Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

MENTARI MANIK

101301098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

(3)

Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2015

Mentari Manik NIM 101301098


(4)

Mentari Manik & Sri Supriyantini

ABSTRAK

Motivasi adalah salah satu hal yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Tanpa motivasi proses belajar sulit untuk mencapai keberhasilan yang optimal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist 2 Medan. Alat ukur yang digunakan adalah skala motivasi belajar bahasa Mandarin berdasarkan 8 indikator ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi. Data dikumpulkan dari 300 orang responden yang terdiri dari kelas 1, 2 dan 3. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

quota sampling. Dari hasil uji coba skala diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan berada pada kategori tinggi (94,75%) dan sisanya berada pada kategori sedang (5,3%).

Kata Kunci : Motivasi Belajar


(5)

Mentari Manik & Sri Supriyantini

ABSTRACT

Motivation is one of the things that determine the success of the learning activities of students, because the motivation to encourage the spirit of learning and conversely the lack of motivation will weaken the spirit of learning. Without motivation and learning process is difficult to achieve optimal success. Data were collected from 300 respondents consisting of class 1, 2 and 3. The population in this study were high school students Methodist 2 Medan. Measuring tool used is the scale of motivation to learn Mandarin by 8 indicators traits learning motivation high. The sampling technique using a quota sampling technique. From the test results obtained scale reliability coefficient of 0.914. The results showed that the motivation level students learning Mandarin languange of SMA Methodist 2 Medan in high category (94,75%) and medium category (5,3%).


(6)

memberikan perlindungan, berkat dan rahmat yang melimpah. Terima kasih yang tidak akan pernah habis kepada kedua orang tua peneliti, yaitu papa M. Manik dan mama M. Sitinjak yang selalu mendoakan, memberikan dukungan secara fisik, moral dan finansial selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan”. Penyusunan skripsi ini dibuat untuk mencapai gelar sarjana jenjang (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama peneliti menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog dan seluruh Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga dan pemikiran serta memberikan semangat untuk penyelesaian penelitian ini. Terima kasih atas bantuan, bimbingan, arahan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.


(7)

pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, psikolog selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan ilmunya dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen & pegawai Fakultas Psikologi USU. Terima kasih atas bantuan dan arahan yang diberikan selama menjalani masa perkuliahan 6. Kepala sekolah dan karyawan SMA Methodist 2 Medan yang telah

bersedia memberikan ijin penelitian serta adik-adik siswa yang telah bersedia mengisi skala penelitian peneliti. Terimakasih untuk kesempatannya membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Teman-teman KK Godwin UP Psikologi bang Hitler S.Psi, Anggi dan Rocky yang selalu setia untuk mendoakan dan membantu dalam perkuliahan, memberikan semangat, dukungan, saran dan memberikan waktunya menemani peneliti dalam suka maupun duka.

8. Adik – adikku Monika Manik dan Meyanti Manik terimakasih untuk doa, dukungan , dan semangat yang diberikan selama masa perkuliahan.

9. Sahabat-sahabat tersayang Lia hairani, Sri Saputri, Laura Marsaulina, Christian Yosie Wahyuni, Khairunisa Pri Utami, yang selalu menemani peneliti dalam suka maupun duka, memberikan semangat, masukan, dan


(8)

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karenanya, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penulisan ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2015 Peneliti


(9)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 9

C. TujuanPenelitian 9 D. ManfaatPenelitian ... 9

E. SistematikaPenulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Motivasi Belajar ... 12

1. Definisi motivasi belajar ... 12

2. Fungsi motivasi belajar ... 13


(10)

1. Sejarah bahasa Mandarin di Indonesia ... 19

2. Fungsi bahasa Mandarin di Indonesia ... 20

3. Aspek – aspek dalam pelajaran bahasa Mandarin... 21

C. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) ... 23

1. Perkembangan remaja ... 24

2. Tugas perkembangan remaja... 25

D. Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian yang Digunakan ... 32

B. Definisi Operasional... 32

1. Motivasi belajar bahasa Mandarin ... 32

C. Populasi & Sampel Penelitian ... 33

1.Populasi ... 33

2.Sampel ... 34

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 38

F. HasilUjiCobaAlatUkur ... 41


(11)

B. HasilUtamaPenelitian ... 48

C. HasilTambahanPenelitian ... 49

D. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

1. Saran Metodologis ... 55

2. Saran Praktis... 55


(12)

Tabel 1 Gambaran Jumlah Populasi Penelitian ... 34

Tabel 2 Gambaran Jumlah Sampel Penelitian ... 35

Tabel 3 Blue Print Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin ... 38

Tabel 4 Penyebaran Aitem Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Sebelum Uji Coba ... 40

Tabel 5 Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin ... 42

Tabel 6 Blue print Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Setelah Uji Coba ... 43

Tabel 7 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas ... 46

Tabel 8 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jurusan ... 47

Tabel 9 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 10 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis ... 47

Tabel 11 Deskripsi Motivasi Belajar Bahasa Mandarin ... 48

Tabel 12 Norma Kategorisasi Hipotetik ... 48

Tabel 13 Deskripsi Kategorisasi Variabel Motivasi Belajar Bahasa Mandarin 49 Tabel 14 PerbandinganMean ScoreBerdasarkanJenisKelamin ... 49

Tabel 15 PerbandinganMean ScoreBerdasarkanJurusan ... 50

Tabel 16 PerbandinganMean ScoreBerdasarkanEtnis ... 50


(13)

Lampiran 1 Skala Try Out ... 62

Lampiran 2 Analisa Reliabilitas ... 71

Lampiran 3 Skala Penelitian ... 74


(14)

Mentari Manik & Sri Supriyantini

ABSTRAK

Motivasi adalah salah satu hal yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar siswa, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Tanpa motivasi proses belajar sulit untuk mencapai keberhasilan yang optimal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist 2 Medan. Alat ukur yang digunakan adalah skala motivasi belajar bahasa Mandarin berdasarkan 8 indikator ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi. Data dikumpulkan dari 300 orang responden yang terdiri dari kelas 1, 2 dan 3. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

quota sampling. Dari hasil uji coba skala diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan berada pada kategori tinggi (94,75%) dan sisanya berada pada kategori sedang (5,3%).

Kata Kunci : Motivasi Belajar


(15)

Mentari Manik & Sri Supriyantini

ABSTRACT

Motivation is one of the things that determine the success of the learning activities of students, because the motivation to encourage the spirit of learning and conversely the lack of motivation will weaken the spirit of learning. Without motivation and learning process is difficult to achieve optimal success. Data were collected from 300 respondents consisting of class 1, 2 and 3. The population in this study were high school students Methodist 2 Medan. Measuring tool used is the scale of motivation to learn Mandarin by 8 indicators traits learning motivation high. The sampling technique using a quota sampling technique. From the test results obtained scale reliability coefficient of 0.914. The results showed that the motivation level students learning Mandarin languange of SMA Methodist 2 Medan in high category (94,75%) and medium category (5,3%).


