Teknologi Informasi Dunia Broacasting indonesia

Dunia Broacasting

  Merujuk Proyek Repelita ke IV dengan jangka waktu 1984-1989 di era pemerintahan Presiden Soeharto, dimana dalam prioritasnya menekankan pembangunan disektor pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan sumber daya manusia menuju era industri. Pencanangan ini bukan tidak ada dasarnya dalam menentukan kebijakan publik yang berdampak pada kepentingan orang, karena kalau dikaitkan dengan repelita sebelumnya yaitu pada Repelita III di tahun 1979-1984 penekanan pembangunannya di arahkan pada terciptanya pembangunan industri padat karya dan peningkatan ekspor. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pada tahun itu pembangunanya diarahkan disegala bidang dengan jumlah proyek banyak disertai dengan pemberdayaan sumber tenaga kerja secara penuh .

  Pada era tahun 80-an inilah pemerintah Indonesia mencanangkan kata “modernisasi” dalam segala bidang kehidupan, tidak heran kalau tahun-tahun sekitar itu Indonesia sedang giat- giatnya membangunan peradaban baru dengan masuknya perangkat-perangkat teknologi mekanik di dalam industri baik skalabesar maupun kecil untuk keperluan peningkatan ekspor. Seiring dengan berjalannya waktu dan tanpa sadar modernissi dengan pengaplikasian beberapa teknologi baru yang berasal dari dunia luar itu menyapa dalam kehidupan sehari-hari sehingga lama-lama kita dibuat cerdas olehnya, dan secara tidak langsung kita telah diuntungkan dengan kehadirannya itu.

  Relung-relung kehidupan kita semakin dimanjakan dengan hadirnya teknologi elektronik di tengah-tengah kehidupan masyarakat hingga wacana modernisasi Indonesia semakin gegap gempita dikumandangkan dalam setiap kesempatan guna menyambut peradaban baru di Indonesia dengan berorientasi pada penerapan teknologi canggih dalam kehidupan modern, kesemuanya itu merupakan wujud nyata dari Repelita V di tahun 1989-1994. Pada tahun berikutnya peradaban Indonesia sudah menunjukkan perkembangan luar bisa, sejak bergulirnya modernisasi itu, telah merubah cara pandang dan pola hidup bangsa Indonesia yang sesungguhnya seperti cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, namun kenyataannya perubahan itu hanyalah menjadi jiwa-jiwa yang materialistik, instanis, konsumtif dan hedonis.

  Berbagai macam ketimpangan menggeliat dipermukaan , merupakan dampak dari modernisasi yang tidak diimbangi dengan kematangan ideologi pancasila dalam jiwa setiap warga negara Indonesia, melainkan hanyalah wacana semangat belaka sebagai slogan dalam setiap kesempatan hingga hanya melahirkan masyarakat yang sakit etika dan moral dalam bungkus replika kehidupan dunia barat yang jelas-jelas beda ideologinya itu.

  Namun apa dikata hitungan detik terus berputar mengiringi pernik-pernik peradaban baru Indonesia sedang bersolek kesana-kemari tanpa arah dan tujuan, apalagi memikirkan rakyatnya

  Broadcasting Dakwah 3

  Dari paparan diatas, dapat dikatakan bahwa peran teknologi elektronik yang datang dari dunia luar dan membudaya di dalam masyarakat Indonesia begitu besar peranannya, Karena keberadaan itu pada dasarnya adalah membantu kemudahan manusia untuk menjalankan kehidupan dengan kualitas lebih baik dari sebelumnya. Kita semua tahu bahwa kemunduran Soeharto sebagai presiden RI waktu itu telah disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi, termasuk TVRI dan ditonton oleh jutaan pasang mata rakyat Indonesia yang ada di depan layar televisi, itu semua membuktikan bahwa keberadaan televisi sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia.

  Kita semua mengakui bahwa teknologi dunia barat lebih maju, dan apa salahnya kalau kita mencontoh dan mempelajarinya hingga dapat mengaplikasikannya untuk membangkitkan semangat membangun negerinya sendiri. Kita lupa bahwa yang kita pelajari itu adalah perangkat teknologinya, tetapi kita buta menafsirkannya hingga semua yang datang dari luar ditelan mentah-mentah tanpa di kaji baik dan buruknya dikarenakan adanya perbedaan ideologi yang membedahkan dari mereka. Sekarang telah terlihat bagaimana wajah peradaban Indonesia hingga sekarang…?, jawaban saya adalah dari aspek teknologinya lumayan oke, namun dari aspek budayanya itu sekarang menjadi ruwet… koyok benang bundeli tur dicampur ambek tumpukan mie godok sing becek… akeh duduhe…, akhire males metani siji-siji… wis diguwakae mesisan… lho opo iki kok ngelantur…!!!. Budaya Indonesia yang seharusnya dijiwai Pancasila itu tumbuh dalam setiap warganya, sekarang sudah mulai terkontiminasi dari berbagai macam budaya antar bangsa yang setiap menit masuk ke dalam jiwa melalui relung-relung jaringan cyber virtual digital dan akan terus meracuninya, apabila hal ini tidak ada antibody yaitu tentang pemaknaan isi Pancasila secara konsekuen dan konsisten dalam jiwa warga Indonesia, maka kita hanyalah akan menjadi “orang yang hilang jati dirinya” sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan jiwa dan pandangan hidup bangsa tidak lain dan tidak bukan adalah Pancasila…!!!

  Teknologi dalam dunia komunikasi di Indonesia sudah mulai menampakkan diri sejak satelit palapa diluncurkan pertama 8 Juli 1976 oleh roket Amerika Serikat walaupun kita masih mendompleng kendaraannya. Dengan keberadaan satelit ini maka komunikasi menjadi mengglobal hingga kita bisa berkomunikasi antar negara. Dari perspektif dunia televisi satelit ini sangat penting untuk mentransfer data dari tempat satu ke tempat lainnya dalam jagat raya ini. Segala macam peristiwa yang ada dalam belahan dunia dapat kita lihat dalam waktu yang sama dengan jedah beberapa detik saja.

  Televisi Republik Indonesia telah melakukan hal itu untuk masyarakat Indonesia pada waktu itu ketika masih jagonya televisi, harap maklum karena televisi pada era 70-an masih langkah dan barangnya mahal hanya orang-orang tertentu memilikinya. Dan keluarga paspas

  Broadcasting Dakwah 4

  penyiarannya memang kala itu memakai sistem penyiaran versi UHF. Dari program siaran kedua stasiun televisi tersebut dimana dalam melangsungkan penyiarannya itu telah memiliki strategi dalam perencanaan programnya, melalui gebrakan acara-acaranya lebih menarik, hingga massa TVRI tersedot oleh kedua stasiun baru tersebut. Dari kesuksesan inilah akhirnya para pemilik modal memutar strateginya untuk meniru cara bisnis baru yang dilakukan oleh RCTI dan SCTV hingga beberapa tahun kemudian Indonesia kebanjiran dengan kelahiran televisi- televisi baru seperti yang anda saksikan sekarang ini dengan jumlah banyak sekali baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.

