2. Pengertian Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING DI KELAS V SD NEGERI MENGANTI 4 CILACAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) belajar adalah

  berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Azwar (1996: 164) menjelaskan bahwa belajar dalam pengertian secara umun adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar menurut Sadiman (2012: 2) merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Berdasarkan pendapat diatas tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan sebagai wujud perubahan tingkah laku dari pengalamannya.

2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.

  Prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Prestasi menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil dari sesuatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Arifin (2011: 12) prestasi dalam bahasa Indonesia berarti usaha. Simpulan dari dua

  32

  8 pendapat diatas prestasi adalah hasil dari usaha seseorang dalam melakukan kegiatan.

  Menurut Arifin (2011: 12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pengembangan watak peserta didik. Hamdani (2011: 138) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Prestasi belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) memiliki berbagai faktor diantaranya : 1)

  Faktor Internal Faktor internal terdiri atas :

  a) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas faktor interlektif dan faktor non-intelektif. Faktor intelektif meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, sedangkan faktor non-intelektif meliputi faktor kepribadian yaitu suatu sikap, kebiasaan, kebutuhan dan kemandirian.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal terdiri atas : a) Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.

  b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

d) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

  Faktor spiritual dan faktor keamanan saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

  Berdasarkan pengertian prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah terjadi proses belajar yang dapat diketahui melalui evaluasi dan diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai rapor. Prestasi belajar dapat diwujudkan dalam bentuk hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui latihan atau pengalaman yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah.

3. Pengertian Kemandirian Belajar

  Kemandirian belajar berasal dari dua kata yaitu kemandirian dan belajar. Kemandirian berasal dari kata dasar mandiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mandiri adalah tidak tergantung pada orang lain, sedangkan kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Mandiri menurut 18 nilai karakter versi Kemendiknas (Suyadi, 2013: 8) adalah sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Mandiri dalam hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama atau kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggungjawab kepada orang lain. Zubaedi (2011: 75) menyatakan bahwa mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

  Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar sebagai sikap otonomi dimana seseorang terbebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Kemandirian belajar ditunjukkan ketika peserta didik mampu menyelesaikan tugas atau masalah belajarnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Upaya peserta didik dalam kemandirian belajar terlihat pada cara menyelesaikan masalah belajarnya sendiri dan tanggungjawab yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar. Hal tersebut akan berdampak baik apabila setiap peserta didik sadar akan kemampuan dan tanggungjawabnya.

  a.

  Ciri-ciri Kemandirian Belajar Chabib (Subliyanto, 2011) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu: 1) Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif. 2) Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. 3) Tidak lari atau menghindari masalah. 4) Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.

  5) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.

  6) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain. 7) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. 8) Bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.

  b.

  Pentingnya Kemandirian Belajar bagi Peserta Didik Menurut Desmita (2009: 189-190) menyatakan bahwa :

  Kemandirian belajar penting bagi peserta didik dalam proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek dan mencari bocoran soal-soal ujian). Gejala-gejala tersebut merupakan kendala utama dalam mempersiapkan individu- individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang semakin kompleks dan penuh tantangan.

  Erikson (Desmita, 2009: 185) kemandirian biasanya diawali dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggungjawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Berdasarkan enam uraian di atas, maka di sini dapat mengambil enam indikator untuk meningkatkan kemandirian siswa yaitu : 1) Dapat menemukan identitas atau nasib dirinya.

  Menurut KBBI identitas atau nasib dirinya adalah gambaran tentang jati diri seseorang. Contoh: siswa diberi pengarahan akan materi dan maksud yang akan diajarkan, sehingga siswa akan lebih memahami ke arah mana mereka melakukan proses pembelajaran. Pengarahan dari guru akan membantu siswa agar tidak mengalami kesulitan, karena sudah dijelaskan dari awal. 2) Memiliki inisiatif dan kreatif.

  Menurut KBBI, inisiatif adalah suatu kemampuan siswa dalam melakukan upaya awal, sedangkan kreatif adalah suatu kemampuan mewujudkan ide. Contoh: siswa dalam mengerjakan soal dari guru menggunakan cara sendiri atau strategi sendiri.

  3) Membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam bertindak.

  Menurut KBBI, pertimbangan-pertimbangan adalah bahan pemikiran seseorang.

  Contoh : dalam diskusi kelompok siswa mempertimbangkan hasil diskusi sesuai dengan jawaban yang mereka sepakati bersama.

  4) Bertanggungjawab atas tindakannya.

