Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk Multi Item (Studi Kasus: Pabrik Syahfira Bakery)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan
manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan, para
pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahannya suatu waktu tidak
dapat memenuhi keinginan para langganannya.
Persediaan adalah suatu aktivita yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau
persediaaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan
untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu
(Rangkuti, 1996).
Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi
persediaan sebagai berikut:

1. Pengertian persediaan menurut Ristono (2009) adalah teknik untuk manajemen
material yang berkaitan dengan persediaan.
2. Pengertian persediaan menurut Lalu Sumayang (2003) adalah simpanan
material berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.
3. Pengertian persediaan menurut Hadi Handoko (2000) adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Universitas Sumatera Utara

7

4. Sofjan Assauri (1993), menjelaskan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
suatu periode usaha yang normal.

2.1.2

Jenis-Jenis Persediaan


Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori yaitu:
1. Bahan mentah (raw materials), yaitu barang-barang berwujud seperti baja,
kayu, tanah liat, tatu bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumbersumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau di olah sendiri oleh perusahaan
untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
2. Persediaan bagian produk atau komponen, yaitu barang-barang yang terdiri
atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil
produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang
setengah jadi.
3. Barang setengah jadi (work in process), yaitu baang-barang keluaran dari tiap
operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks
dari pada komponen, namun masih perlu di proses lebih lanjut untuk menjadi
barang jadi.
4. Barang jadi (finished good), yaitu barang-barang yang telah selesai di proses
dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material), yaitu barang-barang yang diperlukan
dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan
komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar,
pelumas, listrik, dan lain-lain.
Menurut (Rangkuti, 1996) persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, yaitu:

1. Bath Stock atau Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan
atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang
dibutuhkan saat itu.

Universitas Sumatera Utara

8

2. Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasai permintaan konsumen
yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktasi permintaan yang dapat
diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan
untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang
meningkat.

2.1.3


Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan menentukan
tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan
efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan. Pengendalian perusahaan
perlu diperhatikan karena berkaitan dengan biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Sehingga persediaan yang ada harus
seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang berlebih beresiko
menimbulkan kerusakan pada produk dan biaya penyimpanan yang tinggi. Begitu
pula sebaliknya apabila terlalu sedikit akan mengganggu kelancaran produksi,
oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan didalam pengadaan persediaan
sehingga dapat menekan biaya-biaya seminimal mungkin serta proses produksi
dapat berjalan lancar. Pengendalian pengadaan persediaan peru diperhatikan
karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan
sebagai akibat adanya persediaan (Ristono, 2009).
Pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam
menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta
kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali. Pengendalian persediaan
adalah salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapkan
metode kuantitatif. Konsep ini diterapkan baik untuk industri skala kecil maupun

industri skala besar (Rangkuti, 1996).

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.4

Analisis Persediaan

Analisis persediaan merupakan salah satu topik yang paling popular dalam ilmu
manajemen, salah satu alasannya adalah karena hampir semua jenis organisasi
bisnis memiliki persediaan, walaupun mereka cenderung untuk berpikir mengenai
persediaan hanya dalam hal jumlah persediaan yang terdapat dalam perusahaan.

2.2. Uji Normalitas
Uji nomalitas data dilakukan untuk menetahui apakah data dari masing-masing
kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dengan uji Lilliefors
dilakukan apabila data merupakan data tunggal atau data frekwensi tunggal, bukan
data distribusi frekwensi kelompok. Menurut Sudjana, uji normalitas dapat

dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors dilakukan dengan langkah-langkah
berikut. Diawali dengan penentuan taraf signifikan 5% (0,05) dengan hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Hipotesis H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Hipotesisi H1 : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Untuk pengujian hipotesis maka prosedur yang harus dilakukan antara lain:
a.

Nilai data

1, 2, … ,

1, 2, … ,

, dijadikan angka baku

menggunakan rumus (dengan � dan

dengan


masing-masing merupakan rata-rata

dan simpangan baku).

Menghitung rata-rata sampel pengamatan digunakan rumus:
�=

=1

2.1

Menghitung simpangan baku dari sampel digunakan rumus:

=

=1



−1


2

2.2

Universitas Sumatera Utara

10



=

(2.3)

Dimana:
= Rata-rata hitung
= Simpangan baku
= Bilangan baku


b.

= 1,2,3, … ,

Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal

c.

Menghitung proporsi

2, … ,

1,

, maka



=


baku, kemudian hitung peluang:


. Jika proporsi ini dinyatakan oleh
1 , 2 ,…,

=


.



(2.4)

tetukan harga mutlaknya.

d.

Hitung selisih


e.

Cari nilai yang terbesar diantara nilai-nilai mutlak selisih |
jadikan �

f.

atau �0 .




= max |

Pengujian hipotesis:

|



|

(2.5)

Hipotesis:
Hipotesis H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Hipotesisi H1 : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Jika
�0 =

≤ �� ;
> �� ;

Dengan ��

,

0
0

,

adalah nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf nyata ∝

dan banyaknya sampel .

Universitas Sumatera Utara

11

2.3 Total Biaya Persediaan Perusahaan
Perhitungan total biaya persediaan pada Perusahaan dengan rumus sebagai
berikut:
= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan
=

×

+

×

(2.6)

dimana:
= Biaya persediaan perusahaan
= Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun
= Biaya pemesanan
= Biaya penyimpanan
= Banyak bulan per tahun (12 bulan)

2.4 Biaya-Biaya Persediaan
tujuan yang ingin disapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah
meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan merupakan keseluruhan
biaya operasi atas sistem persediaan. Biaya persediaan didasarkan pada parameter
ekonomis yang relevan dengan jenis biaya sebagai berikut (Zulian,1999):
1.

Biaya pembelian (purchase cost)
Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar,
atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per
unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk
pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya
pengangkutan sedangkan untuk item yang di produksi di dalam perusahaan,
biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya
overhead pabrik.

2.

Biaya pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari
suplier atau biaya persiapan (setup cost) apabila item diprouksi di dalam
perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung

Universitas Sumatera Utara

12

dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat
daftar pemintaan, menganalisis suplier, membuat pesan pembelian,
penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi.
Sedangkan biaya persiapan dapat

berupa biaya yang dikeluarkan akibat

perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum
produksi, dan pengecekan kualitas.
3.

Biaya Penyimpanan ( Carriying Cost/Holding Cost)
Biaya Penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam
persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan
persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi,
pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara persediaan.

4.

Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)
Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan
dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila
pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam
terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang
lain.

2.5 Economic Order Quantity (EOQ)
2.5.1 Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
Model kuantitas pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity- EOQ model)
adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling
dikenal secara luas. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris dari
Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan insipirai bagi para pakar
persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan
lainnya.
Economic Order Quantity menurut

Riyanto (2001:78) adalah jumlah

kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

Universitas Sumatera Utara

13

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:68) adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode
pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus
memesan dan berapa banyak harus memesan.
Adapun keunggulan EOQ yaitu: Metode EOQ memperhitungkan safety
stock sehingga persediaan bahan baku untuk proses produksi tetap terjamin,
Penggunaan metode EOQ akan memperkecil jumlah pemesanan yang diamati,
sehingga biaya pemesanan (atau biaya penyiapan) menjadi lebih kecil, mudah
diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu
dan lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat.
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada metode EOQ yaitu: Pada
metode EOQ biaya penyimpanan bahan baku akan lebih besar, karena ada
sejumlah bahan baku yang harus disimpan selama beberapa periode, sebelum
bahan baku tersebut digunakan untuk proses produksi, Penjualan dapat
ditentukan, Pemakaian bahan baku terjadi sepanjang tahun dan Persediaan dapat
segera diperoleh

Model persediaan EOQ dapat diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.

Permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan.

2.

Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap.

3.

Jarak waktu sejak pesan sampai pemesanan datang (lead time) pasti.

4.

Semua biaya diketahui dan bersifat pasti.

5.

Kekurangan persediaan (stock out) tidak di izinkan.

6.

Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

2.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) multy item
Economic Order Quantity (EOQ) multy item adalah teknik pengendalian
permintaan/pemesanan beberapa jenis item yang optimal dengan biaya inventory
serendah mungkin. Tujuan dari model EOQ adalah menentukan jumlah (Q) setiap
kali pemesanan sehingga meminimalisasi total biaya persediaan. Jumlah biaya
yang ditekan serendah mungkin adalah carrying cost (biaya penyimpanan) dan
ordering cost (biaya pemesanan).

Universitas Sumatera Utara

14

Model EOQ multi item merupakan model EOQ untuk pembelian bersama
(joint purchase) beberapa jenis item. Asumsi-asumsi yang dipakai antara lain:
a.

Tingkat permintaan untuk setiap item konstan dan diketahui dengan pasti,
waktu tunggu (lead time) juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu tidak
ada stockout maupun biaya stockout.

b.

waktu tunggu (lead time)-nya sama untuk semua item, dimana semua item
yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap
siklus.

c.

Biaya simpan (holding cost), harga per unit (unit cost) dan biaya pesan
(ordering cost) untuk setiap item diketahui. Tidak ada perubahan dalam biaya
per unit (quantity discount), biaya pesan, dan biaya simpan.

2.5.3

Biaya penyimpanan (Carrying Cost)

Biaya penyimpanan (H) biasanya dinyatakan dengan dasar per unit untuk
beberapa periode waktu (walaupun kadang dinyatakan dalam benruk persentase
rata-rata persediaan). Secara tradisional, biaya penyimpanan di hubungkan dengan
dasar tahunan (per tahun), dapat dilihat Gambar 2.1 yang berhubungan dengan
besarnya penyimpanan.

Gambar 2.1 Penggunaan Persediaan

Universitas Sumatera Utara

15

Walaupun demikian, biaya penyimpanan (H) hanya menyajikan biaya per
unit dan tidak total biaya penyimpanan tahunan. Total biaya penyimpanan
ditentukan oleh jumlah persediaan yang dimiliki selama tahun itu. Pada saat
persediaan habis maka akan dilakukan pemesanan ulang. Jumlah persediaan yang
tersedia diilustrasikan dalam Gambar 2.1.
Dalam Gambar 2.1,
diperlukan

untuk

melambangkan besarnya pemesanan yang

mengisi

persediaan

yang

ditentukan.

Garis

yang

dengan waktu ( ) dalam grafik, melambangkan tingkat

menghubungkan

dimana persediaan dihabiskan selama periode waktu tertentu. Permintaan
diasumsikan diketahui secara konstan atau pasti, hal ini menjelaskan mengapa
garis yang melambangkan permintaan berupa garis lurus atau linear. Kemudian
persediaan mencapai titik nol, diasumsikan bahwa pesanan segera datang setelah
bebebrapa waktu yang tidak lama.
Pada Gambar 2.1, dapat diketahui jumlah persediaan ( ), besarnya pemesanan
untuk sedikit periode waktu yang terbatas, karena persediaan selalu dihabiskan
oleh permintaan. Demikian pula halnya jumlah persediaan adalah nol untuk
sedikit periode waktu, karena satu-satunya saat di mana tidak ada persediaan
adalah pada waktu tertentu ( ). Maka jumlah persediaan yang tersedia adalah
diantara dua titik ekstrim. Dedukasi yang logis adalah bahwa jumlah persediaan
yang tersedia adalah sebesar rata-rata tingkat persediaan, yang didefinisikan
sebagai berikut:
Persediaan Rata − rata =

Dari persamaan (2.7), akan

(2.7)

2

dihasilkan

persediaan

rata-rata

= .
2

Untuk

membuktikannya akan dicari dengan deret aritmatika, bahwa persediaan awal
adalah

, kemudian berkurang secara konstan persatuan waktu misalkan

sebanyak , sehinggga data penurunan persediaan adalah:
,



,

− 2 ,…,



,…,



−1

,0

(2.8)

Untuk mencari rata-rata persediaan tersebut adalah dengan menjumlahkan
persamaan (2.8) kemudian dibagi dengan banyaknya data. Karena data tersebut
menurun secara konstan persatuan waktu maka untuk mencari jumlah datanya
menggunakan pendekatan deret hitung.

Universitas Sumatera Utara

16

Misal: Banyak data

=

Suku awal (a)

=

Beda (b)

=

Suku terakhir

=0

Jumlah suku ke- n

=

Rata-rata persediaan

=

Untuk memperoleh persediaan rata-rata akan dihitung:
=

+

0 =

+

0=

+

=



−1

−1




=

(2.9)
akan dihitung:

Kemudian untuk memperoleh jumlah suku ke=

2

( +


=

( + 0)

2



=

)

( )

2

Maka diperoleh persediaan rata-rata (

(2.10)

)

dari data tersebut substitusi

persamaan (2.9) dan (2.10) kerumus sebagai berikut:
=

2

=




2

=
=

( )

2

( )×

( − )

(2.11)

Universitas Sumatera Utara

17

Hubungan untuk persediaan rata-rata ini dipertahankan tanpa melihat
besarnya pemesanan,

, atau frekuensi pemesanan (periode waktu, ). Oleh

karena itu, persediaan rata-rata dalam dasar tahunan juga sebesar

2

, seperti

ditunjukkan Gambar 2.2

Gambar 2.2 Rata-Rata Persediaan

Jika jumlah persediaan yang tersedia dalam dasar tahunan adalah sebesar rata-rata
persediaan ( 2 ), maka dapat ditentukan total biaya penyimpanan tahunan dengan
mengalikan rata-rata jumlah dalam persediaan dengan biaya penyimpanan per
tahunnya ( ), maka total biaya penyimpanan per tahunnya (

):

= Persediaan rata − rata × biaya penyimpanan

=

2

×

(2.12)

Dimana:
= total biaya penyimpanan
= jumlah pemesanan
= biaya penyimpanan

Universitas Sumatera Utara

18

2.5.4

Biaya Pemesanan (Ordering Cost/Setup Cost)

Biaya pemesanan (S) dinyatakan dalam dasar per pemesanan, nilai ini hanya
menggambarkan biaya per pemesanan dan bukan total biaya pemesanan.
Sebelumnya telah dirumuskan total biaya penyimpanan (TH) dengan dasar per
tahunan, maka sekarang akan ditentukan total biaya pemesanan (TS) diambil dari
jumlah pemesanan yang akan dilakukan selama tahun tersebut. Pemesanan suatu
barang tidak melebihi permintaan yang ada karena permintaan diketahui secara
pasti, frekuensi pemesanan per tahun (F) di definisikan sebagai berikut:

=

(2.13)

Dimana:
F

= frekuensi pemesanan per tahun

D

= jumlah kebutuhan per tahun

Q

= kuantitas pemesanan yang ekonomis (EOQ)

Total biaya pemesanan per tahun (TS) dapat dihitung sebagai jumlah
pemesanan per tahun dikalikan dengan biaya per pemesanan, yaitu:
=
=
=

2.5.5

(2.14)

Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Total biaya persediaan tahunan (
pemesanan (

) dihitung dengan menjumlahkan total biaya

) dan total biaya penyimpanan (

) , adalah:

= biaya pemesanan + biaya penyimpanan
=

+

2

(2.15)

Universitas Sumatera Utara

19

Total biaya persediaan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan digambarkan
oleh Gambar 2.3 Model Biaya Persediaan berikut:

Gambar 2.3 Model Biaya Persedia

Gambar 2.3

akan dianalisis masing-masing dari ketiga kurva biaya yang

ditunjukkan. Pertama, dapat diamati kecenderungan menaik dari kurva total biaya
penyimpanan (

). Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemesanan ( ),

(ditunjukkan oleh sumbu horizontal), total biaya penyimpanan (ditunjukkan oleh
sumbu vertikal) juga meningkat, disebabkan karena pemesanan yang semakin
banyak akan mengakibatkan semakin banyaknya unit yang disimpan dalam
persediaan. Kemudian dengan meningkat nya jumlah pemesanan ( ), total biaya
pemesanan (

) menurun, disebabkan karena kenaikan dalam jumlah pemesanan

akan mengakibatkan semakin sedikit pemesanan yang dilakukan setiap tahunnya.
Total biaya pada Gambar 2.3 Model Biaya Persediaan, kurva total biaya tahunan
pertama-tama menurun ketika

meningkat kemudian kurva total biaya tahunan

mulai meningkat, ketika permintaan

mulai menurun. Nilai

yang paling baik

atau optimal, adalah nilai yang merupakan nilai minimum total biaya persediaan
tahunan.

Universitas Sumatera Utara

20

2.5.6 Menghitung

(Persediaan) Optimal

Secara matematis nilai

optimal (EOQ) atau jumlah pemesanan yang optimal

dapat dihitung sebagai berikut. Dari persamaan (2.15) akan diperoleh biaya total
persediaan (

) minimum. Untuk membuktikannya akan dicari turunan pertama

dari persamaan (2.15).
Persamaan (2.15),

=

+

, merupakan persamaan dari total

2

biaya persediaan tahunan (biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan).
+

=
=

2

=
2

2

=2
2

2

2

=

2

2

=

=

Atau,
=

+
+

=

2

2

=
=

+


2

+

2

2

Syarat minimum turunan pertama sama dengan nol dapat ditulis:
=0
Maka


2

+

2

=0

Universitas Sumatera Utara

21

2
2

.

=

2

= 2.
2

=

2

=

2

=

(2.16)

Dari uraian secara sistematik diatas, jelas bahwa kondisi minimum biaya total
perediaan dapat tercapai dengan memesan unit dengan metode EOQ.

2.5.7 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Secara sederhana, persediaan pengaman (safety stock) adalah suatu pencegahan
terhadap stock out (persediaan habis di gudang). Kemungkinan terjadinya stock
out dapat disebabkan karena pemakaian bahan baku yang lebih besar dari
perkiraan semula atauu keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan
(Sofjan Assausi, 2004).
Oleh karena itu persediaan pengaman berfungsi sebagai cadangan untuk
menjaga kelancaran produksi.

Rumus safety stock secara umum sebagai berikut:

Dimana:

=�

SS

= Persediaan pengaman (safety stock)



= Standar deviasi kebutuhan

Z

(2.17)

= Faktor keamanan yang digunakan perusahaan

Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksud adalah besar probabilitas yang
digunakan perusahaan terhadap terjadinya stockout (Render dan Heizer, 2006).

Universitas Sumatera Utara

22

2.5.8 Menetukan Saat Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Pemesanan kembali (reorder point) adalah tititk atau batas dari jumlah persediaan
yang ada pada suatu dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik ini
menunjukkan kepada bagian pembelian untuk mengadakan kambali pesanan
bahan-bahan persediaan untuk menggantikan yang telah digunakan (Assauri,
1998).
Selain menentukan EOQ, pengendalian persediaan juga menentukan kapan
diakukan pesanan atau pemesanan kembali. Seiring jumlah persediaan di dalam
gudang berkurang, perusahaan perlu menentukan berapa banyak batas minimal
tingkat persediaan yang harus di pertimbangkan agar tidak terjadi stock out. Untuk
itu, pemesanan kembali sebaiknya dilakukan ketika persediaan mulai habis.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan pemesanan kembali
bahan baku adalah:
=
Dimana:

� +

(2.18)

= Reorder point
= pemakaian bahan baku per hari


= Lead time
= Safety stock

Universitas Sumatera Utara