  Kita tahu sekarang ini bahwa keberadaan televisi dengan kekuatan gambar sebagai penggeraknya itu sudah tak bisa dilepaskan dari kebutuhan hidup masyarakat dewasa ini. Begitu besarnya peran serta televisi dalam memodernisasi masyarakat hingga masyarakat bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi televisi menjadi sarana pembelajaran dan penambah wawasan ilmu pengetahuan serta sebagai motifator berpikir hingga masyarakat menjadi cerdas dalam menyikapi segala ketimpangan yang divisualisasikan oleh televisi melalui dinamisasi peristiwa-peristiwa dalam wilayah Indonesia bahkan samapai kepelosok jagat raya menyinggahi keragaman peristiwa antar negara dalam biasan kotak kecil beritelijen tinggi yang namanya televisi itu.

  Dalam operasionalisasi penyiran televisi selalu tak lepas dari kamera video dan sistem video yang dipakai dalam mengirim gambar-gambar hingga sampai di layar monitor di hadapan kita ketika sedang menonton para anggota DPR RI sedang adu jotos antar anggota dewan dalam sidang paripurna itu… dari situ akhirnya kita ngakakkakkk… dan berteriak … wwee….uuueeeedddaaaannnn tenan… kuwi… sambil makan nasi kuning hasil kiriman tetangga yang sedang mengadakan selamatan. Begitu pentingnya keberadaan kamera video dalam menjalankan penyiaran televisi hingga keberadaannya merupakan alat utama yang berfungsi mengendalikan lancarnya sistem penyiaran publik itu. Maka kita perlu mengetahu secara detil tentang kamera video dan sistem video berdasarkan peredaran produk tersebut di lingkungan masyarakat baik untuk sistem penyiran ataupun untuk keperluan pribadi atau keluarga.

  Dalam membicarakan karya audio visual entah itu dalam bentuk film, program acara televisi misalnya program acara berita semacam Liputan Enam keluaran SCTV, program acara non fiksi seperti Indonesia Idol persembahan dari RCTI, program acara fiksi dengan acara unggulannya sinetron Markonah Kehilangan Cinta produksi dari BONEX TV bahkan acara- acara semacam video clip sampai iklan televisi dengan durasi pendek itu, semuanya perlu sarana untuk memproduksi karya-karya yang telah dijelaskan di atas. Dalam menyiapkan sebuah produksi karya audio visual selalu mengikuti aturan-aturan baku yang sudah disepakati dari kalangan komunitas film atau televisi, yaitu harus melalui 3 tahapan produksi diantaranya adalah

  Broadcasting Dakwah 5

  awal ini, misalnya menyiapkan cerita sekaligus skenarionya, menyiapkan peralatan pendukung seperti kamera, lighting, property dan masih banyak lagi. Supaya pembicaraan terfokus pada satu topik seperti judul di atas, maka pada ulasan kali ini akan dibicarakan tentang kamera video dari pengertian, sistem sampai pada jenis-jenisnya. Disamping itu kita akan melacak bagaimana sistem video dics itu beredar di Indonesia pada masa munculnya modernisasi yang membawa perangkat teknologi itu hingga sampai sekarang ini. Penjelasan selengkapnya dapat di uraikan sebagai berikut Sebelum mengetahui secara jelas tentang kamera video, terlebih dahulu dipahami apa itu video?

A. Pengertian Video

  Video dapat diartikan suatu gabungan dari beberapa gambar mati dengan jumlah ratusan mungkin ribuan atau bahkan jutaan jumlahnya yang dibaca secara teratur dan berurutan dalam satuan waktu dengan kecepatan tertentu. Gabungan dari deretan gambar-gambar dengan jumlah banyak tersebut disebut Frame, sedangkan kecepatan untuk membaca dalam deretan gambar- gambar yang berada dalam videofilm disebutFrame Rate dengan satuannya disebut fps (frame per second). Karena rangkaian deretan gambar-gambar itu diputar dengan kecepatan tinggi, maka timbulah suatu ilusi gerak yang halus hingga gambar mati tersebut berkesan hidup seperti nyata, makin besar nilai frame rate suatu video atau film, maka semakin halus pergerakan gambar yang ditampilkan.

B. Pengertian Kamera Video

  Kamera adalah sebuah peralatan elektronis dapat merekam suatu gambar. Jadi kalau dikaitkan dengan pengertian video, maka akan menjadi pengertian baru yaitu sebuah peralatan elektronis dapat merekam gambar dalam jumlah tertentu hingga nantinya terdapat ilusi gerak dari gambar yang direkamnya. Pengertian ini menegaskan bahwa kamera video dapat merekam dengan kecepatan waktu tertentu pada obyek entah benda, binatang atau orang hingga hasil rekaman tersebut menimbulkan deretan gambar-gambar saling berkesinambungan. Apabila hasil rekaman tersebut diputar ulang maka akan timbul suatu ilusi gerak yang mencerminkan kesan hidup dalam suatu realita imajinatif dengan hasil sama betul terhadap obyek yang direkamnya. Di dalam sistem kamera video, tentunya ada bahan untuk menyimpan hasil rekaman itu. Bahan untuk menyimpannya adalah berupa kaset, tentunya kaset berformat video bukan kaset audio tape. Teori sistem kamera video ini akan bekerja ketika rekaman dimulai dan pada saat yang bersamaan kaset akan berputar dalam kecepatan tertentu guna menyimpan hasil rekaman yang telah dilakukan. Bentuk kaset yang dipakaipun bermacam-macam berdasarkan jenis kameranya. Pada perkembangan teknologi berikutnya penyimpanan tidak hanya dalam bentuk kaset saja

  Broadcasting Dakwah 6

C. Jenis Kamera Video

  Berbagai macam jenis kamera video yang beredar di tengah masyarakat. Keragaman jenis kamera tersebut disebabkan karena perkembangan teknologi yang terus bergulir hingga berdampak pada proses pembuatannya. Berikut ini akan diuraikan macam-macam jenis kamera video dari mulai pertama video dimunculkan hingga detik ini dengan membawa kecanggihan teknologi terbarunya. Berikut ini adalah uraiannya

