LAPORAN PRAKTIKUM UNIVERSITAS NEGERI GOR
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH
Di susun oleh:
ISRAN H YUSUF
613413110
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
T.A 2013-2014
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah hama dan
penyakit pasca panen tentang hama kedelai.
Adapun makalah ilmiah hama dan penyakit pasca panen tentang hama kedelai ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah hama dan penyakit
pasca panen ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan praktikum tentang penelitian
mikrobiologi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Gorontalo, desember 2014
Penyusun
2
Daftar isi
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
Latar Belakang....................................................................................... 3
Tujuan................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)...........................................4
Medium dan Larutan Pengencer...................................................4
Medium Nutrient Agar (NA)...........................................................5
Sterilisasi.......................................................................................... 5
Sterilisasi Basah.............................................................................. 6
Sterilisasi Kering............................................................................. 6
Pengenceran.................................................................................... 7
Metode Hitungan Cawan................................................................7
BAB III..................................................................................................... 8
METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................................8
BAB IV.................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................11
BAB V................................................................................................... 12
PENUTUP.............................................................................................. 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme/mikroba merupakan organisme hidup yang berukuran kecil yang hanya
dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme yang ada di alam terdiri dari berbagai
macam jenis dan jumlahnya tidak terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak dimana saja dengan syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat.
Medium dapat berupa medium cair, medium padat dan medium setengah padat.
Mikroorganisme baik yang membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium
dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan
cawan. Jumlah mikrobia pada suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
tergantung pada bahan dan jenis mikrobia yang ditentukan. Jenis populasi mikroba dalam
tanah, air, bahan makanan dan lain-lainnya berbeda-beda tergantung pada susunan bahan
tersebut. Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis medium yang disukai
sehingga dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini medium ini akan digunakan
oleh
mikroorganisme
sebagai
sumber
energi
untuk
melakukan
pertumbuhan
dan
perkembangbiakan maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan medium.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari
macam- macam medium, cara- cara pembuatan dari beberapa medium dan sekaligus
mengetahui bahan- bahan yang digunakan serta komposisi juga fungsi dari masing- masing
bahan tersebut dalam membantu pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Sehingga nantinya
diharapkan dapat menumbuhkan, mengisolasi dan menguji sifat fisiologi atau perhitungan
mikroorganisme tertentu.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah utuk mengetahui cara pembuatan media PDA,
sterilisasi dan cara menghitung koloni bakteri.
1.1
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Medium PDA adalah salah satu dari medium untuk proses menumbuhkan mikrobia. PDA
merupakan medium yang berkomposisi kentang, dextrose, dan asam tartarat. PDA tidak bersifat
umum seperti NA karena tidak semua mikrobia dapat tumbuh pada medium ini. Medium PDA
termasuk ke dalam medium yang padat sehingga dapat membentuk koloni mikroba yang dapat
dilihat dan dihitung, jika diinokulasikan di dalam medium PDA, bakteri anaerob akan tumbuh
mengelompok pada dasar medium, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar di
seluruh medium, bakteri mikroaerofil akan tumbuh mengelompok sedikit di bawah permukaan
medium, sedangkan bakteri aerob akan tumbuh pada permukaan medium (Dwidjoseputro,
1994). Medium ini digunakan untuk isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni
yang didapatkan nantinya. Medium ini sangat diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni,
sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi dan ketentraman bakteri
terhadap zat antibakteri. Pembuatan medium PDA dapat dilakukan dengan serangkaian cara
mulai dari pembuatan PDA hingga pencampurannya dengan asam tartarat (Irianto, 2010).
Medium dan Larutan Pengencer
Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk
menumbuhkan mikroba. Medium ada yang alami dan ada yang merupakan buatan manusia,
contoh medium buatan manusia adalah medium cair, medium kental (padat) dan medium
setengah padat. Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi.