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan pada umat manusia. Umat manusia tidak akan mungkin mempunyai budaya atau peradaban yang didalamnya termasuk agama, ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa bahasa, karena hampir semua aktivitas manusia memerlukan bahasa (Kushartanti, 2005). Bahasa sangat diperlukan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Siahaan (2008) menyatakan :

“Languange is a unique human inheritance that plays very important role

in human’s life such as in thinking, communicating ideas, and negotiating with the others

Mengingat pentingnya penguasaan bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan pelajaran bahasa menjadi mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Siswa tidak hanya dituntut menguasai bahasa nasional, tetapi juga bahasa asing. Troike (2006) menjelaskan bahwa bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan secara luas oleh pembelajar bahasa, karena hanya digunakan untuk bepergian, komunikasi lintas budaya, atau mata pelajaran pilihan di sekolah yang tidak diterapkan secara langsung.

Dalam UU pasal 1 nomor 24 dijelaskan bahwa di Indonesia bahasa asing adalah bahasa selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Penguasaan bahasa asing menjadi penting karena selain memudahkan untuk berinteraksi dengan


(17)

banyak orang dengan budaya yang berbeda di seluruh dunia, penguasaan bahasa asing juga membantu menjadikan seseorang untuk lebih kompeten dan mampu untuk bersaing khususnya dalam era globalisasi. Berdasarkan peraturan Menteri pendidikan RI nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan SMA menyebutkan bahwa salah satau bahasa asing yang diajarkan di sekolah - sekolah saat ini adalah bahasa Mandarin.

Kurikulum yang dibangun dalam dunia pendidikan tentunya harus sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada, khususnya dalam mempersiapkan siswa agar memiliki kompetensi dalam persiapan memasuki dunia kerja. Berdasarkan survey yang dilakukan Soegijanto (2011) terdapat 316 jenis pekerjaan yang ditawarkan untuk lulusan SMA. Dilihat dari persyaratan yang ditetapkan ada 2 ketrampilan yang wajib dimiliki yaitu komputer 13%, Mandarin 9,2% dan Inggris 4,7%. Tingginya syarat Bahasa Mandarin berkaitan dengan jenis pekerjaan tertinggi yang ditawarkan perusahaan, yaitu sales/marketing. Bahasa adalah modal utama berkomunikasi bagi seorang sales. Sedangkan mereka banyak berhubungan dengan mitra bisnis dari komunitas Tionghoa. Menurut Siswono (dalam Tarmizi 1997) banyak perusahaan multinasional memprioritaskan bahasa Mandarin dalam perekrutan karyawan.

Anwar (2003) menyebutkan bahwa bahasa Mandarin memiliki peranan penting dalam berkomunikasi dengan orang dari negara lain di tahun mendatang, saat Indonesia akan menghadapi pasar bebas dunia. Hal ini erat kaitannya dengan persaingan perdagangan antar negara ASEAN yang saat ini dikenal dengan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau Asean Economic Community (AEC)


(18)

2015. Grin (2003) juga menyebutkan bahwa kecapakan berbahasa Mandarin merupakan suatu hal yang penting dalam dunia bisnis di Asia.

Seiring dengan pesatnya arus globalisasi, bahasa Mandarin kerap digunakan oleh etnis Cina dalam dunia ekonomi. Lubis (1999) menyebutkan bahwa etnis Cina di kota Medan telah berhasil menguasai industri, pertokoan, perbankan, dan perdagangan umum dan distribusi. Umumnya etnis ini dominan menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan sehari-hari seperti di rumah, dalam pergaulan, bisnis, dan sebagainya.

Menurut Ostler (2005) banyak informasi ilmu pengetahuan, baik bidang teknik, ekonomi, psikologi bersumber dari buku-buku berbahasa Mandarin. Selain itu bahasa Mandarin saat ini berada pada urutan teratas dalam bahasa internasional dan paling banyak dipakai setelah bahasa Inggris.

Belajar bahasa Mandarin tidaklah mudah mengingat bahasa Mandarin tidak lepas dari aspek pelafalan, tata bahasa, dan aksara (Hanzi). Dalam bahasa Mandarin banyak pengucapan yang sama dan apabila intonasinya tidak baik maka makna yang disampaikan akan rancu. Hal ini membuat setiap siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa Mandarin.

Berdasarkan kurikulum standar kompetensi lulusan SMA tujuan belajar bahasa Mandarin adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi meliputi menyimak, membaca, berbicara serta menulis. Kemampuan tersebut sangat berhubungan satu sama lain. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menggunakan bahasa Mandarin untuk berkomunikasi dengan baik apalagi tidak semua dari etnis tersebut terbiasa dengan bahasa Mandarin.


(19)

Salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum bahasa Mandarin di kota Medan adalah SMA Methodist 2 Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa menyebutkan bahwa tidak semua siswa memiliki kemampuan dalam berbahasa Mandarin. Berikut kutipan wawancara dari beberapa siswa di SMA Methodist 2 Medan:

“Gak semua orang Cina itu bisa Mandarin kak, bahasa yang kami pelajari di rumah itu bahasa daerah yaitu Hokkien sama kayak orang Medan biasanya pake bahasa batak” (Komunikasi Personal, Maret 2014)

“Sebagian ada sih yang pintar kayak kakak saya dulu dipaksa belajar sama kakek, tapi saya gak terlalu paham Mandarin jadi di kelas nilai saya juga

biasa aja bahkan teman saya yang Cina ada juga yang remedial.” (Komunikasi Personal, Maret 2014)

“Tapi sebagian ada juga yang memang fasih Mandarinnya tapi Hokkiennya gak bisa. Tergantung lah kak. “ ( Komunikasi Personal, Maret 2014)

“ Belajar bahasa Mandarin sulit kak, susah untuk dipahami” (Komunikasi Personal, Maret 2015)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMA Methodist 2 Medan mengakui sulitnya belajar bahasa Mandarin sehingga tidak banyak dari mereka mampu berbahasa Mandarin meskipun mayoritas siswanya merupakan etnis Cina.

Dalam belajar bahasa Mandarin, keberhasilan siswa berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Sidi (2011) menyebutkan bahwa keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa.

Kata motivasi digunakan untuk menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka


(20)

dalam menyelesaikan tugas-tugas (Pintrinch, 2003). Dengan adanya motivasi juga akan menunjukkan arah perilaku, yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Sardiman ,2007).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama berlangsungnya kelas bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan guru, dan kelas yang ribut saat pelajaran bahasa Mandarin. Hal ini menunjukkan kurangnya ketertarikan siswa pada pelajaran tersebut.

Sardiman (2007) menyatakan bahwa motivasi yang ada dalam diri setiap individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap pelajaran; (4) Lebih senang bekerja mandiri; (5) cepat bosan dengan tugas rutin (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Senang mencari dan memecahkan masalah; (8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

Ketika salah seorang siswa ditanya tentang ketertarikan untuk belajar bahasa Mandarin, siswa tersebut menjawab :

“Aku tertarik ka belajar Mandarin karena aku bercita-cita mau melanjutkan studi ku nanti ke Cina di bidang seni. Disana program beasiswa cukup banyak apalagi sekolah ku memberikan cukup peluang kesana. Tapi disana gak semua pake bahasa Inggris harus bisa Mandarin juga sebagai prasyarat. Jadi aku harus rajin belajar Mandarin mulai sekarang.” (Komunikasi personal, 16 Juni 2014)

Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini memiliki orientasi sehingga motivasi belajar bahasa Mandarinnya cukup tinggi, yang ditunjukkan dengan sikap positifnya seperti tekun mengerjakan tugas, rajin, dan semangat. Namun


(21)

demikian, guru juga mengaku beberapa siswa menunjukkan sikap negatif, seperti kurang rajin dan tidak tekun mengerjakan tugas, bahkan lupa membawa perlengkapan belajar. Ini bisa menjadi salah satu indikator kurangnya motivasi belajar pada bidang ini.