1. Kamera Video 8

  Kamera jenis ini merupakan kamera pertama diluncurka ke pasaran guna untuk keperluan keluarga. Bentuk yang di keluarkan itu lebih dikenal dengan istilah Handycam. Kamera jenis ini tergolong Analog, nama lain dari kamera jenis ini juga bisa disebut dengan video 8, kata ini diambil dari ukuran lebar pita kaset sebagai bahan untuk merekam gambar yaitu berukuran 8mm. konsumsi kamera jenis ini hanya untuk kebutuhan rumahan artinya sasaran pengguna sebatas lingkungan keluarga guna keperluan khusus misalnya wisata, ulang tahun, khitanan atau pernikahan. Bentuknya memang kecil, ramping, ringan dan pas ditangan. Kualitas gambar yang dihasilkan kamera ini sangat terbatas untuk pembuatan video berformat VCD yang mempunyai frame size 320 pixel X 240 pixel. Gambar ukuran frame ini hanya bagus di tonton di televisi 14″ kalau ditonton telivisi 29″ ke atas gambarnya tidak begitu bagus. Beberapa versi melengkapi sistem audionya dari mono menjadi stereo dan juga dilengkapi dengan layar LCD guna kemudahan dalam mengendalikan perekaman obyek maupun saat ingin memutar ulang hasil rekaman. Sebuah perusahaan elektronik yang paling banyak megeluarkan berbagai macam type adalah merek Sony, meskipun merek lain mencoba memproduksinya diantaranya Panasonic, JVC, Samsung, Philips dan Sanyo.

  Broadcasting Dakwah 7

  Video Camera pertama beredar ke pasar dengan sasaran kebutuhan pribadi atau keperluan rumahan dengan teknolgi terbatas, walaupun dengan keterbatasannya itu ternyata penjualannya laku keras, sehingga produsen memperbaruinya dengan menambah vitur audio menjadi stereo serta layar LCD guna mengendalikan waktu perekaman obyek dan pemutaran hasil rekaman

2. Kamera Video 8Hi

  Pada era tahun 80an video rumahan sudah mulai marak kebutuhan, Banyak para keluarga yang sudah cukup penghidupannya melengkapinya dengan kamera ini sebagai sarana hiburan

  Broadcasting Dakwah 8

  Broadcasting Dakwah 9

  maupun organisasi termasuku lingkungan perusahaan, maka Group Sony Corporation mengeluarkan type Digital 8 dengan memperbaiki kualitas gambar berukuran lebih besar dari pendahulunya serta dilengkapi dengan i-links yaitu koneksi digital ke komputer melalui fire wire. Koneksi digital ini mempunyai kemampuan daya transferdata dengan kecepatan tinggi per detiknya jauh lebih sempurnah daripada sistem analog yang masih menggunakan sistem koniksi komposit yaitu yang terkenal dengan koneksi kabel model 3 bagian kuning untuk gambaratau video dan merah – putih untuk suara atau audio stereo sedangkan mono hanya 2 kabel kuning untuk gambar atau video dan putih untuk suara atau audio.

  Broadcasting Dakwah 10

  Kamera Video Digital 8 merupakan generasi handycam yang menggunakan sistem keneksi digital, dimana keberadaannya sangat membantu mempermudah dalam proses pengeditan video dengan menggunakan sistem berbasis komputer, karena daya pentransferan data lebih cepat daripada versi sebelumnya

4. Kamera Video VHS

  Kamera jenis ini termasuk kamera profesional berformat analog, di era 90 an kamera ini

  Broadcasting Dakwah 11

  video oleh stasiun televisi, meskipun ada beberapa Video Player yang mendukung khusus kamera Betacam yang menjadi standard video broadcast sebelumnya. Beberapa versi melengkapinya dengan vormat S-VHS. Kualitas gambar lebih baik dari kamera handycam yang belum versi digital. Di dalam studio televisi juga disediakan pemutar atau player dan recorder khusus untuk pengeditan hasil rekaman gambar yang akan ditayangkan nanti atau dalam proses pemutaran siaran. Palyer ini hanya untuk keperluan penyiarn atau studio semacam Production House gitu … deh dan harganya sangat mahal jadi jarang untuk orang umum atau runahan yang memakainya.

  Broadcasting Dakwah 12

  Broadcasting Dakwah 13

  Broadcasting Dakwah 14

  Broadcasting Dakwah 15

  Broadcasting Dakwah 16

  Broadcasting Dakwah 17

  Kamera video VHS adalah kamera video profesional dengan format analog, dimana keberadaannya sebagai andalan para jurnalis televisi swasta Indonesia pada era tahun 90-an, seperti stasiun televisi dengan program beritanya seputar Indonesia dan setahun kemudian diikuti dengan berdirinya stasiun televisi dengan nama SCTV hingga munculnya televisi-televisi swasta lainnya

5. Video Player dan Recorder Betamax

  Kahadiran video player Betamax di Indonesia ketika terjadi perpindahan teknologi televisi dari awalnya televisi hitam putih yang dikendalikan penyiarannya oleh TVRI menjadi televisi berwarna. Sejak berdirinya TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962 dengan program acara pertamanya penayangan upacara peringatan 17 Agustus 1962 HUT ke 17 di Istana Negara dan meliput siaran Asean Games yangdiadakan di kota Jakarta dimana gambar-gambar yang ditampilkan di layar kaca adalah hitam putih. Sejak dikeluarkannya televisi berwarna dipasaran maka sistem penyiaran televisi ikut mengalami perubahan peralatannya juga dari hitam putih ke berwarna. Perubahan televisi berwarna ini merupakan hal yang fenomenal, dimana masyarakat menyambutnya dengan gembira.

  Namun kemunculan televisi berwarna tersebut hanya mampu dibeli khusus masyarakat yang perekonomiannya ke atas, masyarakat menegah ke bawah masih mengandalkan hitam putih, dikarenakan harganya cukup mahal, hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya. Seiring berputarnya waktu dan membaiknya perekonomian televisi berwarna sudah mulai banyak dimilki oleh masyarakat dan ini terjadi di era tahun 80-an, maka video player rumahan diluncurkan dengan sasaran utama adalah masyarakat menengah ke atas. Kehadiran Video player berformatkan betamax itu merupakan sarana hiburan tersendiri jika TVRI tidak mengudara, karena jam siarannya dibatasi pada jam-jam tertentu.