Medium padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan. (Dwidjoseputro,
1994). Larutan pengencer merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan
dengan perbandingan pengenceran tertentu. Caranya adalah dengan menempatkan pada tabung
reaksi kemudian menentukan berapa perbandingan yang digunakan karena tiap perbandingan
memiliki ketentuan sendiri-sendiiri. Pengenceran dengan larutan pengencer diperlukan agar
nantinya diperoleh pertumbuhan bakteri yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk
dihitung (Sandjaja, 1992).
Medium Nutrient Agar (NA)
5
Medium Nutrient Agar (NA) masuk kedalam medium khusus karena dibuat sebagai tempat
menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya. NA di buat dengan
komposisi agar – agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut dengan nutrient
padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar – agar hanya sebagai
pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu
tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu
agar – agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 95 0C (Dwidjoseputro, 1994).
Agar–agar adalah zat pengental dan bukan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Agar–agar
digunakan untuk membuat medium padat, agar larut dan menjadi padat pada suhu 45 0C. NA
lebih bersifat umum sehingga mikroba banyak tumbuh pada media ini (Amelia et al, 2005).
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang
steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Suatu
benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau
hamper steril (Pelozar, 1988). Sterilisasi yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak. Sterilisasi secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
sterilisasi secara fisik yang meliputi pemanasan sinar ultraviolet, sinar X dan sebagainya.
Sterilisasi dengan pemanasan terdapat empat cara yaitu dengan cara pemijaran, sterilisasi
dengan udara panas, sterilisasi dengan menggunakan uap air panas, sterilisasi dengan
menggunakan uap panas yang bertekanan. Sterilisasi yang selanjutnya adalah sterilisasi secara
kimia. Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin (Fardiaz,
1992).
Sterilisasi Basah
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan beberapa cara
perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan pasteurisasi. Perebusan dapat didalam
air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit. Pemanasan dengan tekanan dapat
dilakukan dengan menggunakan autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling tahan panas.
Spora yang paling tahan panas akanmati pada suhu 121 0C selama 15 menit. Tindalisasi
6
dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam
tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja
diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada
pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi dilakukan pada suhu
650C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi, produk harus
didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 1992). Uap
mengalir bebas diguakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu
tanpa tertekan. Air mendidih dan uap bebas tidak perbnah mencapai suhu lebih dari 1000C
(2120F). Uap bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu
1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (tiga
sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dilaboratorium, dimana
digunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik
menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara panas, diperlukan waktu
setengahnya karena aliran udara panas kealat-alat gelas akan lebih efisien (Fardiaz, 1992).
Sterilisaisi kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas.
Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai diterapkan
terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas
digunakan dengan suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alatalat kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel,
gunting kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-bahan kering
dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak (Irianto, 2010).
Pengenceran
Bahan pangan dalam metode hiutungan cawan diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel
jasad renik per ml atau per gram atau per cm apabila pengambilan contoh dilakukan pada
permukaan. Memerlukan perlakuan pengencernaan sebelum ditumbuhkan agar di dalam cawan
petri, setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat
dihitung, dimana jumlah yang terbaik diantara 30 sampai 300 koloni (Fardiaz, 1992).
Pengencernaan biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:000 dan seterusnya, atau
7
1:100, 1:10000, 1:1000000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk pengencernaan
dapat berupa larutan bufer fosfat, 0,85% NaCI, atau larutan Ringer (Sandjaja, 1992).
Metode Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata telanjang tanpa
menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan adalah cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik (Fardiaz, 1992). Metode penghitungan jumlah mikrobakteria
dipengaruhi oleh jenis medium, waktu inkubasi dan cara menghitung koloni yang harus teliti
(Sandjaja, 1992).
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari rabu, tanggal 24 Desember 2014, pukul 13.00 WITA
di Laboratorium Balai Perlindungan Tanaman Panagan dan Hortikultura (BPTPH).
3.2
a.