Penelitian yang berkenaan tentang motivasi belajar bahasa Mandarin dilakukan Tan & Ooi (2010) yang menunjukkan 98,9 % siswa setuju bahwa mereka belajar bahasa Mandarin karena mereka membutuhkannya untuk karir di masa depan, dan 94,8% siswa belajar bahasa Mandarin karena kemungkinan hal tersebut akan berguna untuk digunakan dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

Dengan demikian, untuk dapat mencapai keberhasilan dalam berbahasa Mandarin dengan baik sangat diperlukan motivasi. Dorney (2001) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berperan dalam hasil belajar adalah motivasi belajar. Brown (2002) juga menambahkan bahwa motivasi adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi pada keberhasilan pembelajaran bahasa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Moore (2007) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar akan memaksimalkan diri untuk sukses dalam hal akademis. Mereka akan belajar secara teratur, mencari bantuan bila diperlukan dan tepat waktu.

Menurut Tileston (2004), motivasi belajar berkaitan dengan keinginan melakukan sesuatu, mencoba hal baru dan mendorong seseorang untuk mencoba lagi apabila dia gagal. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi lebih dikenal sebagai energi dalam diri siswa untuk mendorong kegiatan belajar dan


(22)

memberikan arah tujuan belajar. Menurut Sardiman (2007) seseorang yang memiliki inteligensi tinggi boleh saja gagal karena kurangnya motivasi.

Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Methodist 2 Medan diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai pada pelajaran bahasa Mandarin cukup rendah dan hanya mencapai nilai standard KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada tahun 2014 sekitar 35% siswa memiliki nilai dibawah KKM dan 20% siswa memiliki skor tinggi pada mata pelajaran ini. Dari hasil wawancara juga guru menambahkan bahwa antara etnis Cina dan bukan etnis Cina hasil belajarnya cukup bervariasi. Berikut kutipan wawancara dengan guru bahasa Mandarin di SMA Methodist 2 Medan:

“ Sebagian Cina memang ada yang hasil belajar Mandarin nya bisa dikatakan masih minim padahal yang diujikan juga adalah hal-hal yang sederhana. Padahal jauh lebih mudah bagi mereka mempelajarinya. Sementara yang non-Cina juga demikian ada yang tinggi ada yang minim” (Komunikasi Personal, Maret 2014)

“ Bahasa sehari-hari yang paling banyak dipakai khususnya di Medan adalah Hokkien. Hokkien tidak punya struktur bahasa tertentu seperti Mandarin, juga tidak punya goresan tangan jadi lebih mudah belajar Hokkien dibandingkan Mandarin. “ (Komunikasi Personal, Maret 2014) “Hokkien secara umum hampir sama dengan bahasa Mandarin perbedaannya ada pada cara lafal dan intonasinya serta sedikit dalam kosa katanya

Dari pernyataan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Mandarin siswa cukup bervariasi. Richard (2001) menjelaskan bahwa motivasi


(23)

sebagai salah satu personal factor sifatnya sangat individual. Oleh karena itu, setiap pembelajar bahasa boleh jadi mempunyai motivasi yang berbeda walaupun mereka sama-sama sedang mempelajari bahasa yang sama.

Untuk etnis bukan Cina yang belajar Mandarin di sekolahnya mengaku kalau bahasa Mandarin itu sulit, namun menyadari akan pentingnya bahasa Mandarin itu untuk kedepannya. Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang siswa :

“ Menurut saya Mandarin itu penting apalagi isuenya bakal jadi bahasa nomor 2, tapi lumayan sulit lah belajar Mandarin apalagi saya tidak terbiasa dengan bahasa itu” (Komunikasi Personal, Maret 2014)

Mengacu pada beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan masih cukup rendah sehingga motivasi belajar sangat dibutuhkan, khususnya dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Mandarin. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin pada siswa tersebut.


(24)

B.RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: ”Bagaimana motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan?”

C.TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan

D.MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dalam bidang psikologi pendidikan tentang motivasi belajar khususnya belajar bahasa Mandarin.

b) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan motivasi belajar bahasa Mandarin 2. Manfaat praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih masukan kepada pihak sekolah maupun guru sebagai masukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar bahasa Mandarin siswa


(25)

b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu melihat sejauh mana motivasi belajar siswa sehingga sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Mandarin.


(26)

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah diadakannya penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : LANDASAN TEORI

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan, landasan teori yang mendasari variabel, variabel.

Bab III: METODE PENELITIAN

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu metode penelitian yang digunakan, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, alat ukur yang digunakan, metode pengambilan data dan metode analisis data.

Bab IV : ANALISIS DATA & PEMBAHASAN

Berisikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : KESIMPULAN & SARAN

Berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari peneliti baik untuk penyempurnaan penelitian ini, penelitian yang berhubungan dengan variabel yang diteliti di masa mendatang, serta saran untuk organisasi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang berarti bergerak (move). Santrock (2007) mendefinisikan motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memberi motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003).

Motivasi belajar akan timbul, apabila siswa sendiri turut menentukan kegiatan belajarnya dengan pengalaman yang dimiliki sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mc. Donald (dalam Bahri 2002), mengatakan bahwa :

Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. (Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).


(28)

Sejalan dengan pernyataan di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca untuk memahaminya dan menggunakan strategi-strategi yang mendukung. Selain itu siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut menarik atau menyenangkan. Intinya motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sardiman (2007) menjelaskan 3 fungsi motivasi belajar antara lain : 1) Mendorong untuk melakukan sesuatu; 2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai; 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan


(29)

Selanjutnya Uno (2007) menjelaskan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; 2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai; 3) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar sehingga mendapat hasil yang maksimal.

3. Jenis – Jenis Motivasi Belajar

Terdapat 2 jenis motivasi belajar (Santrock, 2004) yaitu : motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi ekstrinsik yaitu berasal dari luar diri seseorang. Sahabuddin (2000) mengemukakan bahwa sumber datangnya motivasi biasanya digolongkan ke dalam dua hal yaitu dari dalam dan dari luar diri orang yang bermotivasi. Adapun jenis-jenis motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2004) dijelaskan sebagai berikut:

a. Motivasi intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu sebagai contoh, orang yang senang membaca

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh ganjaran eksternal seperti pemberian hadiah dan hukuman


(30)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa terdiri dari dua jenis berdasarkan sumber dorongannya yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Elliot, dkk (200) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Kecemasan

Ada beberapa sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti guru, ujian, teman, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun, apabila kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal itu bisa bersifat destruktif.

b. Sikap

Sikap merupakan cara individu dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain dan sifatnya relatif permanen. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar dalam hal perubahan tingkah laku siswa melalui komunikasi yang persuasif. Cara guru memperlakukan siswa dapat mempengaruhi sikap siswa selama proses belajar.

c. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu siswa ditampilkan dalam perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu. Keadaan yang rileks, kebebasan


(31)

untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaan terhadap hal - hal yang tidak biasa dapat mendorong rasa ingin tahu siswa.