  Kehadiran video player ini dimanfaatkan oleh perusahaan media bernama CASA Video Vision, untuk merekam dan merilis film-film yang beredar di era tahun 80-an baik film luar maupun film Indonesia yang pada waktu itu lagi jaya-jayanya melakukan produksi dan pemutaran di gedung bioskop diseluruh Indonesia. dampak dari hal itu maka munculah rental- rental video yang melayani peminjaman atau persewaan video di berbagai kota. keberadaan

  Broadcasting Dakwah 18

  studio shooting dengan melayani penyutingan acara-acara keperluan keluarga, organisasi ataupu kantor pemerintahan. Begitulah perjalanan video player Betamax dalam mengabadikan setiap kegitan di masyarakat di era tahun 80-an. Sebuah perusahaan yang memasuk peralatan ini dan menguasai peredarannya di Indonesia adalah Sony Corporation melalui brandnya SONY.

  Broadcasting Dakwah 19

  Broadcasting Dakwah 20

  Broadcasting Dakwah 21

  Broadcasting Dakwah 22

  Broadcasting Dakwah 23

  Pergantian sistem televisi menjadi berwarna merupakan hal yang luarbiasa hingga berdampak pada keluarnya sistem video player Betamax dan disusul dengan penyempurnaan sistem record hingga dikeluarkannya kamera video berformat Beta sebagai sarana perekaman acara keluarga yang hasilnya nanti dapat dilihat sendiri melalui video player dengan mengkoneksikan ke layar televisi

  6, Kamera Video Betacam

  Kamera Betacam adalah keluaran dari perusahaan elektronik Sony Corporation, yang dikeluarkan pada tahun sekitar 1980 dengan seri Betacam SP. Kamera jenis ini diproduksi bukan utnuk keputuhan keluarga atauorganisasi melainkan untuk kepentingan industri media khususnya dunia televisi atau penyiaran televisi. Kamera ini bentuknya besar dan berat apalagi harganya bisa ratusan juta rupiah. Istimewanya kamera format Betacam adalah dipakai standard penyiaran televisi pada era tahun 80an, termasuk stasiun televisi yaitu TVRI. Seluruh acara penyiaran televisi perekamannya dengan menggunakan kamera jenis ini.

  Mengapa kamera ini dipakai sebagai standarisasi penyiaran televisi, hal itu resolusi yang dihasilkan adalah 600 garis horizontal televisi dengan Bit Rate 25 Mbps. penegasan ini menerangkan bahwa resolusi yang dihasilkan sudah melebuhi batas dari garis televisi. Perlu diketahui bahwa gambar yang keluar dari layar televisi dalam keadaan normal adalah 625 garis horizontal televisi untuk penyiaran bersistem PAL dan 525 garis horizontal televisi untuk penyiaran bersistem NTSC. Karena Televisi Indonesia memakai sistem penyiarannya adalah

  Broadcasting Dakwah 24

  Broadcasting Dakwah 25

  Broadcasting Dakwah 26

  Broadcasting Dakwah 27

  Broadcasting Dakwah 28

  Kamera Betacam merupakan kamera yang dijadikan standarisasi penyiaran televisi di Indonesia mulai tahun 80-an walaupun masih dalam format analog, namun kualitas yang dihasilkan mendekati dari garis horizontal televisi hingga versi berikutnya dilengkapi dengan sistem digital. Dari situlah format Betacam menjadi andalan dalam penyiapan siaran maupun dalam menyimpanan video

7. Video Laser Disc Player

  Memasuki era tahun 90-an Indonesia dalam bidang audio visual sudah memasuki teknologi digital. diawali dengan masuknya teknolgi audio CD dimana keberadaannya telah menggeser teknologi audio sebelumnya yaitu kaset. Audio berformat kaset pada era tahun 80-an sudah menjamur di tanah air, berbagai macam produksi rekaman seperti musika studio, JK record,

  Broadcasting Dakwah 29

  Polisipun menertipkannya. Demikian juga dengan produk kecil yang bisa di bawah kemana- mana semacam Walkman laku keras di pasaran khususnya anak muda Indonesia pada masa itu yang kemasukan dari gaung modernisasi. Begitu teknologi digital masuk di pasaran, maka semua yang bersifat analog dalam dunia elektronik, lama-kelamaan di tingaalkan hingga akhirnya menghilang dari pasar menjadi barang loakan. Masa era tahun 90-an adalah era perkembangan yang luar biasa di Indonesia dalam bidang audio visual. Hampir satu dekade dunia audio visual di Indonesia berturut-turut mengalami perkembangan yang draktis, hampir tiap tahun selalu saja ada pembaruan dari mulai televisi, hifi, kamera sampai ke video disc.

  Setelah teknologi audio memasuki era digital dengan produk keluarannya Audio CD semacam CD Player yang digabung dalam kemasan mini compo atau hifi juga keluar discman pengganti dari wlkman, maka produk audio visualnyapun ikut berbenah diantaranya munculah dipasaran bernama Laser Disc. Kemunculan Video digital ini sekitar tahun 1993, walaupun produk itu sendiri di luaran yang dibeli lisensinya oleh Pioneer Electronics sekitar akhir 1980-an. Laser Disc menjadi mainam atau hiburan baru setelah menggeser keberadaan video player Betamax. Kualitas gambar dari Laser Disc ini jauh lebih sempurna ketajamannya dari pada gambar Video player Betamax itu sendiri. Demikian juga dengan kualitas suaranya setara dengan teknologinya Audio CD. Dari keunggulan gambar dan suara itulah akhirnya video player Betamax ditinggalkan bahkan dipasaran di jual obral kayak kacang goreng saja. Karena Produk Laser Disc yang dijual di pasaran Indonesia adalah memakai sistem NTSC, dan televisi yang menjadi jalur pentransferan gambar dari Laser Disc itu, maka televisi mengalami perubahan sistem juga. Sebelum kedatangan Laser Disc, televisi yang dipasarkan di Indonesia adalah bersistem PAL baik sistem penyiaran televisi maupun sistem Video player yang waktu itu dimonopoli oleh Betamax keluaran dari SONY.

  Untuk memenuhi kebutuhan dari peredaran Laser Dics, maka dipasarkan juga televisi yang mampu menyalurkan berbagaimacam sistem diantaranya sistem Pal, NTSC dan Secam menjadi satu fungsi hingga keluarlah televisi berformat Multi Sitem. Dalam perkembangannya televisi ini terus mengalami pembaruan misalnya keluar teletex, bilingual suara yang bisa dipindah-pindah berdasarkan film yang diputar televisi. film yang menggunakan fasilitas bilingual kebanyakan film impor yang diputar oleh stasiun televisi diantaranya film mandarin. dan yang mengejutkan adalah hadirnya televisi flat telah menggeser televisi model lama. Keistimewaan televisi flat ini adalah keredupan cahaya yang dipancarkan dari televisi, sehingga kalau menonton lebih lama mata tidak mudah lelah. berkemdabgan televisi dengan evolusinya itu, akan terus bergulir hingga memasuki tahun 2000-an sasat millenium ke 3 itu dikumandangkan.

