Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

(1)

i

MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10:25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh Puri Wahyuni

081124054

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini, kupersembahkan kepada:

Allah Bapa,

Putra,


(5)

v

MOTTO

Kitab Suci memberikan dukungan dan kekuatan bagi kehidupan Gereja. Bagi para Putra-Putri Gereja, Kitab Suci merupakan suatu peneguhan iman, makanan jiwa, dan sumber hidup spiritual. Kitab Suci adalah jiwa teologi dan khotbah pastoral. Para pemazmur berkata bahwa Kitab Suci “pelita bagi kakiku

dan cahaya bagi langkahku” (Mzm 119:105). Karena itu, Gereja menganjurkan semua umat beriman untuk sering membaca Kitab Suci karena “tidak mengenal

Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus” (Santo Hieronimus).


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

Judul Skripsi MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10: 25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR, bertitik tolak pada keprihatinan bahwa Kitab Suci semakin ditinggalkan khususnya oleh kaum muda. Salah satu cara meningkatkan meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah menggunakan cerita.

Yesus pun mengajar banyak menggunakan cerita berupa perumpamaan, salah satu satunya perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Metode historis kritis digunakan untuk memahami perumpamaan dalam pewartaan Lukas. Perumpamaan merupakan metode Yesus untuk mengajar untuk menyingkap hakekat persoalan dengan baik dan dapat mencapai kedalaman hati manusia.

Perumpamaan orang Samaria yang baik hati ditafsirkan menggunakan metode naratif yang memandang Lukas 10:25-37 sebagai karya sastra. Unsur-unsur pokok metode naratif adalah alur/plot, karakterisasi/penokohan, setting/latar. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kisah dalam kisah. Maka dibedakan antara unsur-unsur pokok kisah dan pengisahan. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati yaitu: terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan, menghadirkan Yesus sebagai Tuhan bagi semua orang, menjadi sesama yang baik seperti orang Samaria yang baik hati.

Pesan perumpamaan orang Samaria yag baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati juga ditujukan kepada murid Kristus sampai pada jaman sekarang termasuk kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe. Kaum muda sedang mengalami perubahan demi menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada sistuasi ini kaum muda memerlukan pembinaan khususnya pembinaan iman dalam bentuk katekese kaum muda. Untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan secara akurat di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur penulis melakukan penelitian dengan metode survey, jenis penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan dengan observasi dari pengalaman penulis terlibat langsung dengan kaum muda dan wawancara yang dilaksanakan bulan Maret sampai April 2013 mengambil 15 informan.

Berdasarkan hasil menganalisis perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dan menemukan realita katekese kaum muda di stasi Kritus Raja Ngrambe diperoleh bahwa kaum muda perlu pendampingan dalam menggali pesan perumpamaan, salah satu pendampingan adalah katekese kaum muda, sedangkan katekese kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe perlu kontinyu. Oleh sebab itu penulis mengusulkan program katekese kaum muda model biblis sebagai usaha menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.


(9)

ix ABSTRACT

The thesis, titled “INTERPRETING THE MESSAGE OF THE PARABLE OF GOOD SAMARITAN (LUKE 10:25-37) THROUGH THE CATHECHISM OF THE YOUNG PEOPLE AS AN EFFORT OF EDUCATING THE YOUNG PEOPLE IN THE STATION OFF CHRIST OF THE KING, NGRAMBE, SAINT YOSEPH PARISH, NGAWI, EAST JAVA”, arises from the writer’s concern that the Bible is being abandoned of the young people. There is one way to increase the love to the bible, it is to tell the bible by the story.

Jesus also teaches people by stories of parables, the parable of the good Samaritan (Luk 10:25-37) for example. Critical historic method is used to understand the parables in the Gospel of Luke. Telling parables is Jesus’ method to reveal the core of the truth and to touch people’s heart.

The parable of the good Samaritan is interpreted with narative method which sees Luke 10:25-37 as a literature work. The substances of the narative method are plot, characters, and setting. The parable of the good Samaritan is a story in a story. Therefore, the writer diferentiates between the main substances of the story and the narration. The messages of the parable of the good Samaritan are, that we have to be kind to everybody who needs our help no matter what, that Jesus is The Lord for everybody, and that we must be kind as the good Samaritan is.

The messages of the parable of the good Samaritan is adressed especially for the Torah Master. It is also adressed for todays Christian, including the young Chatolics of Kristus Raja station - Ngrambe. The youth is changing to adapt to the environment, social, and cultural. They need to be guided, especially the guidance of the faith in catechism of the youth. To find the reality of the catechism of the youth, in order to find the accurate meaning of the parables, in Kristus Raja - Ngrambe station, St. Yoseph parish - Ngawi, East Java, the writer did research by qualitative survey method. The writer observed the parish, had an experience with 15 young Chatolics, and interviewed them on March to April 2013.

From the analysis and the interpretation of the parable of the good Samaritan of the Gospel of Luke, and from the reality of the catechism of the youth of Kristus Raja station - Ngrambe, the writer can conclude that the youth needs guidance to dig the message of the parable. One of the guidance is the catechism of the youth, while the catechism of the youth of Kristus Raja stasi must be continued. Therefore, the writer proposes the biblical method for the youth catechism program as an effort to dig the message of the parable of the good Samaritan in Kristus Raja station, Ngrambe, St. Yoseph parish, Ngawi, East Java.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang berbelas kasih karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS

10:25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA

PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE,

PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR.

Skripsi berangkat dari semakin ditinggalkannya Kitab Suci oleh kaum muda dan juga banyaknya kegiatan kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur, namun dalam hal pembinaan iman kurang mendapat perhatian khususnya melalui katekese kaum muda. Skripsi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci khusus perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis terima kasih kepada:

1. Rm. FX. Heryatno Wono Wulung M. Ed, S.J selaku Kepala Program Studi IPPAK-FKIP-Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Kristianto, SFK, M. Pd., selaku sekretaris Program Studi IPPAK-FKIP-Universitas Sanata Dharma.


(11)

xi

3. Rm. Dr. A. Hari Kustono, Pr selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan penulisan skripsi ini.

4. Rm. Dr. C. Putranto, SJ, sebagai dosen wali yang terus menerus mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum, selaku dosen penguji yang juga mau mendampingi penulis dengan sabar, meluangkan waktu dan membimbing, memberikan masukan dan gagasan bagi penulisan skripsi ini. 6. Keluarga bapak Agustinus Karno sebagai penyemangat bagi penulis untuk

menyelesaikan studi.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Ahkir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 25 Juli 2013 Penulis


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... MOTTO ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR SINGKATAN ... DAFTAR TABEL ...

BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar belakang ... B. Rumusan masalah ... C. Tujuan penulisan ... D. Manfaat penulisan ... E. Metode penulisan ... F. Sistematika penulisan ...

BAB II. PERUMPAMAAN DALAM INJIL LUKAS ... A. Metode historis kritis ... B. Yesus menggunakan perumpamaan ... 1. Alasan Yesus menggunakan perumpamaan ... 2. Penggunaan perumpamaan ... 3. Cara menggunakan perumpamaan ... C. Lukas pengarang injil ... 1. Biografi Lukas ...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xvii xviii xx 1 1 10 10 11 12 13 15 15 17 17 19 20 22 22


(13)

xiii

2. Tahun penulisan Injil Lukas ... 3. Maksud Lukas menulis injil ... 4. Jemaat yang dituju ... D. Jenis Lukas 10:25-37 ... 1. Terminologi perumpamaan ... 2. Perbedaan perumpamaan dengan alegori ... 3. Perbedaan perumpamaan dengan similitude ... 4. Lukas 10: 25-37 merupakan perumpamaan ... E. Sumber bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... 1. Paralel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang

Samaria yang baik hati ... 2. Bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... F. Teologi perumpamaan dalam Lukas ... 1. Kerajaan Allah ... 2. Allah ... 3. Warga Kerajaan Allah ...

BAB III. TAFSIR PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUK 10:25-37) ... A. Teks Lukas 10: 25-37 ... B. Pendekatan alegoris atas perumpamaan orang Samaria yang baik

hati ... C. Metode Tafsir Naratif ... 1. Plot ... 2. Karakterisasi ... 3. Setting ... D. Plot ... 1. Dialog awal (ay.25-29) ... 2. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (ay.30-35) ... 3. Dialog ahkir (ay.36-37) ... E. Karakterisasi (penokohan) ... 1. Tokoh kisah ...

24 24 29 30 30 31 31 32 32 33 37 39 39 40 41 44 44 45 47 48 48 49 49 51 53 60 62 62


(14)

xiv

2. Tokoh pengisahan ... F. Setting/ Latar ... 1. Setting kisah ... 2. Setting Pengisahan ... G. Teologi dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... 1. Kerajaan Allah ... 2. Allah yang berbelas kasih ... 3. Kasih Allah yang universal ... H. Pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... 1. Terbuka bagi siapa saja yang membutuhan pertolongan ... 2. Menghadirkan Yesus sebagai Tuhan bagi semua orang ... 3. Yesus menantang untuk menjadi sesama bagi orang lain seperti orang Samaria yang baik hati ...

BAB IV. KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI St. YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR ...

A. Katekese kaum muda sebagai pembinaan kaum muda ... 1. Situasi kaum muda ... 2. Usaha-usaha pembinaan iman bagi kaum muda ... 3. Katekese sebagai salah satu pembinaan iman kaum muda ... B. Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum di stasi

Kristus Raja Ngrambe, Paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur ... 1. Gambaran umum kaum muda ... 2. Fokus penelitian ... 3. Metodologi penelitian ... 4. Hasil penelitian dan pembahasan ... 5. Rangkuman penelitian ...

66 70 70 72 77 77 77 78 79 79 79 80 82 82 83 92 102 116 117 117 119 125 193


(15)

xv

BAB V. USULAN PROGRAM KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA MENGGALI PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK (LUK 10:25-37) DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI St. YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR . A. Latar belakang program ... 1. Kebutuhan kaum muda akan pendampingan untuk menggali

pesan perumpamaan ... 2. Katekese kaum muda perlu dilaksanakan sebagai pembinaan

iman yang kontinyu ... B. Program katekese kaum muda ... 1. Pengertian program katekese kaum muda ... 2. Tujuan adanya program katekese kaum muda ... 3. Matriks program ... 4. Petunjuk pelaksanaan program katekese kaum muda ... C. Satuan persiapan katekese kaum muda ... 1. Satuan persiapan I ... 2. Satuan persiapan II ... 3. Satuan persiapan III ... 4. Satuan persiapan IV ...

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...

A.Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

Lampiran 1 : Peta situasi perjanjian baru ... Lampiran 2 : Data umat berdasarkan tempat tinggal ... Data umat berdasarkan kelompok umur ... Lampiran 3 : Pedoman wawancara ... Lampiran 4 : Hasil wawancara ... Lampiran 5 : Panduan APP 2013 ... Lampiran 6 : Susunan Kepengurusan Badan Gereja Katolik Stasi (BGKS)

203 203 203 205 208 208 208 215 218 222 222 233 248 261 275 275 280 284 (1) (1) (2) (3) (4) (6) (44)


(16)

xvi

Kristus Raja Ngrambe Masa Bakti 2012-2015 ... Lampiran 7 : Susunan Kepengurusan Dewan Pastoral Stasi (DPS) Kristus

Raja Ngrambe Masa Bakti 2012-2015 ... Lampiran 8 : Laporan kegiatan stasi Kristus Raja Ngrambe tahun 2012 ... Lampiran 9 : Peta kisah perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... Action full drama ... Contoh gambar membuat vignet ...

(60)

(61) (63) (71) (72) (73)


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Bahan Lukas 10: 25-37 ... Gambar 2 : Alur perumpamaan orang Samaria yang baik hati menurut

ayat ... Gambar 3 : Alur perumpamaan orang Samaria yang baik hati menurut

peristiwa ... 38

49


(18)

xviii

DAFTAR SINGKAT

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab: Lembaga Biblika Indonesia. (2006). Alkitab Deutrokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

B. SINGKATAN RESMI DOKUMEN-DOKUMEN GEREJA

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus Ke II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

EN : Evangelii Nuntinadi, Anjuran Apostolik Paus Paulus ke VI tentang Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.

C. SINGKATAN LAIN-LAIN

Art : Artikel Ay : Ayat

Dll : Dan lain-lain Dst : Dan seterusnya Jml : Jumlah

Km : Kilometer

Km2 : Kilometer persegi KK : Kepala Keluarga


(19)

xix M : Masehi

m : meter

OMK : Orang Muda Katolik Rekat : Remaja Katolik Sbb : Sebagai berikut ini SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama St : Santo

SSV : Serikat Sosial Vinsensius S/d : Sampai dengan

Th : Tahun ± : Kurang lebih


(20)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Pararel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ... Tabel 2 : Data umat stasi Kristus Raja Ngrambe tahun 2012 (Sekretariat

stasi Kristus Raja Ngambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur) ... Tabel 3 : Variabel Penelitian ... Tabel 4: Matriks Program ...

33

117 124 215


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Bersama Tradisi, Kitab Suci seperti yang telah diwariskan para rasul secara tertulis merupakan sumber pegangan yang menyangkup segala sesuatu untuk menjalani hidup suci dan untuk mengembangkan iman (Dei Verbum art.8).

Sebagai sumber pegangan berarti Kitab Suci memberikan pegangan yang dapat menjadi pedoman untuk menjalani hidup suci. Sedangkan Kitab Suci untuk mengembangkan iman ibarat pupuk dan air yang akan menumbuhkembangkan tanaman hingga berbuah. Tanpa pupuk dan air, tanaman akan kering dan mati. Demikianlah manusia beriman dengan Kitab Suci sebagai pupuk dan air, iman akan tumbuh berkembang dan membuahkan hasil. Sebaliknya, tanpa Kitab Suci sebagai pupuk dan air, imannya akan kering dan mati.

Pada kenyataannya Kitab Suci bagi orang katolik menjadi buku yang sakral, orang takut untuk menyentuh dan hanya menyimpannya di almari. Demikian juga dengan kaum muda, walaupun setiap minggu ada Liturgi Sabda, belum cukup mendorong kaum muda lebih dekat lagi dengan Kitab Suci. Adapun usaha Gereja demi mendekatkan kaum muda dengan Kitab Suci adalah dipakainya bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Namun


(22)

pendalaman Kitab Suci tetap kurang diminati dibandingkan dengan devosi-devosi dan doa lainnya.

Salah satu metode sebagai usaha meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah metode cerita. Tidak dipungkiri bahwa manusia senang bercerita. Dari yang muda sampai tua akrab dengan cerita. Setiap daerah mempunyai cerita rakyatnya masing-masing. Film, sinetron, drama, teater, novel, lagu juga mengandung cerita. Hidup manusia pun merupakan sebuah cerita perjalanan kehidupan. Cerita masih menarik bagi orang yang mau mendengarnya. Iman katolik juga menjadi mudah dipahami melalui cerita.

C. Putranto, SJ (2012:5-20) dalam tulisan yang berjudul Bahasa Kisah Dalam Berkatekese menuliskan: Pertama, cerita dapat memukau pendengar jika pendengar menemukan dirinya sendiri. Salah satu unsur atau komponen dari pribadi manusia yang dapat diidentifikasikan oleh pendengar, dan pendengar dapat mengenal bagian dari dirinya, khususnya bagian-bagian yang terpendam dalam bawah sadarnya; kedua, kisah mampu menjelajahi wilayah-wilayah batin pendengar yang belum tersentuh dan menghindari pengaruh buruk; ketiga, kisah mempunyai kekuatan reflektif yaitu menjernihkan persoalan-persoalan kehidupan; keempat, kisah dan cerita mempunyai kekuatan mengubah kenyataan, karena mampu menyingkap solusi-solusi yang mungkin ditempuh dalam masalah-masalah kejiwaan. Buah utama dari kaidah adalah pendengar bisa berdamai dengan dorongan-dorongan mereka sendiri, dengan kenyataan, termasuk kejahatan dan kematian. Menurut A. Hari Kustono dengan adanya keterlibatan


(23)

aktif pendengar, pencerita akan mampu menumbuhkan cara pandang, sikap, pencerahan, opini yang baru bagi pendengarnya (2011:5).

Pendapat C. Putranto dan A. Hari Kustono memperlihatkan kehebatan kekuatan cerita bagi pendengarnya. Bahkan, melalui cerita pendengar dapat dibantu untuk mengambil keputusan tertentu lewat cerita yang didengarnya tanpa merasa digurui.

Yesus juga kerap kali menggunakan cerita berupa perumpamaan ketika mengajar para murid dan orang banyak. Perumpamaan yang diambil Yesus dekat dengan kehidupan para pendengar-Nya. Melalui perumpamaan Yesus mengajak manusia untuk berpikir bukan hanya dengan otak, akan tetapi juga dengan hati. Perumpamaan Yesus efektif menyentuh sampai pada kedalam hati manusia yang paling terdalam. Menurut Martin Harun (1998:1) perumpamaan merupakan sarana komunikasi jeli dan efektif. Perumpamaan menarik karena melibatkan orang dalam cerita dan menjelang kesimpulannya meminta sebuah jawaban pribadi. Perumpamaan mendorong seseorang untuk berpikir dan menarik kesimpulan untuk dirinya sendiri.

Adakalanya perumpamaan Yesus sulit dipahami oleh pendengar bahkan bisa jadi pendengar memahami secara salah sehingga menyebabkan bidaah. Oleh sebab itu dalam menafsirkan perumpamaan Yesus dalam Kitab Suci perlu secara cermat seperti yang tercantum dalam Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi mengatakan bahwa di dalam Alkitab Allah bersabda melalui manusia secara manusia, maka dalam menafsirkan Kitab Suci harus diselidiki secara cermat apa yang mau disampaikan penulis dan apa yang mau ditampakkan Allah dengan


(24)

kata-kata mereka. Adapun yang harus diperhatikan adalah mencari arti yang hendak diungkapkan sesuai dengan maksud pengarang suci pada situasi jaman dan kebudayaannya serta jenis sastra yang digunakannya, kemudian perhatian yang besar harus diberikan kepada isi dan kesatuan seluruh kitab (Dei Verbum art.

12).

Perumpamaan-perumpamaan Yesus paling banyak dijumpai dalam Injil Lukas. Salah satu perumpamaan Yesus dalam Injil Lukas adalah Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37). Perumpamaan orang Samaria yang baik hati hanya ada pada Injil Lukas. Penyelidikan secara cermat perumpamaan orang Samaria yang baik hati dapat ditempuh melalui metode historis kritis dan metode naratif.

Metode historis kritis digunakan untuk mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas yang berasal dari 2000 tahun lampau. Metode historis kritis merupakan jendela yang memberikan jalan masuk kepada masa lampau tidak hanya pada situasi yang dirujuk oleh kisah, tetapi juga pada komunitas untuk siapa cerita itu diceritakan (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59).

Metode naratif juga cocok digunakan untuk menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Metode naratif menuntut teks berfungsi sebagai cermin, dalam arti bahwa teks memproyeksikan gambaran tertentu, suatu dunia naratif yang memberikan pengaruh bagi persepsi pembaca sedemikian rupa sehingga pembaca mampu mengambil alih nilai-nilai tertentu (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59). Metode naratif dipakai untuk menafsirkan perumpamaan


(25)

orang Samaria yang baik hati karena perumpamaan orang Samaria yang baik hati merupakan kisah di dalam kisah.

Perumpamaan orang Samaria yang baik hati diawali dengan pertanyaan Ahli Taurat mengenai cara mendapatkan hidup kekal. Cara memperoleh hidup kekal telah tertulis dalam Hukum Terutama. Namun kemudian Ahli Taurat mempersoalkan mengenai sesama yang tertulis dalam Hukum Terutama. Menurut Ahli Taurat yang seorang Yahudi sesama dipahami sebagai kelompoknya sendiri, bangsa Yahudi. Yesus dengan cara yang bijak mengangkat perumpamaan orang Samaria yang baik hati untuk menjawab mengenai sesama kepada Ahli Taurat. Yesus mengambil tokoh utama seorang Samaria sangat berani menentang pola pikir yang salah tetapi diterima. Secara umum orang Yahudi menganggap orang Samaria seorang kafir dan dikucilkan.

Orang Samaria menjadi sesama dengan memperlihatkan belas kasih kepada orang yang disamun. Belas kasih yang diperlihatkan oleh orang Samaria antara lain berinisiatif mendatangi orang yang disamun, memberi minyak dan anggur untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang dialami oleh orang yang disamun, memberikan keledai untuk ditumpangi, mau merawat orang yang disamun meskipun ia mempunyai urusan lain, masih mambayar orang lain untuk merawat orang yang disamun karena urusannya tidak bisa ditinggalkan, terakhir orang Samaria masih menjanjikan untuk kembali melunasi keperluan yang dipakai untuk merawat orang yang disamun. Jelas terlihat bahwa orang Samaria berkorban uang, waktu, tenaga untuk orang yang disamun tanpa mengharapkan


(26)

imbalan. Orang Samaria menolong secara total dan tulus tanpa pamprih walaupun orang yang ditolong adalah musuhnya sendiri.

Perumpamaan orang Samaria yang baik hati menunjukan Hukum Terutama bukan hanya sebagai hukum tertulis yang sangat dihormati, namun menunjukan bagaimana Hukum Terutama dilaksanakan. Uniknya orang yang melaksanakan Hukum Terutama bukanlah seorang yang menjunjung tinggi Hukum Terutama.

Yesus mengajar Ahli Taurat melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Akan tetapi pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati tidak terbatas hanya untuk Ahli Taurat. Sebagai murid Kristus pesan ini juga ditujukan pada orang-orang Kristen masa kini.

Salah satu penerima pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kaum muda. Kaum muda sedang mengalami perubahan pada masa pertumbuhan dan perkembangan dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada kaum muda dapat dilihat dari pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, emosi, moral, sosial, iman. Dalam situasi ini kaum muda mengalami permasalahan dan mempunyai potensi. Kaum

muda memerlukan bantuan dari orang dewasa untuk menghadapi

permasalahannya dan memanfaatkan potensi pada masa pertumbuhan dan perkembangan demi kedewasaan. Oleh sebab itu kaum muda memerlukan pembinaan khususnya pembinaan iman.


(27)

Pembinaan iman sebagai pembinaan bagi kaum muda sebab Allah juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kaum muda. Selain itu pembinaan sebagai usaha untuk membangun sikap-sikap kaum muda menurut ajaran iman. Ada bermacam-macam pembinaan iman bagi kaum muda. Demi meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci khususnya perumpamaan salah satunya melalui katekese kaum muda. Paus Yohanes Paulus

ke II dalam Catechesi Tradendae menyatakan pentingnya kaum muda mengalami

katekese:

“Pada masa muda tibalah periode keputusan-keputusan penting yang pertama. Walaupun kaum muda barangkali mendapat dukungan para anggota keluarga mereka dan teman-teman mereka, mereka harus mengandalkan diri sendiri serta suarahati mereka, dan makin sering dan secara menentu memikul tanggung jawab atas masa depan mereka... Kaum muda perlu menyiapkan diri bagi masa kedewasaan kemudian hari. Maka kaum muda perlu untuk diperkenalkan kepada Yesus Kristus. Sudah tibalah saatnya injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupan, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa injil tidak dapat dijelaskan, misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, pendamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan tidak kelihatan (CT art.39)”.

Paus Yohanes Paulus ke II menyadari walaupun kaum muda mendapat dukungan dari orang dewasa dalam hidupnya akan tetapi keputusan ada pada kaum muda sendiri. Kaum muda perlu mengandalkan diri sendiri. Agar dapat mengandalkan diri sendiri kaum muda perlu untuk dipersiapkan. Sudah saatnya Yesus diperkenalkan kepada kaum muda sebagai panutan, sehingga kaum muda memiliki sikap seperti yang diteladankan oleh Yesus. Salah satu usaha untuk memperkenalkan Yesus yaitu mendekatkan kaum muda kepada Kitab Suci melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda.


(28)

Kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, merupakan salah satu kaum muda yang memerlukan katekese kaum muda. Banyak kegiatan kaum muda di stasi ini, namun kegiatan bagi kaum muda yang mendalami dan mengelola Kitab Suci secara khusus bagi kaum muda belum ada. Begitu pula dalam hal pembinaan iman kurang mendapat perhatian, khususnya melalui katekese kaum muda. Tema-tema katekese memang membahas kaum muda. Hanya saja katekese yang dilaksanakan bagi orang tua yang mempunyai anak muda. Sehingga katekese tidak menyentuh langsung pada kaum muda. Katekese juga dipahami selesai pada persiapan baptis, komuni pertama, krisma, dan sekolah minggu. Setelah itu pembinaan iman bagi kaum muda diserahkan pada kaum muda sendiri tanpa ada pembinaan dari orang dewasa yang jelas dan terarah.

Katekese kaum muda merupakan pembinaan iman yang mampu secara khusus menyampaikan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati kepada kaum muda. Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan katekese kaum muda kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngambe, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan). Tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam mengumpulkan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstuktur dan sebagainya (Sugiyono, 2008:12). Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara.


(29)

Pada Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2013, tahun 2013 bagi keuskupan Surabaya merupakan tahun pastoral kerasulan Kitab Suci dan kaum muda. Kaum muda stasi Kristus Raja Ngrambe juga bagian dari keuskupan Surabaya, tepatnya salah satu stasi di paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur. Pada tahun 2013 menjadi kesempatan bagi kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe untuk meningkatkan kecintaan kaum muda pada Kitab Suci khususnya perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda. Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dan juga bertitik tolak pada Kitab Suci yaitu katekese kaum muda model biblis.

Supaya kaum muda mampu mendalami perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan dan menemukan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda model biblis, penulis memberikan usulan program katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe dengan model biblis.

Dengan maksud memaparkan tentang perumpamaan dalam injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, serta memberikan usulan program katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati di Stasi Kristus Raja Ngrambe,


(30)

PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10:25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang muncul, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud perumpamaan dalam Injil Lukas?

2. Bagaimanakah menafsirkan dan menemukan pesan perumpamaan orang

Samaria yang baik hati?

3. Bagaimanakah realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum

muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur?

4. Bagaimanakah menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam

katekese kaum muda sebagai pembinaan iman di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:


(31)

2. Menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

3. Menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum

muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

4. Menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam katekese kaum

muda sebagai usaha pembinaan iman di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

5. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Falkutas Keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan

1. Kaum muda mampu memahami perumpamaan dalam Injil Lukas.

2. Kaum muda mampu menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan

orang Samaria yang baik hati.

3. Menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum

muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

4. Kaum muda mampu menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik

hati melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan iman bagi kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.


(32)

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode historis kritis dalam mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas. Disebut historis karena metode ini mencoba menerangkan proses-proses historis yang memunculkan teks-teks biblis, suatu proses diakronis yang sering kali kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Disebut kritis karena metode ini berkerja dengan bantuan kriteria ilmiah untuk mencapai hasil seobjektif mungkin (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003: 47).

Sedangkan metode naratif digunakan untuk menafsirkan dan menemukan pesan dari perumpamaan orang yang baik hati (Lukas 10:25-37). Metode naratif memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur teks yang berkaitan dengan alur (plot), penokohan, dan sudut pandang (point of view) yang diambil oleh narator,

mempelajari bagaimana sebuah teks suatu kisah sedemikian rupa sehingga mampu mengikat pembaca (reader) dalam dunia naratifnya dan sistem nilai yang

terkandung di dalamnya (Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:58). Dalam

penulisan skripsi ini unsur-unsur pokok yang digunakan yaitu alur (plot),

penokohan (karakterisasi), dan latar (setting).

Kemudian untuk menemukan realita katekese kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe dalam menggali, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan menggunakan metode survey. Perlakuan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Observasi yaitu pengalaman penulis yang terlibat dengan kegiatan sehari-hari dengan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe Paroki St. Yoseph, Ngawi, Jawa Timur. Sedangkan


(33)

wawancara digunakan untuk mencari dan melengkapi data. Untuk menambah wawasan, penulis menggunakan studi pustaka.

F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II : Perumpamaan dalam Injil Lukas

Berisi metode historis kritis dalam mendekati perumpamaan dalam Injil Lukas. Selanjutnya memaparkan bagaimana Yesus dalam menggunakan perumpamaan untuk mengajar, Lukas pengarang Injil, jenis sastra Lukas 10:25-37, sumber Lukas 10: 25-37 dan teologi perumpamaan dalam Lukas.

Bab III : Tafsir perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) Berisi tentang Lukas 10:25-37, pendekatan penafsiran alegoris atas perumpamaan orang Samaria yang baik hati, metode naratif, alur (plot),

karakterisasi (penokohan), setting (latar), teologi dan pesan dari

perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

Bab IV: Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur

Berisi katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda memaparkan sistuasi kaum muda, pembinaan iman kaum muda, katekese


(34)

kaum muda sebagai salah satu pembinaan iman kaum muda. Selanjutnya katekese sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur memaparkan gambaran umum situasi kaum muda, fokus penelitian, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan penelitian serta rangkuman hasil penelitian.

Bab V : Usulan program katekese kaum muda sebagai usaha menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur

Berisi latar belakang usulan program, progam katekese kaum muda dan empat satuan persiapan katekese kaum muda sesuai dengan sub tema katekese kaum muda.

Bab VI : Penutup


(35)

BAB II

PERUMPAMAAN` DALAM INJIL LUKAS

Pada bab II akan membahas tentang metode historis kritis yang dipakai dalam mendekati teks Luk 10:25-37. Selanjutnya akan dipaparkan bagaimana Yesus menggunakan perumpamaan dalam mengajar. Berkaitan dengan Lukas, akan dibahas identitas penulis Injil Lukas, jenis sastra Lukas 10:25-37, sumber Lukas 10:25-37 dan teologi perumpamaan dalam Lukas.

A. Metode historis kritis

Metode historis kritis memahami teks Alkitab dengan cara mempelajari proses terjadinya (genesis) teks Alkitab dalam konteks sejarahnya. Tiga pedoman dalam kerja metode historis kritis adalah: Pertama, Alkitab harus dipelajari atau diselidiki dengan memanfaatkan buku-buku lain; kedua, penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kungkungan dan tuntutan doktrin atau tradisi yang membelenggu; ketiga, fungsi dari criticism tidak hanya menyangkut suatu

keputusan akhir, tetapi lebih dari itu harus mencakup penilaian terhadap teks-teks tersebut (S. O. Aitonam, 1998:6-7).

Ada tiga tahap metode historis kritis. Pertama, penelitian dimulai dengan penelitian kritik bentuk. Penelitian kritik bentuk yaitu memberikan perhatian pada awal perkembangan teks, terutama apa yang dikenal dengan Sitz im Leben (S. O.

Aitonam,1998:7). Menurut Dodd (1998:21) yang dimaksud dengan Sitz im Leben


(36)

Yesus dalam konteks karya-Nya. Menurut A. Hari Kustono mengutip Joachim

Jermias (1998:23) Sitz im Leben yang perlu dibahas yaitu Sitz im Leben

perumpamaan pada jaman Yesus dan Sitz im Leben pada Gereja Purba. Sitz im

Leben perumpamaan pada jaman Yesus adalah apa makna perumpamaan dan

penerapannya bagi pendengar Yesus pada masa hidup-Nya. Untuk itu perlu diteliti apa alasan Yesus memakai perumpamaan, dalam rangka apa Yesus menggunakan perumpamaan dan bagaimana cara Yesus menggunakan

perumpamaan. Penelitian terhadap Sitz im Leben perumpamaan pada Gereja

Purba mengarahkan perhatian pada alasan pengumpulan, pemilihan dan pemanfaatan perumpamaan sesuai dengan kebutuhan Gereja Purba. Dalam hal ini

Sitz im Leben Gereja Purba dipahami sebagai lingkungan Lukas pengarang Injil,

karena Lukas yang mengumpulkan, memilih, dan menambah perumpamaan sesuai dengan kebutuhan jemaatnya pada waktu itu.

Tahap kedua adalah penelitian sejarah tradisi. Penelitian sejarah tradisi mengarahkan perhatian pada perkembangan teks dalam tradisi lisan maupun tulisan. Tujuan utamanya untuk menganalisis asal-usul dan perkembangan unit-unit yang dipakai atau dikutip dalam Alkitab dari bentuk awal hingga bentuk ahkirnya (S. O. Aitonam, 1998:7). Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati bentuk awal teks adalah Hukum Terutama kemudian oleh Lukas ditambah dengan pengisahan orang Samaria yang baik hati yang dikemas dalam bentuk perumpamaan.

Tahap ketiga adalah penelitian redaksi. Penelitian redaksi yaitu penelitian dengan memberi perhatian pada proses terakhir dari penyusunan teks Alkitab


(37)

memperhatikan bentuk awal teks diubah dan disusun sesuai maksud editor atau redaktur (S. O. Aitonam, 1998:8). Pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Lukas sebagai editor menambah Hukum Utama (hukum kasih) dalam Markus dengan pengisahan orang Samaria yang baik hati yang merupakan bahan khas Lukas. Lukas memberikan tekanan baru pada penambahan perumpamaan orang Samaria dalam Hukum Terutama yaitu Tuhan Allah yang diwartakan Yesus adalah Tuhan bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Bahkan juga Tuhan bagi orang Samaria yang mereka anggap golongan kaum kafir.

B. Yesus menggunakan perumpamaan

Yesus sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar. Bagian ini memaparkan alasan Yesus menggunakan perumpamaan, kapan Yesus menggunakan perumpamaan, dan bagaimana Yesus menggunakan perumpamaan.

1. Alasan Yesus menggunakan perumpamaan

Yesus senang mengajar dengan perumpamaan. Akan tetapi, perumpamaan kadang kala membingungkan murid Yesus. Para murid pun perlu meminta Yesus untuk menjelaskan arti dari perumpamaan. Bukankah lebih efektif jika suatu pengajaran langsung diterangkan maksudnya, dari pada menggunakan perumpamaan yang sulit untuk dipahami. Dalam Mat 13:10-14 dan Mat 13:34-35 Yesus menjawab para murid alasan-Nya menggunakan perumpamaan dalam mengajar:

“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus,


(38)

“....Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap (Mat 13:10-14).”

“Semua itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi, “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”

Markus 4:11-12 memberikan alasan mengapa Yesus memakai perumpamaan:

“Jawab: Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya sekalipun melihat, mereka tidak menangkap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”. Seolah-olah Yesus mencegah pendengar-Nya untuk mengetahui rahasia Allah. Mencegah orang bertobat dan mendapatkan ampun. Sepertinya Yesus menyadari benar bahwa pemberitaan-Nya tidak diterima oleh orang Yahudi. Menurut Groenen (1979:96) ada yang berpendapat bahwa Yesus menggunakan perumpamaan, supaya Ia tetap tersembunyi dan tidak dikenal sebagai Mesias-Anak Allah, sesuai tentang teologi Markus mengenai rahasia Mesias. Namun Groenen tidak setuju dengan pendapat ini. Groenen berpendapat Markus menggunakan perumpamaan supaya orang bertobat dan dengan begitu dapat mengerti maksud perumpamaan. Bukan sebaliknya orang mengerti baru bertobat. Maka alasan Yesus menggunakan perumpamaan yaitu Yesus menuntut manusia supaya beriman dengan begitu akan mengerti ajaran Yesus.


(39)

“The reason is very simple: he wanted to teach people and parables are teaching media. Besides, here was a method that was familiar to his audinence, for the rabbis, even early in the 1st century A.D., made frequent use of the parable. This is not at all surprising since it is a method that had a particular appeal for Semites; the parable is colorful and concrete, quite unlike the abstract reasoning of the Greeks (Wilfrid J. Harrington 1984:17).”

Menurut Wilfrid J. Harrington alasan Yesus sangat sederhana. Dia ingin mengajar orang dan perumpamaan adalah media untuk mengajar. Disamping itu, metode perumpamaan sangat dekat dengan pendengarnya. Para rabbi sejak abad pertama setelah Masehi, sering menggunakan perumpamaan. Hal ini sama sekali tidak mengherankan karena ini merupakan metode yang menarik bagi orang Semit. Lebih berwarna dan konkret, sama sekali tidak seperti penalaran abstrak dari orang Yunani.

2. Penggunaan perumpaman

Yesus tidak selalu mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Ada saat-saat tertentu dan alasan tertentu bagi Yesus untuk mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Saat-saat dan alasan tersebut antara lain:

a. Mengungkapkan karunia Allah

Yesus tidak hanya menyampaikan ajarannya supaya ditangkap oleh pikiran manusia. Akan tetapi Yesus ingin manusia menangkap lebih dalam lagi sampai ke dasar hatinya. Melalui perumpamaan Yesus mengajak manusia untuk berpikir, berpendapat, mengambil sikap, serta mengubah sikap yang selaras dengan ajaran Yesus.

Berbagai perumpamaan Yesus secara efektif membantu manusia untuk memahami pengajaran-Nya, misalnya berbagai perumpamaan tentang Kerajaan


(40)

Allah yang diluar jangkauan pemahaman manusia. Melalui perumpamaan Yesus memberikan pencerahan bagi manusia agar manusia mengerti yang dimaksud Kerajaan Allah. Melalui perumpamaan Yesus ingin mengatakan hal yang tidak bisa diungkap secara tuntas dalam bahasa manusia.

b. Melawan orang-orang yang tidak setuju

Seperti dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Yesus menggunakan perumpamaan untuk melawan orang yang mencobai, menjebak atau mencari kesalahan Yesus. Perumpamaan dipakai sebagai cara cerdik Yesus untuk menghindari dari jebakan para lawan-Nya. Selain untuk menghindari jebakan Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyindir sikap mereka yang melawan-Nya, dengan maksud agar mereka sadar, tanpa maksud untuk menghina.

3. Cara menggunakan perumpamaan

Perumpamaan Yesus terasa menarik. Yesus menggunakan cara-cara tertentu untuk mengungkapkan perumpamaan agar menarik perhatian pendengar. Berikut ini merupakan cara-cara yang digunakan Yesus supaya perumpamaan-Nya menarik.

a. Interaksi dengan pendengar

Pada saat mengajar dengan menggunakan perumpamaan Yesus berinteraksi dengan pendengar. Yesus tidak melulu berbicara sendiri sedangkan pendengar hanya diam. Adakalanya Ia mengajak lawan bicara-Nya untuk berdialog. Yesus mengajak pendengar-Nya untuk terlibat dalam pengisahan-Nya.


(41)

b. Retorika

Retorika yaitu seni merangkai wacana (discourse/pengisahan). Yesus

mengisahkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dengan retorika yang bertujuan untuk menarik minat pendengar. Yesus juga mengajukan pertanyaan retorik untuk mengajak pendengar berpikir aktif dan berpendapat. Pertanyaan retorik yaitu pertanyaan yang mengandaikan pendengar dapat memberi jawaban yang diharapkan oleh Yesus. Pertanyaan retorik biasanya tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya sudah jelas.

c. Bahan dari pengalaman hidup sehari-hari

Yesus mengambil bahan perumpamaan dari pengalaman sehari-hari. Para pendengar sudah akrab dengan bahan yang diangkat Yesus. Yesus memanfaatkan hal-hal yang diketahui oleh pendengar-Nya seperti sistem sosial, anggur, perkawinan, tuan dan hamba, benih, ternak, bapa dan anak. Yesus dengan cara yang baik menuntun seseorang sampai pada pemahaman yang baru lewat pengalaman hidup sehari-hari.

d. Afirmasi

Afirmasi merupakan pernyataan penegasan. Pada akhir perumpamaan Yesus sering menggunakan afirmasi atau pernyataan yang berfungsi untuk menegaskan pendapat.

e. Perlawanan

Yesus mempertajam pesan perumpamaan dengan memaparkan dua pendapat yang berbeda yaitu pendapat para pendengar dengan pendapat-Nya


(42)

sendiri. Yesus menggunakan cara yang kontroversial untuk mengungkapkan pesan yang hendak disampaikan-Nya.

f. Perbandingan

Perbandingan dipakai untuk menyatakan pendapat yang sulit diterima karena budaya yang sudah mengakar. Yesus menggunakan perbandingan untuk menyingkap hal yang tak terungkap. Misalnya sikap Imam dan Lewi yang kesahariannya bekerja di Bait Allah. Tindakan mereka menghindari orang yang disamun dibandingkan dengan tindakan seorang Samaria yang kafir namun bersedia menolong orang yang disamun dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37).

C. Lukas pengarang Injil

Lukas merupakan satu-satunya penulis Injil yang memuat perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Akan dipaparkan di sini identitas penginjil Lukas, tahun penulisan Injil Lukas, maksud Lukas menulis Injil dan jemaat yang dituju oleh Lukas.

1. Biografi Lukas

Surat Paulus kepada jemaat di Kolose menyebut Lukas sebagai “tabib Lukas kita yang terkasih” (Kol 4:14). Para teolog seperti Irenaeus, Tertullianus, Klemens dari Allexandria dan lain-lain, mempunyai pendapat bahwa tulisan Lukas didukung cara penulisannya yang sangat cermat dan bergaya bahasa seorang dokter, menyetujui bahwa Lukas adalah seorang dokter (David Imam Santoso, 2006:17). Profesi Lukas sebagai tabib mempengaruhi juga cara penulisan


(43)

Injilnya. Ada beberapa diagnosa medis oleh Lukas ditulis untuk menerangkan

penyakit. Misalnya mengenai perumpamaan unta yang bisa masuk lubang jarum

(18:25). Lukas menggunakan istilah belone, jarum yang biasa digunakan untuk

ilmu kedokteran. Sedangkan Matius dan Markus menggunakan rhaphis, yaitu

jarum yang dipakai dalam arti umum. Berbeda dengan Markus dan Matius yang menggunakan jarum biasa, pilihan kata dari Lukas mempunyai nilai akademis yang tinggi karena ditulis berdasarkan suatu penyelidikan seksama dari seorang dokter (David Imam Santoso, 2006:20).

“Hanya Lukas yang tinggal dengan aku” (2 Timotius 4:11) dalam kutipan ini dinyatakan bahwa Lukas adalah teman seperjuangan Paulus. Sebagai teman kerja Paulus (Flm 1:24). Kedekatan antara Lukas dan Paulus mungkin juga mempengaruhi isi dari Injil Lukas. Paulus dalam pengajarannya menekankan sifat injil yang universal. Begitu pula Injil Lukas bersifat universal, keselamatan untuk semua orang mengingat pada jaman dahulu sulit sekali orang yang bukan Yahudi masuk dalam agama Kristen yang berasal dari Yahudi (David Imam Santoso, 2006:22).

Dari sebuah tradisi yang lebih muda mengatakan bahwa ia berasal dari Anthiokia di Siria. Lukas adalah orang non-Yahudi, berarti ia satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan orang Yahudi (David Imam Santoso 2006:22). Banyak ahli yang berpendapat bahwa Lukas adalah seorang Kristen yang berbahasa Yunani. Ia menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang nyata, bisa dilihat, bisa merasakan, dll. Tempat asal Lukas mempunyai peranan bagi orang yang bukan Yahudi yang mau menjadi Kristen.


(44)

Dia tidak pernah menyebut dirinya dalam tulisannya. Penggunakan kata kami bukan mereka dalam peristiwa yang dilukiskannya (mis. Kis 20: 13, 16:10-17, 27:1 dst.) menunjuk bahwa dia juga berada disana. Dengan cara yang sama diketahui juga bahwa Lukas ikut berlayar bersama Paulus dan Silas dari Troas ke Makedonia. Bermukim selama tujuh tahun di Filipi. Lukas ikut mengalami kecelakaan ketika kapalnya kandas dan terdampar di dekat pulau Malta dalam perjalanan bersama Paulus ke Roma. Diyakini selain menulis Injil, Lukas juga menulis Kisah Para Rasul (Kis 16;10-17; 20:5-15;Rom 27:1-18;Kol 4:14;Flm 24).

2. Tahun penulisan Injil Lukas

C. Groenen (1984:121) mengatakan bahwa Lukas ditulis sekitar tahun 80 M. Pada umumnya penulisan injil Lukas diterima penulisannya sekitar tahun 80-90 M. Lukas 21:5, menunjukan pada nasib Yesusalem dan penduduknya yang dihancurkan pada tahun 70M. Lukas 21:20 menuliskan musuh akan mengelilingi dan Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara. Hal ini hanya mungkin dapat ditulis sesudah peristiwa penghancuran terjadi.

3. Maksud Lukas menulis injil

Lukas menulis injil dengan banyak maksud dan akibatnya menjadi begitu kompleks. Tom Jacobs menguraikan bahwa Lukas paling jelas membicarakan tujuan dan maksud karangannya terdapat pada permulaan injil itu ditulis.

“1 Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, 2 seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. 3 Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, 4


(45)

supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar (Luk:1-4).”

Pada ay. 1 Lukas mengatakan ada banyak orang yang telah berusaha menyusun berita tentang peristiwa yang telah terjadi diantara kita. Kata kita sepertinya menunjukan keadaan jemaat Lukas yang mempunyai hubungannya dengan Teofilus. Lukas perlu memberikan pernyataan yang sebenarnya kepada Teofilus. Lukas bermaksud menjelaskan ajaran dan pekerjaan Yesus kepada Teofilus (David Imam Santoso, 2006: 19).

Ay. 2 menujukan bahwa Lukas bukanlah saksi mata kehidupan Yesus. Lukas dan Teofilus mendengarkan kehidupan Yesus dari keterangan orang lain. Pada ayat ini dikatakan bahwa yang telah menyampaikan peristiwa-peristiwa Yesus adalah saksi-saksi pertama. Saksi mata yang pertama kemungkinan adalah para Rasul murid Yesus.

Ay. 3 terdapat kata 1) Lukas menganggap perlu menyelidiki, 2) dengan seksama, 3) dari asal mulanya. Lukas memutuskan untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi dan menyusunnya dengan teratur. “... segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar (Ay. 4)” Lukas mengharapkan Teofilus untuk percaya kepada kebenaran yang terjadi dari tulisan Lukas.

Persoalan ini menjadi rumit karena Luk 1:1-4 dipakai sebagai pendahuluan. Jika Luk 1:1-4 dipakai sebagai pendahulan maksud Lukas menulis injil hanya sebatas 4 ayat ini. Jika dibandingkan dengan Matius dan Markus maksud dan tujuan Lukas seperti ingin menampilkan Yesus secara jelas, menampilkan pribadi Yesus.


(46)

Tidak seperti pendapat pertama, Tom Jacobs mengelola kembali pandangannya mengenai tujuan Lukas menulis injil. Beberapa pendapat para ahli yang berbeda-beda dipaparkan oleh Tom Jacobs untuk menjelaskan tujuan Lukas menulis injil (2006:16-18), sbb:

a. Karangan Lukas dimaksudkan sebagai suatu pembelaan (apologi) agama

Kristen terhadap pemerintah Roma.

b. Lukas menulis karyanya untuk membela Paulus dan karya misionernya.

Paulus tidak setuju jika agama Kristiani disamakan dengan agama Yahudi.

c. Lukas mau menerangkan peralihan dari Yahudi ke Kristen. Ketegangan

antara Kristen dan Yahudi serta antara Kristen dengan kafir yang sangat kuat pada jaman Lukas. Lukas mau menjelaskan hubungan Kristen-Yahudi, terlebih istimewa pemahaman diri orang Kristen sendiri.

d. Karya Lukas disetujui sebagai pembelaan terhadap bidaah-bidaah, khususnya

gnostik yang waktu itu muncul dikalangan jemaat. Itu sebabnya Lukas begitu

menekankan kemanusiaan Kristus dan menonjolkan kedudukan para Rasul sebagai pemimpin jemaat.

e. Kedatangan parusia (kedatangan Yesus yang kedua) ditunda terus, maka

Lukas menulis Injil Kisah sebagai suatu sejarah keselamatan. Menurut H.

Conzelman dari 1984 parusia yang ditunda menimbulkan krisis besar di

kalangan Gereja.

f. Lukas menulis karyanya dengan tujuan memperlihatkan karya Gereja sebagai

lanjutan karya Kristus. Lukas ingin memperlihatkan bahwa keselamatan adalah universal.


(47)

g. Barbara Shellard dalam bukunya tahun 2002 mengatakan bahwa Lukas bermaksud untuk memperbaiki dan melengkapi tulisan sebelumnya. Ia mengambil dasar dari pendahuluan injil (Luk1:1-4) pada kata “teratur” (kathexes) dan “kebenaran” (asphaleia). Tom Jacobs kurang setuju dengan

pendapat ini mengingat rumusan pendahuluan semacam itu sudah lazim digunakan. Dan juga pasti semua pengarang injil berusaha menulis sebaik mungkin. Kiranya tidak cukup mengatakan bahwa tujuan Lukas, ialah menulis injil yang lebih lengkap dan lebih baik. Akan tetapi yang dicari adalah tujuan teologisnya.

h. Tom Jacobs setuju dengan pandangan H. Douglas Buckwalter (1996) yang

merumuskan sebagai berikut “Lukas menulis untuk memperlihatkan kepada para pembacanya, bagaimana hidup Yesus merupakan teladan etis bagi kehidupan Kristiani, dan bagaimana Gereja Perdana menampilkan kesamaan

dengan-Nya dalam hidup dan kesaksiannya sendiri. menurut Lukas

konsekuensi (corollary) pengabdian Tuhan Yesus adalah kemuridan

Kristiani.” Akan tetapi pandangan ini bagi Tom Jacobs masih tetap masih

tidak cukup teologis.

Pendapat para ahli yang diuraikan oleh C. Groenen sesuai dengan pendapat ahli yang dipaparkan oleh Tom Jacobs. Yang tertulis seperti berikut:

“Menurut banyak ahli Kitab Lukas dan Kisah Para Rasul berusaha memperlihatkan bahwa agama Kristen sama sekali tidak membahayakan negara atau masyarakat. Pembelaan diri macam itu mengandaikan bahwa rasa curiga dalam masyarakat dan pada (pejabat-pejabat) negara (C.Groenen 1984:123)”.


(48)

Para ahli mempunyai kesamaan pendapat bahwa pada jaman Lukas umat Kristen ditekan oleh masyarakat dan pemerintah karena dianggap membahayakan. Lukas menulis injilnya dengan maksud berusaha untuk membela agama Kristen. Demikian pula David Imam Santoso mengutip pernyataan Richard Longenecker dalam Expositor’s Bible Commentary mengatakan bahwa Lukas bertujuan

pembelaan atau apologetic purpose, Lukas ingin mengatakan agama Kristen

bukan agama yang memusuhi orang-orang Romawi seperti yang dituduhkan oleh orang Yahudi (2006:21).

Ada lagi kesamaan pendapat antara para ahli yang dipaparkan oleh Tom Jacobs dan pendapat C. Groenen yang mengatakan bahwa:

“Rupanya masalahnya menyangkut kedatangan Anak Manusia (= Yesus)... Masalah “ditundanya kedatangan Tuhan” itu mau ditanggapi penulis Luk. Disatu pihak ia memadamkan harapan yang terlalu hangat. Di lain pihak ia tidak mau kepercayaan iman semula: Pastilah Yesus datang (C. Groenen 1984: 123)”.

Peristiwa Yesus berselang waktu sekitar 50 tahun sampai pada penulisan Injil Lukas (C. Groenen 1984: 123). Jemaat Kristen merasa 50 tahun adalah waktu yang lama, akan tetapi kedatangan Yesus yang kedua tidak kunjung tiba. Sepertinya para jemaat kecewa akan janji Yesus untuk datang kembali yang belum juga ditepati. Lukas seakan ingin menghibur dan menyakinkan jemaatnya bahwa Yesus akan datang lagi akan tetapi waktunya tidak terduga. Dengan begitu jemaat yang mulai ragu-ragu menjadi percaya kembali, dan penuh harapan akan kedatangan Yesus.

Ada tujuan lain yang oleh dikemukakan oleh David Imam Santoso mengutip pernyataan Richard Longenecker yaitu tujuan penginjilan atau


(49)

kerygmatic purpose. Supaya orang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, anak

Allah. Dan tujuan pembinaan atau catechetical purpose, yaitu supaya melalui

tulisan Lukas orang Kristen dan Gereja pada masa itu bisa belajar mengenal Allah dan firman Allah lebih dalam dan lebih sistematis, mengetahui bagaimana Allah bekerja melalui para Rasul dengan kuasa Roh Kudus, dan memberitakan Injl

Keselamatan sampai ke Roma, yang pada waktu itu disebut The capital of the

world (2006:21-22).

Para ahli mempunyai pandangan berbeda mengenai alasan Lukas menulis Injil. Pandangan yang berbeda-beda ini tidak dapat diketahui secara pasti pendapat siapa yang benar serta tidak mampu menemukan secara pasti alasan Lukas menulis Injil. Apapun alasannya, Lukas mempunyai panggilan untuk menulis Injil dan Injil memang sangat penting untuk ditulis.

4. Jemaat yang dituju

Pada Luk 24: 5 rumusan “Kebangkitan (Mrk 16:6, Mat 28:6)” diganti dengan “Dia yang hidup diantara orang mati”. Kebangkitan badan menurut alam pikir orang Yunani merupakan hal yang sangat sulit dipahami. Pergantian ini mengandaikan Lukas mengganti ungkapan yang mudah dipahami oleh orang Yunani. Dengan demikian jemaat Lukas adalah adalah orang bukan Yahudi dan hidup di luar Palestina. Sepertinya antara jemaat Kristen dan masyarakat sekitar terjadi perbedaan pendapat mengenai jemaat Kristen yang bukan Yahudi dengan jemaat Kristen Yahudi. Antara jemaat Kristen sendiri adanya keragu-raguan akan iman kepada Yesus, sebab Yesus tidak kunjung datang kembali. Jemaat Lukas menurut tempat dan waktu sudah jauh dari kehidupan Yesus. Lukas mungkin


(50)

generasi ketiga setelah saksi mata yang pertama. Kedatangan Yesus untuk kedua kalinya yang ditunggu-tunggu belum juga terlaksana. Jemaat Kristen mulai ragu-ragu akan pemberitaan para saksi pertama.

D. Jenis sastra Lukas 10:25-37

Injil Lukas mempunyai 35 perumpamaan: 11 perumpamaan terdapat pada ketiga injil sinoptik, 9 perumpamaan terdapat pada Injil Matius dan Lukas, 15 perumpamaan hanya terdapat pada Injil Lukas. Injil Lukas mempunyai perumpamaan yang paling banyak diantara injil-injil lain. Lukas 10:25-37 termasuk jenis perumpamaan. Di bawah ini dipaparkan terminologi perumpamaan, perbedaan perumpamaan dengan alegori, perbedaan perumpamaan dengan similitude, dan alasan bahwa Lukas 10:25-37 termasuk perumpamaan.

1. Terminologi perumpamaan

Menurut A. Hari Kustono (2012:6-7) perumpamaan dalam bahasa Yunani perumpamaan disebut parabole. Gabungan dari kata para dan ballo yang arti

harafiahnya menempatkan disamping atau menyejajarkan untuk dibandingkan.

Perumpamaan adalah gaya bicara dengan menggunakan perbandingan. Parabole

menerjemahkan kata Ibrani mašal yang bisa berupa teka-teki, pepatah, kiasan,

metafora, dan perumpamaan. Perumpamaan dalam arti yang sebenarnya adalah sebuah kisah pendek dari kehidupan sehari-hari yang dipakai sebagai perbandingan untuk menjelaskan ajaran tentang kebenaran, iman, atau moral.


(51)

2. Perbedaan perumpamaan dengan alegori

Alegori adalah cerita singkat yang memuat berbagai unsur yang masing-masing mempunyai arti. Alegori sering disebut sebagai rangkaian metafora atau kiasan. Unsur-unsur yang membentuk kisah tersebut memiliki melambangkan sesuatu orang, keadaan atau benda (A. Hari Kustono, 2011:10-11)

Adolf Julicher membuktikan bahwa perumpamaan bukan alegori. Demikian pula Joachim Jeremias juga sependapat dengan Adolf Julicher. Menurut Adolf Julicher, perumpamaan hanya memuat satu pokok perbandingan saja (tertium comparationis). Sebuah perumpamaan adalah gambaran yang hanya

menampilkan satu objek atau satu realitas. Detil-detil perumpamaan tidak mempunyai fungsi independen, tetapi hanya berfungsi sebagai latar belakang dan pemberi warna dari pesan atau realistis tunggal yang mau ditampilkan. Perumpamaan dengan jelas bukan alegori karena alegori adalah rentetan metafora yang masing-masing memiliki arti sendiri.

3. Perbedaan perumpamaan dengan similitude

Wilfrid J. Harrington melihat perumpamaan sebagai simile dalam

pernyataan “Parable adalah “At its simplest the parable is a simile drawn from

nature or common life, arresting the hearer by its vividnes or strangerness,

and leaving the mind in sufficent doubt to tease it into active thought” (Wilfrid J.

Harrington, 1984:14 ). Menurut Wilfrid J. Harrington perumpamaan adalah suatu gambaran kiasan (simile) sederhana dari sebuah kejadian alam dan kehidupan masyarakat yang tertarik mendengarkan perumpamaan adalah orang-orang yang tidak mempunyai semangat atau kekuatan dan juga orang-orang terpinggirkan.


(52)

Perumpamaan bermaksud untuk mengingatkan atau menyindir ke awal pemikiran aktif.

Simile berbeda dengan perumpamaan. Perbedaannya yaitu simile

mengisahan kejadian sehari-hari yang biasa dan sering diulang-ulang dilakukan oleh manusia. Sedangkan perumpamaan merupakan kejadian sehari-hari yang hanya sekali dilakukan oleh manusia.

4. Lukas 10: 25-37 merupakan perumpamaan

Pengisahan Yesus mengenai orang Samaria yang menolong orang yang disamun merupakan perumpamaan karena tidak melambangkan sesuatu, detil-detil Lukas 10:25-37 tidak mempunyai fungsi independen. Maka kisah orang Samaria yang menolong orang yang disamun bukan alegori. Orang Samaria yang menolong orang yang disamun merupakan kisah kejadian yang hanya terjadi sekali bukan kisah kejadian sehari-hari yang diulang-ulang. Maka Lukas 10:

25-37 bukan simile. Lukas 10: 25-37 merupakan perumpamaan sebab mengisahkan

kejadian sehari-hari, hanya terjadi sekali dan tanpa melambangkan apapun.

E. Sumber bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati

Lukas menulis perumpamaan orang Samaria yang baik hati sebagai penjelasan mengenai cara melaksanakan Hukum Terutama. Sedangkan Matius dan Markus yang tidak menuliskan perumpamaan orang Samaria yang baik hati sebagai penjelasan dari Hukum Terutama. Bagian ini memaparkan paralel perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam Lukas dengan Hukum


(53)

Terutama dalam Matius dan Markus dan bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

1. Paralel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang

baik hati

Perumpamaan orang Samaria yang Baik Hati yang terdapat dalam Injil Lukas 10:25-37 paralel dengan Hukum yang Terutama dalam Injil Markus 12:28-34 dan Injil Matius 22: 35-40:

Tabel. 1

Paralel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati

Lukas 10:25-37 Markus 12:28-34 Matius 22:34-40

(1) (2) (3)

25. Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk

mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum

Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 30 Jawab Yesus: "Adalah seorang

28. Lalu seorang ahli Taurat, yang

mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi

jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepadaNya dan bertanya:”Hukum manakah yang paling utama?”

29. jawab Yesus:” Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

30. Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap

34. Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang saduki itu bungkam, berkumpulah mereka 35. Dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai dia: 36”Guru, Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 37. Jawab Yesus kepadanya: “Kasihalilah Tuhan Allahmu,


(54)

(1) (2) (3) yang turun dari Yerusalem ke

Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi

meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendirilalu membawanya ke tempat

penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik

penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

akal budimudan dengan segenap kekuatanmu. 31. Dan hukum kedua adalah ialah

Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.

32. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33. Memang mengasihi

Dia dengan segenap hati dan dengan

segenap pengertian dan dengan segenap

kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. 34 “ Yesus melihat,

bagaimana

bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39. dan Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihanilah sesamamu

manusia. 40. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”


(55)

Lukas, Markus dan Matius sama-sama menyebutkan bahwa seorang yang bertanya kepada Yesus adalah Ahli Taurat. Lukas dan Matius menyebutkan tujuan Ahli Taurat bertanya adalah untuk mencobai Yesus. Lain halnya dengan Markus yang menuliskan bahwa Ahli Taurat tertarik bertanya kepada Yesus karena jawaban Yesus selalu tepat. Markus dan dan Matius menyebutkan bahwa pertanyaan Ahli Taurat muncul setelah Yesus bercakap-cakap dengan orang Saduki.

Lukas dan Matius menuliskan Ahli Taurat menyapa Yesus dengan sebutan “Guru”. Markus dan Matius menujukan bahwa Ahli Taurat langsung menanyakan tentang hukum. Matius menyebutkan secara eksplisit hukum yang dimaksud adalah Hukum Taurat. Sedangkan Lukas menujukan bahwa Ahli Taurat bertanya perbuatan yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal, sepertinya Lukas merujuk pada Hukum Taurat namun tidak secara terang-terangan.

Dalam Lukas, Yesus menjawab pertanyaan Ahli Taurat mengenai hidup kekal dengan bertanya balik tentang Hukum Taurat. Ahli Taurat menjawab pertanyaannya sendiri. Markus menggambarkan Yesus menjawab langsung pertanyaan Ahli Taurat dengan menghardik Ahli Taurat untuk mendengarkan perkataan Yesus. Yesus langsung menjawab mengenai Hukum Terutama. Nada dalam jawaban Yesus seperti tajam yang mengartikan bahwa pernyataan-Nya adalah penting. Seperti dengan Markus, Matius juga menunjukkan bahwa Yesus langsung menjawab pertanyaan dari Farisi. Perikop dari Matius berhenti sampai disini.


(56)

Rumusan hukum yang dikemukakan dalam ketiga injil Lukas, Markus, maupun Matius sama. Hanya saja pada dalam Markus Hukum Terutama tidak ada pernyataan yang menyebutkan bahwa mengasihi Allah dengan segenap kekuatan. Dari rumusan hukum kedua Lukas menunjukkan bahwa Yesus membenarkan jawaban Ahli Taurat dan menyarankan untuk berbuat sesuai dengan yang dikatakannya maka ia akan memperoleh hidup. Markus menambahkan bahwa Yesus menegaskan tidak ada hukum lain yang lebih utama dan tidak ada duanya. Matius juga menegaskan bahwa pada kedua hukum inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi. Semua yang telah dituliskan pada ketiga injil menegaskan bahwa Hukum Terutama sangat penting.

Setelah Ahli Taurat mengetahui mengenai Hukum Terutama, Lukas dan Matius menuliskan kembali bahwa Ahli Taurat bertanya lagi. Ada perbedaan yang mencolok pertanyaan Ahli Taurat yang ditujukan kedua Injil ini. Dalam Lukas, Ahli Taurat bertanya untuk mencobai Yesus melalui pertanyaan mengenai sesama yang menujukkan ketidakpuasan Ahli Taurat atas tanya jawab Yesus atau sebenarnya keinginan mempermalukan Yesus. Ahli Taurat mempermasalahkan persoalan sesama. Cinta kepada Allah tidak menjadi persoalan bagi Ahli Taurat akan tetapi cinta kepada manusia menjadi persoalan bagi Ahli Taurat. Matius mengatakan bahwa jawaban Yesus sesuai dengan jawaban yang diinginkan Ahli Taurat. Ahli Taurat mengulang kembali apa yang dikatakan oleh Yesus. Sepertinya Ahi Taurat sudah mengetahui jawabannya hanya saja ia ingin memastikannya dengan bertanya kepada Yesus.


(57)

Lukas 10:30-36 mengenai perumpamaan orang Samaria yang baik hati yang tidak terdapat dalam Injil lain. Menurut Stefan Leks (2003:21) Lukas menambahkan bahan khusus dalam ajaran Yesus terutama dalam perumpamaan dan termasuk juga pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

Lukas memperlihatkan Ahli Taurat seorang yang menyembunyikan sesuatu dengan tidak mau mengakui kekalahannya dalam mencobai Yesus. Sikap Ahli Taurat yang menyembunyikan sesuatu ditunjukkan dengan tidak menyebutkan orang Samaria yang melaksanakan Hukum Terutama, namun mengganti orang yang menujukan belas kasih. Lukas juga memperlihatkan Yesus dalam menanggapi jawaban Ahli Taurat dengan mengulang perintah “perbuatlah demikian”. Sedangkan dalam Markus Yesus melihat Ahli Taurat dengan baik yaitu sebagai orang yang bijaksana. Perikop dalam Markus berhenti dengan keterangan bahwa tidak ada orang lain lagi yang berani bertanya kepada Yesus.

Ketiga Injil menuliskan satu peristiwa dengan berbeda. Meskipun sebenarnya tujuannya adalah sama mengenai Hukum terutama dan menegaskan bahwa Hukum Terutama penting. Tertulisnya peristiwa mengenai tanya jawab antara Yesus dan Ahli Taurat ini dalam ketiga injil ini menujukan bahwa benar-benar ada peristiwa tersebut.

2. Bahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati

Setelah mencermati paralel Hukum Terutama dalam tiga Injil ada beberapa perbedaan dalam memaparkan Hukum Terutama. Perbedaan tersebut tidak lepas dari sumber bahan yang digunakan oleh pengarang Injil untuk menyusun teksnya. Adapun sumber-sumber yang dipakai Lukas untuk membangun Hukum Terutama


(58)

dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati sebagai penjelasannya digambarkan dibawah ini.

Gambar 1: bahan Luk 10:25-37

Menurut Tom Jacobs untuk menuliskan Injil, para pengarang mengumpulkan banyak bahan dari tradisi. Sabda Yesus yang tersimpan dan diteruskan dalam pewartaan lisan dimasukkan kedalam cerita mengenai Yesus. Bahan tradisional itu dikumpulkan menurut pandangan atau gambaran pengarang injil, tanpa mengindahkan hubungannya yang historis dalam hidup Yesus (Tom Jacobs, 1982:28 ). Kebanyakan ahli berpendapat ketika Lukas menulis injilnya, Injil Markus sudah dikarang. Lukas mempergunakan Injil Markus sebagai sumbernya. Selain Markus, Lukas juga menggunakan sumber lain dari sumber khas Lukas sendiri. Lukas mempergunakan semua tradisi yang tersedia tentang Yesus. Ia setia dengan sumbernya tetapi juga memunculkan gagasan-gagasannya sendiri.

Lukas menambah perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam Hukum Terutama. Penambahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam Hukum Terutama kemungkinan berkaitan dengan peristiwa orang Kristen bentrok dengan para pemimpin Yahudi sehingga mereka melarikan diri keluar dari Palestina pada tahun 40M. Mereka melarikan diri ke Antiokia, sebuah kota

Markus Sumber khas Lukas

Hukum Cinta Kasih Luk 10:25-28

Perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati Luk 10:29-37


(59)

besar Siria. Di sinilah orang yang percaya Yesus menjadi banyak (C. Groenen, 1984:32). Setelah di Yunani orang Yahudi tetap menjaga adat Yahudi mereka. Sedangkan jumlah orang yang menjadi Kristen bertambah. Mereka bukan hanya dari kalangan orang Yahudi. Muncullah sebuah permasalahan apakah orang yang bukan orang Yahudi menjadi Kristen harus diyahudikan dulu atau tidak. Maksudnya mengikuti aturan adat Yahudi, misalnya sunat. Melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati Lukas menekankan bahwa Yesus berkenan kepada semua orang bukan hanya orang Yahudi sehingga tidak menjadi persoalan jika orang bukan Yahudi mengikuti Yesus.

F. Teologi perumpamaan dalam Lukas

Teologi adalah refleksi dan pemikiran manusia mengenai Allah dengan dasar iman. Sikap dasar, yang berarti mengikuti Kristus, dirumuskan dan diungkapkan dengan bermacam-macam cara menurut kemampuan dan pendidikan, dan khususnya menurut pelajaran teologis, para pengarang. Maka perlu untuk mengetahui corak teologi yang umum digunakan dalam perumpamaan oleh Lukas demi memahami perumpamaan dalam Lukas. Pokok tema seluruh pengajaran Yesus dalam perumpamaan dalam Injil Lukas adalah, sbb:

1. Kerajaan Allah

Tema utama pemberitaan Yesus yaitu Kerajaan Allah. Yesus tidak pernah menjelaskan arti Kerajaan Allah secara lengkap, namun Yesus menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan Kerajaan Allah.


(60)

Yesus memberi gambaran mengenai Kerajaan Allah dengan perumpamaan burung gagak yang tidak mencari makan akan tetapi diberi makan Allah dan bunga bakung yang mempunyai pakaian indah (Luk 12:32) dari perumpamaan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah diberikan kepada manusia sebagai karunia. Kerajaan Allah digambarkan sebagai Perjamuan pesta besar (Luk 14:15-24 ). Daya kekuatan Kerajaan Allah dapat terlihat seperti biji sesawi dan segumpal ragi (Luk 13:18-21) bahwa biji yang kecil dapat menjadi pohon yang besar, ragi yang sedikit dapat mengembangkan roti.

2. Allah

Yesus datang ke dunia merupakan kehendak Allah. Melalui perumpamaan Yesus memperkenalkan Allah. Gambaran Allah yang diperkenalkan Yesus, sbb:

a. Allah sebagai Bapa

Yesus melalui perumpamaan anak yang hilang (Luk 15:11-32) memperkenalkan Allah sebagai seorang Bapa yang murah hati yang mau menerima anak yang durhaka namun mau bertobat.

b. Allah yang mendengarkan doa

Perumpaman mengenai hakim yang mengabulkan permohonan janda (Luk 18:1-5) mengadung pesan bahwa Allah akan mengabulkan permohonan orang yang terus berdoa dan tetap berharap kepada-Nya. Dalam perumpamaan orang yang tengah malam meminta makan kepada sabahatnya, dan temannya terpaksa memberikan makan (Luk 11:5-8) demikian pula Allah akan mengabulkan doa seseorang yang dengan tekun meminta kepada-Nya (Luk 11:9 ).


(61)

c. Allah yang penuh kasih

Dalam perumpamaan domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang (15:1-32) Yesus memperlihatkan kasih Allah yang tidak membiarkan satupun luput dari karya keselamatan Allah. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37) memperlihatkan kasih Allah bagi semua orang bukan hanya bangsa tertentu saja.