d. Locus of control

Locus of control diartikan sebagai keyakinan individu atas apa yang terjadi dalam hidupnya apakah disebabkan karena kemampuan diri sendiri (internallocus of control) atau dari luar diri / lingkugan (external locus of control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal locus of control). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan, maka mereka dianggap memiliki kontrol yang rendah terhadap tujuan mereka (external locus of control).

e. Learned helplessness

Learned helplessness adalah perasaan tak berdaya pada diri seseorang yang menggambarkan kondisi frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. Siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan ketika dihadapkan dengan suatu masalah seringkali langsung merasa putus asa dan tidak melakukan suatu apapun untuk mengatasinya.

f. Efikasi diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetesinya. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk


(32)

memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalisasi kesulitan yang mungkin terjadi.

g. Belajar bersama ( kooperatif )

Belajar bersama ( kooperatif ) merupakan suatu metode dalam belajar dimana siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik. Metode ini bertujuan agar seorang siswa dapat membantu siswa lainnya dalam belajar. Salah satu caranya adalah dengan membentuk kelompok diskusi dalam mengerjakan suatu tugas.

5. Ciri-ciri Motivasi Belajar Tinggi

Sardiman (2007) menyatakan bahwa motivasi belajar yang tinggi yang ada dalam diri setiap individu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap pelajaran; (4) Lebih senang bekerja Mandiri; (5) cepat bosan dengan tugas rutin (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Senang mencari dan memecahkan masalah; (8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

Ciri-ciri motivasi belajar berdasarkan pendapat Uno (2007) adalah sebagai berikut : 1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaan dalam belajar; 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari beberapa ciri, diantaranya siswa tekun


(33)

menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan belajar, senang terhadap mata pelajaran tertentu, tidak bosan dengan tugas rutin, keinginan berhasil yang tinggi, ada cita – cita di masa depan.

B. BAHASA MANDARIN

Bahasa adalah suatu pengetahuan atau kemampuan mengenai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2005). Siahaan (2005) menyatakan bahwa bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia seperti berpikir, berkomunikasi, dan bernegoisasi dengan orang lain.

Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional yang digunakan di negara China. Bahasa Mandarin mempunyai ciri tertentu dari intonasi dan aksaranya. Satuan – satuan tata bahasa Mandarin meliputi morfem, kata , frasa, dan kalimat. Satuan terkecil tata bahasa adalah morfem. Morfem membentuk kata, kata membentuk frasa, dan frasa membentuk kalimat (Xin, 2005).

1. Sejarah Bahasa Mandarin di Indonesia

Munculnya bahasa Mandarin di Indonesia tidak seperti bahasa asing pada umumnya. Di Indonesia perkembangan bahasa Mandarin menjadi terhambat ketika pemerintah orde baru membatasi segala hal yang berbau Cina dan bahasa Mandarin paling dilarang penggunaannya. Menurut Yi (1997) pada tahun 1965-1966 kira-kira ada sekitar 629 sekolah Mandarin di Indonesia ditutup. Kejadian ini berlangsung dari tahun 1966-1998, yang diperkuat dengan dikeluarkannya


(34)

keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Nomor 016 tanggal 16 Juli 1966 tentang penutupan sekolah yang berbahasa pengantar Cina. Selain itu Presiden Soeharto juga mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 14 tanggal 6 Desember 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat istiadat Cina yang berisi larangan etnik Cina di Indonesia melaksanakan tata cara ibadat dan adat istiadat di depan umum.

Pada tahun 2000, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 tahun 2000 tentang pencabutan Inpres No 14 Tahun 1967. Peraturan ini memperbolehkan Cina peranakan untuk kembali melaksanakan kepercayaan dan adat istiadatnya secara bebas. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut membuat eksistensi peranakan Cina semakin diakui di Indonesia serta mendapatkan kembali kebebasan dalam menggunakan bahasa Mandarin.

Presiden Megawati Soekarno Putri menindaklanjuti dengan mengeluarkan keputusan Presiden Nomor 19/2000 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan China, bahasa Mandarin juga mengalami perkembangan pesat. Semenjak era reformasi bahasa Mandarin di Indonesia semakin lama semakin berkembang. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya sekolah-sekolah yang memasukkan pelajaran bahasa Mandarin, banyaknya didirikan tempat kursus, baik resmi maupun tidak resmi, seperti les privat.


(35)

2. Fungsi Bahasa Mandarin di Indonesia

Bahasa Mandarin sebagai bahasa asing memiliki peranan dalam berkomunikasi dengan orang lain terlebih lagi untuk tahun-tahun mendatang disaat bangsa Indonesia akan menghadapi pasar bebas dunia versi APEC 2010 (Anwar, 2003).

Fatoni (dikutip Soedja, 2003) menambahkan bahwa bahasa Mandarin kerap digunakan dalam percakapan orang etnis Cina. Etnis ini pada umumnya lebih banyak berkecimpung sebagai pelaku usaha atau bisnis. Oleh karena itu, untuk terlibat dalam kegiatan para pelaku usaha atau bisnis ini maka dibutuhkan pula suatu penguasaan dalam berbahasa, yaitu bahasa Mandarin itu sendiri.

Sukarso (2005) menambahkan bahwa selain masalah pendidikan, pengajaran bahasa Mandarin saat ini di Indonesia terkait dengan diterimanya RRC dalam world Trade Organization (WTO) dimana kehadiran Cina dalam WTO akan berdampak luas pada perekonomian global dan budaya

Pendapat tersebut diperkuat dengan kenyataan bahwa bahasa Mandarin yang digunakan sebagai bahasa resmi Cina dan Taiwan, merupakan salah satu dari empat bahasa resmi Singapura dan salah satu dari enam bahasa resmi PBB dimana 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa sebagai penutur asli dalam bentuk standar (Siregar, 2005).

Dalam upaya menanggapi tuntutan pasar akan pentingnya pembelajaran bahasa Mandarin, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan menengah mempunyai tantangan dan harapan agar dapat berpartisipasi menjawab tuntutan tersebut. Saat ini SMA atau sekolah menengah


(36)

lainnya sudah banyak yang menjadikan bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, baik sebagai mata pelajaran pokok maupun ekstrakulikuler. Para siswa yang duduk di jenjang pendidikan menengah ini dipersiapkan agar mampu bersaing pada dunia kerja yang sekarang ini sudah banyak mensyaratkan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan berbahasa asing. Dengan adanya hal ini para siswa juga menjadi termotivasi untuk belajar bahasa Mandarin.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bahasa Mandarin di Indonesia selain sebagai alat komunikasi adalah untuk meningkatkan daya saing individu agar dapat ikut serta berpartisipasi menghadapi perkembangan global khususnya dalam bidang ekonomi dan budaya.

3. Aspek-Aspek Pelajaran Bahasa Mandarin

Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua 普通话 dan Guoyu 國語 yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua. Putonghua adalah bahasa resmi Cina dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua - yang biasanya malah dipanggil Huayu - juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura. Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harafiah berarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada


(37)

bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Mandarin)

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 tahun 2006 mengenai standar kompotensi untuk lulusan Sekolah Menengah Atas, dijelaskan bahwa bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran yang mengembangkan ketrampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Mempelajari bahasa Mandarin (zhong wen) tidak bisa terlepas dari penulisan huruf/aksaranya .Contohnya: Dalam bahasa mandarin kata: 你好!( ni hao ) yang berarti apa kabar.