  Menurut KBBI, bertanggungjawab adalah berkewajiban untuk mengambil tanggungjawab. Manusia memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif yang bertujuan menunjukan tanggungjawab setiap gagasan, kata dan tindakan kita, apapun konsekuensi yang ditimbulkannya, kemampuan tanggungjawab untuk menguasai, mengontrol dan mengendalikannya sendiri. Kemandirian seseorang ditandai dengan adanya kecanderungan untuk mengambil sikap penuh tanggungjawab. Contoh : apabila siswa diberi tugas oleh guru, siswa tersebut langsung mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.

5) Mampu menahan diri atau kontrol diri.

  Menurut KBBI, kontrol diri merupakan kemampuan untuk melakukan proses atau cara serta perbuatan mengendalikan diri. Kontrol diri melibatkan ketekunan dan memelihara komitmen untuk jangka panjang. Contoh : siswa menerima kritikan atau nasehat dari guru maupun teman dalam proses pembelajaran.

  6) Dapat mengambil keputusan sendiri Menurut KBBI, keputusan adalah menentukan atau memutuskan.

  Mengambil keputusan sendiri dapat diartikan sebagai tindakan menentukan sesuatu yang diambil oleh individu. Contoh: ketika siswa diskusi dengan pasangannya, maka siswa mampu untuk mengambil keputusan dengan jawaban yang mereka ambil.

  c.

  Upaya-upaya Pengembangan Kemandirian Peserta Didik Desmita (2009: 190) upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya: 1)

  Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.

  2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan kegiatan sekolah.

  3) Memberi kebebasan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

  4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak. 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

  Berdasarkan upaya-upaya kemandirian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa keadaan mandiri akan muncul bila seseorang belajar dan sebaliknya kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak mau belajar. Kemandirian belajar dapat berkembang bila ada kemampuan siswa untuk belajar dengan kesadaran, melatih diri untuk disiplin, mampu mengerjakan tugas pelajaran sendiri tanpa bantuan orang lain.

4. Pengertian IPA

  a. Pengertian IPA Trianto (2009: 138) menjelaskan bahwa IPA hakikatnya mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara

  IPA dan agama merupakan dua sisi yang berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam suatu bidang kajian. Menurut Aly dan Rahma (2010: 18) menyatakan bahwa IPA adalah :

  Pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah. Jasin (2002: 1) menyebutkan bahwa Ilmu Alamiah (I.A) sering disebut sebagai IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Mengutip pendapat dari Jasin pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi anak didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu anak didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Berdasarkan pendapat ketiga penulis tersebut tentang IPA dapat dipahami bahwa IPA sebagai suatu kumpulan teori yang sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi anak didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi.

  b. Tujuan Rustaman dan Rustaman (Zubaedi, 2011: 293) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA selain untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya, juga ditujukan untuk :

  1) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

  2) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah sehari- hari.

  3) Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep- konsep IPA dan menumbuhkan nilai seta sikap ilmiah.

  4) Menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

  c. Ruang lingkup Menurut Eka (2013: iv) prinsip dasar pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagaimana ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

  (KTSP) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menumbuhkan keingintahuan dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pedidikan dasar dan menengah menyebutkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut : 1)

  Makhluk hidup dan proses kehidupan 2)

  Materi dan sifatnya

  3) Energi dan perubahannya

  4) Bumi dan alam semesta

5. Model Quantum Learning a.

  Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51) adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Suprijono (2011: 45) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah landasan praktik pembelajaran sebagai hasil penurunan teori-teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum di kelas.

  Berdasarkan pengertian model pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah konsep-konsep yang tersusun sistematis mencangkup strategi, pendekatan, metode dan taktik dalam pembelajaran. Pembelajaran IPA materi peristiwa alam dengan demikian menerapkan metode yang tepat adalah quantum learning, karena pembelajaran IPA khususnya peristiwa alam merupakan kegiatan belajar yang memerlukan sugesti yang dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif DePorter (1992: 14).

  b.

  Pengertian Model Quantum Learning Menurut DePorter (1992: 14) quantum learning dan quantum

  teaching merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Boby

  DePorter yang diilhami dari konsep sugestopedia dan belajar melalui berbuat. DePorter (1992: 15) menjelaskan quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.

  Quantum learning menurut DePorter (1992: 15) didefinisikan

  sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi.

  2 Persamaan ini ditulis E = mc . Tubuh kita secara fisik adalah materi.

  Menurut DePorter berkaitan dengan pembelajaran kuantum (Throboni dan Mustofa, 2011: 268) menyatakan bahwa tujuan kita sebagai pelajar adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

  Pembelajaran kuantum menurut Huda (2013: 195) memiliki sembilan konsep kunci dari berbagai teori dan stratergi belajar, yaitu sebagai berikut : 1) Teori otak kanan atau kiri.