Alat Dan Bahan
Alat :
1) Timbangan analitik,
2) Gelas beker,
3) Pengaduk,
4) Hot plate,
5) Autoclave,
6) Coloni counter,
7) Saringan,
8) Pipet 1 ml,
9) Pipet 10 ml,
10) Pipet mikro,
11) Lampu bunsen,
12) laminar air flow.
b. Bahan :
1) PDA,
2) Air,
3) Air rebusan kentang,
4) tanah kacng hijau, aquades 9 ml,
5) Glukosa,
6) Kapas
7) Aluminium foil
3.3
Prosedur Kerja
a. Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar)
1) Timbang Bacto Agar sebanyak 17 gr dan glukosa sebanyak 120 gr pada
timbangan analitik.
2) Kupas dan potong kentang dengan ukuran kecil, setelah itu timbang kentang
sebanyak 200 gr.
3) rebus kentang dalam 1 liter air hingga lembek.
4) Saring air rebusan kentang (air berkurang)
5) Campurkan Bakto Agar, glukosa, dan air rebusan kentang, tambahkan air putih
hingga 1 liter ke dalam gelas beker.
6) Rebus campuran tersebut sambil diaduk sampai mendidih dengan suhu 100oc.
b. Sterilisasi basah
1) Tuangkan air secukupnya ke dalam autoclave
9
2) Setelah di rebus, salin campuran Bakto Agar, glukosa, dan air rebusan kentang ke
dalam erlenmeyer tutup menggunakan aluminium foil, masukan ke dalam
autoclave
3) Tutup autoclave denga cara mempertemukan tanda panah petunjuk dan tabung
pengeluaran gas dimasukkan pada saluran pengarah pada dinding bagian dalam
aluminium.
4) Pasang baut penahan, bukalah pengatur klap pengaman, dengan posisi lurus ke
atas, kemudian pasang sumber panas.
5) Bila uap air mulai berdesis, tutup klap pengaman dengan posisinya mendatar.
6) Bila alat pengukur tekanan sudah menunjukkan 121o c, pertahankan tekanan atau
suhu selama 15 menit.
7) Setelah itu matikan pemanas dan tunggulah sampai tekanan kembali ke nol, dan
suhu
BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH
Di susun oleh:
ISRAN H YUSUF
613413110
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
T.A 2013-2014
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah hama dan
penyakit pasca panen tentang hama kedelai.
Adapun makalah ilmiah hama dan penyakit pasca panen tentang hama kedelai ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah hama dan penyakit
pasca panen ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan praktikum tentang penelitian
mikrobiologi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Gorontalo, desember 2014
Penyusun
2
Daftar isi
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
Latar Belakang....................................................................................... 3
Tujuan................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)...........................................4
Medium dan Larutan Pengencer...................................................4
Medium Nutrient Agar (NA)...........................................................5
Sterilisasi.......................................................................................... 5
Sterilisasi Basah.............................................................................. 6
Sterilisasi Kering............................................................................. 6
Pengenceran.................................................................................... 7
Metode Hitungan Cawan................................................................7
BAB III..................................................................................................... 8
METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................................8
BAB IV.................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................11
BAB V................................................................................................... 12
PENUTUP.............................................................................................. 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme/mikroba merupakan organisme hidup yang berukuran kecil yang hanya
dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme yang ada di alam terdiri dari berbagai
macam jenis dan jumlahnya tidak terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak dimana saja dengan syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat.
Medium dapat berupa medium cair, medium padat dan medium setengah padat.
Mikroorganisme baik yang membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium
dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan
cawan. Jumlah mikrobia pada suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
tergantung pada bahan dan jenis mikrobia yang ditentukan. Jenis populasi mikroba dalam
tanah, air, bahan makanan dan lain-lainnya berbeda-beda tergantung pada susunan bahan
tersebut. Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis medium yang disukai
sehingga dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini medium ini akan digunakan
oleh
mikroorganisme
sebagai
sumber
energi
untuk
melakukan
pertumbuhan
dan
perkembangbiakan maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan medium.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari
macam- macam medium, cara- cara pembuatan dari beberapa medium dan sekaligus
mengetahui bahan- bahan yang digunakan serta komposisi juga fungsi dari masing- masing
bahan tersebut dalam membantu pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Sehingga nantinya
diharapkan dapat menumbuhkan, mengisolasi dan menguji sifat fisiologi atau perhitungan
mikroorganisme tertentu.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah utuk mengetahui cara pembuatan media PDA,
sterilisasi dan cara menghitung koloni bakteri.