Salah satu Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa dalam belajar bahasa Mandarin pada tingkat SMA adalah dapat mengidentifikasi bunyi hanyu pinyin

serta mengucapkan bunyi yunmu secara tepat. Menurut Xin (2005) belajar bahasa Mandarin cukup kompleks dan sulit. Didalam bahasa Mandarin banyak pengucapan kata yang sama dan apabila intonasi pelafalannya tidak baik maka makna yang disampaikan akan rancu oleh pendengar lain.

Program pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia memiliki tujuan agar para siswa berkembang dalam hal: kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik. Untuk SMA yang memiliki kelas program bahasa, bahasa Mandarin akan diajarkan pada siswa di kelas X, XI, dan XII. Pengenalan pelajaran bahasa Mandarin pada siswa kelas X meliputi :


(38)

2) Cara berkenalan ( jièshào ) : nǐ hǎo !, nǐ jiào shénme míngzi? 3) Sekolah ( xuéxiào ) : lǎoshī, xuésheng, Yīngwén, Zhōngwén, jiàoshì 4) Keluarga ( jiā ) : xiōngdì, jiéhūn, jiātíng fùnǔ, háizi.

5) Kegiatan ( húodòng ) : kàn diànyǐng, dǎ qiú, dúshū, yìqǐ.

Kemudian untuk siswa kelas XI dan XII, materi yang diajarkan guru merupakan lanjutan dari materi yang sudah dipelajari di kelas X, siswa mempelajarinya secara lebih kompleks. Materi tersebut meliputi :

a) Hobi ( ài hào ) : chī fàn, yī ge xīngqī, měi tiān, yóuyǒng.

b) Cara menulis surat ( xié ) : nián, hěn hǎo, bù yào fannǎo, qǐng

tì…wěn…hǎo.

c) Pemakaian tata bahasa dalam pembentukan kalimat bahasa Mandarin seperti : bù dān…èr qié ; penggunaan de, penggunaan shí.

Selain itu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah seperti Guru juga melatih siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Mandarin pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta mengarahkan siswa agar berani berbicara dengan teman yang lain menggunakan bahasa Mandarin. Pembelajaran bahasa Mandarin di SMA memerlukan adanya fasilitas yang memadai dari sekolah agar siswa lebih bersemangat dalam belajar dan tidak bosan untuk belajar.

C. SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Sardiman (2003) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar - mengajar di sekolah, siswa menempati posisi sentral karena siswa sebagai pihak yang ingin


(39)

meraih cita - cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal sehingga siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Pada umumnya di Indonesia, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki usia berkisar 15/16- 18/19. Pada usia tersebut, individu berada pada tahapan masa remaja. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2007), pada masa remaja ini, individu berada pada tahap operasional formal yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan untuk berpikir abstrak dan menggunakan cara berpikir ilmiah dalam mengatasi suatu masalah.

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 2002).

1. Perkembangan Remaja

Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik ( Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia dan Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.


(40)

Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Perkembangan kepribadian dan sosial adalah perubahan cara idividu berhubungan dengan dunia. Dalam hal sosial bahasa memiliki peranan penting, dengan perkembangan bahasa anak akan lebih mengerti orang lain dan lebih mudah dimengerti orang lain. Bahasa digunakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan sikap sosialnya (Santrock, 2001).

2. Tugas Perkembangan Remaja

Hurlock (2002) menyebut tugas - tugas perkembangan ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Adapun faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan adalah :

1. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu

2. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan organisasi


(41)

3. Tuntutan dari dorongan dan cita - cita individu sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan

4. Tuntutan norma agama

Super (dalam Brown, 2002) menyatakan bahwa siswa SMA sedang berada pada tahap eksplorasi karirnya, remaja mulai memikirkan alternatif pekerjaan, yang sesuai dengan bakat, minat dan kecerdasan serta potensi yang dimilikinya. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2002) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu :

a) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Tujuan dari tugas ini adalah belajar berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya, belajar bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

b) Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini akan mengantarkannya kedalam kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun jika gagal, maka dia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya karena sulit bergaul dengan orang lain.

c) Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. Hakikat dari tugas tersebut adalah remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria dan sebagai wanita. Misalnya, melakukan tugas-tugas yang dilakukan oleh pria dewasa, seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga.


(42)

d) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Tugas ini bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

e) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Hakikat dari tugas ini adalah membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang bergantung pada orang tua, mengembangkan sikap respek terhada orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.

f) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini sangat penting dan mendasar bagi remaja.

g) Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan). Tujuan tugas ini adalah memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya serta mempersiapkan diri dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki / terjun dalam pekerjaan tersebut.

h) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Tujuan dari tugas ini adalah mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak serta memperoleh pengetahuan yang tepat tantang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak.

i) Mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. Tugas perkembangan bertujuan untuk mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik,


(43)

dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, serta melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara dan berpikir yang penting bagi upaya memecahkan masalah - masalah secara efektif.

j) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Tujuan tugas ini adalah berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya.

k) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk dalam bertingkah laku. Tujuan dari tugas ini adalah membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut, memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya sehingga dapat hidup secara selaras dengan orang lain.

l) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Tugas ini bertujuan agar remaja dapat mencapai kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu bagian dari tugas perkembangan remaja sebagai peserta didik pada masa SMA adalah mempersiapkan diri dalam hal persiapan karir (pekerjaan). Dengan memiliki ketrampilan dan pengetahuan tertentu maka akan lebih mudah untuk mencapai


(44)

hubungan dengan orang lain. Diharapkan dengan perkembangan ketrampilan intelektual akan dapat mencapai kemandirian ekonomi di masa yang akan datang.

D. MOTIVASI BELAJAR BAHASA MANDARIN PADA SISWA SMA METHODIST 2 MEDAN

Tujuan dari pembelajaran bahasa Mandarin adalah tercapainya keempat aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Namun, kemampuan berbahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan masih belum optimal. Belajar bahasa Mandarin yang sulit menjadi kendala bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Sardiman (2007) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar adalah motivasi. Dengan adanya motivasi siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Tidak adanya motivasi dalam diri siswa akan mengakibatkan siswa tidak semangat dalam belajar dan hasil belajarnya tidak optimal.

Pada saat mata pelajaran bahasa Mandarin berlangsung beberapa siswa SMA Methodist 2 Medan kurang memperhatikan guru ketika mengajar, mengobrol dengan temannya, serta kelas yang ribut saat pelajaran berlangsung. Selain itu beberapa siswa juga tidak tekun mengerjakan tugasnya serta tidak membawa perlengkapan belajar bahasa Mandarinnya. Siswa SMA Methodist 2 Medan juga mengakui akan sulitnya pelajaran ini dan kurang menunjukkan ketertarikannya pada pelajaran tersebut.


(45)

Menurut Sardiman (2007) beberapa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah tekun mengerjakan tugas, ulet terhadap kesulitan yang dihadapi selama belajar serta menunjukkan minat terhadap pelajaran tersebut. Motivasi merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam diri individu. Uno (2007) menambahkan adanya motivasi pada diri individu akan menimbulkan suatu dorongan dari dalam sehingga individu tersebut melakukan suatu tindakan.