  Dengan dipasarkanya televisi multi sistem dengan berbagau varian itu, maka masyarakat rame-rame mengganti televisinya supaya Laser Disc yang mereka beli dapat ditayangkan.

  Broadcasting Dakwah 30

  inginkan sudah disewa orang…yyaaaa…apes deh…akhirnya nyewa ndangdutnya Mansyur. S saja, sambil goyang-goyang di rumah. Begitulah keberadan dari kehadiran hiburan digital pertama format gambar di Indonesia dengan disambut meriah oleh masyarakatnya, karena pada dasarnya dapat menghibur hati yang sedang tergores karena ceweknya digondol orang alias minggat… dari pada susah-bunuh diri… lebih baik menghibur diri berkaraoke dengan si Raja Dangdut

  lagu…eeeee…lari

  pagi…tua…muda…semua…eeeee…terusno dewe…

  Broadcasting Dakwah 31

  Broadcasting Dakwah 32

  Broadcasting Dakwah 33

  Broadcasting Dakwah 34

  Kehadiran peralatan elektronik dalam sistem digital semacam CD, Discman, Laser Disc di pasaran masyarakat Indonesia merupakan babak baru Dunia Audio dan Audio Visual l Indonesia yaitu masa transisi sistem dari analog menuju digital. Keberadaannya merupakan

  Broadcasting Dakwah 35

  gambar hasil liputan yang dipandu dengan peralatan semacam mixer yang bisa mengendalikan gambar mana yang direkam serta pemberian efek transisi.

  Peralatan ini juga dimanfaatkan oleh para pemain video shooting untuk keperluan acara keluarga semacam pernikahan, ulang tahun serta acara dari perusahaan melalui pemesanan pada Studio Production tertentu. Perusahaan yang bermain dalam Video Player dan Recorder VHS cukup banyak diantaranya Panasonic, JVC, Toshiba, Sanyo dan ironisnya Sony yang menguasai pasar Video Player Betamax di Indonesia pada waktu itu, kini turut bermain juga dengan mengeluarkan Video Player dan Recorder. Karena peredaran Video Player dan Recorder VHS berhasil dipasaran maka beberapa importir mendatangkan film-film berformat VHS ke Indonesia lengkap dengan bandrol resminya. Melihat peredaran film berformat VHS itu, maka rental-rental yang menyewakan Laser Dics melengkapinya dengan format VHS.

  Tetapi dalam perjalanannya oleh para pedagang yang bermain dalam elektronik itu rame- rame merekam film, konser musik, karaoke ke dalam format VHS dengan menggunakan Video Player dan Recorder VHS yang dikoneksikan dengan Laser Dics sebagai sumbernya, setelah itu dipasarkan secara ilegal atau semacam bajakan gitu deh…Diluar dugaan ternyata hasil rekamannya bagus , gambarnya serta suarnya hampir menyerupai kualitas Laser Disc, ini semua tergantung dari kualitas Video VHS yang menjadi perekamnya. Dari peredaran film-film berformat VHS itu akhirnya rental-rental yang menyewakan Laser Disc mulai mendapat persaingan, karena dari harganya hampir sama dengan sewa, beberapa orang mengatakan lebih baik beli VHS tetapi milik sendiri dari pada menyewa dan terikat oleh waktu kalau terlambat mengembalikan kena dendakan… walaupun itu original, tapi perbedaanya tak seberapa banyak kok. Dalam perkembangan berikutnya Pabrik televisi menggabungkan Televisi dengan Video Player dan Recorder VHS dalam satu desain kemasan seperti yang dilakukan oleh Sony. Bagi yang mengirit biaya pembelian tentunya akan memilih model ini, istilah populernya adalah “TWO IN ONE”. Perkembangan berikutnya perusahaan lewat pabrikan brandnya telah menyempurnakan ketajaman gambar dengan mengeluarkan seri Super VHS atau disingkat dengan S-VHS.

  Video ini dilelengkapi juga koneksinya ke TV menggunakan kabel khusus berformat S- VHS, tentu saja televisinya juga harus seri baru dengan tambahan khusus koneksi S-VHS juga. Jika mengunakan televisi tanpa ada koneksinya S-VHS maka harus mengunakan adaptor kabel yang beda kedua ujungnya, misalkan ujung yang ke televisi mengunakan RCA sedangkan ke video memakai S-VHS. Koneksi kabel ini bagus terpbungkus dalam satu kabel dibandingkan model sebelumnya yaitu kabel RCA yang terdiri dari 3 warna kuning untuk videonya sedangkan merah-putih atau merah hitam adalah untuk suara stereonya.

  Broadcasting Dakwah 36

  Broadcasting Dakwah 37

  Broadcasting Dakwah 38

  Broadcasting Dakwah 39

  Video Player dan Recorder VHS yang dikeluarkan oleh bererapa brand itu telah mendukung dalam perekaman video, khususnya penyiaran televisi untuk meliput pemberitaan. adalah diluar dugaan bahwa keberadaan Video Player dan Recorder VHS ini mendapat sambutan dari masyarakat untuk mendokumentasikan dengan cara merekamnya melalui film-film piringan Laser Disc dari mereka sewa melalui rental itu menjadi koleksi pribadi dengan kualitas hampir mendekati kesempurnaan

9. Video Compact Disc Player

  Perkembangan teknologi digital terus mengalami kemajuan hingga akhir tahun 90-an sampai ke tahun 2000 ke depan. Perkembangan itu tidak saja dari sisi video player digital saja tetapi dalam tata audio juga mengalami perkembangan yang luar biasa hingga player digital dengan perangkat audio itu bisa disetarakan dengan gedung bioskop. Ketika perusahaan Amerika lewat Lucas Films Ltd menyetujui lisensinya pada produk elektonik untuk konsumsi rumahan itu, maka hadirlah audio dengan lebel THX tersebut ke dalam perangkat elektronik untuk pasar konsumen rumahan, sehingga hifi yang dipasarkan telah mensuport tata suara THX dalam produk hifinya.

