HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF METODE TAFSIR KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED - Test Repository

  HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM DALAM AL- QUR’AN

PERSPEKTIF METODE TAFSIR KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  Oleh:

  

TRIYANAH

  NIM: 215-13-014

  JURUSAN ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

  • ***

    Hidup adalah, tentang memberi manfaat sebanyak-banyaknya

  Bukan tentang, Meminta manfaat sebanyak-banyaknya.

  • ***

  

PERSEMBAHAN

  • Skripsi ini ku persembahkan untuk

  Ibuku yang selalu berjuang untukku Saudara-saudaraku yang selalu mendukungku

  Sahabat-sahabat seperjuangan yang setiap saat berbagi semangat dan kebahagiaan dan almamater

  IAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  

ينلماعلا بر لله دملحا

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih juga kepada Nabi Muhammad yang telah mengajarkan kepada saya, cara bagaimana berusaha dengan keras dan sungguh-sungguh. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untukmu.

  Dalam mengerjakan tugas akhir ini, saya banyak mengambil inspirasi dan rujukan utama dari beberapa literatur dalam buku Abdullah Saeed, maupun literatur pendukung lainnya. Penulis berusaha sekuat mungkin dalam memaparkan hubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam al-

  Qur’an perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi kekurangan di dalamnya. Karena itu, penulis mohon maaf.

  Akhirnya, usaha dalam menyelesaikan penelitian ini, mulai dari proposal, proses penelitian hingga penulisan skripsi selesai, tidak akan terlepas dari bantuan berbagai pihak. Khususnya dalam aspek hubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam al-

  Qur’an perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed. Harapannya. Apa yang menjadi ikhtiar kami ini, mampu memberikan kontribusi bagi pembaca mengenai hubungan Muslim dengan Non-Muslim. Setelah melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Untuk itu, kami ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:

  1. Orang tua, Bapak Suparno (alm) dan Ibuk Suratmi yang selalu mendoakan dan mensuport dalam segala hal yang penulis lakukan. Serta abang Harun Anwar dan mbak Nuryanah, yang selalu menyayangi dan mensuport penulis.

  2. Jajaran Dekanat fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak Dr.

  Benny Ridwan, M.Hum., Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag., Bapak Dr.

  H.Sidqon Maesur, Lc., M.A., dan Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag., yang telah memberi dorongan dan motivasi.

  3. Bapak, Dr. M. Gufron, M.Ag., selaku pembimbing dalam penelitian ini.

  Yang telah sudi kiranya melakukan proses pembimbingan selama proses penelitian berlangsung berupa koreksi, masukan, kritikan, dan saran yang kontruktif dalam melengkapi penelitian ini.

  4. Ibunda , Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al- Qur’an dan Tafsir (IAT), yang telah memberi dorongan dan motivasi.

  5. Teman-teman sehimpunan-seperjuanagn di jurusan IAT, yang menjadi patner akademis dan teman diskusi, Bapak Fauzi, MK. Ridwan, Wahyu Kurniawan, Laila Alfiyanti, Rangga, Oman, Husen, Udin, Fatah, S aifunnuha, Bicha, Latif, Samsul, Muda’i, Wahyu Nur Hidayah, Neny, Fatimah, Novita, Laila Qodariyah, Trisna, Ucup, Ochim, Abror, Fissabil, dan semua teman-teman IAT yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu.

  6. Teman-teman asrama, yang menjadi patner ker ja, si Fu’ila, Muntasiroh, Faizah, Hajar, Rifa, Fatma, Hikmah, Rani, Tina, Sofin, Suci, Liya, Eva, Yanti, Anis, dan temen-temen asrama lainnya, yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu.

  7. Serta kepada semua pihak yang barangkali belum tersebutkan, kami ucapkan terima kasih atas segala kontribusi, baik secara pikiran, waktu, motivasi, saran, materi, dukungan, serta doa. Akhirnya, kami menyadari bahwa, apa yang penulis kerjakan ini, bukanlah suatu hal yang sempurna dan tidak menuai kritik. Justru berbagai masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, adalah nutrisi bagi kami dalam rangka mendekatkan diri pada kesempurnaan, walaupun hal itu bersifat mustahil. Selamat membaca.

  Salatiga, 03 Maret 2017

  

ABSTRAK

  Ketika masyarakat berkembang semakin luas dan kebutuhan manusia meningkat, maka hubungan dengan orang lain dengan beragam identitas primordialnya tidak bisa dihindarkan. Sebagai konsekuensi dari fakta ini adalah kemungkinan munculnya gesekan-gesekan antara berbagai kelompok masyarakat yang berbeda agama. Ketika menyangkut hubungan dengan penganut agama lain, Islam memberikan batasan dan pengajaran yang bagus dalam membangun toleransi. Namun, Islam sering dianggap sebagai agama teroris (orang Islam yang tidak bertanggung jawab atas ajaran agama). Maka kontroversi seringkali tidak bisa dihindarkan. Isu hubungan dengan orang yang berbeda agama dengan kita, atau yang secara umum sering diistilahkan dengan Non-Muslim. Kemudian Tulisan ini menguraikan pola hubungan Muslim dengan Non-Muslim melalui pendekatan yang lebih moderat dan kontekstual, yaitu mengunakan metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed.