Dalam hal belajar adanya motivasi sangat diperlukan agar kegiatan belajar yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan terarah. Motivasi akan menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dimaksud akan tercapai. Dengan melihat tinggi rendahnya motivasi belajar individu, maka dapat diketahui intensitas, arah, serta kegiatan belajar yang dilakukan (Sardiman, 2003).

Demikian pula motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan sangat diperlukan mengingat bahasa Mandarin adalah salah satu sarana komunikasi yang memiliki peranan dalam dunia perekonomian global dan budaya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa siswa belum menunjukkan kemampuan berbahasa Mandarin dengan baik. Dengan melihat gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan maka diharapkan dapat menemukan faktor yang menjadi kendala siswa sehingga hasil belajar bahasa Mandarin belum optimal. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan berusaha terus-menerus meskipun menghadapi kesulitan dalam belajar, sampai tujuannya tersebut dapat dicapai.


(46)

Pembelajaran bahasa Mandarin yang sulit membutuhkan ketekunan siswa untuk belajar serta keuletan untuk terus-menerus berusaha dalam menghadapi kesulitan dalam belajar agar tujuannya yaitu mampu berbahasa Mandarin dengan baik dapat tercapai.

Menurut Ebata (2008) dengan adanya motivasi belajar bahasa akan menimbulkan perasaan positif terhadap bahasa tersebut, sehingga mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan dan menikmati proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar bahasa Mandarin yang tinggi, belajarnya lebih tekun dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajar bahasa Mandarinnya rendah. Pintrinch (2003) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2002). Berikut akan dibahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan, definisi operasional, populasi dan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan metode analisis data

A. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Menurut Azwar (2010) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Sugiyono, 2006). Metode ini dipilih karena bermaksud mendeskripsikan mengenai motivasi belajar bahasa Mandarin.

B. DEFINISI OPERASIONAL 1. Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Motivasi belajar bahasa Mandarin adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau berusaha mempelajari bahasa Mandarin dengan sebaik-baiknya


(48)

dan mampu mengatasi kesulitan belajar serta mengarahkan kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu yaitu mampu berbahasa Mandarin dengan baik.

Motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan skala motivasi belajar yang disusun oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi menurut Sardiman (2007) yakni : (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan belajar (tidak lekas putus asa); (3) Menunjukkan minat terhadap pelajaran; (4) Lebih senang bekerja Mandiri; (5) Dapat mempertahankan pendapatnya; (6) Senang mencari dan memecahkan masalah; (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. Tinggi - rendahnya motivasi belajar yang dialami siswa dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala motivasi belajar. Semakin tinggi skor yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki motivasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

C. POPULASI & SAMPEL 1. Populasi

Populasi adalah objek, gejala, atau kejadian yang diselidiki. Terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian akan digeneralisasikan (Hadi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist 2 Medan yang terdiri dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Adapun jumlah keseluruhan populasi adalah sebanyak 1402 siswa. Tabel 1 menunjukkan gambaran jumlah pupulasi siswa SMA Methodist 2 Medan:


(49)

Tabel 1. Gambaran Jumlah Populasi Penelitian

Kelas Jurusan

IPA IPS

X

X IPA I 38 X IPS 1 40

X IPA 2 40 X IPS 2 32 X IPA 3 35 X IPS 3 30 X IPA 4 32 X IPS 4 30 X IPA 5 42 X IPS 5 26 X IPA 6 38 X IPS 6 32 X IPA 7 40 X IPS 7 30

XI

XI IPA 1 50 XI IPS 1 42 XI IPA 2 42 XI IPS 2 50 XI IPA 3 40 XI IPS 3 45 XI IPA 4 35 XI IPS 4 38

XI IPA 5 52 - -

XI IPA 6 42 - -

XI IPA 7 42 - -

XII

XII IPA 1 40 XII IPS 1 42 XII IPA 2 45 XII IPS 2 28 XII IPA 3 37 XII IPS 3 35 XII IPA 4 40 XII IPS 4 30 XII IPA 5 42 XII IPS 5 26

XII IPA 6 41 - -

XII IPA 7 35 - -

TOTAL 1402

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan sebagian bahan penelaah dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representatif) terhadap populasinya (Supangat, 2007). Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian (Hadi, 2002). Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisa dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30 subjek, walaupun ia juga mengakui bahwa sampel sebesar 100 merupakan


(50)

jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2010), secara tradisional statistika jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek dianggap sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel, maka jumlah sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 orang siswa-siswi SMA Methodist 2 Medan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah kombinasi teknik quota sampling. Menurut Siregar (2012) quota sampling merupakan metode penetapan

sampling dengan menentukan quota terlebih dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum quota masing-masing kelompok terpenuhi maka penelitian belum dianggap selesai. Tabel 2 menunjukkan gambaran jumlah sampel penelitian :

Tabel 2. Gambaran Jumlah Sampel Penelitian

Kelas Jurusan Jumlah

IPA IPS

X 50 50 100

XI 50 50 100

XII 50 50 100

Total 300

Pada penelitian ini secara kebetulan peneliti berkesempatan untuk memasuki beberapa kelas untuk bertemu dengan beberapa sampel yang sesuai dengan kriteria dari penelitian. Jumlah sampel yang terdapat pada satu kelas tertentu belum tentu memenuhi jumlah quota yang diinginkan oleh peneliti. Berdasarkan prinsip quota sampling maka penelitian belum dianggap selesai jika


(51)

bantuan dari pihak sekolah untuk memasuki beberapa kelas yang sesuai dengan kriteria, sampai jumlah quota yang ditetapkan oleh peneliti bisa tercapai. Dalam hal pemilihan sampel maka subjek yang secara kebetulan pertama sekali mendapatkan skala sesuai dengan nomor urut skala yang telah ditentukan oleh peneliti adalah subjek yang berkesempatan untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel ini hampir mirip dengan teknik accidental sampling Menurut Sugiyono (2006) accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok dengan kriteria utamanya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling juga merupakan teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu-waktu sampai jumlah sampel (quota) yang diinginkan terpenuhi. Siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel.


(52)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2000). Model skala yang digunakan adalah penskalaan model likert yang dimodifikasi yang terdiri atas beberapa aitem sebelum uji coba dengan menggunakan 5 kategori jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bentuk pernyataan dari setiap butir terdiri dari aitem yang favourable dan aitem yang unfavourable. Aitem yang

favourable adalah aitem yang bersifat mendukung pernyataan, sedangkan aitem

unfavourable bersifat kebalikannya. Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban responden pada tiap-tiap aitem dalam skala ditentukan oleh sifat aitemnya. Penilaian aitem yang favourable diberikan untuk tiap jawaban SS adalah 4, untuk jawaban S adalah 3, untuk jawaban TS adalah 2, dan 1 untuk jawaban STS. Sedangkan untuk aitem yang unfavourable, subjek yang menjawab SS dinilai 1, S dinilai 2, TS dinilai 3, dan nilai 4 untuk jawaban STS. Tabel 3 menunjukkan blue print skala motivasi belajar bahasa Mandarin yang digunakan dalam penelitian.