  Dalam perkembangan berikutnya reciver THXpun dikeluarkan dipasaran lengkap dengan speaker setnya. Dari situlah lahir istilah Home Theater pada seri-seri elektronik dalam masyarakat Indonesia. Kehebatan tata suara ini adalah suaranya menyebar, sehingga kalau kita menonton sebuah film dan duduk di tengah ruangan tersebut, seolah-olah kita menyatu dengan film yang ditontonnya. Dari beredarnya tata suara THX ini akhirnya tata suara stereo yang sebelumnya eksis itu mulai diremehkan bagi pecintah film-film yang diproduksi oleh Amerika itu. Istilah Home Theater makin eksis di pasaran Indonesia ketika Video Compact Disc Player atau disingakat dengan VCD ini diluncurkan dipasaran. Kemunculan VCD ini dinilai praktis dalam penyajian atau penampilannya. Ukuran yang lebih kecil dari Laser Disc ini dinilai oleh banyak kalangan lebih enak dibawanya karena ukuranya sama dengan Audio CD yang sempat beredar sebelumnya. Dari ukuran gambar frame yang dihasilkan gak jauh berbeda yaitu dengan frame 352 x 240 untuk sistem NTSC sedangkan untuk Pal 352 x 288. Dari peredaran VCD palyer itu, maka ramailah film-film, musik dngan berbagai macam jenis diformat dalam bentuk VCD yang didatangkan oleh importir dari luar lengkap dengan hrga label resmi pemerintah yang berstiker PPN.

  Dengan hadirnya film-film, musik dalam bentuk VCD ini para rentalpun semakin pusing dalam menjalankan usahanya, karena harus mengupdate ke dalam format tersebut, sementara stock film atau musik VHSnya tinggal menunggu nasib dan lama-lama dijual obral…begitu diobral gak laku juga…aaaa… bakar saja…!!! beres. Kepandaian para pialang yang bermain

  Broadcasting Dakwah 40

  Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba dan produk korea masuk juga seperti Samsung. Produk elektronik mengalami harga rendah hingga dapat dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah, ketika produk China itu hadir dipasaran Indonesia dengan beragam merek. Begitu kuatnya keberadaan VCD dengan keragaman bentuk telah telah memasyarakat ke dalam relung- relung kehidupan, pada hal pada waktu itu Indonesia lagi benar-benar kena dampak dari krisis moneter hingga dolar Amerika melambung tinggi yang berdampak pada naiknya harga produk elektronik kelas wahid menjadi tinggi selangit.

  Anehnya walaupun terjadi krisis tersebut, tetapi masyarakat sangat antusias ingin memilikinya, walaupun sederhana bentuknya, hal tersebut karena didukung dengan beredarnya fasilitas perkreditan yang membantunya pada toko elekronik tertentu dengan menerapkan fasilitas kredit dalam transaksi penjualannya. Efek lain juga menerpah nasip Perfilman Indonesia dimana pada era tahun 80-an masih dalam jaya-jayanya melakukan produksi film untuk kalangan masyarakat Indonesia sendiri, namun dengan kehadiran VCD itu, keberadaan Gedung bioskop sebagai sarana perputaran film Indonesia akhirnya kandas ditengah jalan, gedung- gedung biaskop menjadi sepi… dan berakhir dengan tutup…digantikan dengan show room kredit motor, kesemuanya itu habis ditelan derasnya arus modernisasi. Karena peredaran VCD bajakan sangat banyak dengan produk harga murah, maka para pemilik rentalpun tinggal menungguh nasip dan siap-siap banting stir untuk mengalihkan ushanya ke model lain, karena bisnisnya semakin lama sepi…sepi…sepi akhirnya sunyi… tiba-tiba ada langganan yang tidak tahu… datang…eeee didepan kiosnya itu ada kata-kata TUTUP selamanya… karena menjadi korban dari modernisasi… sambil ngakakkkk… eeee… gak tahunya dibelakang ada orang gila lewat dan menghampiri sambil tertawa…hehehe… karena penasaran dengan suara itu, akhirnya menoleh, …kaget dan berteriak… diamput…weeee… wong …uedannn…koen…!!! sambil lari terbirit-birit dan hampir jatuh tersandung batu yang nongol di tanah.

  Broadcasting Dakwah 41

  Broadcasting Dakwah 42

  Broadcasting Dakwah 43

  Video Compact Disc Player dengan berbagaimacam pengemasan dalam keragaman produk elektronik serta dukungan dari tata sura THX telah melahirkan Home Theater suatu istilah baru bagi masyarakat Indonesia yang telah mendapat penerapan teknologi digital dalam bidanga audio visual

10 Digital Video Disc Player

  Memasuki Millenium ke 3 Indonesia sudah menunjukkan peradaban yang luar biasa dalam sendi-sendi kehidupan. Hampir semua relung-relung kehidupan telah dibantu dengan beragam

  Broadcasting Dakwah 44

  kepala tatkala melihat demonstrasi pemutaran televisi model baru dalam sebuah pameran audio visual. Dalam perkembangannya teknplogi plasma ini dikembangkan pengemasannya hingga kata TV LCD menjadi ramai dipasaran, walaupun tidak mengurangi bentuk visual dari pendahulunya. Dalam memasuki era tahun 2000-an ini jangan heran kualitas gambar televisi sudah mencapai 5 kali dari kualitas sejak televisi berwarna itu dimunculkan. Dengan teknologi gambar digital tersebut kita bisa merasakan keaslian dari obyek bidikan kamera yang terbiaskan dalam layar televisi tersebut.

  Format gambarpun sudah menyesuaikan format bioskop yaitu memakai istilah Wide Screen dengan perbandingan aspect ratio 16 : 9 sehingga keadaan gambar berkesan lebih luas dibandingkan dengan format konvensional yang mengacu perbandingan aspect ratio 4 : 3 dengan hasil gambar persegi. Penyajian gambar-gambar dinamis dalam teknologi piringan cakram makin sempurna, ketika dikeluarkan Digital Video Disc Player atau disingkat dengan istilah DVD Player. Format gambar yang dihasilkan oleh pemutar cakram ini sudah menunjukkan kemampuan lebih tinggi resolusinya daripada generasi sebelumnya yaitu berukuran framen 720 x 480 bersistem NTSC, karena produk yang dipasarkan di Indonesia itu berformatkan NTSC mengacu sistem televisi Amerika. keberadaan Home Theater makin menggila ketika dikeluarkannya produk audio receiver berteknologi Dolby Digital yang sering diterapkan di film- film produksi Amerika. Beberapa tahun kemudian disempurnakan lagi dengan rekaman Digital Theater System atau disingkat dengan DTS.