  2) Teori otak triune (3 in 1). 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik). 4) Teori kecerdasan ganda. 5) Pendidikan holistik (menyeluruh). 6) Belajar berdasarkan pengalaman. 7) Belajar dengan simbol (metaphoric learning)

  8) Simulasi atau permainan. 9) Peta pikiran (mind mapping)

  Mengutip dari DePorter (1992: 14) quantum learning diaplikasikan untuk siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Quantum learning dapat disebut sebagai quantum learning dan tidak bisa lepas dari quantum

  

teaching, sedangkan menurut Biseri dan Soerjono (2014: 60) menyatakan

  bahwa penyajian model quantum learning merupakan model pembelajaran yang ideal sebab interaksi pendidik dengan peserta didik terjalin saling pengertian dan saling mempercayai.

  Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian model

  

quantum learning disimpulkan sebagai berikut: quantum learning

  menurunkan quantum teaching sebagai sebuah konsep yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Model quantum

  learning akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka

  dirancanglah konsep quantum teaching. Quantum learning mempunyai strategi quantum teaching untuk dipraktekkan di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan kiat-kiat, petunjuk dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Jadi,

  

quantum teaching diperuntukkan guru dan quantum learning

diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar.

  c.

  Manfaat Quantum Learning Menurut DePorter (1992: 13) manfaat quantum learning yaitu :

  1) Sikap Positif

  2) Motivasi

  3) Keterampilan belajar seumur hidup

  4) Kepercayaan diri

  5) Sukses

  d. Metode Quantum Learning Mengutip dari DePorter (1992: 14) quantum learning berakar dari upaya Dr.Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “suggestology” atau

  

“suggestopedia” . Istilah lain menurut DePorter dan Hernacki (2009: 14)

  menjelaskan bahwa dapat dipertukarkan dengan “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi kegembiraan.

  Prinsipnya adalah bahwa sugesti pasti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Menurut DePorter (Setiawan, 2010: 204) pembelajaran quantum

  learning pada prinsipnya bahwa: In principle, the learning process covers: 1) great participation of the students, 2) arousing the students interest and motivation, 3) building the students feeling of thogetherness, 4) arising and maintanig the students memory and 5) stimulating good listening power of the students .

  DePotter menjabarkan bahwa proses pembelajaran pada prinsipnya meliputi: 1) partisipasi yang baik dari siswa, 2) membangkitkan minat belajar dan motivasi belajar pada siswa, 3) membangun rasa nyaman dalam belajar pada siswa, 4) menumbuhkan daya ingat atau memori pada siswa dan 5) merangsang daya mendengarkan yang baik pada siswa.

  e. Langkah-langkah Penerapan Model Quantum Learning Menurut Huda (2013: 193) langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum learning adalah sebagai berikut : 1) Kekuatan ambak

  Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan.

  2) Penataan lingkungan belajar Proses belajar dan mengajar memerlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman.

  3) Memupuk sikap juara

  Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa.

  4) Membebaskan gaya belajarnya

  Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik.

  5) Membiasakan mencatat Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan. 6)

  Membiasakan membaca Membiasakan membaca sebagai salah satu aktivitas yang cukup penting dalam belajar, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.

  7) Jadikan anak lebih kreatif

  Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Sikap kreatif yang baik pada siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. 8)

  Melatih kekuatan memori anak Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

  f.

  Implementasi Quantum Learning Menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 282) implementasi quantum

  learning dalam pembelajaran melalui istilah TANDUR yang dapat

  disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan yaitu :

  1) Tumbuhkan Guru menumbuhkan minat siswa dengan mengajak siswa untuk belajar.

  Berdasarkan hasil kolaborasi antara guru dan observer dapat disimpulkan bahwa perlu penggunaan media video dan kliping.

  2) Alami

  Guru memberikan contoh sehingga siswa dapat memahami dengan baik. Misalnya melalui tugas kliping media cetak/elektronik pada siswa, sehingga siswa memahami dengan baik. 3)

  Namai Guru mengajak siswa untuk menyebutkan dan observer menggunakan kata dan kalimat yang mudah ditangkap oleh siswa.

  4) Demonstrasikan

  Guru mengajak siswa untuk melaksanakan dan mempresentasikan hasil diskusi dalam belajar.

  5) Ulangi

  Guru bertanya kembali kepada siswa tentang materi yang telah diberikan.

