Pengaruh Bahasa Indonesia Terhadap Pembelajaran Bahasa Mandarin Siswa Kelas XII SMA Budi Murni 3 Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep
Tantawi (2014:46) menyatakan “ konsep adalah penjelasan mengenai istilah-istilah atau

konsep-konsep yang akan digunakan di dalam penelitian.” Hal ini perlu karena ada kata-kata
di dalam kamus yang memiliki arti lebih dari satu dan akan menjadi pedoman pada saat
penelitian. Maka untuk merumuskannya kita harus menjelaskannya sesuai dengan arti yang
kita maksud. Adapun konsep dari penelitian ini adalah:
2.1.1 Pemerolehan dan Pengaruh Bahasa Pertama
Menurut Dardjowidjojo (2003:225), “ istilah pemerolehan dipakai untuk padanan
istilah bahasa Inggris acquisition, yang merupakan suatu proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu belajar bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa
atau acquisition adalah proses yang berlangsung didalam otak seorang anak ketika anak
tersebut memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya
dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa berkaitan
dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua,
setelah anak tersebut memperoleh bahasa pertamanya”. Pemerolehan bahasa berkenaan
dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.

Bahasa pertama dianggap sebagai pengganggu didalam proses pembelajaran bahasa
kedua. Hal ini sering terjadi karena seorang pembelajar secara sadar atau tidak sadar
melakukan transfer unsur-unsur bahasa pertamanya ketika menggunakan bahasa kedua
(Dulay, dkk., 1982:96 dalam Chaer 2005: 6). Pengaruh tersebut mencakup dalam empat
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis. Pengaruh bahasa pertama terhadap pembelajaran bahasa

Universitas Sumatera Utara

kedua merupakan akibat dari kebiasaan berbahasa karena perbedaan aksen, intonasi, dan
perbedaan signifikan lainnya dari bahasa yang dipelajari.
2.1.2 Pembelajaran Bahasa Kedua
Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh atau yang dipelajari setelah anak
menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu. Proses pembelajaran bahasa kedua dilakukan
secara sadar dan merupakan hasil situasi belajar formal dan terprogram. Proses pembelajaran
bahasa kedua dilakukan secara sadar, sengaja, bersifat ilmiah. (Krashen, 1982:8 dalam
Dardjowidjojo 2003:227).
Istilah pembelajaran bahasa digunakan karena diyakini bahwa bahasa kedua dapat
dikuasai hanya dengan proses belajar secara sengaja dan sadar baik secara formal dalam
pendidikan formal, maupun informal dalam lingkungan sehari-hari.

2.2

Landasan Teori
Snelbecker (1974, dalam chaer 2005: 17) berpendapat bahwa, “ perumusan teori bukan

hanya penting, melainkan juga vital agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan
masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang kajian.” Ilmu apapun harus
dilandaskan teori untuk dapat berkembang. Adapun teori yang digunakan untuk menganalisis
rumusan masalah dalam peelitian ini adalah teori pembelajaran bahasa kedua yang bertumpu
pada teori pembiasaan operan oleh B.F. Skinner.
Pembelajaran bahasa mengacu pada proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah
seorang anak memperoleh bahasa pertamanya (B1). Untuk hal ini ada pakar yang
menyebutnya dengan istilah pembelajaran bahasa (language learning) dan ada pula yang
menyebutnya dengan istilah pemerolehan bahasa kedua (language acquisition). Istilah
pembelajaran bahasa digunakan karena diyakini bahwa bahasa kedua dapat dikuasai hanya
dengan proses belajar secara sengaja dan sadar. Berbeda dengan penguasaan bahasa pertama

Universitas Sumatera Utara

atau bahasa ibu yang diperoleh secara alamiah, secara tidak sadar di dalam lingkungan