  Dari teknologi itulah sehingga kalau kita mau menonton sendiri di rumah seperti layaknya melihat film di gedung bioskop kelas satu, kita akan merasakan berada dalam suatu tempat seperti lokasi film itu sesungguhnya melalui efek surround sound dari keluaran masing-masing 5 channel terpisah ditambah dengan 1 sub woofer sebagai pemukul suara bas, lewat receiver Dolby Digital atau DTS yang terkoneksi dengan DVD Player tersebut. Para pabrikan yang bermain dalam produk ini adalah perusahaan dengan brand-brand produk sebelumnya seprti Pioneer, Panasonic, Kenwood, Sony, Philips, Toshiba dan produk korea masuk juga seperti Samsung termasuk produk keluaran China dengan harga relatif murah untuk kategori produk tertentu. Inilah teknologi terkini yang bisa kita nikmati untuk memuaskan diri kita, ketika kita mendapat masalah dengan putusnya hubungan pacar membuat hati kita dongkol…kemudian masuk dalam ruangan khusus dan melampiaskan kemarahan tersebut melalui nonton film Transformers dengan kekuatan penuh sambil minum kopi plus gudang garam klobot…waa…koyok gayane… Franco Nero…man… !!!. Keadaan ini akan terus berkembang menyesuaikan putaran waktu dan teknologi apalagi yang bakal hadir di hadapan kita nanti…?…setelah televisi 3D menjadi wacana di kemudian hari…tunggu saja tanggal mainnya…

  Broadcasting Dakwah 45

  Teknologi video dalam format Digital Video Disc Player atau DVD Player, merupakan teknologi video dengan kekuatan gambar digital serta didukung dengan teknologi tata suara mutakhir yaitu Dolby Digital dan DTS, membuat film yang kita tonton itu menjadi lebih hidup seperti lokasi sesungguhnya

11. Kamera Video Mini DV

  Broadcasting Dakwah 46

  Dari penyataan inilah akhirnya kamera Video berformatkan Mini DV sudah digolongkan kamaera Video Digital, namun dalam kapasitas standard. Dengan dikeluarkannya kamera jenis ini, maka pasaran kamera video di Indonesia mulai marak lagi dan trand serba digital mulai digalakkan dalam setiap kesempatan hingga banyak orang terprovokasi untuk membelinya dengan alasan kamera format analog ketinggalan jaman. Beberapa tahun kemudian setelah maraknya kamera video digital dipasaran, kamera handycam berformat analog itupun hilang dari pasaran dan sulit diketemukan lagi. Kamera jenis ini dalam perekamannya memiliki 2 model yaitu mengunakan model konvensional dengan aspect ratio 4 : 3 atau model Wide Sscreen dengan aspect ratio 16 :9. pada seri berikutnya kamera diganti dengan penyimpanan model card dan bentuk kamera lebih kecil dengan layar lebar mengacu aspect ratio 16 : 9, bahkan sampai mengekuarkan kualitas HD.

  Brand yang paling banyak bermain adalah Sony dan Panasonic, meskipun brand lainnya mencoba memasarkannya tapi berhasil seperti Sony yang dipercaya menguasai pasar Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan para jurnalis televisi dimana pada waktu sebelumnya telah memakai kamera VHS dengan banyak keluaran dari Panasonic itu, akhirnya mengeluarkan versi PD tetap dalam format mini DV dengan dilengkapi 3 CCD sehingga menghasilkan gambar lebih halus khususnya seri HD untuk itulah kalangan megolongkannya pada professional Camera. Panasonicpun mengimbanginya dengan meluncurkan versi AG. Akhirnya professional Camera ini baik keluaran Sony maupun Panasonic laku untuk kebutuhan televisi khususnya pada divisi pemberitaan yang dipakai para jurnalis mencari sumber berita. Professional Camera dalam format Mini DV mengalami peningkatan resolusi tinggi, setelah Canon mengeluarkan seri XL-2 dengan hasil rekaman mencapai 800-900 garis televisi, sehingga gambar yang dihasilkan jauh melebihi garis standard televisi, tetapi jangan lupa harganya selangit pada waktu itu, hanya orang-orang atauperusahaan tertentu yang membelinya atau memilikinya.

  Broadcasting Dakwah 47

  Broadcasting Dakwah 48

  Kamera Video Mini DV merupakan kamera video dengan format digital baik secara sistem maupun hasil resolusi frame merupakan kamera video stavdard digital. Kamera ini laku dalam dunia televisi sebagai senjata perekam bagi jurnalis dalam mencari sumber berita pada versi- versi berikutnya sudah dilengkapi dengan 3 CCD dengan hasil penyimpanan gambar samap 900 garis horizontal televisi

12. Kamera Video Disc

  Kamera jenis ini berkembang di masyarakat Indonesia dikarenakan adanya DVD player dipasaran. Kamera ini hadir untuk membantu para mendokumentasikan kegiatan rumah semacam hajatan, ulang tahun, khitanan ataupun pernikahan dengan menggunakan bahan sakram DVD, sehingga hasilnya dapat langsung diputar pada DVD Player tanpa pengeditan terlebih dahulu.

  Ini adalah akal-akalan Sony dalam menangkap pasar di Indonesia dimana pada waktu itu masyarakat demam gambar kwalitas DVD, sehingga Sony mengeluarkan jenis ini meskipun Brand lain mencobanya, namun kalah pamornya dengan merek Sony yang sudah melekat di hati masyarakat Indonesia. Kamera jenis ini cocok untuk orang-orang awam yang tidak mengerti tentang video apalagi pengeditannya, dengan menggunakan kamera ini maka dapat menghasilkan dokumentasi secara digital dengan mudah. Dari hasil rekaman gambar sudah bagus dengan frame 720×480 dalam sistem NTSC dan 720×576 dalam sistem PAL dalam format MPEG-2. sasaran target pasar kamera ini adalah rumahanatau kebutuhan pribadi, sehingga kamera ini jarang dipakai di dunia industri khususnya televisi. Kamera ini tidak pernah mengalami perkembangan hanya beberapa tahun saja eksis di Indonesia, selanjutnya hilang dari pasaran begitu saja.