(53)

Tabel 3. Blue Print Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Variabel Indikator Perilaku Item Jumlah

Favour able unfavo urable Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

a) Tekun dalam menghadapi tugas

4 4 8

b) Ulet menghadapi kesulitan 4 4 8

c) Menunjukkan minat 4 4 8

d) Senang bekerja mandiri 4 4 8 e) Cepat bosan dengan tugas

rutin

3 3 6

f) Dapat mempertahankan pendapatnya

3 3 6

g) Tidak mudah melepas hal yang diyakini

3 3 6

h) Senang mencari dan memecahkan soal

4 4 8

Total 58

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu program software SPSS version 19,0 for windows.

Aitem-Aitem yang memiliki daya beda cukup tinggi dan reliabel akan digunakan untuk mengukur motivasi belajar. Variabel yang diteliti berupa motivasi belajar yang didasarkan pada karakteristik siswa seperti: jenis kelamin, etnis, jurusan, dan kelas. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan mean, dan standar deviasi dari variabel tersebut untuk melihat gambaran umum motivasi belajar.


(54)

1. Validitas Alat Ukur

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity).

Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal sehingga aitem-aitem yang telah dikembangkan memang mengukur (representatif) apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2011).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil skala dilakukan bila item-item yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antarbagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan koefisien


(55)

reliabilitas dalam uji coba dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 19.0 For Windows. Tabel 4 menunjukkan penyebaran aitem skala motivasi belajar bahasa Mandarin sebelum uji coba.

Tabel 4. Penyebaran Aitem Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Sebelum Uji Coba

Indikator Perilaku No.Aitem Jumlah

Favourable Unfavourable 1. Tekun dalam

menghadapi tugas

1,2,5,8 3,4,6,7 8

2. Ulet menghadapi kesulitan

11,13,14,15, 9,10,12,16 8 3. Menunjukkan

minat

17,19,20,21 18,22,23,24 8 4. Senang bekerja

mandiri

25,29,30,31 26,27,28,32 8 5. Cepat bosan

dengan tugas rutin

33,36,37 34,35,38 6

6. Dapat

mempertahankan pendapatnya

39,40,41 42,43,44 6

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

47,48,49 45,46,50 6

8. Senang mencari dan memecahkan soal

51,52,54,56,57 53,59,55,58 8

Total 58

a) Uji beda aitem

Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda item. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki


(56)

atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur (Azwar, 2010). Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment

(Azwar, 2010). Menurut Azwar (2010), semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka daya pembedanya dianggap memuaskan. Sedangkan apabila aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2010). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar bahasa Mandarin.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Tujuan dilakukannya pengujian alat ukur ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh alat ukur yang digunakan dapat mengukur atau mengungkap apa yang hendak diukur. Kedua, seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran atau keadaan yang sebenarnya (Suryabrata, 2011).

Uji coba skala motivasi belajar bahasa Mandarin dilakukan pada tanggal 2 Februari 2015 kepada 100 siswa SMA St.Thomas I Medan. Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisis uji coba dengan menggunakan aplikasi SPSS. Menurut Azwar (2010), semua aitem yang mencapai korelasi 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik maka aitem tersebut semakin baik.


(57)

1. Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Hasil analisis skala motivasi belajar bahasa Mandarin menunjukkan bahwa dari 58 aitem, terdapat 6 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total dibawah 0,30, sehingga jumlah aitem yang gugur adalah sebanyak 6 aitem. Hasil perhitungan reliabilitas skala motivasi belajar menghasilkan nilai koefisien alpha sebesar 0,914. Berikut pada tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan hasil uji coba skala motivasi belajar bahasa Mandarin & penyebaran aitem skala motivasi belajar bahasa Mandarin setelah uji coba.

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Indikator Perilaku No Aitem Jumlah

1. Tekun dalam menghadapi tugas

1,2,3,4,5,6,7,8 8 2. Ulet menghadapi

kesulitan

9,10,11,12,13, 14,15,16,

8 3. Menunjukkan minat 17,18,19,20,21

,22,23,24,

8 4. Senang bekerja

mandiri

25,26,27,28,29 ,30,31,32

6 5. Cepat bosan dengan

tugas rutin 33,34,35,36,37 ,38 4 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 39,40,41,42,43 ,44 5

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

45,46,47,48,49 ,50,

5

8. Senang mencari dan memecahkan soal

51,52,53,54,55 ,56,57,58

8 TOTAL 52 ( Keterangan : aitem yang di bold adalah item yang gugur)


(58)

Tabel 6. Blue Print Skala Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Setelah Uji Coba

Indikator Perilaku No Aitem Jumlah Favorable Unfavorable

1. Tekun dalam menghadapi tugas

1,2,5,8, 3,4,6,7 8

2. Ulet

menghadapi kesulitan

11,13,14,15, 9,10,12,16 8

3. Menunjukkan minat

17,19,20,21 18,22,23,24, 8 4. Senang bekerja

mandiri

25,29,30 26,27,28 6 5. Cepat bosan

dengan tugas rutin

31,34 32,33 4

6. Dapat

mempertahanka n pendapatnya

35,36,37 38,39 5

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

41,42,43 40,44 5

8. Senang mencari dan

memecahkan soal

45,46,50,51 47,48,49,52 8

TOTAL 52

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian


(59)

a. Perizinan

Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mengurus izin untuk melakukan penelitian. Pertama, peneliti mengurus surat izin pengambilan data ke Fakultas Psikologi USU. Setelah surat izin selesai dibuat, peneliti mengantarkan surat izin tersebut ke tempat melakukan uji coba dan tempat penelitian sebenarnya pada tanggal 2 Februari 2015.

b. Pembuatan dan uji coba alat ukur

Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1) Membuat alat ukur yang terdiri dari skala motivasi belajar berdasarkan teori

yang telah diuraikan di bab II. Skala motivasi belajar bahasa Mandarin terdiri dari 58 aitem

2) Setelah skala selesai dibuat, kemudian peneliti menelaah aitem-aitem dalam skala tersebut melalui professional judgement.

3) Kemudian peneliti melakukan uji coba dimulai dari tanggal 06 Februari 2015 sampai tanggal 07 Februari 2015. Uji coba dilakukan dengan menyebarkan skala pada 100 orang siswa SMA St Thomas I Medan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah aitem-aitem dalam skala tersebut mampu mengukur atribut yang ingin diukur dalam penelitian. 4) Setelah peneliti melakukan uji coba, peneliti melakukan uji statistik

terhadap data yang didapatkan dari skala motivasi belajar bahasa Mandarin, sehingga diketahui aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya. Peneliti mengambil aitem yang telah memenuhi validitas dan reliabilitas untuk dijadikan skala penelitian.


(60)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan uji coba dan revisi alat ukur, peneliti melakukan pengambilan data pada tanggal 23 Februari 2015 terhadap 300 orang siswa SMA Methodist 2 Medan yang terdiri dari kelas I, kelas II, dan kelas III.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari semua subjek penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, peneliti menggunakan SPSS for Windows 19.0 version yang meliputi uji analisis deskriptif.

H. METODE ANALISA DATA

Metode analisis data pada penelitian ini akan dilakukan dengan perhitungan statistik yaitu analyze descriptive statistic yang menggunakan bantuan program

SPSS version 19.0 For Windows. Statistik deskriptif digunakan untukmemberikan gambaran dari data yang sudah terkumpul. Data yang telah terkumpul akan ditabulasikan, selanjutnya akan dilakukan perhitungan mean dan standar deviasi dari variabel tersebut untuk melihat gambaran umum motivasi belajar.