keluarga pengasuh anak tersebut. Bagi pengguna istilah pemerolehan bahasa kedua
beranggapan bahwa bahasa kedua itu juga merupakan sesuatu yang dapat diperoleh, baik
secara formal dalam pendidikan formal, maupun informal dalam lingkungan kehidupan.
(Chaer dan leonie, 1995 dalam Chaer 2005: 89).
Salah satu teori dalam pembelajaran bahasa kedua adalah Teori Pembiasaan Operan
dari B.F. Skinner yang sering juga disebut pembiasaan instrumental. Menurut Skinner (dalam
Chaer 2005:90), “didalam pembelajaran, guru merupakan arsitek utama dalam pembentukan
tingkah laku siswa agar dapat bertutur sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa tersebut.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam tugas-tugas kecil yang diperkuat satu demi satu agar
serangkaian perbuatan (operan) itu dapat diperkuat sehingga dengan demikian dapat
menambah kemungkinan berulangnya perbuatan-perbuatan ini dikemudian hari.”
Mengenai perilaku berbahasa (verbal behaviour) yakni perilaku yang diperkuat melalui
perantara orang lain, Skinner telah memperkenalkan satu analisis fungsional yang
menyangkut masalah ini ke dalam perilaku berbahasa. Yang dimaksud dengan analisis
fungsional adalah pengenalan akan variabel-variabel yang mengawasi dan mengatur perilaku
berbahasa ini dan meneliti cara variabel-variabel itu saling berhubungan untuk menentukan
satu respons berbahasa tertentu.
Menurut Skinner (dalam Chaer 2005:91), “perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi,
atau disebabkan oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan (reinforcement) dari
ransangan itu.” Skinner tidak menerima akan adanya “kepandaian yang dibawa sejak lahir”

dalam pembelajaran bahasa semata-mata diperoleh sebagai hasil rangsangan dan pengukuhan
terhadap rangsangan itu. reinforcement disebut juga sebagai hadiah merupakan stimulus yang
diberikan oleh guru atau pengajar bahasa yang dibedakan atas dua jenis yaitu reinforcement
abstrak dan nyata. Reinforcement nyata adalah hadiah yang dapat dilihat dan digunakan pada

Universitas Sumatera Utara

saat-saat tertentu seperti buku, pulpen dan lain sebagainya. Sedangkan renforcement abstrak
adalah berupa kata-kata pujian, kalimat motivasi yang dapat membangkitkan semangat
pembelajar bahasa seperti kata-kata “hebat”, “pintar”, “bagus”, tepuk tangan, dan lain-lain.
Mengenai akuisisi atau pemerolehan bahasa ibu oleh kanak-kanak, Skinner berpendapat
bahwa pemerolehan itu berlangsung secara berangsur-angsur mengikuti peristiwa-peristiwa
tertentu (Skinner, 1974:94 dalam Chaer 2015:91).
Teori pembiasaan operan dari Skinner ini dapat dijadikan sebagai teori dalam
menganalisis pengaruh bahasa pertama pada pembelajaran bahasa kedua. Dari teori Skinner
ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran bahasa bukan karena adanya
kepandaian atau bakat sejak lahir tetapi karena adanya pembiasaan. Semakin sering bahasa
tersebut dilatih penggunaannya maka akan semakin berhasil dan terwujud tujuan dari
berbahasa tersebut juga sebaliknya.
Selain teori Skinner, peneliti juga akan menggunakan teori Erman Suherman dan Yaya

Sukjaya K (2003: 17) yang mengatakan bahwa PAP (Penilaian Acuan Patokan) orientasinya
adalah tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh materi yang diteskan, sehingga nilai yang
diperoleh mencerminkan persentase tingkat penguasaannya. Maka untuk menentukan tingkat
penguasaan siswa pada setiap kata dapat diukur melalui tingkat kesalahan siswa. Rumus yang
penulis gunakan dalam mengukur persentase kesalahan siswa adalah dengan menghitung
jumlah responden yang melakukan kesalahan dalam tes dibagi jumlah keseluruhan responden
dikali seratus persen. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan dijadikan sebagai persentase
penguasaan siswa terhadap keempat jenis tes yang akan peneliti berikan. Hasil persentase
akan terbagi dua menjadi hasil persentase kesalahan dan persentase kebenaran.
2.3

Penelitian Yang Relevan
Dalam tesis Mahmud Azis Siregar (2002) yang berjudul “Pengaruh Stimuli Terhadap

Pemerolehan Bahasa Anak Prasekolah (Studi Komparatif)”, Mahmud Azis Siregar

Universitas Sumatera Utara

memaparkan tentang pandangan Behaviorisme yang menekankan bahwa proses pembelajaran
bahasa anak ditentukan oleh lamanya anak melakukan latihan yang diberikan kepadanya.