  Broadcasting Dakwah 49

  Broadcasting Dakwah 50

  Kamera Video dengan menggunakan bahan penyimpan cakram DVD bertujuan unutk mendokumentasikan kejadian atau peristiwa dimana hasil rekamannya nanti dapat dilihat secara langsung tanpa melalui pengeditan di dalam DVD Player. Kamera ini sasarannya adalah rumahan atau keperluan pribadi bagi orang-orang awam tentang video

13. Kamera Video DV CAM dan DV CPRO

  Kamera Video DV CAM dan DV CPRO adalah kamera video berformat digital dimana peredaran di pasaran Indonesia di era 90-an. Kamera jenis ini adalah pasaranya mengarah pada dunia industri bukan target rumahan. Kamera jenis ini cocok intuk industri televisi, karena resolusi yang dihasilkan sudah mencapi 800 sampai 900 garis horizontal televisi. Program- program acara televisi semacam video clip, iklan televisi dan sinetron cocok menggunakan kamera ini. Perlu diketahui sejak munculnya televisi Indosiar disusul dengan televisi lainnya itu, sistem penyiaran digital sudah diterapkan baik gambar maupun suaranya. Kalau pada awal munculnya RCTI dan SCTV menggunakan suara Zweton Stereo sedangkan gambar masih analog, tetapi Indosiar mendahuluinya dengan sistem suara Nicam, dimana susranya sudah setara dengan digital.

  Sejak itulah akhirnya semua televisi ketika rame-rame memasuki era digital sistem suara Zweton Stereo mulai ditinggalkan dan RCTI dan SCTVpun mengubahnyadengan menggunakan sistem suara Nicam untuk menyesuaikan gambar yang sudah masuk ke era digital. Tinggal TVRI yang kala itu nasipnya tersengal-sengal ikut berbenah…, habis uangnya negara sering dikurupsi… sih…ya… begitu… deh… nasipnya. eee…pada akhirnya ikut juga, itu karena malu kalieeee… !!!. Mengenai Kedua kamera ini kualitasnya sama, hanya nama saja yang membedakannya. Pabrikan Sony mengeluarkan Seri DV CAM seperti pada versi DSR 400WSP, sedangkan Panasonic mengeluarkan Seri DV CPRO dengan versi AJ D410, dan itu akan terus berkembang pada versi-versi berikutnya tentu saja denga kualitas lebih tinggi dan harganya juga menyesuaikan tingginya. Kamera jenis ini pula yang dipakai oleh Production House dalam memproduksi sinetron-sinetron hasil pesanan stasiun televisi yang memang pada waktu itu tidak diproduksi oleh timnya sendiri, tetapi di lempar kepada dunia rumah industri alias Production House.

  Broadcasting Dakwah 51

  Broadcasting Dakwah 52

  Broadcasting Dakwah 53

  Kamera Video DV CAM dan DV CPRO merupakan kamera video berformatkan digital dimana target pasarnya adalah industri televisi untuk memproduksi program acara-acaranya semacam iklan televisi dan Sinetron dimana produksinya dipercayakan pada perusahaan production House

14. Kamera Video High Definition HDV

  Kamera video jenis ini merupakan jenis kamera terbaru dan beredar di Indonesia pada tahun era 200-2n. Kamera ini mempunyai resolusi tinggi, sebagai penyeimbang keluarnya televisi plasma beresolusi High Definition. Frame yang dihasilkan kamera ini mencapai 1440 x 1080 pixel bahkan kamera Sony seri HDW-F900R mampu merekam hingga resolusi frame 1920 x1080 pixel,baik di 25P maupun 29,97P, sungguh resolusi yang mantap dalam menghasilkan gambar cemerlang jika seandainya dimainkan dengan televisi berstandardkan High Definition pula. Harga kamera jenis ini mahal selangit sehingga hanya dunia industri televisi yang bisa memilikinya atau perusahaan rental khusus meminjamkan dan melayani Production House dalam menggarap sinetron berdasarkan pesanan dari stasiun televisi dari rekan kerjanya. Pabrikan yang mengeluarkan jenis ini adalah Sony dengan serinya terbarunya HDW-F 900R sedangkan Panasonic mengimbanginya pada seri HPX 3700.

  Ini adalah kamera profesional dalam industri televisi dan itu akan terus mengalami perkembangan pada masa akan datang seiring dengan berkembangnya teknologi televisi yang mengarah kesamaan tujuan pemesarannya. Apapun hasil eksperimentasi dari negara-negara produsennya itu tentu akan mengalir di pasaran Indonesia dan kitapun akan menikmatinya walaupun terkadang tidak bisa memiliki dalam bentuk kependaannya akan tetapi hanya hasil gambar saja lewat pancaram layar televisi hingga membias ke mata kita ketika sedang menonton pameran Audio Visual di JHCC sambil makan donat yang baru saja dibeli sebelum masuk dalam ruangan pameran.

  Broadcasting Dakwah 54

  Broadcasting Dakwah 55

  tidak sebesar seri kamera profesional semacam HPX 3700 dari pabrikan Panasonic itu sendiri. Namun dengan kemungilannya itu, kamera ini mampu merekam gambar sampai resolusi tertinggi yaitu 1920 x 1080 pixel sungguh luar biasa kemempuannya. Penyimpanan data sudah dialihkan dalam bentuk Card, dengan harapan tahan guncangan bahkan mampu dalam kondisi normal meskipun cuacanya ekstrim, tidak seprti bentuk menyimpanan kaset manetik terkadang dalam operasionalnya mengalami gangguan mekanik.

  Dengan penyimpanan data gambar ini dalam bentuk Card segala resiko dapat diantisipasi sebelumnya. Data penyimpanan ini terdiri dari 3 jenis diantaranya 16 GB, 32 GB dan 64 GB. Kapasitas penyimpanan P2 keluaran Panasonic ini mudah digunakan kembali setelah pentransferan data, melalu koneksitas langsung baik di di dalam kamera maupun di dalam pc atau laptop sekalipun. Seri P2 dari Panasonic ini adalah HPX-170, AG-HVX 200.Dengan dikeluarkan produk ini, maka Sony tidak mau ketinggalan juga dan menendinginya dengan seri PMW dan versinya adalah PMW-EX3 dan PMW -f3. Secara spesikasi hasil rekaman sama-sama memadahi tinggal tergantung dari masing-masing pengguna sesuai dengan pilihan dan fanatikisme dari brand pujaannya. Karena masalah penggunaan kamera di Indonesia tergantung dari masing-masing orang yang memang sudah fatik pada brand pilhannya. Dari bentuk Card yang dipaki untuk menyimpan data Sony lebih kecil ukurannya dari pada keluaran Panasonic. Card untuk Sony bernama SxS sedangkan Panasonic P2.

  Broadcasting Dakwah 56

  Broadcasting Dakwah 57

  Broadcasting Dakwah 58

  Kamera Video P2 termasuk kamera High Definition dengan bentuk pengemasannya yang kecil dan ringan itu, telah mampu menciptakan resolusi tinggi hingga 1928 X1080, suatu ukuran kecil bentunya namun tanpa mengurangi kualitas layaknya sebuah kamera

  Broadcasting Dakwah 59

JENIS-JENIS SHOT

  CU (Close Up) Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala.