamun tanpa mengharapkan imbalan. Orang Samaria menolong secara total dan tulus tanpa pamprih walaupun orang yang ditolong adalah musuhnya sendiri.

  Perumpamaan orang Samaria yang baik hati menunjukan Hukum Terutama bukan hanya sebagai hukum tertulis yang sangat dihormati, namun menunjukan bagaimana Hukum Terutama dilaksanakan. Uniknya orang yang melaksanakan Hukum Terutama bukanlah seorang yang menjunjung tinggi Hukum Terutama.

  Yesus mengajar Ahli Taurat melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Akan tetapi pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati tidak terbatas hanya untuk Ahli Taurat. Sebagai murid Kristus pesan ini juga ditujukan pada orang-orang Kristen masa kini.

  Salah satu penerima pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kaum muda. Kaum muda sedang mengalami perubahan pada masa pertumbuhan dan perkembangan dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada kaum muda dapat dilihat dari pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, emosi, moral, sosial, iman. Dalam situasi ini kaum muda mengalami permasalahan dan mempunyai potensi. Kaum muda memerlukan bantuan dari orang dewasa untuk menghadapi permasalahannya dan memanfaatkan potensi pada masa pertumbuhan dan perkembangan demi kedewasaan. Oleh sebab itu kaum muda memerlukan pembinaan khususnya pembinaan iman.

  Pembinaan iman sebagai pembinaan bagi kaum muda sebab Allah juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kaum muda. Selain itu pembinaan sebagai usaha untuk membangun sikap-sikap kaum muda menurut ajaran iman. Ada bermacam-macam pembinaan iman bagi kaum muda. Demi meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci khususnya perumpamaan salah satunya melalui katekese kaum muda. Paus Yohanes Paulus ke II dalam Catechesi Tradendae menyatakan pentingnya kaum muda mengalami katekese:

  “Pada masa muda tibalah periode keputusan-keputusan penting yang pertama. Walaupun kaum muda barangkali mendapat dukungan para anggota keluarga mereka dan teman-teman mereka, mereka harus mengandalkan diri sendiri serta suarahati mereka, dan makin sering dan secara menentu memikul tanggung jawab atas masa depan mereka... Kaum muda perlu menyiapkan diri bagi masa kedewasaan kemudian hari. Maka kaum muda perlu untuk diperkenalkan kepada Yesus Kristus. Sudah tibalah saatnya injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupan, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa injil tidak dapat dijelaskan, misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, pendamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan tidak kelihatan (CT art.39)”. Paus Yohanes Paulus ke II menyadari walaupun kaum muda mendapat dukungan dari orang dewasa dalam hidupnya akan tetapi keputusan ada pada kaum muda sendiri. Kaum muda perlu mengandalkan diri sendiri. Agar dapat mengandalkan diri sendiri kaum muda perlu untuk dipersiapkan. Sudah saatnya Yesus diperkenalkan kepada kaum muda sebagai panutan, sehingga kaum muda memiliki sikap seperti yang diteladankan oleh Yesus. Salah satu usaha untuk memperkenalkan Yesus yaitu mendekatkan kaum muda kepada Kitab Suci

  Kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, merupakan salah satu kaum muda yang memerlukan katekese kaum muda. Banyak kegiatan kaum muda di stasi ini, namun kegiatan bagi kaum muda yang mendalami dan mengelola Kitab Suci secara khusus bagi kaum muda belum ada. Begitu pula dalam hal pembinaan iman kurang mendapat perhatian, khususnya melalui katekese kaum muda. Tema- tema katekese memang membahas kaum muda. Hanya saja katekese yang dilaksanakan bagi orang tua yang mempunyai anak muda. Sehingga katekese tidak menyentuh langsung pada kaum muda. Katekese juga dipahami selesai pada persiapan baptis, komuni pertama, krisma, dan sekolah minggu. Setelah itu pembinaan iman bagi kaum muda diserahkan pada kaum muda sendiri tanpa ada pembinaan dari orang dewasa yang jelas dan terarah.

  Katekese kaum muda merupakan pembinaan iman yang mampu secara khusus menyampaikan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati kepada kaum muda. Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan katekese kaum muda kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngambe, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan). Tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam mengumpulkan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstuktur dan sebagainya (Sugiyono, 2008:12). Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara.

  Pada Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2013, tahun 2013 bagi keuskupan Surabaya merupakan tahun pastoral kerasulan Kitab Suci dan kaum muda. Kaum muda stasi Kristus Raja Ngrambe juga bagian dari keuskupan Surabaya, tepatnya salah satu stasi di paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 2013 menjadi kesempatan bagi kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe untuk meningkatkan kecintaan kaum muda pada Kitab Suci khususnya perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda. Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dan juga bertitik tolak pada Kitab Suci yaitu katekese kaum muda model biblis.

  Supaya kaum muda mampu mendalami perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan dan menemukan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda model biblis, penulis memberikan usulan program katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe dengan model biblis.

  Dengan maksud memaparkan tentang perumpamaan dalam injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, serta memberikan usulan program katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati di Stasi Kristus Raja Ngrambe,

PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10:25-

  

37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA

PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA

NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang permasalahan yang muncul, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud perumpamaan dalam Injil Lukas? 2.

  Bagaimanakah menafsirkan dan menemukan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati? 3. Bagaimanakah realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki

  St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur? 4. Bagaimanakah menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam katekese kaum muda sebagai pembinaan iman di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur?

C. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

  2. Menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

  3. Menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

  4. Menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan iman di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

  5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Falkutas Keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan 1.

  Kaum muda mampu memahami perumpamaan dalam Injil Lukas.

2. Kaum muda mampu menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

  3. Menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

  4. Kaum muda mampu menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan iman bagi kaum

E. Metode Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode historis kritis dalam mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas. Disebut historis karena metode ini mencoba menerangkan proses-proses historis yang memunculkan teks-teks biblis, suatu proses diakronis yang sering kali kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Disebut kritis karena metode ini berkerja dengan bantuan kriteria ilmiah untuk mencapai hasil seobjektif mungkin (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003: 47).

  Sedangkan metode naratif digunakan untuk menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan orang yang baik hati (Lukas 10:25-37). Metode naratif memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur teks yang berkaitan dengan alur (plot), penokohan, dan sudut pandang (point of view) yang diambil oleh narator, mempelajari bagaimana sebuah teks suatu kisah sedemikian rupa sehingga mampu mengikat pembaca (reader) dalam dunia naratifnya dan sistem nilai yang terkandung di dalamnya (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:58). Dalam penulisan skripsi ini unsur-unsur pokok yang digunakan yaitu alur (plot), penokohan (karakterisasi), dan latar (setting).

  Kemudian untuk menemukan realita katekese kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe dalam menggali, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan menggunakan metode survey. Perlakuan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Observasi yaitu pengalaman penulis yang terlibat dengan kegiatan sehari-hari dengan kaum muda wawancara digunakan untuk mencari dan melengkapi data. Untuk menambah wawasan, penulis menggunakan studi pustaka.

F. Sistematika Penulisan

  Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II : Perumpamaan dalam Injil Lukas Berisi metode historis kritis dalam mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas. Selanjutnya memaparkan bagaimana Yesus dalam menggunakan perumpamaan untuk mengajar, Lukas pengarang Injil, jenis sastra Lukas 10:25-37, sumber Lukas 10: 25-37 dan teologi perumpamaan dalam Lukas.

  Bab III : Tafsir perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) Berisi tentang Lukas 10:25-37, pendekatan penafsiran alegoris atas perumpamaan orang Samaria yang baik hati, metode naratif, alur (plot), karakterisasi (penokohan), setting (latar), teologi dan pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

  Bab IV: Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur Berisi katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda kaum muda sebagai salah satu pembinaan iman kaum muda. Selanjutnya katekese sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur memaparkan gambaran umum situasi kaum muda, fokus penelitian, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan penelitian serta rangkuman hasil penelitian.