Tanpa melakukan latihan yang intensif, seorang anak tidak akan mampu mengembangkan
bahasanya. Tesis ini sangat membantu peneliti pada bagian landasan teori, peneliti memakai
teori yang sama dengan yang yang digunakan oleh Mahmud dalam tesisnya yaitu teori
behaviorisme atau stimulus respon B.F.Skinner.
Pada penelitian ini Mahmud menggunakan teori behaviorisme tersebut sebagai
perbandingan atau komperatif terhadap teori nativisme, sedangkan peneliti akan
menggunakan teori behaviorisme atau teori stimulus-respon ini sebagai pisau analisis.
Selanjutnya dalam Student Journal Petra (2013), Ferdinan Dyan Warudu dan Elisa
Christiana menuliskan artikel yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap
Pembelajaran Kata Bantu Bilangan Bahasa Tionghoa Sebagai Bahasa Kedua”. Dalam
jurnal ini Ferdinan dan Elisa memaparkan bahwa hambatan yang ada pada saat memepelajari
kata bantu bilangan bahasa Tionghoa merupakan pengaruh dari bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama. Hal tersebut dibuktikan oleh ferdinan dan Elisa melalui observasi dan
wawancara terhadap partisipan. Jurnal ini berkontribusi bagi penulis karena melalui paparan
ini penulis dapat melihat lebih jelas bahwa pengaruh bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia
dalam mempelajari bahasa Mandarin terlihat sangat signifikan karena adanya perbedaan
dialek, dan struktur bahasa seperti nada, pelafalan,penulisan dan lain sebagainya.
Hastuti dalam ejurnal.upi.edu yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap
Bahasa Kedua Dalam Karangan Siswa Kelas V SD”(2015) memaparkan tentang adanya
interferensi dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Interferensi adalah penyusupan unsurunsur tertentu dalam suatu bahasa kepada bahasa lain, yang dianggap sebagai suatu

kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain
mencakupi pengucapan bunyi, tata bahasa dan kosa kata. Biasanya interferensi terjadi dalam

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahasa kedua. Interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanya
kebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaan bahasa yang dipelajari
(bahasa kedua). Dalam jurnalnya Hastuti menggunakan tes menulis sebagai teknik
pengumpulan data. Melalui tes tersebut Hastuti kemudian menganalisis dan menemukan
jawaban bahwa terdapat pengaruh bahasa pertama dalam semua karangan siswa kelas V SD.
Jurnal ini memberikan kontribusi bagi peneliti dalam bagian teknik analisis data dan
pembahasan. Peneliti menggunakan teknik analisis data yang sama dengan Hastuti yaitu
dengan mengadakan tes menulis untuk melihat lebih jelas kemampuan siswa dalam menulis,
mendengar, membaca dan berbicara serta melihat adanya bahasa Indonesia mempengaruhi
proses pembelajaran bahasa Mandarin.
Sri Wahyuni dalam Jurnal Visi Pena yang berjudul “Pengaruh Bahasa Pertama
Terhadap Bahasa Kedua Dalam Kemampuan Berbicara Untuk Siswa Kelas IX Pesantren
Modern Al-Flah Abu Lam-U Kabupaten Aceh Besar “(2015). Memaparkan bahwa bahasa
pertama pembelaar bahasa mempengaruhi akuisisi bahasa kedua sehingga menimbulkan
hambatan yang besar untuk suksesnya pengusaan bahasa baru. Sri Wahyuni dalam jurnalnya

menggunakan analisis kontrastif untuk meneliti pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa
kedua, dalam metode penelitian, Sri Wahyuni menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Melalui jurnal ini peneliti
mengetahui bahwa pengaruh bahasa pertama terhadap pembelajaran bahasa kedua dapat
dianalisis dengan analisis kontrastif dan dengan bantuan kuisioner, pengaruh bahasa pertama
tersebut dapat semakin terlihat jelas.
Tesis dan jurnal yang ditulis oleh beberapa peneliti tersebut membahas mengenai
pengaruh bahasa pertama terhadap kemampuan bahasa kedua yang berkaitan dengan skripsi
penulis. Dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian yang berbeda yaitu menganalisis
pengaruh bahasa indonesia terhadap pembelajaran bahasa Mandarin mencakup empat

Universitas Sumatera Utara

keterampilan dalam belajar berbahasa yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan
keterampilan menulis. Hal ini tentu sangat berbeda karena penelitian ini kan difokuskan
kepada siswa kelas XII SMA Budi Murni 3 Medan.

Universitas Sumatera Utara