Pengujian hasil analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tabulasi data. Skor-skor yang diperoleh responden diubah dalam bentuk persentase dengan cara membagi suatu skor dengan totalnya dan mengalikan 100 (Purwanto, 2008).

Rumus : / n x 100%

n = jumlah keseluruhan respon pada aitem


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum tentang karakteristik subjek penelitian seperti kelas, jurusan, jenis kelamin dan etnis. Kemudian dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan data penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah (N) Persentase (%)

Kelas 1 100 33.3

Kelas 2 100 33.3

Kelas 3 100 33.3

Total 300 100

Dari tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian menyebar secara merata pada ketiga kelas (33.3%).

2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jurusan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jurusan dapat dilihat pada tabel 8 berikut :


(62)

Tabel 8. Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jurusan

Jurusan Jumlah (N) Persentase (%)

IPA 150 50.0

IPS 150 50.0

Total 300 100.0

Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian menyebar secara merata pada kedua jurusan (50.0%).

3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 127 42.3

Perempuan 173 57.7

Total 300 100.0

Dari tabel 9 diatas diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian adalah perempuan (57.7%).

4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis

Penyebaran subjek penelitian berdsarkan etnis dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis

Etnis Jumlah (N) Persentase (%)

Non Tionghoa 68 22.7

Tionghoa 232 77.3

Total 300 100.0


(63)

B. HASIL UTAMA PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi belajar bahasa Mandarin siswa SMA Methodist 2 Medan, maka data dianalisa secara deskriptif. Berikut merupakan tabel penyajian analasis deskriptif pada penelitian ini:

Tabel 11. Deskripsi Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Variable Empirik Hipotetik

Max Min Mean Sd Max Min Mean Sd

Motivasi Belajar

71 199 138,08 22,8 52 208 78 21,3

Berdasarkan tabel 11 diatas diperoleh skor empirik dan skor hipotetik.. Mean empirik variabel motivasi belajar bahasa Mandarin sebesar 138,08 dengan standar deviasi 22,8 dan mean hipotetik sebesar 78 dengan standar deviasi sebesar 21,3. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dibandingkan dengan

mean hipotetik (138,08 > 78), maka dapat dikatakan bahwa motivasi belajar bahasa Mandarin subjek penelitian lebih tinggi daripada motivasi belajar sesuai standard skala

Setelah perhitungan skor empirik dan hipotetik, maka hasil tersebut dimasukkan kedalam rumus norma kategorisasi dalam tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Norma Kategorisasi Hipotetik

No Rentang Nilai Kategori

1 X < -1 SD + M Rendah

2 -1 SD + M X < 1 SD + M Sedang


(1)

Jika jaw aban bahasa Mandarin saya berbe da dengan tem an m aka saya akan m engganti jawaban s aya s ehingga sam a dengan jaw aban tem an

20 6.7 6.7 6.7

133 44.3 44.3 51.0

104 34.7 34.7 85.7

43 14.3 14.3 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Des criptive Statistics Sanggup Mem pertahankan Pendapat

300 5.00 20.00 13.1300 2.56809

300 Sanggup

mempertahankan pendapat Valid N (listw ise)

N Minimum Max imum Mean Std. Deviation

Kategorisasi kesanggupan mempertahankan pendapat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 1 .3 .3 .3


(2)

Saya yakin bahw a bahasa Mandarin itu penting, m aka saya belajar dengan baik

83 27.7 27.7 27.7

155 51.7 51.7 79.3

51 17.0 17.0 96.3

11 3.7 3.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya yakin bahw a bahasa Mandarin itu penting, m aka saya belajar dengan baik

47 15.7 15.7 15.7

175 58.3 58.3 74.0

69 23.0 23.0 97.0

9 3.0 3.0 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya belajar bahasa M andarin dengan sungguh-sungguh k arena saya yakin bahasa M andarin bem anfaat bagi m asa depan s aya

60 20.0 20.0 20.0

152 50.7 50.7 70.7

82 27.3 27.3 98.0

6 2.0 2.0 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya kurang yakin bahasa Mandarin penting bagi saya, se hingga saya kurang serius dalam m e mpelajarinya

74 24.7 24.7 24.7

184 61.3 61.3 86.0

37 12.3 12.3 98.3

5 1.7 1.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Saya yakin walaupun saya tidak belajar bahas a Mandarin dengan sungguh-sungguh saya akan m endapat nilai yang baik

57 19.0 19.0 19.0

169 56.3 56.3 75.3

58 19.3 19.3 94.7

16 5.3 5.3 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kategorisasi Tidak Mudah Melepas Hal yang Diyakini

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 1 .3 .3 .3

Sedang 18 6.0 6.0 6.3

Tinggi 281 93.7 93.7 100.0

Total 300 100.0 100.0

Descriptive Statistics Tidak Mudah Melepas Keyakinan

300 5.00 20.00 14.7667 2.73688

300 Tidak mudah melepas

Valid N (listwise)


(4)

Saya senang apabila saya bisa me ngerjakan soal bahasa Mandarin dengan baik

61 20.3 20.3 20.3

191 63.7 63.7 84.0

43 14.3 14.3 98.3

5 1.7 1.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya senang apabila saya m endapat tugas dari guru berkaitan dengan bahasa Mandarin

18 6.0 6.0 6.0

110 36.7 36.7 42.7

147 49.0 49.0 91.7

25 8.3 8.3 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya senang m encari topik berbahasa Mandarin, dan m encoba m enem ukan artinya

42 14.0 14.0 14.0

148 49.3 49.3 63.3

87 29.0 29.0 92.3

23 7.7 7.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jika ada penjelas an yang tidak saya m enge rti, saya akan bertanya pada guru

24 8.0 8.0 8.0

155 51.7 51.7 59.7

92 30.7 30.7 90.3

29 9.7 9.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Saya hanya m engerjakan soal bahasa Mandarin yang m udah, dan m em biarkan soal yang saya rasa sulit

24 8.0 8.0 8.0

136 45.3 45.3 53.3

110 36.7 36.7 90.0

30 10.0 10.0 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apabila saya m endapat soal yang sulit, saya akan m encontek jaw aban tem an saya

17 5.7 5.7 5.7

111 37.0 37.0 42.7

148 49.3 49.3 92.0

24 8.0 8.0 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Saya m alas m e mbahas topik yang berhubungan de ngan bahas a m andarin

32 10.7 10.7 10.7

142 47.3 47.3 58.0

115 38.3 38.3 96.3

11 3.7 3.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jika ada penjelas an guru bahasa Mandarin yang tidak saya m engerti , saya tidak akan m encari jaw abannya.

28 9.3 9.3 9.3

109 36.3 36.3 45.7

104 34.7 34.7 80.3

59 19.7 19.7 100.0

300 100.0 100.0

Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

Kategori Senang Memecahkan Masalah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sedang 46 15.3 15.3 15.3

tinggi 254 84.7 84.7 100.0

Total 300 100.0 100.0

Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Motivasi Belajar 300 71 199 138.08 22.884

Valid N (listwise) 300

Kategori Motivasi Belajar Bahasa Mandarin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedang 16 5.3 5.3 5.3

Tinggi 284 94.7 94.7 100.0