1.1
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Medium PDA adalah salah satu dari medium untuk proses menumbuhkan mikrobia. PDA
merupakan medium yang berkomposisi kentang, dextrose, dan asam tartarat. PDA tidak bersifat
umum seperti NA karena tidak semua mikrobia dapat tumbuh pada medium ini. Medium PDA
termasuk ke dalam medium yang padat sehingga dapat membentuk koloni mikroba yang dapat
dilihat dan dihitung, jika diinokulasikan di dalam medium PDA, bakteri anaerob akan tumbuh
mengelompok pada dasar medium, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar di
seluruh medium, bakteri mikroaerofil akan tumbuh mengelompok sedikit di bawah permukaan
medium, sedangkan bakteri aerob akan tumbuh pada permukaan medium (Dwidjoseputro,
1994). Medium ini digunakan untuk isolasi bakteri, hasilnya dinyatakan dalam jumlah koloni
yang didapatkan nantinya. Medium ini sangat diperlukan untuk mempelajari ciri-ciri koloni,
sifat-sifat biokimia, morfologi, reaksi pengecatan, reaksi imunologi dan ketentraman bakteri
terhadap zat antibakteri. Pembuatan medium PDA dapat dilakukan dengan serangkaian cara
mulai dari pembuatan PDA hingga pencampurannya dengan asam tartarat (Irianto, 2010).
Medium dan Larutan Pengencer
Medium adalah bahan yang mengandung campuran nutrisi yang bermanfaat untuk
menumbuhkan mikroba. Medium ada yang alami dan ada yang merupakan buatan manusia,
contoh medium buatan manusia adalah medium cair, medium kental (padat) dan medium
setengah padat. Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi.
Medium padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan. (Dwidjoseputro,
1994). Larutan pengencer merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan
dengan perbandingan pengenceran tertentu. Caranya adalah dengan menempatkan pada tabung
reaksi kemudian menentukan berapa perbandingan yang digunakan karena tiap perbandingan
memiliki ketentuan sendiri-sendiiri. Pengenceran dengan larutan pengencer diperlukan agar
nantinya diperoleh pertumbuhan bakteri yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk
dihitung (Sandjaja, 1992).
Medium Nutrient Agar (NA)
5
Medium Nutrient Agar (NA) masuk kedalam medium khusus karena dibuat sebagai tempat
menumbuhkan mikroba yang sudah diketahui komposisi pembuatannya. NA di buat dengan
komposisi agar – agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut dengan nutrient
padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar – agar hanya sebagai
pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu
tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu
agar – agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 95 0C (Dwidjoseputro, 1994).
Agar–agar adalah zat pengental dan bukan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Agar–agar
digunakan untuk membuat medium padat, agar larut dan menjadi padat pada suhu 45 0C. NA
lebih bersifat umum sehingga mikroba banyak tumbuh pada media ini (Amelia et al, 2005).
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang
steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Suatu
benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau
hamper steril (Pelozar, 1988). Sterilisasi yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak. Sterilisasi secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
sterilisasi secara fisik yang meliputi pemanasan sinar ultraviolet, sinar X dan sebagainya.
Sterilisasi dengan pemanasan terdapat empat cara yaitu dengan cara pemijaran, sterilisasi
dengan udara panas, sterilisasi dengan menggunakan uap air panas, sterilisasi dengan
menggunakan uap panas yang bertekanan. Sterilisasi yang selanjutnya adalah sterilisasi secara
kimia. Sterilisasi ini menggunakan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin (Fardiaz,
1992).
Sterilisasi Basah
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan beberapa cara
perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan pasteurisasi. Perebusan dapat didalam
air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit. Pemanasan dengan tekanan dapat
dilakukan dengan menggunakan autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling tahan panas.
Spora yang paling tahan panas akanmati pada suhu 121 0C selama 15 menit. Tindalisasi
6
dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam
tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja
diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada
pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi dilakukan pada suhu
650C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi, produk harus
didinginkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 1992). Uap
mengalir bebas diguakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu
tanpa tertekan. Air mendidih dan uap bebas tidak perbnah mencapai suhu lebih dari 1000C
(2120F). Uap bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu
1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali (tiga
sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dilaboratorium, dimana
digunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik
menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara panas, diperlukan waktu
setengahnya karena aliran udara panas kealat-alat gelas akan lebih efisien (Fardiaz, 1992).
Sterilisaisi kering dapat dilakukan dengan cara pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas.
Pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai diterapkan
terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas
digunakan dengan suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alatalat kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel,
gunting kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-bahan kering
dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak (Irianto, 2010).
Pengenceran
Bahan pangan dalam metode hiutungan cawan diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel
jasad renik per ml atau per gram atau per cm apabila pengambilan contoh dilakukan pada
permukaan. Memerlukan perlakuan pengencernaan sebelum ditumbuhkan agar di dalam cawan
petri, setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat
dihitung, dimana jumlah yang terbaik diantara 30 sampai 300 koloni (Fardiaz, 1992).
Pengencernaan biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:000 dan seterusnya, atau
7
1:100, 1:10000, 1:1000000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk pengencernaan
dapat berupa larutan bufer fosfat, 0,85% NaCI, atau larutan Ringer (Sandjaja, 1992).
Metode Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata telanjang tanpa
menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan adalah cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik (Fardiaz, 1992). Metode penghitungan jumlah mikrobakteria
dipengaruhi oleh jenis medium, waktu inkubasi dan cara menghitung koloni yang harus teliti
(Sandjaja, 1992).
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari rabu, tanggal 24 Desember 2014, pukul 13.00 WITA
di Laboratorium Balai Perlindungan Tanaman Panagan dan Hortikultura (BPTPH).
3.2
a.
Alat Dan Bahan
Alat :
1) Timbangan analitik,
2) Gelas beker,
3) Pengaduk,
4) Hot plate,
5) Autoclave,
6) Coloni counter,
7) Saringan,
8) Pipet 1 ml,
9) Pipet 10 ml,
10) Pipet mikro,
11) Lampu bunsen,
12) laminar air flow.
b. Bahan :
1) PDA,
2) Air,
3) Air rebusan kentang,
4) tanah kacng hijau, aquades 9 ml,
5) Glukosa,
6) Kapas
7) Aluminium foil
3.3
Prosedur Kerja
a. Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar)
1) Timbang Bacto Agar sebanyak 17 gr dan glukosa sebanyak 120 gr pada
timbangan analitik.
2) Kupas dan potong kentang dengan ukuran kecil, setelah itu timbang kentang
sebanyak 200 gr.
3) rebus kentang dalam 1 liter air hingga lembek.
4) Saring air rebusan kentang (air berkurang)
5) Campurkan Bakto Agar, glukosa, dan air rebusan kentang, tambahkan air putih
hingga 1 liter ke dalam gelas beker.
6) Rebus campuran tersebut sambil diaduk sampai mendidih dengan suhu 100oc.
b. Sterilisasi basah
1) Tuangkan air secukupnya ke dalam autoclave
9
2) Setelah di rebus, salin campuran Bakto Agar, glukosa, dan air rebusan kentang ke
dalam erlenmeyer tutup menggunakan aluminium foil, masukan ke dalam
autoclave
3) Tutup autoclave denga cara mempertemukan tanda panah petunjuk dan tabung
pengeluaran gas dimasukkan pada saluran pengarah pada dinding bagian dalam
aluminium.
4) Pasang baut penahan, bukalah pengatur klap pengaman, dengan posisi lurus ke
atas, kemudian pasang sumber panas.
5) Bila uap air mulai berdesis, tutup klap pengaman dengan posisinya mendatar.
6) Bila alat pengukur tekanan sudah menunjukkan 121o c, pertahankan tekanan atau
suhu selama 15 menit.
7) Setelah itu matikan pemanas dan tunggulah sampai tekanan kembali ke nol, dan
suhu