3. Warga Kerajaan Allah

Yesus mengajar melalui perumpamaan cara memperoleh Kerajaan Allah atau menjadi warga Kerajaan Allah. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjadi warga kerajaan Allah yaitu:

a. Menjadi sesama

Pengajaran untuk menjadi sesama disampaikan dengan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Ahli Taurat menanyakan cara memperoleh Kerajaan Allah dan jawabannya melaksanakan Hukum Utama. Hukum Utama dilaksanakan dengan menjadi sesama yang baik seperti dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10: 25-37).

b. Selalu berjaga-jaga.

Yesus mengingatkan agar mengambil sikap yang benar untuk menghadapi ahkir jaman. Yesus mengajak untuk berjaga-jaga sebab kedatangan akhir jaman tidak dapat diramalkan. Seperti dalam perumpamaan orang kaya yang bodoh (Luk 12:13-21) yang terikat dengan harta duniawi padahal tidak lama kemudian nyawanya diambil. Seperti hamba yang berjaga-jaga menanti tuannya pulang (Luk


(62)

12:43-48) serta mengingatkan bahwa kedatangan akhir jaman tidak dapat disangka seperti pencuri yang kedatangannya tidak dapat diramalkan (Luk 12:39-40).

c. Yesus mengajarkan sikap untuk rendah hati

Yesus mengajak untuk selalu rendah hati seperti dalam perumpamaan tamu undangan dalam pesta. Orang-orang mencari kehormatan dengan mencari tempat duduk di depan akan tetapi dipermalukan tuan rumah yang mengajak seorang yang duduk di belakang untuk maju duduk ke depan (Luk 14:7-11).

d. Yesus mengajak untuk bertobat

Yesus mengajak untuk bertobat secara menyeluruh dan utuh, seperti dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah. Yesus mengajak untuk menjadi seperti pemungut cukai yang menganggap diri berdosa di hadapan Allah. Tidak seperti orang Farisi yang sombong menganggap diri paling suci dan benar (Luk 18:9-14). Melalui orang kaya dan Lazarus yang miskin ditunjukkan bahwa kekayaan tidak menyelamatkan (Luk 16:19-31). Yesus menggambarkan bahwa orang kaya yang selalu pesta dan mengumpulkan harta mendapat siksaan sedangkan Lazarus mendapat tempat di Kerajaan Allah. Yesus juga menggambarkan orang yang tidak mau bertobat seperti pohon ara yang tidak berbuah (Luk 13:6-9) tidak berguna dan perlu ditebang.

e. Tidak mencari-cari alasan untuk tidak datang ke perjamuan Allah

Allah mencampakkan orang yang mencari-cari alasan untuk tidak ke perjamuan Allah ke dalam gelap gulita dan penuh gertak gigi. Seperti dalam


(63)

perumpamaan orang-orang yang berdalih bahwa para tamu undangan tidak datang ke undangan perjamuan dengan berbagai macam alasan seperti melihat ladang, menggembala lembu dan baru saja kawin yang membuat Allah marah (Luk 14:15-24).

f. Dasar iman yang kuat

Yesus menghendaki orang melaksanakan perkataan-Nya. Orang yang melaksanakan perkataan Yesus seperti seorang yang membangun rumah di atas dasar batu yang kokok walaupun diterjang oleh air bah dan banjir tidak akan sampai goyah. Berbeda dengan orang yang mendengarkan perkataan Yesus tanpa melaksanakan ajarannya seperti orang yang membangun rumah tanpa dasar (Luk 6:48-49).


(1)

(70)

LAPORAN KEGIATAN DISAMPAIKAN PADA SIDANG PLENO DEWAN PASTORAL PAROKI ( DPP ) ST. YOSEF NGAWI

PERIODE 2009 - 2012

STASI/SEKSI :

No

KRISTUS RAJA NGRAMBE / KEPEMUDAAN

PROGRAM KEGIATAN PELAKSANAAN

PERMASALAHAN BELUM TERLAKSANANYA

USULAN PEMECAHAN

MASALAH

USULAN UNTUK DPP PERIODE

2012-2015

SUDAH BELUM

1 Pendataan OMK / REKAT √

2 Rekoleksi Panggilan √

3 Menghimpun dana lewat parkir √ Macet

4

Aksi Sosial

- Bekerja sama dengan SSV Kaum Muda

-√

Ngrambe, 29 Oktober 2011 Seksi Sarana dan Prasarana PAULUS BUDI H / ANASTASIA FCKD


(2)

(71)

Lampiran: 9

Peta Kisah Orang Samaria yang baik hati (Lukas 10: 25-37)

Yerikho

(orang Samaria, pemilik penginpan) Orang Samaria menitipkan kepada pemilik penginapan

(orang Samaria, orang yang disamun) Orang Samria merawat orang yang disamun

Imam Lewat (Imam) Padang Gurun

Lewi Lewat (Lewi)

Orang Samaria tergerak oleh belas kasih (orang yang disamun, orang Samaria)

Orang jatuh ketangan penyamun (penyamun, orang yang disamun)

Padang Gurun

Yerusalem

Pintu Full drama Dialog Yesus dan Ahli Taurat mengenai siapakah sesamku manusia? (Yesus, Ahli Taurat) Dialog Yesus dan Ahli Taurat: sesama adalah orang yang menunjukan belas kasih


(3)

(72)


(4)

(73)


(5)

viii ABSTRAK

Judul Skripsi MENGGALI PESAN PERUMPAMAAN ORANG

SAMARIA YANG BAIK HATI (LUKAS 10: 25-37) MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA PEMBINAAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA

TIMUR, bertitik tolak pada keprihatinan bahwa Kitab Suci semakin ditinggalkan

khususnya oleh kaum muda. Salah satu cara meningkatkan meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah menggunakan cerita.

Yesus pun mengajar banyak menggunakan cerita berupa perumpamaan, salah satu satunya perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Metode historis kritis digunakan untuk memahami perumpamaan dalam pewartaan Lukas. Perumpamaan merupakan metode Yesus untuk mengajar untuk menyingkap hakekat persoalan dengan baik dan dapat mencapai kedalaman hati manusia.

Perumpamaan orang Samaria yang baik hati ditafsirkan menggunakan metode naratif yang memandang Lukas 10:25-37 sebagai karya sastra. Unsur-unsur pokok metode naratif adalah alur/plot, karakterisasi/penokohan,

setting/latar. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kisah dalam

kisah. Maka dibedakan antara unsur-unsur pokok kisah dan pengisahan. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati yaitu: terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan, menghadirkan Yesus sebagai Tuhan bagi semua orang, menjadi sesama yang baik seperti orang Samaria yang baik hati.

Pesan perumpamaan orang Samaria yag baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati juga ditujukan kepada murid Kristus sampai pada jaman sekarang termasuk kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe. Kaum muda sedang mengalami perubahan demi menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada sistuasi ini kaum muda memerlukan pembinaan khususnya pembinaan iman dalam bentuk katekese kaum muda. Untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan secara akurat di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur penulis melakukan penelitian dengan metode survey, jenis penelitian kualitatif. Tehnik pengumpulan dengan observasi dari pengalaman penulis terlibat langsung dengan kaum muda dan wawancara yang dilaksanakan bulan Maret sampai April 2013 mengambil 15 informan.

Berdasarkan hasil menganalisis perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dan menemukan realita katekese kaum muda di stasi Kritus Raja Ngrambe diperoleh bahwa kaum muda perlu pendampingan dalam menggali pesan perumpamaan, salah satu pendampingan adalah katekese kaum muda, sedangkan katekese kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe perlu kontinyu. Oleh sebab itu penulis mengusulkan program katekese kaum muda model biblis sebagai usaha menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur.


(6)

ix ABSTRACT

The thesis, titled “INTERPRETING THE MESSAGE OF THE

PARABLE OF GOOD SAMARITAN (LUKE 10:25-37) THROUGH THE CATHECHISM OF THE YOUNG PEOPLE AS AN EFFORT OF EDUCATING THE YOUNG PEOPLE IN THE STATION OFF CHRIST OF THE KING, NGRAMBE, SAINT YOSEPH PARISH, NGAWI, EAST JAVA”, arises from the writer’s concern that the Bible is being abandoned of the young people. There is one way to increase the love to the bible, it is to tell the bible by the story.

Jesus also teaches people by stories of parables, the parable of the good Samaritan (Luk 10:25-37) for example. Critical historic method is used to understand the parables in the Gospel of Luke. Telling parables is Jesus’ method to reveal the core of the truth and to touch people’s heart.

The parable of the good Samaritan is interpreted with narative method which sees Luke 10:25-37 as a literature work. The substances of the narative method are plot, characters, and setting. The parable of the good Samaritan is a story in a story. Therefore, the writer diferentiates between the main substances of the story and the narration. The messages of the parable of the good Samaritan are, that we have to be kind to everybody who needs our help no matter what, that Jesus is The Lord for everybody, and that we must be kind as the good Samaritan is.

The messages of the parable of the good Samaritan is adressed especially for the Torah Master. It is also adressed for todays Christian, including the young Chatolics of Kristus Raja station - Ngrambe. The youth is changing to adapt to the environment, social, and cultural. They need to be guided, especially the guidance of the faith in catechism of the youth. To find the reality of the catechism of the youth, in order to find the accurate meaning of the parables, in Kristus Raja - Ngrambe station, St. Yoseph parish - Ngawi, East Java, the writer did research by qualitative survey method. The writer observed the parish, had an experience with 15 young Chatolics, and interviewed them on March to April 2013.

From the analysis and the interpretation of the parable of the good Samaritan of the Gospel of Luke, and from the reality of the catechism of the youth of Kristus Raja station - Ngrambe, the writer can conclude that the youth needs guidance to dig the message of the parable. One of the guidance is the catechism of the youth, while the catechism of the youth of Kristus Raja stasi must be continued. Therefore, the writer proposes the biblical method for the youth catechism program as an effort to dig the message of the parable of the good Samaritan in Kristus Raja station, Ngrambe, St. Yoseph parish, Ngawi, East Java.


Dokumen yang terkait

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

1 16 113

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari

2 17 157

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository

0 1 154

Musik pop sebagai sarana katekese kaum muda - USD Repository

0 4 120

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur - USD Repository

0 4 380