  6) Rayakan

  Guru memberikan pujian kepada siswa yang mampu mengerjakan tugas dengan baik dan memberi pendekatan terhadap siswa yang kurang fokus ke materi pelajaran. g.

  Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Learning Menurut Huda (2013: 196) menyatakan bahwa model quantum learning memiliki kelebihan, diantaranya sebagai berikut : 1)

  Quantum learning sebagai salah satu metode belajar yang memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2)

  Quantum learning sebagai salah satu metode belajar yang dapat menciptakan suasana menyenangkan pada proses belajar terutama dalam lingkungan belajar, sehingga menimbulkan motivasi pada diri siswa.

  3) Quantum learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) dan simulasi, misalnya : memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar maupun kreativitas siswa.

  Model quantum learning menurut Huda (2013: 196) memiliki kekurangan diantaranya sebagai berikut :

1) Memerlukan dan menuntut keahlian serta keahlian guru lebih khusus.

  2) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

  3) Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar dan fasilitas yang dijadikan prasyarat dalam quantum learning.

  Jadi dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

  

quantum learning adalah pembelajaran yang dapat menimbulkan motivasi,

sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa.

  Quantum learning merupakan pembelajaran yang menjadikan suatu proses

  pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa akan dapat memahami materi yang diajarkan. Proses pembelajaran yang demikian, lebih mengacu pada teori dari DePorter yang sudah sudah dibahas di atas yaitu dalam pelaksanaan menggunakan proses tanamkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR).

6. Materi Pembelajaran

  Menurut Sulistyanto dan Widoyo (2008: 171) perubahan yang terjadi secara alami disebut perubahan secara alami, sedangkan perubahan yang terjadi karena kegiatan manusia disebut perubahan karena aktivitas manusia. Peristiwa alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan gunung meletus yang terjadi pada suatu daerah dapat mengakibatkan dampak bagi makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan atau manusia. Salah satu peristiwa alam di Indonesia yang sering terjadi adalah banjir. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir diantaranya sebagai berikut.

  a. Membuang sampah pada tempatnya.

  b. Membersihkan selokan atau parit dekat rumah dari sampah sehingga aliran air menjadi lancar.

  c. Melakukan penghijauan di lahan-lahan kosong sebagai daerah resapan air.

  d. Melakukan penghijauan di hutan-hutan gundul (reboisasi).

  Dampak dari banjir yaitu selain pada manusia, banjir juga mengakibatkan tanaman-tanaman rusak karena tumbang atau terbawa arus banjir yang cukup deras. Padi terancam gagal panen karena sawah terendam air dan lingkungan menjadi kotorkarena lumpur dan sampah yang dibawa oleh banjir. Hewan-hewan pun harus diungsikan akibat terjadinya banjir. Jadi, peristiwa alam dapat mengakibatkan dampak bagi makhluk hidup bukan hanya manusia tetapi juga lingkungan, hewan dan tumbuhan.

7. Media Pembelajaran

  Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media dengan demikian merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut Gagne (Sadiman, 2012: 6) menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sedangkan Briggs (Sadiman, 2012: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Arsyad (2007: 4) mengemukakan bahwa media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud pengajaran media itu disebut media pembelajaran.

  Mengkaji teori pemilihan media menurut modus belajar mandiri Geagne dan Reiser (Sadiman, 2012: 88) mengemukakan bahwa dengan menggunakan media video akan membentuk sikap belajar mandiri. Menurut Hamdani (2011: 254) menyatakan bahwa video sangat tepat untuk mengajarkan materi dalam ranah afektif atau psikomotor. Berdasarkan dua pendapat di atas mengenai media video dapat disimpulkan bahwa media video dapat digunakan untuk pengajaran atau pendidikan sesuai dengan tujuan penggunanya, selain media video juga terdapat media cetak sebagai alat bantu pembelajaran.

  Arsyad (2007: 89) menyatakan bahwa media berbasis cetak yang paling umum dikenal adalah buku teks. Menurut Arsyad (2007: 90) buku teks dapat difungsikan sebagai pembelajaran berbasis teks yang interaktif dan mencangkup materi untuk belajar mandiri. Misalnya, melalui e-book dan kliping dapat dijadikan sebagai media berbasis teks dalam PTK. Media dalam proses belajar mengajar memiliki arti yang cukup penting. Proses belajar mengajar yang tidak jelas arah dan tujuannya dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kesulitan materi yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa dapat disederhanakan dengan menggunakan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Media memiliki peran yang cukup penting dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan media siswa akan lebih mencerna dan paham mengenai materi yang sedang diajarkan, dengan demikian diharapkan dapat mendorong semangat belajar siswa. Berdasarkan tiga pengertian media yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa media dalam pembelajaran memiliki peran yang cukup penting untuk membantu dan memperlancar jalannya proses pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang diajarkan dengan menggunakan media, sehingga dapat mengefektifkan proses pembelajaran.

  Jadi, media merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

B. Penelitian yang Relevan

  Biseri dan Soerjono (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Menciptakan Ruang yang Kondusif untuk Membangun Sugesti Siswa” menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Bligo Candi Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014 setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan model

  

quantum lerning . Hal tersebut terlihat dari hasil tes siklus I dan siklus II yang nilai

rata-ratanya meningkat, yaitu dari 61 menjadi 71,8.

  Penelitian Biseri dan Soerjono, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan model quantum learning. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Hasan Biseri dan Bambang Soerjono untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Bligo Candi Sidoarjo tahun pelajaran 2013/2014, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar IPA materi peristiwa alam di kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap tahun pelajaran 2014/2015.

  Jumadi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Siswa Materi Kenampakan Alam Melalui Model Quantum Learning Siswa Kelas IV SD Negeri Gebangsari 01 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011”.

  Berdasarkan perolehan hasil tes formatif yang selalu meningkat maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model quantum learning dan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV semester I SD Negeri Gebangsari 01

  Kecamatan Genuk Kota Semarang. Hal tersebut terlihat Hasil tes formatif siklus I dan siklus II mata pelajaran IPS dengan pokok bahasan kenampakan alam mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu dari 65,50 menjadi 90,02.

  Penelitian Jumadi, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan model quantum learning. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Jumadi untuk meningkatkan pemahaman siswa materi kenampakan alam melalui model quantum learning siswa kelas IV SD Negeri Gebangsari 01 Semarang tahun ajaran 2010/2011, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar IPA materi peristiwa alam di kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap tahun pelajaran 2014/2015.

C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan teori diatas pelaksanaan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menggunakan model quantum learning akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan berfikir siswa. Siswa pada usia SD memiliki daya berfikir yang sudah berkembang ke arah berfikir konkret.

  Piaget (Yusuf dan Sugandhi, 2011: 61) menjelaskan bahwa anak usia SD 7–11 tahun berada pada tahap operasional konkret, artinya tahap ini ditandai dengan kemampuan mengelompokan, menghubungkan, dan problem solving.

  Tahap selanjutnya tahap operasional yang sudah dapat mengabstrakkan pelajaran yang sudah diperoleh. Tujuan quantum learning pada proses pembelajaran akan meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa karena prosesnya dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan. Pada quantum learning juga diusahakan adanya media sehingga siswa akan semakin semangat dalam belajar. Ketertarikan dan kemandirian yang tinggi akan menimbulkan peningkatan dalam prestasi belajar IPA. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian pada mata pelajaran IPA melalui quantum learning sebagai berikut.

  Kurangnya kemandirian dan Kemandirian dan prestasi belajar di bawah KKM prestasi belajar siswa

  Kondisi awal rendah sehingga hasil belajar rendah.

  Siklus I : Kemandirian Guru menggunakan model dan prestasi belajar

  

Tindakan quantum learning dalam siswa meningkat dari

sebelumnya. pembelajaran peristiwa alam.

  Siklus

  II : Kemandirian dan prestasi Kemandirian dan belajar siswa meningkat setelah

  Kondisi akhir prestasi belajar siswa menggunakan model quantum meningkat dari learning. sebelumnya.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diperoleh hipotesis tindakan yaitu:

  1. Melalui quantum learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri Menganti

  4 Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015.

  2. Melalui quantum learning dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Menganti 4 Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PRAKTIKUM MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI BANJAR AGUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

9 79 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA GAMBAR MATA PELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SD NEGERI 2 KEMILING PERMAI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 55

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DAN SEQIP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

2 16 47

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI KALIMAT MAJEMUK SETARA MELALUI MODEL BELAJAR KELOMPOK PADA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME Sutini SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - View of Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI BANGUN SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 3 TERAS KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 20172018

0 2 15

PENINGKATAN BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN PERCOBAAN KELAS V SD 3 CENDONO DAWE KUDUS

0 0 23

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI KUTOWINANGUN 11 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN READING GUIDE PADA SISWA KELAS 4 DI SD NEGERI BALEAGUNG KEC. GRABAG KAB. MAGELANGTAHUN AJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 0 102

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM BESERTA DAMPAKNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS V MI BANSARI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository

0 2 184