  Metode tafsir kontekstaul merupakan sumbangsih yang diberikan Abdullah Saeed bagi metodologi penafsiran al-

  Qur’an khususnya kontemporer. Bagi Saeed dalam melakukan penafsiran ada empat hal poin yang perlu dilakukan, antara lain: bertemu dengan dunia teks, melakukan analisis kritis (analisis bahasa, analisis konteks sastra, bentuk sastra, analisis teks-teks yang berkaitan, relasi kontekstual), menentukan makna teks bagi penerima pertama, menentukan makna dan aplikasi teks bagi saat ni.

  Hubungan Muslim dengan Non-Muslim saat ini memang tidak begitu sempurna, banyak sekali terjadi perselisihan antara mereka. Maka dengan itu, penulis menerapkan metode tafsir kontekstual Saeed dalam mengaplikasikan hubungan Muslim dengan Non-Muslim dengan baik (toleransi), yaitu saling mengenal dan menghargai serta kebaikan dan keadilan.

  Dalam QS. al-Hujurat ayat 13, menjelaskan bahwa sesama manusia diperintahkan saling mengenal dan menghargai. Kemudian dikuatkan lagi dengan dan berlaku adil kepada siapapun (yaitu kepada mereka yang tidak memerangimu karena agamamu dan tidak mengusirmu dari negerimu). Al- Qur’an setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas telah menguraikan prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu, ayat dia atas tidak lagi tidak lagi berbicara kepada orang-orang yang beriman, tetapi kepada semua manusia. Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak-hak agama lain, untuk hidup dan menjalankan agama masing-masing dengan penuh kesungguhan.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN KEASLIAN TULISAN...................................................... iv

HALAMAN MOTTO.............................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. vi

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI....................................... vii

KATA PENGANTAR.............................................................................. x

ABSTRAK................................................................................................ xii

DAFTAR ISI............................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5 D. Metode Penelitian........................................................................... 5 E. Kajian Pustaka................................................................................ 8 F. Kerangka Teori............................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan..................................................................... 11 BAB II ABDULLAH SAEED DAN METODE

KONTEKSTUALNYA SERTA INTERAKSI SOSIAL

A. Biografi Kehidupan dan Intelektual Abdullah Saeed..................... 13

  B. Pemikiran Abdullah Saeed Tentang Wahyu dan Klasifikasi Ayat-ayat Dalam Al-

  18 Qur’an...........................................................

  C. Metode Tafsir Kontekstual Abdullah Saeed.................................. 24

  D. Interaksi Sosial; Hubungan Muslim Dengan Non-Muslim (Toleransi)......................................................................................

  31 BAB III HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON-MUSLIM

  DALAM AL- QUR’AN

  A. Pengertian Muslim dengan Non-Muslim....................................... 33

  B. Hubungan Muslim dengan Non-Muslim Dalam al- Qur’an Menurut Beberapa Tokoh Mufassir...............................................

  39 BAB IV ANALISIS HUBUNGAN MUSLIM DENGAN NON-

  MUSLIM DALAM AL- QUR’AN PERSPEKTIF METODE TAFSIR KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED

  A. Hubungan Muslim dengan Non-Muslim........................................ 47

  B. Analisis Bahasa dan Azbabun Nuzul............................................. 48 C. Ayat-ayat Serupa dan Munasabah Ayat........................................

  53 D. Kontekstualisasi Hubungan Muslim Dengan Non- Muslim...........................................................................................

  65 E. Hirarki Nilai Ayat-Ayat Mengenai Hubungan Muslim Dengan Non-Muslim...................................................................................

  69 BAB V PENUTUP

  A. Kesimpulan..................................................................................... 71

  B. Saran............................................................................................... 72

  

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 73

  LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran1: Biodata Penulis....................................................................

  77 Lampiran 2: Lembar Konsultasi..............................................................

  79 Lampiran 3: Foto Bersama Abdullah Saeed............................................

  80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al- Qur’an diturunkan Allah bukan dalam masyarakat yang tidak

  1

  bersejarah dan hampa budaya. Al- Qur’an, pada masa pewahyuannya, benar-

  2

  benar terlibat aktif dalam sejarah. Al- Qur’an bersifat historis dalam dirinya,

  3 sehingga selalu relevan menghadapi tantangan kesejarahan diluar dirinya.

  Artinya, ketika al- Qur’an mampu berdialektika secara aktif dengan masa pewahyuannya maka dia akan memiliki posisi sepanjang masa.

  Dalam sejarahnya, Al- Qur’an telah menjadi bagian yang sentral dalam kehidupan Muslim. Di mata Muslim, al-

  Qur’an bukan semata teks yag

  4 Al- dipahami dan dibaca, tapi juga teks yang ‘didengar’ (petuah-petuah).

  Qur’an memiliki posisi sentral (pusat) dalam membentuk ajaran, pemikiran dan peradaban.

  Kehidupan manusia di dunia berkisar seputar hubungan-hubungan dengan Allah SWT, dan hubungan dengan makhluk; manusia, jin, hewan, 1 Al-

  Qur’an adalah respon Ilahi melalui pikiran Muhammad terhadap situasi-situasi sosio- moral dan historis masyarakat Arab abad ke-7. Fazlur Rohman, Islam dan Modernitas:tentang Transformasi Intelektual , terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 17. 2 Kenneth Gragg, The Event of the Qu r’an: Islam and the Scripture (London: George Allen and Unwin Lid, 1971), hlm 17. 3 Ichan Muhammad Nur, “Hermeneutika al-Qur’an: Analisis Peta Perkembangan

  Metodologi Tafsir al- Qur’an Kontemporer”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga 1995, hlm. 16. 4 Saeed Abdullah, “Contextualizing” dalam Andrew Rippin (ed), The Blackwell Companion tumbuh-tumbuhan, benda mati dan yang lainnya. Dalam kehidupan sosial, hubungan antar masyarakat menjadi sangat penting. Sehingga hubungan ini harus dijaga dan dibudayakan anatar masyarakat. Tidak memandang apakah masyarakat itu beda suku, ras, bangsa, dan agama sekalipun. Hubungan ini sangat penting untuk menjaga hubungan antar mansyarakat, bangsa dan negara.

  Kemajemukan atau pluralitas umat manusia adalah suatu kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan. Dalam kitab suci disebutka bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling

  5

  mengenal dan menghargai (QS. al-Hujurat:13) pluralisme adalah aturan tuhan yang tidak akan berubah sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islamadalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak-hak agama lain, kecuali yang bersifatpaganisme atau syirik, untuk hidup dan menjalankan agama masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian pengakuan akan hak agama-agama lain itu dengan sendirinya merupakan dasar paham kemajemukan sosial-budaya dan agama, sebagai

  6 ketentuan Tuhan yang tidak berubah-ubah (QS. al-Maidah: 44-50).

  Dewasa ini sering terjadi konflik antar masyarakat yang berbeda suku, ras, bangsa, bahkan sampai pada urusan agama. Ini dikarenakan belum banyaknya masyarakat masih belum mengerti akan etika dalam bermasyarakat. 5 Muhammad Wahyuni Nafis, Cak Nun Sang Guru Besar; Biografi Pemikiran Prof. Dr.

  Nurcholis Madjid, (Jakarta, PT Kompas Mesia Nusantara, 2014), hlm 278.

  Hubungan tidak harmonis antar Muslim dengan kelompok Non-Muslim telah melahirkan sejumlah salah pengertian. Islam dituduh dengan agama teroris. Padahal Islam adalah agama pembawa pembawa rahmat dan berwatak toleran. Ia sangat mendambakan saling mengenal dan memahamiserta keadilan dan kedamaian.

  Islam diartikan agama teroris bagi Non-Muslim. Tapi perlu digaris bawahi di sini, bahwa Islam yang demikian adalah mereka (orang-orang Islam) yang tidak bertanggung jawab atas ajaran agamanya. Sehingga, hal tersebut memicu perselisihan antar kelompok/golongan. Namun, tidak melulu perselisihan itu terjadi atas karya orang Muslim yang tidak bertanggung jawab atas ajaran agamanya saja, Non-Muslim pun sering kali tidak srek atau tidak suka terhadap orang Muslim, yang kemudian menjadi pemicu terjadinya perselisihan/ketidak harmonisan antar agama.

  Etika dalam masyarakat menjadi salah satu hal terpenting dalam hubungan antar masyarakat. Dalam Islam etika ini sangat diperhatikan dan diutamakan. Karenaukhuwah islamiyah adalah salah satu mediator untuk memperkuat dan sebagai pemersatu kaum.

  Point dari kegelisahan penulis adalah pertama, sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup hanya seorang diri, sesama manusia saling membutuhkan satu sama lain. Kedua, penghuni bumi ini tidak hanya satu kelompok saja (dalam hal ini penulis mengkrucut pada kelompok agama muslim dan non muslim), sehingga interaksi antar kelompok merupakan suatu keharusan. Ketiga, banyak dari individu dalam kelompok tersebut tidak tahu-menahu bagaimana interaksi atau hubungan yang baik itu. Kebanyakan dari mereka hanya berkutik pada ego diri sendiri dan kurang memahami hak yang harus diterima orang lain.

  Penulis mencoba merealisasikan hubungan yang baik antar agama dalam konteks saat ini.Abdullah Saeed adalah ilmuan Australia yang berasal dari kota kecil di samudra Hindia, Maldives, dan pernah menimba ilmu bertahun-tahun di Arab Saudi. Terkait dengan Saeed yang membagi ayat-ayat dalam al- Qur’an menjadi beberapa poin. Namun penulis mengambil bagian dari ayat ethico-legalnya Saeed yaitu terkait mengenai hubungan Muslim dengan Non-Muslim.

  Berdasarkan pernyataan di atas, realitas bahwa membangun hubungan yang baik itu sangat penting, tidak hanya saat dulu dan saat ini, akan tetapi itu akan berkelanjutan.Maka penulis merasa tertarik sekali untuk memaparkan Hubungan Muslim Dengan Non-Muslim Dalam Al-

  Qur’an Perspektif Metode Tafsir Kontekstual Abdullah Saeed.

B. Rumusan Masalah

  Dengan adanya latar belakang di atas, penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

  1. Bagaimana setting sosio-historis kehidupan dan intelektual Abdullah Saaed?

  2. Bagaimana metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed?

  3. Bagaimana konsep hubunganMuslim dengan Non-Muslim dalam al- Qur’an perspektifmetode tafsir kontekstual Abdullah Saeed? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bisa mencapai tujuan sebagi berikut:

  1. Untuk mendeskripsikan setting sosio-historis kehidupan dan intelektual Abdullah Saeed

  2. Untuk mendeskripsikan metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed

  3. Untuk mendeskripsikan tentang konsephubungan Muslim dengan Non- Muslimdalam al-

  Qur’an perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed.

  Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memiliki kegunaan yang bersifat akademis. Yang mana penelitian ini merupakan satu sumbangan sederhana bagi pengembangan studi al-

  Qur’an dan untuk kepentingan studi lanjutan diharapkan sebagai bahan acuan, referensi dan lainnya bagi penulis lain yang ingin memperdalam tentanghubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam al-

  Qur’an perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed.

D. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  7 Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang

  bersifat deskriptif-analisis, yang akan mencoba menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah berdasarkan pembacaan dan interpretasi terhadap data-data yang berhubungan dengan tema yang akan diteliti.

  2. Sember Data

  a. Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi terhadap data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data kepustakaan yang mengulas tentang gagasan Abdullah Saeed mengenai model penafsiran al-

  Qur’an yang tertuang dalam beberapa karya tulisnya terutama bu ku Interpreting The Qur’an: Towards a

  Contemporary Approach (2006), paradikma, prinsip, dan metode kontekstualis atas al- Qur’an (2016), al-Qur’an abad 21 (2016) Sedangkan data sekunder adalah literatur pendukung yang memiliki kaitan langsung maupun tidak langsung dengan data primer. Seperti:, Asas-asas Kamunikasi (1991), Kajian Sosiologi Agama (1995), Modernisasi Bukan Westernisasi (2002), Hablum Minannas (2006), Metode Penafsiran Al- Qur’an (2011), Psikologi Sosial (2012),Metode Penelitian Al- Qur’an Dan Tafsir (2015)dan lainnya.

  b. Metode Analisis Data Adapun untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul, 7 makapenulis mengunakan beberapa metode, yaitu

  

Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: deskripsi,taksonomi, dan interpretatif. Metode deskriptif ini digunakan

  8

  penulis untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan dan penafsiran kontekstual Abdullah Saeed.

  Sedangkan analisis taksonomi ini ialah yang memusatkan penelitian pada domain tertentu dari pemikiran tokoh, berbeda dengan analisis domain yang digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh perihal pemikiran tokoh. Melalui analisis taksonomi, pemikiran Abdullah Saeed tentang penafsiran al- Qur’an saja yang

  9 menjadi perspektif dari penelitian ini.

  Selanjutnya melalui metode interpretatif, penulis berupaya untuk menginterpretasikan dan mengenalisis secara memadai pemikiran Abdullah Saeed tentang penafsiran al-

  Qur’an, khususnya pandangannya terhadap hubungan muslim dengan non-muslim.

  Interpretasi ini penulis lakukan dalam batasan alur pemikiran. Hal ini digunakan untuk menemukan dan memahami maksud dari apa yang

  10 digagas oleh Saeed.

  3. Pendekatan Pendekatan penelitian ini historis-kritis. Pendekatan historis dipakai untuk menelusuri kehidupan Abdullah Saeed serta mendiskripsikan 8 diskursus penafsiran kontemporer. Sedangkan kritis berarti melakukan 9 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, ... hlm. 54.

  

Arief Furchan dan Agus Maimun, Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 64-67. telaah atas pendekatan-pendekatan yang digunakan Abdullah Saeed dalam menafsirkan al- Qur’an. Pada akhirnya, akan terlihat alur pemikiran

  Abdullah Saeed tentang pandangannya terhadap hubungan muslim dengan non-muslim.

  Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

  pertama, penulis akan menginventarisir data dan menyeleksinya, khususnya karya-karya Abdullah Saeed dan buku-buku lain yang terkait.

  Kadua, penulis akan mengkaji data tersebut secara komprehensif kemudian mengabstraksikannya melalui metode deskriptif.

E. Kajian Pustaka

  Sebelum dilakukan penelitian ini, penulis telah membaca beberapa sumber-sumber rujukan baik yang primer maupun sekunder, seperti buku Interpreting The Qur’an: Towards a Contemporary Approach (2006) (Terjemahan Indonesia), dan buku lainnya.Penulis juga telah membaca literatur yang menjadi kajian kepustakaan.

  Interpretasi Kontekstual (Studi Atas Pemikiran Hermeneutika al- Qur’an Abdullah Saeed), skripsi oleh Lien Iffah Nafi’atu Fina.

  11 Penelitian ini

  berusaha memberikan pemahaman terhadap pandangan dan konsep Abdullah Saeed yang menawarkan pembaharuan atas penafsiran al-

  Qur’an melalui ayat-ayat ethico-legal al- Qur’an. Iffah mendeskripsikan pemikiran Abdullah 11 Lien Iffah Nafi’atu Fina, Interpretasi Kontekstual: Studi Atas Pemikiran Hermeneutika

  al- Qur’an Abdullah Saeed, Esensia,(Vol. XII No. 1, Januari 2011), hlm 159-180.

  Saeed masih sangat bersifat general. Sedangkan pada penelitian ini penulis mengunakan pendekatan kontekstual Abdullah Saeed secara rincihubungan muslim dengan non-muslimperspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed.

  Selanjutnya adalah penelitian tentang Interaksi Sosial Muslim Dengan

12 Non-Muslim Perspektif Hadis. Hubungan sosisal atau interaksi sosial

  perspektif hadis sedangkan pada penelitian ini penulis fokuskan pada hubungan muslim dengan non muslim perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed.

  Ketiga, buku karya imam besar masjid Istiqlal, Jakarta, Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA, yang berjudul Kerukunan Umat Dalam Prespektif Al- Qur’an Dan Hadis. Buku ini menjelaskan tentang permasalahan tentang bagaimana dahulu umat Islam telah hidup rukun dan damai dengan umat dari agama lain. Seperti Yahudi, Nasrani dan suku asli Arab- dengan mengemukakan beberapa sumber dari al-

  Qur’an dan hadis. Namun buku ini tidak menjelaskan secara jelas bagaimana seharusnya menjalin interaksi yang

  13 positif antar muslim dengan non-muslim.

  Sedangkan penelitian yang penulis paparkan disini yaitu Hubungan Muslin dengan Non-Muslim dengan mengunkan metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed. Secara umum, tulisan ini akan menjelaskan faktor apa yang 12 Haidi Hajar Widagdo, Interaksi Sosial Muslim Dengan Non-Muslim Prespektif Hadi, (Yogyakatra: TESIS UIN Saunan Kalijaga, 2011) 123 hlm. 13 Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalam Prespektif Al- Qur’an dan Hadis (Jakarta:Pustaka Firdaus,2000) hlm 9-20.

  menjadikan perselisihan antar umat beragama dan bagaimana al- Qur’an menjawabnya sesuai dengan konteks saat ini.

F. Kerangka Teori

  Sebelum memasuki penelitian yang lebih lanjut, penulis mencoba mendiskripsikan terlebih dahulu secara sederhana tentang dua hal pokok yang menjadi bahasan dalam penelitian ini, yakni, metode tafsir kontekstual dan hubungan/Interaksi sosial. Pokok pertama, tafsir yang berasal darifasara-

  14

yufassiru-tafsiran yang berarti pemahaman, penjelasan dan perincian.

  Dalam memahami kalam Illahi perlu adanya alat atau perantara untuk sampai pada pemahaman yang sempurna. Dalam konteks ini, penulis membawa alur penafsiran dengan metode/pendekatan kontekstual. para penganut pendekatan ini berpendapat bahwa para ulama harus mempertimbangkan konteks sosial, politik, ekonomi, intelektual dan kultural dari proses pewahyuan, dan

  15 sekaligus mempertimbangkan kondisi saat penafsiran dilakukan saat ini.

  Jadi, metode kontekstual adalah cara untuk memahami pesan al-Qu r’an sesuai dengan konteks saat ini.

  Pokok kedua, hubungan/interaksi sosial, agar sekiranya objek penelitian ini menjadi jelas. Maka akan dijelaskan secara singkat apa yang dimaksud interaksi sosial. Secara bahasa, kata interaksi berarti melakukan aksi timbal 14 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus wa Dzurriyah, 2010) hlm 316. 15 Abdullah Saeed, Al- Qur’an Abad 21; Tafsir Kontekstual (Bandung: Mizan, 2016), hlm

  16

  balik, sedangkan kata sosial berarti, segala yang berkenaan dengan

  17

  masyarakat. Dari penjelasan tersebut, maka interaksi sosial adalah melakukan aksi tibal balik dengan masyarakat.

  Dengan kata lain, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut antar orang-perorangan, kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok.

  Namum dalam penelitian ini, interaksi sosial yang dibangun yaitu hubungan muslim dengan non-muslim (Toleran). Sehingga pokok pembahasan disini meliputi:

  1) Saling mengenal dan menghargai dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 2) Kebaikan dan keadilan (Birr wa Adl) dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 8.

G. Sistematika Penelitian

  Mengacu pada metode penelitian di atas, selanjutnya untuk memudahkan dan demi runtutnya penalaran dalam penelitian, kajian dalam penelitian ini akan di bagi dalam tiga bagian utama, yakni pendahuluan, isi dan penutup dengan sistematika sebagai berikut:

  Bab pertama, berisi pendahuluan yang menguraikan argumentasi seputar signifikansi penelitian ini. Sebagai landasan awaldalam melakukan penelitian, bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

16 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Besar Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm 594.

  tujuan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, sistematika pembahasan.

  Bab selanjutnya adalah bab kedua,pada bab ini, penulis membagi permasalahan menjadi dua. Yang pertama penjelasan yang berkenaan dengan bigrafi tokoh, meliputi latar belakang kehidupan maupun biografi intelektual termasuk karya-karya intelektualnya dan Pemikiran Abdullah Saeed, definisi tafsir kontekstualserta metode kontekstual Abdullah Saeed dan interaksi sosial.Kedua, penulis berusaha mendefinisikan hubungan atau interaksi sosial secara umum.

  Bab ketigakajian akan difokuskan kepada Hubungan Muslim dengan Non-Muslimdalam Al-

  Qur’an. Meliputi saling mengenal dan menghargai (QS. al-Hujurat:13) serta kebaikan dankeadilan (QS. al-Mumtahanah:8) disertai tafsiran dari beberapa tokoh mufassir.

  Dalam bab keempatmerupakan ruang untuk memaparkan hubungan Muslim dengan Non-Muslim dalam al-

  Qur’an perspektif metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed. Meliputi: hubungan saling mengenal dan menghargaiQS. Al-Hujurat: 13, kebaikan dan keadilan(birr wa adl)QS. al- mumtahanah: 8.

  Sementara bab kelima, merupakan bab penutup yang akan memberikan kesimpulan terhadap diskusi sebelumnya dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

BAB II ABDULLAH SAEED SERTA METODE TAFSIR KONTEKSTUALNYA DAN INTERAKSI SOSIAL A. Biografi Kehidupan dan Intelektual Abdullah Saeed Abdullah Saeed adalah professor Arab dan Islamic Studies di Universitas

  18 Melbourne, Australia. Abdullah Saeed lahir di Maklives , pada 25 September

  1964. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di sebuah kota bernama Meedhoo yang merupakan bagian dari kota Addu Atoll. Ia adalah seorang keturunan suku bangsa Arab Oman yang bermukim di Meklives. Untuk kepentingan studi, pada

  19 tahun 1977, ia hijrah ke Saudi Arabia untuk menuntut ilmu.

  Setelah sampai di Saudi Arabia, Abdullah Saeed kemudian mempelajari bahasa Arab dan memasuki beberapa lembaga pendidikan formal, seperti; Isntitut Bahasa Arab Dasar (1977-1979) dan Institut Bahasa Arab Menengah (1979- 1982), serta Universitas Islam Saudi Arabia di Madinah (1982-1986), dengan

  20 gelar Bachelor’s of Arts (BA) dalam Bahasa Arab dan Studi Islam.

  18 Maklives merupakan negara Negara Republik (Republik Maklives), tetapi sebelumnya adalah kepulauan Maklives. Negara ini terletak di bagian Utara lautan India, kira-kira 500 km atau 310 mil di bagian barat daya India. Secara umum penduduk Meklives beragama Islam, oleh karena itu Islam Menjadi agama resmi Negara. 19 Wartoyo, “, Bunga Bank: Abdullah Saeed vs Yusuf Qaradhawi “Sebuah Dialektika Pemikiran antara Kaum Modernis dengan Neo-

  Revivalis”, La_Riba; Jurnal Ekonomi Islam (Vol IV, No 1 Juli 2010) hlm 119. 20 Sheyla Nichlatus Sovia, “Interpretasi Kontekstual; Studi Pemikiran Hermeneutika Kemudian pada tahun 1987, Abdullah Saeed melanjutkan studinya ke

  21 Negara Kanguru, Australia, sebuah negara yang multi etnis sekular.

  Sesampainya di Australia, Saeed masuk di University of Melborne, dimulai dari Sarjana Strata Satu (Master of Art Preliminary) pada Jurusan Studi Timur Tengah (1987). Kemudian, Master dalam Jurusan Linguistik Terapan (1988-1992) dan doktoralnya dalam Islamic Studies (1992-1994) diselesaikannya pada Universitas

  22 yang sama. Kemudian Saeed mengabdi di Universitas tersebut hingga sekarang.

  23 1. Riwayat Pendidikan Abdullah Saeed

  Abdullah Saeed telah menyandang gelar akademik yang diperolehnya dari Arab Saudi dan Australia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rinciannya sebagai berikut: a. Tahun 1977-1979, studi bahasa Arab di Institut Bahasa Arab Universitas Islam di Madinah Saudi Arabia.

  b. Tahun 1979-1982, Ijazah Sekolah Menengah, di Institut Menengah Arab Saudi di Madinah.

  c. Tahun 1982-1986, BA (Bachelor of Arts) dalam Studi Arab dan Islam, di Universitas Islam Arab Saudi di Madinah.

  d. Tahun 1986-1987, Sarjana Strata Satu (Master of Arts Preliminary)dalam 21 Jurusan studi Timur Tengah di Universitas Melbourne Australia.

  Hatib Rachman “Hermeneutika al-Qur’an Kontekstual: Metode Menafsirkan al-Qur’an Abdullah Saeed , Afkaruna (Vol. 9, No. 2, Juli 2013), hlm 150. 22 Ahmad Zaini, “Model Interpretasi al-Qur’an Abdullah Saeed”, Islamica (Vol 6 No. 1, September 2011), hlm 28-29. 23 Eka Suriansyah dan Suherman, Melacak Pemikiran Al- Qur’an Abdullah Saeed, Jurnal e. Tahun 1992-1994, MA (Master of Arts) dalam Jurusan Linguistik Terapan di Universitas Melbourne Australia.

  f. 1988-1992, Ph.D.(Doctor of Philosophy) dalam Studi Islam di Universitas Melbourne Australia.

  24 Di antara riwayat pekerjaan yang pernah dan sedang ditekuni oleh Abdullah

2. Riwayat pekerjaan Abdullah Saeed

  Saeed, di antaranya:

  a. Tahun 1988-1992 sebagai tutor dan dosen part-time dalam mata kuliah Bahasa dan Sastra Arab dan Stusi Timur Tengah di Universitas Melbourne.

  b. Tahun 1991-1992 sebagai koordinator mata kuliah Bahasa Arab dan Studi Islam di Sekolah Tinggi Islam King Khalid Victoria.

  c. Tahun 1993-1995 sebagai konsultan mata kuliah Bahasa Arab dan Studi Islam di Sekolah Tinggi Islam King Khalid Victoria.

  d. Tahun 1993-1995 sebagai Asisten Dosen dalam mata kuliah Studi Arab pada Jurusan Bahasa-bahasa Asia dan Antropologi Fakultas Bahasa Universitas Melbourne.

  e. Tahun 1996-1997 sebagai Deputi Ketua/ Ketua Pelaksanaan Jurusan Studi Bahasa Universitas Melbourne.

  f. Tahun 1996-1999 sebagai Dosen Senior dalam mata kuliah Studi Arab dan Islam pada Jurusan Bahasa Universitas Melbourne.

24 Eka Suriansyah dan Suherman, Melacak Pemikiran Al-

  Qur’an Abdullah Saeed..., hlm g. Tahun 1999 sebagai Visiting Scholar di Sekolah Studi Orang Timur dan Afrika (SOAS) Universitas London.

  h. Tahun 1998-2003 sebagai Wakil Direktur Asia Institut (Institute of Asian Language and Societies) Universitas Melbourne. i. Tahun 2003-2004 sebagai Direktur Pelaksana Asia Institut (Institute of

  Asian Language and Societies) Universitas Melbourne. Sekarang, aktif

  sebagai Direktur National Center of Excellence for Islamic Studies Universitas Melbourne (sejak 2007), sebagai Direktur Asia Institute Universitas Melbourne (sejak 1 Januari 2007), sebagai Asisten Professor Fakultas Hukum Universitas Melbourne (sejak 2007), sebagi Direktur Pusat Studi Islam Kontemporer Universitas Melbourne (sejak 2005), sebagai Sultan Professor Oman dalam bidang Stui Arab dan Islam Universitas Melbourne (sejak 2003), serta beragam aktifitas lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

  25 3. Karya-karya Ilmiyah Abdullah Saeed

  26 Saeed adalah ilmuan yang produktif.Diantara karyanya:

  a. Sacred place and Secred Life in Islam ditulis bersama I. Weeks diterbitkan di Geelong oleh Deakin University Press tahun 1990

  25 Eka Suriansyah dan Suherman, Melacak Pemikiran Al- Qur’an Abdullah Saeed..., hlm 47-48. 26 Data yang dikemukakan disini tidaklah mencakup secara keseluruhan karya (buku) yang b. Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition of Riba in Islam

  and its Contemporary Interpretation diterbitkan tahun 1996 dan 1999 di Leiden oleh E.J. Brill.

  c. Modern Standard Arabic: An Introduction ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001.

  d. Modern Standard Arabic: Beginners Book 1 ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001.

  e. Modern Standard Arabic: Beginners Book 2 ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001.

  f. Modern Standard Arabic: Intermediate Book 1 ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001.

  g. Modern Standard Arabic: Intermediate Book 2 ditulis bersama C. Mayer dan A.G.A. Raheem diterbitkan di Melbourne oleh Asia Institute pada tahun 2000 dan 2001.

  h. Esenntial Dictionary of Islamic Thought ditulis bersama M. Kamal dan C.

  Mayer diterbitkan tahun 2001 di Adelaide oleh Seaview Press. i. Muslim Communities in Australia sebagai editor bersama S.Akbarzadeh diterbitkan tahun 2002 di Sydney oleh University of New South Wales

  Press. j. Islam in Australia diterbitkan tahun 2002 di Sydney oleh Allen & Unwin. k. Islam and Political Legitimacy sebagai editor bersama S. Akbarzadeh diterbitkan London and New York oleh Curzon tahun 2003. l. Muslim Asutralians: The Beliefs, Practices and Institutions diterbitkan tahun 2004 diCanberra oleh Commonwealth Government. m. Freedom of Religion, Apostasy and Islam ditulis bersama H. Saeed diterbitkan tahun 2004 di Hampshire oleh Ashgate Publishing. n. Approaches to the Al-

  Qur’an in Contemporary Indonesia sebagai editor diterbitkan tahun 2005 di Oxford oleh Oxford University Press.

  o.

  Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approachditerbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2006.

  p. Islam Thought: An Introduction diterbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2006. q.

  The Qur’an: An Introduction diterbitkan di London dan New York oleh Routledge tahun 2008.

  B.

  

Pemikiran Abdullah Saeed Tentang Wahyu dan Klasifikasi Ayat-ayat Dalam

Al- Qur’an 1. Konsep Wahyu

  Sebelum membangun metode tafsirnya, Saeed menjelaskan dulu tentang konsep wahyu. Al- Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi

  Muhammad, dan ia mengakui keotentikannya. Sebagaimana Rahman dan Abu Zaid, adanya kaitan erat antara wahyu, Nabi, misi dakwah dan konteks sosio- historis dimana al- Qur’an diwahyukan. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad agar bisa dipahami manusia.

  Saeed meyakini bahwa wahyu Tuhan tidak terhenti dengan selesainya pewahyuan al- Qur’an. wahyu akan terus turun sepanjang masa, meski tidak melalui Nabi. Wahyu Tuhan akan terus memberi petunjuk-Nya kepada orang- orang yang bertakwa dalam menafsirkan dan menjalankan al- Qur’an.

  Menurut Saeed, secara global wahyu mengalami empat level proses, yaitu: Level Pertama, wahyu berada di alam ‘gaib’ (ghayb) dan dipastikan tidak

  27

  diketahui. Proses ini dimulai etika Tuhan pertama kali mewahyukan al- Qur’an ke al-lauh al-mahfuzh, kemudian dihafal oleh Ruh (dipahami malaikat sebagai penyampai wahyu) yang akan membawa pewahyuan kepada Nabi.

  Sehingga pada level ini ‘model’ dan ‘bahasa’ tidak bisa dipahami manusia.

  Level kedua, pewahyuan mencapai Nabi, yaitu langkah di mana sebuah

  28 hubungan dibuat antara Ruh, yang dikenal sebagai malaikat Jibril, dan Nabi.

  Ruh membawa wahyu ke dalam pikiran dan hati Nabi. Maksudnya wahyu ke dunia fisik berarti bahwa wahyu terjadi dalam bentuk yang lebih bisa dipahami oleh manusia. Oleh karena itu, wahyu di dalam pikiran Nabi dikomunikasikan dalam bahasa Arab (bahasa yang dipahami Nabi dan masyarakatnya). Saat itulah wahyu mulai berperan, berkaitan dengan keadaan-keadaan, kebutuhan- 27 Sahiron Syamsuddin “Argumentasi Abdullah Saeed dalam Mengusung Pendekatan

  Kontekstual dalam Penafsiran al- Qur’an” Paradikma, Prinsip, dan Metode Penafsiran Kontekstual atas Al- Qur’an, Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Henri, trj, (Yogyakarta: Ladang Hikmah dan Baitul Hikmah Press, 2016), hlm 80. kebutuhan dan persoalan-persoalan Nabi dan masyarakat terkait norma, adat- istiadat, sitem-sistem, dan institusi-institusi masyarakat tersebut. (Ruh-Pikiran dan Hati Nabi-Eksternalisasi-Konteks Sosio-Historis) Level ketiga, Teks-Konteks-Teks yang Meluas.

  Sekali wahyu dieksternalisasikan dan dikomunikasikan oleh Nabi kepada masyarakatnya, wahyu menjadi sebuah teks (oral atau tertulis) yang dihubungkan dengan secara mendalam dengan konteks komunitas Nabi. Teks tersebut diceritakan, dibaca, dikomunikasikan, diajarkan,dijelaskan, dan

  29

  diamalkan. Disinilah awal teks diekternalisasikan konteks langsung dari aktualisasi.

  Level keempat, Teks Tertutup-Komunitas-Komunitas Interpretatif- Konteks-Inspirasi.

  30 Dengan wafatnya Nabi, teks telah final dan tertutup. meski demikian, aspek-

  aspek tertentu dalam wahyu tidak terhenti begitu saja. Teks masih terus berjalan dengan melibatkan 2 dimensi pewahyuan: (1) wahyu yang berawal dari Nabi dipadukan dengan komunitas dan terus mentransmisikan kepada generasi-generasi berikutnya; (2) petunjuk ilahiyah untuk petunjuk bagi mereka yang sadar akan kehadiran-Nya dan berushakan memprektikan firman-Nya dalam kehidupan mereka.

  29 Sahiron Syamsuddin “Argumentasi Abdullah Saeed”..., hlm 82.

  Firman Tuhan Diluar Pemahaman Langit Level Pertama Manusia

  Ruh Fikiran dan Hati Nabi Level Kedua Dalam Habasa Arab

  Pemahaman Level Ketiga

  Manusia Aktualisasi oleh Komunitas Pertama (Konteks makro 1)

  Aktualiasasi Berkelanjutan dalam Sejarah Level Keempat

  Aplikasi dalam Konteks saat ini (Konteks makro 2)

  31 Berdasarkan penjelasan diatas, menurut Saeed pendekatan dalam

  Metode tafsir al- Qur’an dapat diklasifikasiakn menjadi 3, yaitu:

  (1) Pendekatan Tekstualis

  Pendekatan tekstualis merupakan suatu pendekatan dalam penafsiran al- Qur’an yang Mengikuti Teks dengan seksama dan mengadopsi pendekatan

  32

  literalistik terhadap teks. Kontekstualitas suatu teks, dalam pandangan kaum tekstualis lebih dilihat sebagai suatu wacana dalam konteks intrateks. Jadi pendekatan kontekstual cenderung bersifat kearaban, karena al-

  Qur’an turun pada masyarakat Arab. Yang artinya masyarakat Arab adalah audiens secara mutlak dan menjadi acuan proses penafsiran.

  Dengan demikian, pendekatan tekstualis biasanya analisisnya cenderung bergerak dari refleksi (teks) ke praktis (konteks) yang bersifat kearaban, yaitu penafsir tidak memiliki peran di dalamnya. (2) Pendekatan Semi-Tekstualis

  Kecenderungan pendekatan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan kelompok tekstualis. Prinsip-prinsip dasar tentang pandangan al- Qur’an dan orientasi metodologi penafsiran biasanya mengikuti kaum tekstualis. Termasuk pada linguistik dan penolakan pada sosio-historis yang terkait. Tetapi mereka berusaha mengemas dan menyajikan kandungan makna- makna al-

  Qur’an dalam ‘idiom’ dan bingkai modern, namun seringkali dalam diskursus yang apologetik (mempertahankan sesuatu secara

  33

  ilmiah). Mereka tidak memperhatikan persoalan tentang hubungan antara kandungan etika-legal al- 32 Qur’an dengan konteks sosio-historis. Sehingga

  Pendekatan tesktual arah gerak yang cenderung pada teks. Sifatnya menurun; dari teks ke konteks. Islah Gusmian, Khasanah Tafsir Indonesia; Dari Hermenutik Himgga Ideologi (Yogyakarta: LkiS, 2013),hlm 121. 33 Abdullah Saeed,

  Interpreting the Qur’an ; Towards a Contemporary Approach (London model interpretasinya cenderung menghakimi realitas kehidupan dan terkesan kaku.

  (3) Pendekatan Kontekstualis Kata kontekstualis diartikan dengan situasional. Jadi pendekatan kontekstualis ini adalah cara dalam menafsirkan suatu teks dengan pemaknaan yang melihat keterkaitan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang; dimana sesuatau dilihat dari sudut historis kemudian makna fungsional saat ini dan makna yang dianggap relevan di kemudian hari. Sehingga antara teks al-

  Qur’an dan penerapannya selalu berkaitan dan berkembang.

2. Klasifikasi ayat-ayat al-Qur’an

  Bagi Saeed, banyak dari sisi al- Qur’an yang memberikan kemungkinan terhadap keberagaman penafsiran dan hanya bersifat pemikiran semata. Selain kompleksitas kandungan al-