  Bab V : Usulan program katekese kaum muda sebagai usaha menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur Berisi latar belakang usulan program, progam katekese kaum muda dan empat satuan persiapan katekese kaum muda sesuai dengan sub tema katekese kaum muda.

  Bab VI : Penutup Berisi kesimpulan dan saran dari seluruh bab yang sudah dibahas.

  

BAB II

PERUMPAMAAN` DALAM INJIL LUKAS Pada bab II akan membahas tentang metode historis kritis yang dipakai

  dalam mendekati teks Luk 10:25-37. Selanjutnya akan dipaparkan bagaimana Yesus menggunakan perumpamaan dalam mengajar. Berkaitan dengan Lukas, akan dibahas identitas penulis Injil Lukas, jenis sastra Lukas 10:25-37, sumber Lukas 10:25-37 dan teologi perumpamaan dalam Lukas.

A. Metode historis kritis

  Metode historis kritis memahami teks Alkitab dengan cara mempelajari proses terjadinya (genesis) teks Alkitab dalam konteks sejarahnya. Tiga pedoman dalam kerja metode historis kritis adalah: Pertama, Alkitab harus dipelajari atau diselidiki dengan memanfaatkan buku-buku lain; kedua, penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kungkungan dan tuntutan doktrin atau tradisi yang membelenggu; ketiga, fungsi dari criticism tidak hanya menyangkut suatu keputusan akhir, tetapi lebih dari itu harus mencakup penilaian terhadap teks-teks tersebut (S. O. Aitonam, 1998:6-7).

  Ada tiga tahap metode historis kritis. Pertama, penelitian dimulai dengan penelitian kritik bentuk. Penelitian kritik bentuk yaitu memberikan perhatian pada awal perkembangan teks, terutama apa yang dikenal dengan Sitz im Leben (S. O. Aitonam,1998:7). Menurut Dodd (1998:21) yang dimaksud dengan Sitz im Leben Yesus dalam konteks karya-Nya. Menurut A. Hari Kustono mengutip Joachim Jermias (1998:23) Sitz im Leben yang perlu dibahas yaitu Sitz im Leben perumpamaan pada jaman Yesus dan Sitz im Leben pada Gereja Purba. Sitz im

  

Leben perumpamaan pada jaman Yesus adalah apa makna perumpamaan dan

  penerapannya bagi pendengar Yesus pada masa hidup-Nya. Untuk itu perlu diteliti apa alasan Yesus memakai perumpamaan, dalam rangka apa Yesus menggunakan perumpamaan dan bagaimana cara Yesus menggunakan perumpamaan. Penelitian terhadap Sitz im Leben perumpamaan pada Gereja Purba mengarahkan perhatian pada alasan pengumpulan, pemilihan dan pemanfaatan perumpamaan sesuai dengan kebutuhan Gereja Purba. Dalam hal ini

  

Sitz im Leben Gereja Purba dipahami sebagai lingkungan Lukas pengarang Injil,

  karena Lukas yang mengumpulkan, memilih, dan menambah perumpamaan sesuai dengan kebutuhan jemaatnya pada waktu itu.

  Tahap kedua adalah penelitian sejarah tradisi. Penelitian sejarah tradisi mengarahkan perhatian pada perkembangan teks dalam tradisi lisan maupun tulisan. Tujuan utamanya untuk menganalisis asal-usul dan perkembangan unit- unit yang dipakai atau dikutip dalam Alkitab dari bentuk awal hingga bentuk ahkirnya (S. O. Aitonam, 1998:7). Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati bentuk awal teks adalah Hukum Terutama kemudian oleh Lukas ditambah dengan pengisahan orang Samaria yang baik hati yang dikemas dalam bentuk perumpamaan.